Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

“KONFLIK, KEKERASAN DAN UPAYA PENYELESAIANNYA”

A. KONFLIK
1. Pengertian Konflik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan
sebagai percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih(atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tak
berdaya.
Dalam Bahasa latin : Configere artinya saling memukul.

a. Pengertian Konflik menurut Ahli :


 Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan

 Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang
terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan
perilaku. 
b. Karakteristik Konflik
a. Bersifat Inheren
Konflik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan
suatu masyarakat.Tidak ada satu masyarakat pun yang bisa mencegah
dan menghindari konflik social.

b. Tidak Selamanya Berdampak Negatif


Konflik tidak selalu harus dihindari karena tidak selamanya
berdampak negative. Berbagai konflik yang ringan dan terkendali
( dikenal dan ditanggulangi ) dapat berpengaruh positif bagi individu
maupun kelompok yang terlibat didalamnya.
c. Potensi Perbedaan dapat Dikurangi
Konflik adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan dari
interaksi social, tetapi dapat diatasi dengan mengurangi potensi
perbedaan.Dalam interaksi social, individu bertemu dengan banyak
individu lainnya.
d. Dilatarbelakangi oleh Perbedaan Ciri
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi social. Atau dengan kata lain, konflik pada
umumnya adalah hasil dari kemajemukan masyarakat. Oleh sebab itu,
penanganan konflik seharusanya diawali dengan ditegakkannya nilai-nilai
hubungan social yang luhur seperti toleransi dan pluralism.
e. Dapat Menciptakan Perubahan
Konflik dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan perubahan
dalam masyarakat.Konflik merupakan kekuatan demi mencapai kemajuan.
Konflik mampu mendorong perubahan dalam suatu organisasi, sehingga
pimpinan yang tidak cakap akan digantikan oleh pimpinan yang lebih
terampil.
f. Bertentangan dengan Integrasi
Konflik bertentangan dengan integrasi ( kesatupaduan ). Konflik
dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya konflik yang tidak
terkontrol dengan baik akan menghasilkan atau menciptakan konflik
social.
c. Faktor-faktor Penyebab Konflik
Secara umum factor penyebab konflik ada 7 antaranya :
1. Perbedaan antarindividu
2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan kepentingan
4. Situasi yang bertolak belakang atau kesenjangan
5. Perbedaan cara mencapai tujuan
6. Ketidaksamaan status
7. Adanya perubahan sosial yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

a. Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau
ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda
ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat
mundukung.Kemudian timbul amarah dalam diri anda.Sehingga terjadi
konflik.
b. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat .tidak
semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang
dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat
lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola
kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci
sehingga berakibat konflik.
c. Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang
berbeda pula.Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik
diantara mereka.
Contoh :perbedaan kepentingan dalam hal pengelolaan Organisasi
Siswa Intra Sekolah ( OSIS ). Ada yang tulus mengemban amanah sebagai
pengurus OSIS dengan mengelola organisasi sebaik-baiknya agar mampu
memberi manfaat bagi warga sekolah dan warga masyarakat
sekitarnya.Namun, ada juga yang hanya ingin menadi pengurus OSIS demi
memperoleh popularitas atau dikenal oleh siswa lainnya. Bila kepentingan
tadi saling berbenturan maka akan menimbulkan konflik.
d. Situasi yang Saling Bertolak Belakang atau Kesenjangan
Kesenjangan yang ada dalam masyarakat juga dapat menyebabkan
konflik.Kesenjangan ekonomi, misalnya, sudah berulang kali mengakibatkan
konflik di berbagai penjuru.Kesenjangan taraf hidup dan kesejahteraan
antara segelintir kalangan kaya dengan warga miskin memang sangat
berpotensi menimbulkan konflik atau kecemburuan social.

e. Perbedaan Cara Mencapai Tujuan


Dalam suatu kelompok atau masyarakat, anggota-anggotanya
mungkin saja memiliki tujuan yang sama. Namun, mereka belum tentu
sepakat mengenai cara-car yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.Tanpa adanya upaya untuk menyamakan persepsi, ini pun bisa
menimbulkan konflik.
Contoh : dalam sebuah ujian, seluruh peserta didik sepakat bahwa
mereka harus meraih nilai yang baik. Namun, belum ada kesepakatan
tentang cara mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan demikian, sebagai
peserta didik memilih untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin,
mempelajari kisi-kisi materi ujian yang diberikan oleh guru dan berlatih
mengerjakan soal. Dalam saat yang sama, mungkin juga ada peserta didik
lainnya yang menghalalkan segala cara agar memperoleh nilai bail,
misalnya dengan mencontek, bahkan melakukan berbagai bentuk
kecurangan lainnya.

f. Ketidaksamaan Status
Sebagaimana halnya kesenjangan social, ketidaksamaan status juga
dapat memicu terjadinya konflik social. Terlebih bila status-status terhormat
diduduki hanya oleh individu-individu dengan latar belakang tertentu ( suku,
agama, golongan ) saja. Hal mana dipastikan akan menimbulkan
ketidakpuasan dari pihak-pihak lain yang merasa diperlakukan tidak adil dan
tak diberi kesempatan yang seimbang untuk mencapai status terhormat.
g. Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat
dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku,
akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara
harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi
masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari
nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.

Bentuk-bentuk Konflik
Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok


terhadap sistem atau tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-
tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari
kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.

Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya


lagi kedalam dua bentuk konflik berbeda, yaitu :

 Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu


sendiri
 Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok
dengan kelompok lain.

Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk,


yaitu :

 Konflik atau pertentangan pribadi


 Konflik atau pertentangan rasial
 Konflik atau pertentangan antar kelas-kelas sosial
 Konflik atau pertentangan politik
 Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional

Berdasarkan Sifatnya :

 Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya


perasaan tidak senang , rasa benci dan dendam dari seseorang
ataupun kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat
merusak atau menghancurkan sebuah hubungan.
 Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik
ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-
kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini
menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju sebuah
perbaikan

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik

 Konflik vertikal, konflik antar komponen masyarakat didalam suatu


struktur yang bersifat hirarkis
 Konflik horisontal,konflik antara individu atau kelompok yang memiliki
kedudukan relatif sama.
 Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena adanya
ketidakadilan aloksi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga
menimbulkan pertentangan ekstrim, contoh konflik poso

Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik

 Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui semua pihak,


contoh konflik antara Israel dengan Palestina
 Konflik tertutup, konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat konflik

Berdasarkan konsentrasi aktivitas Manusia di dalam masyarakat:

 Konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya


perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik
sosial dibedakan menjadi dua,yaitu :
1. Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat
dengan negara.
2. Konflik sosial horizontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku
atau agama
 Konflik Politik, yaitu konflik yang terjadi akibat terjadi karena
perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan
 Konflik Ekonomi, konflik akibat adanya perebutan sumber daya
ekonomi dari pihak yang berkonflik.
 Konflik Budaya, konflik akibat adanya perbedaan kepentingan
budaya dari pihak yang berkonflik.
 Konflik Ideologi, konflik akibat perbedaan paham yang diyakini oleh
seseorang atau sekolompok orang , contoh konflik saat G30-S/PKI

Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan konflik


sebagai berikut:

 Konflik dengan orangtua


 Konflik dengan anak-anak sendiri
 Konflik dengan keluarga
 Konflik dengan orang lain
 Konflik dengan suami atau istri
 Konflik disekolah
 Konflik dalam pemilihan pekerjaan
 Konflik agama
 Konflik pribadi

Secara garis besar bentuk-bentuk konflik adalah :

a. Konflik Berdasarkan Cangkupannya


 Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat
dengan negara.
 Konflik sosial horisontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku
atau agama.

b. Konflik Berdasarkan Subjeknya


 Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada seseorang dengan dirinya sendiri atau
dapat dikatakan sebagai konflik batin.
 Konflik Interpersonal
Konflik yang terjadi antara seseorang dengan orang lain
karena pertentangan kepentingan atau keinginan.
 Konflik individu dengan kelompok
Konflik yang terjadi antara seseorang dan satu kelompok
karena pertentangan kepentingan atau keinginan.
 Konflik antar kelompok
Konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok
lain. Salah satu cirinya adalah melibatkan massa.

d. Berdasarkan Dampaknya
 Konflik destruktif,
merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang , rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun
kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak
atau menghancurkan sebuah hubungan.
 Konflik konstruktif,
merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok
dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini
menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju
sebuah perbaikan.
e. Konflik Berdasarkan Skala Wilayahnya
 Konflik Lokal
Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok
masyarakat dalam lingkup dan skala wilayah relative sempit/
Contoh : konflik warga desa A akibat ketidakmerataan
pembagian raskin atau konflik para simpatisan pada saat
pemilihan calon ketua desa.

 Konflik Nasional
Konflik yang terjadi antarkelompok masyarakat yang berada
dalam satu Negara. Konflik nasional dapat dikatakan konflik
yang melibatkan suku, agama, dan ras yang berbeda , ataupun
konflik pemerintah dan rakyat.
 Konflik Internasional
Konflik yang melibatkan dua Negara atau lebih yang biasanya
dipicu oleh perebutan suatu hal misalnya batas wilayah,
kekayaan laut, masalah perdagangan, dan masalah HAM.

Dampak Sebuah Konflik

Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi
positif dan dari segi negatif.

Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:

1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas


atau masih belum tuntas di telaah.
2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma,
nila-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang
sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan
antarindividu dan kelompok.
5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama
dan menciptakan norma baru.
6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat.
7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang
berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.

Segi negatif dari konflik :

1. Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.


2. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
3. Berubahnya kepribadian para individu.
4. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.

Teori-teori Konflik

1. Teori Konflik Menurut Karl Marx

Karl marx adalah seorang tokoh sosialis Jerman dan aktivis politik,
mendefinisikan konflik sebagai bentuk perjuangan kelas kaum buruh terhadap para
pemilik modal. Karl Marx memiliki pandangan tentang konflik sosial sebagai
pertentangan kelas. Masyarakat yang berada dalam konflik dikuasai oleh
kelompok dominan. Adanya pihak yang lebih dominan muncul pihak yang
berkuasa dengan pihak yang dikuasai. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan
yang berbeda atau bertentangan sehingga dapat menimbulkan konflik.

2. Teori Konflik Menurut George Simmel

George simmel merupakan seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman.Menurut


George Simmel konflik merupakan gejala yang tidak mungkin dihindari dalam
masyarakat.Konflik merupakan bentuk pertentangan antara superordinasi dan
subordinasi, yaitu antara kaum yang mendominasi dan kaum yang menunjukkan
kenyataan dalam struktur social. Konflik ini dapat muncul dalam proses sosialisasi.

3. Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf

Ralf Dahrendorf mendifinisikan konflik sebgai pertentangan antarkelompok


masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kekuasaa, bukan perjuangan kelas.Intinya,
terjadi perebutan kekuasaan dalam kelompok atau antarkelompok untuk
menghasilkan perebutan social.Untuk dapat melakukan penguasaan dibutuhkan
sebuah wewenang.Pihak-pihak yang berwenang biasanya mereka yang memiliki
status social tinggi.

Dahrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk


membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam masyarakat industri
kontemporer. Perjuangan kelas dalam masyarakat modern berada pada
pengendalian kekuasaan. Dahrendorf mengkomunikasikan pemikiran fungsional
mengenai struktur dan fungsi masyarakat dengan teori konflik antarkelas sosial.
Dahrendorf tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang statis, namun
dapat berubah oleh adanya konflik di masyarakat.

4. Teori konflik menurut Lewis A.Coser

Menurut Coser, konflik yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya


kelompok lapisan bawah yang semakin memeprtanyakan legitimasi dari
keberadaan distribusi sumber-sumber langka (Ranjabar, 2013). Coser menilai
bahwa konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat mempercepat dan
menjalin kerukunan dalam suatu kelompok.

Suatu kelompok dapat berlangsung lama atau cepat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Dikutip dari Ranjabar (2013), ada 3 faktor yang memperngaruhi
lama tidaknya suatu konflik di masyarakat, yaitu:

1. Luas sempitnya tujuan konflik


2. Adanya pengetahuan maupun kekalahan dalam konflik
3. Adanya peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik dan
persuasi pengikutnya.

Konflik dapat menjaga hubungan antarkelompok dan memperkuat kembali


identitas kelompok. Adapun manfaat konflik menurut Coser adalah:

a. Konflik dapat menjadi media untuk berkomunikasi


b. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok
c. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di
dalam kelompok tersebut dan solidaritas tersebut dapat
mengantarkan kepada aliansi dengan kelompok lain
d. Konflik menyebabkan anggota masyarakat yang terisolasi menjadi
berperan aktif

Coser mengelompokkan konflik sosial menjadi


KEKERASAN

Dalam KBBI kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau


kelompok yang menyebabakan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Secara sosiologis kekerasan
umumnya teradi saat individu atau kelompok yang berinteraksi mengabaikan
norma-norma dan nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.Akibatnya
terjadilah konflik yang bermuara  kekerasan.

Menurut Ahli :

a. Soejono Soekanto

Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang


atau benda.Sementara itu kekerasan social adalah kekerasan yang dilakukan
terhadap orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori social tertentu.

b. Robert Audi

Kekerasan adalah serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap


seseorang.

c. Colombijn

Kekerasan adalah perilaku yang meibatkan kekuatan fisik dan dimaksudkan


untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan seseorang atau sesuatu.

d. James B. Rule
Kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama atau gerakan naluri
primitive yang menciptakan kondisi-kondisi tindakan massa.

e. Kaplan dan Sadock

Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yyang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain.

Teori – teori tentang Kekerasan :

Menurut Thomas santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu :

1. Teori Kekerasan sebagai tindakan aktor(individu) atau kelompok


 Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan,
seperti kelainan genetik atau fisiologis
2. Teori Kekerasan Struktural

Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan


terbentuk dalam suatu sistem sosial.Para ahli memandang
kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok
semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.

3. Teori Kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural

Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga


bersifat endemik bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada 4
jenis kekerasan yang diidentifikasikan, yaitu :

1. kekerasan terbuka (yang dapat dilihat)


2. kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa
ancaman)
3. kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk
mendapatkan sesuatu, penjambretan)
4. kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk
melindungi diri)

Secara umum :

1. Teori Agresi Frustrasi

Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustrasi yang terjadi


apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat.

2. Teori Belajar Sosial


Teori ini berasumsi bahwa individi yang melakukan kekerasan karena
telah mempelajarinya secara langsung ( melalui pengalaman mengalami
kekerasan atau melihat tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa )
ataupun menyaksikan tayangan kekerasan di media elektronik.

3. Teori Eksistensial

Berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia tidak dapat


dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan berupaya memenuhi
melalui perilaku destruktif atau merusak, termasuk kekerasan.

4. Teori Individual

Berasumsi bahwa individu melakukan kekerasan karena


mempresepsikan suatu keuntungan bagi dirinya sendiri sehubungan perilaku
kekerasan yang dilakukannya.

5. Teori Kekerasan Kolektif

Asumsi teori ini adalah bahwa kekerasan kolektif ( kekerasa yang


dilakukan secara bersama-sama ) disebabkan oleh adanya perubahan yang
dianggap akan mengancam kelestarian system nilai, kepercayaan, identitas
social, dan pranata dalam suatu komunitas atau kelompok.

6. Teori Spiral Kekerasan

Teori ini dikemukakan oleh Dom Helder Camara,menurutnya tindakan


kekerasan dapat dikaitkan dengan kondisi subhuman, yakni kondisi hidup
dibawah standar layak sebagai manusia. Kondisi subhuman yang dialami
sebagian warga masyarakat akanmenciptakan ketegangan terus-menerus
dalam masyarakat sehingga mendorong munculnya kekerasan.

BENTUK-BENTUK KEKERASAN

A. Berdasarkan Bentuknya
2) Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang kasatmata.Artinya, siapa pun
bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dan korbannya.
Contohnya : menganiaya, menusuk, memukul, hingga membunuh.
3) Kekerasan Nonfisik
Kekerasan nonfisik merupakan jenis kekerasan tidak kasat mata.Tidak
kasatmata artinya tidak dapat langsung diketahui perilakunya apabila tidak
jeli memperhatikan.Kekerasan nonfisik mencangkup kekerasan verbal dan
kekerasan psikologis.
e. Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal dilakukan melalui kata-kata. Sebagai contoh :
membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki,
memfitnah, menyebar gossip, menuduh, menolak dengan kata-
kata kasar, dan mempermalukan di depan umum secara lisan.
f. Kekerasan Psikologis
Kekerasan tipe ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan
atau ancaman kepada korban. Kekerasan psikologis memiliki
sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi,
bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa.Contohnya :
intimidasi, keboohongan, fitnah, tekanan, doktrin, memandang
penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan,
memandang dengan merendahkan, mencibir, dan memelototi.

4) Kekerasan Struktural
Kekerasan structural merupakan kekerasan yang dilakukan oleh individu
atau kelompok dengan menggunakan system, hokum, ekonomi, atau tata
kebiasaan yang ada dalam masyarakat.Sebagai contoh, dalam sejarah
Indonesia pemerintah colonial telah menciptakan berbagai kebijakan yang
memberatkan rakyat Indonesia. Kebijakan itu antara lain peraturan kerja
rodi, tanam paksa, dan pemberlakuan system monopoli.

5) Kekerasan kultural
Kekerasan kultural atau kekerasan budaya adalah kekerasan yang
disebabkan oleh kultur ( budaya) suatu masyarakat. Sebagai contoh,
ideology yang terkandung dalam budaya masyarakat digunakan untuk
melegitimasi ( membenarkan) tindakan kekerasan.
Contohnya, sebuah budaya membolehkan memukul seseorang yang telah
melanggar hokum adat dan melakukan pengucilan kepada anggota
masyarakat yang terbukti melakukan perzinaan.

f. Berdasarkan Caranya
Kekerasan Langsung ( Direct Violence )
Kekerasan langsung merupakan kekerasan yang dilakukan dan akibatnya
dapat dilihat atau dirasakan secara langsung.Contoh kekerasan langsung
adalah pemukulan atau penganiayaan yang menyebabkan luka-luka pada
tubuh.

Kekerasan Tidak Langsung ( Indirect Violence )


Kekerasan yang tidak langsung dikenakan kepada individu lain, tetapi
menggunakan sebuah perantara dalam melakukannya. Dalam kekrasan
tidak langsung dapat pula terjadi kekerasan structural.Mengapa ?karena
menggunakan peraturan sebagai jalan melakukan tindakan kekerasan.

g. Berdasarkan Subjeknya
Kekerasan Individual
Kekeran individual merupakan kekerasan yang dilakukan individu kepada
individu atau kelompok lain. Bentuk kekerasan ini bisa langsung dan tidak
langsung.Contohnya, penganiayaan suami terhadap istri, penganiayaan ibu
terhadap anaknya, atau pemukulan majikan terhadap pembantu.

Kekerasan kolektif
Kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada individu atau
kelompok lain baik secara langsung amupun tidak langsung. Kekerasan
kolektif dapat berupa perkembangan dari kekerasan individual.Contoh,
pengeroyokan, tawuran pelajar, dan bentrok antaretnik

Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan

Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu
konsoliasi, mediasi dan arbitasi.

1. Konsoliasi
Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan
diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak yang
bertikai.
2. Mediasi
Dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk
menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.
3. Arbitasi
Dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat untuk menerima atau
terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan
keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
4. Ajudication
Cara penyelesaian konflik melalui pengadilan
Ayo Berlatih!
A. Pilihlah

Anda mungkin juga menyukai