Anda di halaman 1dari 4

BAB I

SOSIOLOGI SEBAGAI DISIPLIN ILMU

1.1. Sasaran Belajar:


Setelah mengikuti session ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1.1.1 Menerangkan perkembangan ilmu pengetahuan
1.1.2 Menjelaskan ciri-ciri sosiologi sebagai disiplin ihnu pengetahuan
1.1.3 Menjelaskan posisi sosiologi di tengah-tengah ilmu sosial lainnya

1.2. Sub-Pokok Bahasan1


1.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi
1.2.2 Ciri-ciri Sosiologi sebagai disiplin ilmu
1.2.3 Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya
(Ref: Soekanto, hlm. 5 - 9, 18-20, 46 - 50)

1.3. Deskripsi Pokok Bahasan


Salah satu hal yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya adalah akal atau
rasio. Dengan akal, manusia selalu heran terhadap gejala yang terjadi di sekitamya,
termasuk gejala social. Manusia memiliki hasrat ingin tahu (curiousity). Untuk rnenjawab
curiousity, pada awalnya manusiamengarang cerita atau dongen untuk setiap masalah yang
menarik perhatiarnya.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, curiousity berusaha dijawab melalui
filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan. Dari filsafat, kemudian terjadi differensiasi dan
spesialisasi ilmu pengetahuan dan pada akhirnya melahirkan sosiologi sebagai salah satu
disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Adapun kriteria ilmu pengetahuan adalah mempunyai
obyek material, obyek formal/sudut pandangan dan metode ilmiah.
llmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat
diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin
mengetahuinya. Sedangkan pengetahuan (knowledge) adalah kesan di dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan pancaindera, yang berbeda dengan kepercayaan
(beliefs), takhayul dan penerangan - penerangan yang keliru. Dan dapat pula dikatakan
bahwa knowledge atau pengetahuan itu adalah segala apa yang dapat ditangkap oleh panca
indera manusia.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki unsur-unsur:
a. Pengetahuan (knowledge),
b. Tersusun secara sistematis,
c. Menggunakan Pemikiran (rasional), dan
d. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (obyektif).

Sebagai disiplin ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri-ciri:


a. Bersifat empiris; berdasarkan pengamatan dan penalaran. Pengamatan adalah semua
yang berhubungan dengan pancaindera manusia, yang dialaminya dalam kehidupan
sosial. Penalaran adalah semua yang berhubungan dengan akal budi manusia atau
yang bersifat rasional.
b. Bersifat teoretis; artinya selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil
observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur - unsur yang tersusun secara
logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga
menjadi teori.
c. Bersifat kumulatif; artinya teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang
sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang
lama.
d. Bersifat non-etis; artinya yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta tertentu, akan
tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis apa adanya.

Setiap ilmu sosial obyek materialnya adalah masyarakat. Dikatakan ilmu-ilmu sosial karena
menjadikan masyarakat atau kehidupan bersama sebagai obyek yang dipelajari. Istilah
"sosial" (social) pada ilmu-ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda dengan misalnya
istilah sosialisme atau istilah sosial pada Departemen Sosial lstilah "sosial" pada ilmu-ilmu
sosial menunjuk pada obyeknya yaitu masyarakat. Sosialisme adalah suatu ideologi yang
berpokok pada prinsip pemilikan umum (atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang
ekonomi). lstilah sosial pada Departernen Sosial, menunjuk pada kegiatan-kegiatan di
lapangan sosial.
Yaitu, kegiatan-kegiatan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, orang jompo, yatim
piatu, pengungsi, eksodus dan sebagainya yang ruang lingkupnya adalah kesejahteraan
sosial. Meskipun obyek materialnya sama yaitu masyarakat, setiap disiplin ilmu dalam
lingkup ilmu-ilmu sosial dapat dibedakan satu dari lainnya karena adanya obyek
formal/sudut pandang maupun metode yang berbeda. Masyarakat sebagai obyek ilmu-ilmu
sosial terdiri dari berbagai segi: ada segi ekonomi yang bersangkut paut dengan produksi,
distribusi dan penggunaan barang-batang dan jasa-jasa Hal ini dipelajari oleh ilmu
ekonomi, yang pada hakekatnya mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan materilnya dari bahan-bahan yang terbatas persediaannya. Ilmu politik
mempelajari segi khusus kehidupan masyarakat yang rnenyangkut soal kekuasaan. Antara
lain daya upaya untuk memperoleh kekuasaan, usaha mempertahankan kekuasaan,
penggunaan kekuasaan, dan juga bagaimana mengharnbat penggunaan kekuasaan.
Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan - hubungan antara
orang-orang dalam masyarakat tersebul. Ia memusatkan perhatiannya pada segi-segi
masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
daripadanya. Misalnya soal daya upaya untuk mendapatkan kekuasaan digambarkan oleh
sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan (competition) atau bahkan pertikaian
(conflict).
Dengan antropologi (khususnya antropologi sosial), agak sulit untuk dibedakan dengan
sosiologi. Antropologi pada dasarnya mempunyai lima lapangan penyelidikan:
- Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
- Masalah terjadinya aneka warna bahasa - bahasa yang diucapkan oleh manusia di
seluruh dunia
- Masalah persebaran aneka warna bahasa - bahasa yang diucapkan oleh manusia di
seluruh dunia
- Masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka kebudayaan manusia di
seluruh dunia
- Masalah dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat suku-suku
bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi, zaman sekarang ini.

Apabila diperhatikan point 4 dan 5, sukar sekali mengadakan pembahasan tegas dengan
sosiologi. Hanya dapat dikatakan bahwa antara sosiologi dan antropologi sosial terdapat
perbedaan pada pangkal tolaknya.

Anda mungkin juga menyukai