Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

JENIS DAN KERAPATAN BURUNG TRINIL (Tringa sp.) DI KAWASAN DESA


SUNGAI RASAU KABUPATEN TANAH LAUT SEBAGAI HANDOUT MATERI
PENGAYAAN MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN

Species and Density of Trinil Birds (Tringa sp.) at the Village Area of Sungai
Rasau, Tanah Laut Regency as a Handout Material in Animal Ecological
Enrichment

Ayatul Fajrin 1*, Bunda Halang, Mahrudin 2


Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jln. H. Hasan Basry, Banjarmasin, Indonesia
1*Penulis koresponden: ayatulfajrin123@gmail.com, 2 udherdana@ulm.ac.id

Abstrak
Kerapatan populasi merupakan parameter utama yang perlu diketahui. Parameter utama tersebut yaitu natalitas,
mortalitas, emigrasi, imigrasi, dan migrasi. Tujuan penelitian ini yaitu (1) Mendeskripsikan jenis burung trinil (Tringa sp)
yang ditemukan di Desa Sungai Rasau. (2) Mendeskripsikan kerapatan Burung Trinil. (3) Mendeskripsikan validitas
bahan ajar handout yang disusun berdasarkan konsep kerapatan Burung Trinil(Tringa sp). Metode penelitian deskriptif
menggunakan tehnik IPA Count dan metode penelitian pengembangan menggunakan langkah-langkah yaitu Analisis
Kebutuhan, Perencanaan, Desain Produk Awal, Validasi Desain, dan Perbaikan Desain. Hasil penelitian deskriptif yang
didapatkan yaitu 3 jenis burung trinil yaitu trinil pantai (Tringa hypoleucos), trinil semak (Tringa glareola), dan trinil rawa
(Tringa stagnatilis). Pada kawasan tambak kerapatan tertinggi di peroleh oleh trinil pantai dengan nilai 1,65 Ind/Hadan
Kerapatan terendah diperoleh oleh trinil rawa dengan nilai 1,01 Ind/Ha Sedangkan pada kawasan pesisir pantai
kerapatan tertinggi tetap diperoleh oleh trinil pantai dengan nilai 1,01 Ind/Ha dan kerapatan terendah oleh trinil rawa
yaitu 0,38 Ind/Ha. Hasil penilaian validitas handout yang dikembangkan dinyatakan valid dengan skor validator I yaitu
82,30%, validator II yaitu 88, 61% dan validator III yaitu 82,61 sehingga rerata skor dari 3 validator yaitu 84,51% dengan
kriteria valid. Hasil uji keterbacaan oleh 5 mahasiswa didapatkan hasil yaitu 86,4% sehingga handout mendapatkan
kriteria sangat baik.

Kata Kunci: handout, kerapatan, trinil, validasi

1. PENDAHULUAN persilangan sesamanya dan menempati suatu ruang


atau kawasan tertentu. Kelompok organisme yang
Kerapatan dalam kajian ekologi memiliki fungsi yang membentuk populasi tidak lain adalah individu-
sangat besar, karena pengaruh populasi terhadap individu dari spesies yang sama baik secara genetik
komunitas dan ekosistem tidak hanya jenis maupun secara morfologi (Hardiansyah 2010).
organismenya saja tetapi juga jumlahnya atau Kerapatan populasi menunjukan besarnya populasi
kerapatannya (Odum, 1998). Kerapatan populasi dalam satuan ruang yang umumnya dinyatakan
merupakan parameter utama yang perlu diketahui. sebagai jumlah individu atau biomasa persatuan
Parameter utama tersebut yaitu kelahiran (natalitas), luas atau volume. Bermacam jenis hewan yang
kematian (mortalitas), emigrasi, imigrasi, dan menarik untuk diteliti tersebar di beberapa daerah
migrasi. Natalitas merupakan kemampuan populasi salah satunya yaitu Kalimantan Selatan.
untuk bertambah atau untuk meningkatkan Kalimantan selatan sebagian besar daerahnya
jumlahnya, melalui produksi individu baru yang merupakan kawasan rawa karena semua daerahnya
dilahirkan atau ditetaskan dari telur melalui aktivitas tergenang air baik secara musiman ataupun
perkembangbiakan. Mortalistas menujukkan permanent dan banyak ditumbuhi vegetasi
kematian individu dalam populasi. Emigrasi, (Dharmono 2015). Kalimantan Selatan juga
imigrasi, dan migrasi diartikan sebagai gerakan merupakan daerah yang memiliki lahan basah yang
perpindahan populasi baik masuk atau keluar dalam cukup luas salah satunya memiliki rawa dan hutan
suatu area populasi (Manurung 1995). mangrove. Daerah rawa banyak terdapat di
Populasi secara sederhana diartikan sebagai Kalimantan Selatan salah satunya di kawasan Desa
suatu kelompok organisme yang mampu melakukan Sungai Rasau yang merupakan daerah yang

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


516
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

memiliki area lahan basah yaitu rawa, hutan Berdasarkan survei pendahuluan, melalui
mangrove dan tambak yang di gunakan sebagai wawancara dengan masyarakat Desa Sungai
habitat beberapa burung air. Rasau, masyarakat desa banyak memanfaatkan
Habitat burung air salah satunya yaitu lahan lahan basah rawa sebagai tambak ikan yang
basah yang digunakan sebagai tempat bersarang, digunakan sebagai mata pencarian mereka. Usaha
membesarkan anak, tempat berlindung dan tambak ikan yang dibuat yaitu tambak ikan Bandeng
melakukan interaksi sosial (Jamaksari 2011). dan dengan adanya tambak ikan tersebut maka
Habitat burung juga dapat mencakup berbagai tipe banyak pula hewan Crustacea yaitu sebagai salah
ekosistem, mulai dari ekosistem alami sampai satu makanan burung air terutama burung trinil
ekosistem buatan. Burung merupakan satwa liar (Tringa sp). Keberadaan tambak ikan dan hewan-
yang mudah ditemukan hampir pada setiap hewan Crustacea secara tidak langsung akan
lingkungan bervegetasi. Penyebaran yang luas mempengaruhi keberadaan burung trinil (Tringa sp)
dapat menjadikan burung sebagai salah satu yang merupakan salah satu potensi lokal
sumber kekayaan hayati Indonesia yang potensial. masyarakat.
Burung berperan dalam keseimbangan ekosistem Potensi lokal adalah suatu keragaman potensi
yang dapat menjadi indikator perubahan lingkungan daerah, karakteristik daerah, kebutuhan daerah
(Hardinoto 2012). Habitat burung meliputi hutan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
tropis, rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tertentu(Situmorang 2016).Kalimantan Selatan
tengah lautan, gua-gua batu, perumahan, bahkan di penggunaan bahan ajar berbasis potensi lokal
wilayah perkotaan. Burung telah memberikan belum banyak ditemukan atau dikembangkan
banyak manfaat dalam kehidupan manusia, baik padahal penggunaan bahan ajar berbasis potensi
sebagai sumber protein, peliharaan, perlombaan, lokal ini sangat membentu peserta didik agar lebih
maupun olahraga berburu (Kuswanda 2010). mudah memahami materi pembelajaran. Identifikasi
Burung air adalah jenis burung yang seluruh masalah pada mata kuliah Ekologi Hewan Program
hidupnya berkaitan dengan daerah perairan dan Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
dapat diartikan sebagai jenis burung yang secara Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung
ekologis bergantung pada lahan basah. Lahan Mangkurat khususnya materi populasi hewan
basah yang dimaksud mencakup daerah lahan menunjukkan adanya kesulitan mahasiswa
basah alami dan lahan basah buatan, meliputi hutan untuk memahami konsep-konsep populasi
mangrove, rawa, dataran berlumpur, danau, hewan. Selain itu, dalam proses pembelajaran,
tambak,sawah dan lain-lain (Rusdiyanti 2012).Aves dosen masih banyak berperan aktif menyampaikan
atau burung merupakan indikator yang baik untuk konsep-konsep dasar secara teoritis (teacher
mengidentifikasi daerah yang kaya keragaman centered) dan belum mengaitkan antara materi yang
hayatinya, termasuk perubahan dan masalah diajarkan dengan situasi dunia nyata. Akibatnya
lingkungan yang ada. Umumnya, daerah-daerah pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
yang kaya dengan keragaman jenis burung juga diajarkan kurang karena mahasiswa sebatas
kaya dengan keragaman hayati lainnya sehingga mengingat, menghafal, mengenal dan menjelaskan
burung bisa menjadi sebuah indikator untuk fakta-fakta. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
menemukan daerah penting tersebut. Berkurangnya pengembangan handout berbasis potensi lokal
jumlah burung juga mengindikasikan dampak sebagai upaya pemanfaatan kawasan tersebut
tertentu dari degradasi lingkungan (MacKinnon, sebagai sumber belajar mahasiswa.
2010). Burung air salah satunya berasal dari famili Menurut hasil wawancara dengan kepala Desa
Scolopacidae yaitu burung trinil (Tringa sp) yang Sungai Rasau Kabupaten Tanah Laut belum penah
banyak terdapat di Kalimantan Selatan. ada yang melakukan penelitian tentang burung trinil
Burung trinil (Tringa sp) memiliki habitat yang (Tringa sp) yang merupakan salah satu potensi lokal
dapat meluas hingga pegunungan setinggi garis daerah tersebut dengan demikian hal ini menjadi
pohon jika iklim dan lingkungannya cocok. Ketika salah satu alasan penulis untukmenelitian tentang
musim dingin musim kawin telah berlalu, biasanya jenis dan kerapatan burung trinil (Tringa sp) sebagai
famili Scolopacidae cenderung bergerak ke selatan handout berbasis potensi lokal yangperlu dilakukan
ke iklim tropis di mana mereka lebih suka hidup di dan dikembangkan.
lahan basah (Boev 1998 dalam Tan 2001). Lahan Berdasarkan survei dan paparan di atas
basah seperti pesisir pantai, rawa dan gosong peneliti tertarik untuk meneliti tentang Jenis dan
lumpur merupakan salah satu habitat burung trinil Kerapatan Burung Trinil (Tringa sp) di Kawasan
(MacKinnon 2010). Desa Sungai Rasau Kecamatan Bumi Makmur

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


517
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

sebagai Handout Materi Pengayaan Mata Kuliah


Ekologi Hewan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis Trinil
2. METODE
Selama 3 hari pengamatan di kawasan Desa
Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian, Sungai Rasau Kabupaten Tanah Laut didapatkan
yaitu penelitian deskriptif dan penelitian tiga jenis burung trinil yaitu trinil pantai (Tringa
pengembangan. Penelitian deskriptif digunakan hypoleucos), trinil semak (Tringa glareola), dan
untuk mendeskripsikan jenis dan kerapatan burung trinil rawa (Tringa stagnatilis) yang di dapatkan
trinil (Tringa sp) di Desa Sungai Rasau Kabupaten pada kawasan penelitian tambak dan pesisir
Tanah Laut dan penelitian pengembangan pantai.
digunakan untuk mengembangkan hasil data Burung trinil (Tringa sp) merupakan salah
penelitian deskriptif dalam bentuk bahan ajar satu kelompok burung migran yang berpindah dari
handout yang digunakan sebagai materi pengayaan satu tempat ke tempat yang lain untuk memenuhi
mata kuliah Ekologi Hewan. kebutuhan hidup dan berkembang biak. Hal ini
didukung oleh pernyataan (Jumilawaty, 2011) yang
2.1 Penelitian Deskriptif menyatakan bahwa famili dari Scolopacidae adalah
kelompok burung migran yaitu salah satunya
Data tentang jenis dan kerapatan burung trinil burung trinil. Tujuan burung melakukan migran
(Tringa sp) yang didapat dari dari hasil penelitian di salah satunya yaitu rusaknya habitat awal burung
kawasan tambak dan pesisir pantai Desa Sungai tersebut sehingga sumber daya menurun dan
Rasau kemudian dimuat dalam suatu bahan ajar perubahan suhu pada suatu habitat (Syahadat
berbentuk handout untuk materi pengayaan Ekologi 2015).
Hewan di Program Studi Pendidikan Biologi Kawasan Desa Sungai Rasau merupakan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. salah satu kawasan lahan basah yang terdiri dari
Metode penelitian deskriptif yang digunakan mangrove, tambak berlumpur dan tergenang air
adalah menggunakan teknik pengambilan sampel serta kawasan pesisir pantai yang memungkinkan
Indices Ponctuels d’Abondances / Index Point of sebagai habitat burung trinil (Tring sp). Masyarakat
Abundant (IPA Count).Metode ini digunakan untuk Desa Sungai Rasau banyak memanfaatkan
mencatat populasi burung secara kuantitatif. sumber daya lahan basah tersebut sebagai lahan
Sistematika metode ini dilakukan dengan keadaan tambak ikan untuk memenuhi kehidupan hidup
diam oleh pengamat pada titik tertentu kemudian sehari-hari. Keberadaan tambak ikan tersebut
melihat atau mendengar dan mencatat perjumpaan memicu adanya hewan-hewan kecil seperti
terhadap burung (Fachrul 2012). Crustacea dan Makrozoobentos yang merupakan
makanan utama burung air terutama burung dari
2.2 Penelitian Pengembangan famili Scolopacidae (Jumilawaty, 2011).
Pernyataan di atas mendukung adanya
Bahan ajar dalam bentuk handout yang keberadaan burung trinil pantai (Tringa
dikembangkan oleh peneliti dengan judul Jenis dan hypoleucos), trinil semak (Tringa glareola) dan trinil
Kerapatan Burung Trinil (Tringa sp) di Kawasan rawa (Tringa stagnatilis) di Kawasan Desa Sungai
Desa Sungai Rasau Kabupaten Tanah Laut Rasau Kabupaten Tanah Laut.
Sebagai Materi Pengayaan Mata Kuliah Ekologi
Hewan dilakukan uji Validasi oleh pakar dan uji 3.2 Kerapatan Burung Trinil
keterbacaan dilakukan oleh mahasiswa pendidikan
biologi yang telah lulus mata kuliah Ekologi Hewan. Menurut Fachrul (2006) jumlah individu terbesar
Hasil Penelitian deskriptif akan yang ditemui dari seluruh rangkaian pengamatan
dikembangkan menjadi bahan ajar berupa handout diasumsikan sebagai jumlah individu yang mewakili
dengan langkah-langkah penelitian yang digunakan 1 kelompok, sedangkan apabila jumlah individu
adalah penelitian dan pengembangan (R & D). terkecil yang ditemui diasumsikan bahwa individu
Menurut Brog dan Gall penelitian R & D adalah yang lain tidak terlihat pada saat pengamatan.
suatu proses langkah-langkah untuk Pada habitat pantai berlumpur memiliki
mengembangkan suatu produk baru atau keanekaragaman jenis yang tinggi dibandingkan
menyempurnakan produk yang telah ada, dimana habitat pantai mangrove. Secara umum pantai
semua kegiatan dapat dipertanggung jawabkan berlumpur cukup tersedia makanan, hal tersebut
(Camelia 2018). sesuai dengan pernyataan Backwell (1998). Oleh

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


518
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

karena itu kerapatan paling tinggi burung trinil di Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat
kawasan Desa Sungai Rasau yaitu pada kawasan bahwa kawasan penelitian Desa Sungai Rasau
tambak adalahburung trinil pantai (Tringa pada area tambak dan pesisir pantai sesuai
hypoleucos) dengan jumlah 13 ekor dan nilai sebagai tempat berkembang biak burung trinil yaitu
kerapatan1,65 Ind/Ha pada jam pengamatan kawasan dengan gosong lumpur pada tambak dan
08.00-08.20 dan kerapatan paling rendah yaitu tanah pesisir pantai sebagai tempat singgah dan
burung trinil Rawa (Tringa stagnatilis) dengan mencari makan burung Trinil. Hal ini dikuatkan
jumlah 8 ekor dannilai kerapatan 1,01 Ind/Ha pada berdasarkan teori MacKinnon (2010) yang
jam pengamatan 08.40-09.00. mengatakan habitat yang cocok untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan burung trinil
Tabel 1. Jenis dan kerapatan burung trinil (Tringa sp) yaitu kawasan dengan gosong lumpur
pantai dan pinggir sungai.
Tambak Pantai Peletakan telur pada burung trinil selama
Jenis Jam Jam
No  K  K
Burung musim kawin, mereka cenderung bersarang di
ind. (ind./ha) ind. (ind./ha)
1 Tinil 08.00 13 1,65 08.40 8 1,01 sepanjang pantai berpasir dan tepi sungai sebagai
Pantai - - tempat meletakan telurnya (Boev, 1998 dalam Tan,
08.20 09.00 2001). Hal tersebut menunjukan bahwa adanya
2 Trinil 16.00 10 1,27 09.20 5 0,63 kesamaan habitat burung trinil di Kawasan Desa
semak - -
16.20 09.40
Sungai Rasau Kabupaten Tanah Laut yaitu pada
3 Trinil 08.40 8 1,01 08.00 3 0,38 kawasan tambak dan pesisir pantai sebagai tempat
rawa - - meletakan telur burung trinil sehingga
09.00 08.20 memungkinkan terdapatnya burung trinil (Tring sp).

Daerah pesisir pantai merupakan daerah Mortalitas. Laju mortalitas dapat di artikan sebagai
terjadi interaksi diantara tiga unsur alam utama yaitu proporsi jumlah individu yang mati dalam suatu
daratan, perairan, dan udara. Kawasan ini berfungsi selang waktu dari jumlah individu populasi awal
sebagai zona penyangga (buffer zone) bagi banyak (Odum 1993). Berdasarkan pada saat penelitian di
hewan yang bermigrasi (ikan, udang ataupun Kawasan desa Sungai Rasau tidak ditemukan
burung) untuk tempat mencari makanan, bangkai burung trinil (Tringa sp) yang mati baik oleh
berkembangbiak dan membesarkan anaknya pemangsa maupun penyakit. Namun, berdasarkan
menurut Fachrul (2007) dalam Abdullah (2013). hasis wawancara dengan masyarakat sekitar
Sehingga didapatkan hasil kerapatan tertinggi pada mengatakan bahwa burung trinil rawa (Tringa
kawasan pesisir pantai yaitu burung trinil pantai stagnatilis) dapat diburu untuk dijual dan dikonsumsi
(Tringa hypoleucos) pada jam pengamatan 08.40- dagingnya sehingga hal ini menjadi ancaman bagi
09.00 dengan kerapatan 1,01 Ind/Ha dan kerapatan burung trinil khususnya untuk burung trinil rawa.
terendah yaitu burung trinil Rawa (Tringa stagnatilis) Kondisi demikian diduga berpengaruh terhadap
pada jam pengamatan 08.00-08.20 dengan nilai kerapatan burung trinil yang menunjukan Tringa
kerapatan0,38 Ind/Ha. stagnatilis mendapatkan nilai terendah pada
Menurut Alikodra (1990) jika di suatu habitat kawasan tambak dan pesisir pantai.
terdapat jenis makanan yang disukai maka habitat Burung trinil (Tringa sp) yang berumur muda
tersebut akan sering dikunjungi oleh jenis-jenis umumnya sangat rentan terhadap predasi sebelum
burung tertentu. Sehubungan dengan karakteristik dia terbang. Lebih lanjut meningkatkan kerentanan
di atasyang berkenaan dengan faktor-faktor yang mereka anak burung cenderung lemah dan tidak
mempengaruhi kerapatan populasi burung trinil dapat melarikan diri ketika ada predator pemangsa.
(Tringa sp) di Kawasan Desa Sungai Rasau Namun warna coklatbintik-bintik pada bulu mereka
Kabupaten Tanah Laut akan dijelaskan beberapa berfungsi sebagai kamuflase disuatu habitat.
faktor yang mempengaruhinya yaitu natalitas, Beberapa predator yang dikenal dari burung air
mortalitas, emigrasi, imigrasi, dan migrasi umumnya termasuk buaya muara, rubah, dan
(Manurung 1995). musang (Yalden 2004).

Natalitas. Natalitas merupakan kemampuan Migrasi. Burung migran melakukan migrasi


populasi untuk bertambah atau meningkatkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepadatan
jumlahnya, melalui produksi individu baru yang populasi dan faktor kondisi fisik lingkungan seperti
dilahirkan atau ditetaskan dari telur melalui aktivitas adanya perubahan suhu dan persediaan sumber
perkembangbiakan (Manurung, 1995). makanan (Pudjo 2000). Burung migran setiap

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


519
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

tahunnya melakukan perjalanan migrasi dari dinilai Sangat valid untuk dijadikan bahan ajar pada
belahan bumi utara ke belahan bumi selatan. Famili suatu satuan pendidikan.
dari Scolopacidae adalah kelompok burung
pendatang (migran) yang berpindah tempat untuk Tabel 2. Hasil validasi bahan ajar handout
mencari habitat yang cocok untuk melanjutkan
hidupnya seperti mencari makan, membuat sarang Skor Validasi (%)
No Indikator Penilaian
dan berkembang biak (Irmawan 2014). V1 V2 V3
Adapun ancaman bagi burung trinil (Tringa 1 Aspek Kelayakan Isi
2 Aspek Kelayakan Penyajian 82,30 88,61 82,61
sp) di Kawasan Desa Sungai Rasau yaitu adanya
3 Penilaian Bahasa
alih fungsi lahan dari yang dulunya hanya Kawasan
Rerata (%) 84,50
lahan basah sekarang banyak di manfaatkan Kriteria Validitas Valid
masyarakat sebagai kawasan tambak ikan dan Keterangan:
aktifitas masyarakat yang berburu burung yang V1 = Validator a.n. Drs.Bunda Halang, MT
akan mempengaruhi kerapatan suatu populasi V2 = Validator a.n. Mahrudin, S.Pd, M.Pd
hewan terutama burung air. Hal tersebut didukung V3 = Validator a.n. Maulana Khalid Riefani, S.Si, M.Sc
oleh pernyataan menurut (Sin 2003) yang
mengatakan bahwa aktifitas masyarakat seperti Penelitian-penelitian tentang penggunaan
menambang pasir, memancing ikan, mencari kayu bahan ajar berpotensi lokal pernah dilakukan oleh
bakar, memulung sampah, menggembala ternak, Aminuddin (2017) yang mengembangkan bahan
berburu dan bercocok tanam. Aktifitas-aktifitas ajar Handout tentang Kerapatan Populasi Burung
tersebut mungkin dapat mengancam Bentet Kelabu di Hutan Gunung Lintang sebagai
keberlansungan migrasi burung pantai yang materi pengayaan untuk SMA yang dinyatakan
menggunakan lokasi sebagai tempat singgah dan sudah sangat valid.
mencari makan (Sin, 2003). Berdasarkan hasil skor uji keterbacaan oleh
Berdasar hasil pengamatan ditemukan 3 jenis lima mahasiswa/i yang dalam hal ini yaitu
burung trinil (Tring sp) yaitu trinil pantai (Tringa mahasiswa/i yang telah lulus mata kuliah Ekologi
hypoleucos), trinil semak (Tringa glareola) dan trinil Hewan terhadap bahan ajar yang berbentuk
rawa (Tringa stagnatilis) yang termasuk dalam handout didapatkan hasil rerata penilaian
kelompok burung migran dari negara lain yang terhadap bahan ajar yang disusun yaitu sangat
kemudian menetap dan tinggal di habitat tambak valid (Tabel 3). Uji coba keterbacaan ini
berlumpur dan pesisir pantai di kawasan Desa dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan
Sungai Rasau Kabupaten Tanah Laut. Keberadaan manfaat serta efektivitas penggunaan media
3 jenis burung trinil tersebut menunjukan bahwa dalam pembelajaran untuk bahan revisi atau
adanya kecocokan suhu dan habitat yang di jadikan penyempurnaan sebelum diproduksi (Ahsyar
sebagai tempat tinggal dan berkembangbiak burung 2012).
tersebut Uji keterbacaan ini penting dilakukan agar
bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan
kondisi mahasiswa/i yang akan menggunakannya
3.3 Bahan Ajar Handout
di lapangan secara reel. Selain itu bahan ajar
yang sesuai karakteristik mahasiswa
Hasil skor validasi dari Validator 1, Validator 2 dan
memungkinkan mahasiswa dapat belajar sendiri,
Dosen pembimbing 1 menunjukkan bahwa bahan
sehingga makin menambah pengalaman belajar
ajar yang dikembangkan termasuk dalam kriteria
mahasiswa/i. Hal ini didukung oleh Aisyi (2013)
cukup valid (Tabel 2). Merujuk kepada kriteria
bahwa pengembangan bahan ajar yang disusun
penilaian Akbar (2014), handout mengenai Jenis
haruslah kontekstual, maksudnya berasal dari
dan Kerapatan Populasi Burung Trinil (Tringa sp) di
lingkungan terdekat dan akrab dengan kehidupan
Kawasan Desa Sungai Rasau Kabupaten Tanah
sehari-hari.
Laut termasuk dalam kategori cukup valid dan layak
Penelitian tentang uji keterbacaan handout
digunakan sebagai materi pengayaan Mata Kuliah
oleh mahasiswa pernah dilaporkan oleh Camelia
Ekologi hewan pada materi Populasi. Hasil validasi
(2018) yang mendapatkan hasil uji keterbacaan
handout dengan kriteria valid menunjukkan bahwa
dengan kriteria sangat valid
bahan ajar yang dikembangkan mempunyai kualitas
yang baik dan dapat dipergunakan (Hera, 2014).
Seperti juga yang dijelaskan oleh (BSNP 2014), jika
komponen itu sudah lengkap maka bahan ajar akan

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


520
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

Tabel 3. Hasil uji keterbacaan mahasiswa dengan rerata 1,65 Ind/Ha pada kawasan tambak
dan pesisir pantai.
Tanggapan Bahan ajar yang berupa handout dengan judul
No. Aspek Rerata
M1 M2 M3 M4 M5 Jenis dan Kerapatan Burung Trinil (Tringa sp) di
1. Desain cover sudah 4 4 4 4 5 4,2 Kawasan Desa Sungai Rasau Kabupaten Tanah
simpel dan menarik
Laut didapatan skor validitas oleh 3 validator
2. Gambarnya menarik 4 5 5 5 4 4,6
dan sesuai. dengan skor validitas 84,51 % valid atau layak
3. Gambar yang disajikan 4 4 4 4 4 4 dikembangkan sebagai materi pengayaan pada
sangatjelas. mata kuliah Ekologi Hewan dan pada uji
4. Tulisannya 5 4 4 4 4 4,2 keterbacaan dari 5 mahasiswa dengan didapatan
menggunakan huruf hasil skor 86,4 % dengan kriteria sangat baik.
yang jelas.
5. Kalimat di dalam 5 5 4 4 4 4,4 5. DAFTAR PUSTAKA
handout mudah
dipahami. Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan
6. Gambar terlihat jelas 4 4 5 4 4 4,2 Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
dalam handout. Aminuddin K. 2017. Kajian Kerapatan Populasi Burung
7. Istilahdalam handout 5 5 4 5 5 4,8 Bentet Kelabu (Lanius schach) di Kawasan Hutan
mudah dipahami Lindung Gunung Lintang Kabupaten Tanah Lau
8. Materi yang disajikan 4 4 4 4 5 4,2 sebagai handout pengayaan Materi Biologi SMA
runtut Kelas X. FKIP ULM, Banjarmasin.
9. Tidak ada kalimat 4 4 4 4 5 4,2 Asyhar R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media
yang menimbulkan Pembelajaran. Gaung Persada (GP) Press,
makna ganda. Jakarta.
10. Materi Ekologi Hewan 5 5 4 4 4 4,4 Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
dapat dipahami dengan Praktik. (EdisiRivisi). RinekaCipta, Jakarta.
mudah menggunakan Akbar S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. PT
handout ini Remaja Rosdakarya, Bandung.
Jumlah 44 48 42 42 44 43,2 Camelia D. 2018. Jenis dan Kerapatan Burung Dara Laut
Rerata 86,4 % (Famili Sternidae) di Kawasan Desa Sungain
Kriteria Validitas Sangat Baik Rasau Kecamatan Bumi Makmur Sebagai Handout
Keterangan Materi Pengayaan Biologi SMA Kelas X. FKIP
M1 = Mahasiswa a.n.Olfia Ekasari ULM, Banjarmasin
M2 = Mahasiswa a.n.Yuni Radianti
Dharmawan A. 2005. Ekologi Hewan. Universitas Negeri
M3 = Mahasiswa a.n.Vivi Nurrumah
M4 = Mahasiswa a.n.Husna Malang, Malang.
M5 = Mahasiswa a.n.Desica Amalia Dharmono. 2015. www.Eco-wadland.blogspot.co.id.
Diakses: 24 Desember 2017.
Tabel 4. Kriteria uji keterbacaan Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dikmenum Depdiknas, Jakarta.
Nilai Kriteria Elfidasari, D. 2005. Pengaruh perbedaan lokasi mencari
80,1 - 100% Sangat Baik makan terhadap keragaman tiga jenis kuntul di
60,1 – 80% Baik Cagar Alam Pulau Dua Serang: Cosmerodius
40,1 - 60% Sedang albus, Egratta garzetta, Bubulcus ibis. Makara
20,1 – 40% Tidak baik Sains 9 (1): 7-12.
0.0 – 20 % Sangat tidak baik Elfidasari D, Junardi. 2006. Keanekaragaman burung air
Sumber : Arikunto, 2010 di Kawasan Hutan Mangrove Pantai. Kabupaten
Pontianak. Biodiversitas 7(1): 63-68.
4. SIMPULAN Fachrul MF. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi
Aksara, Jakarta
Fachrul MF.2012. Metode Sampling Bioekologi. Bumi
Ditemukan 3 jenis burung trinil yaitu trinil pantai
Aksara, Jakarta
(Tringa hypoleucos), trinil semak ( Tringa glareola) Hera R, Khairil, Hasanuddin. 2014. Pengembangan
dan trinil rawa (Tringa stagnatilis). handout pembelajaran embriologi berbasis pada
Kerapatan tertinggi pada Kawasan penelitian perkuliahan perkembangan untuk meningkatkan
yaitu area tambak dan pesisir pantai ditemukan pemahaman konep mahasiswa di Universitas
burung trinil pantai (Tringa hypoleucos) dengan Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal Edubio
rerata 4,09 Ind/Ha dan kerapatan terendah Tropika 2: 187-250
didapatkan oleh trinil rawa (Tringa stagnatilis) Irsan JA. 2012. Pengembangan Handout Berbasis
Kontekstual untuk Pembelajaran Kimia Materi

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


521
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 4 Nomor 3 Halaman 516-522 April 2019 e-ISSN 2623-1980

Makromolekuler sebagai Sumber Belajar Mandiri Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan)
Peserta Didik Kelas XII SMA/MA. FMIPA, .Edisi III. Gadjah Mada University Press,
Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta. Yogyakarta
Jamaksari H. 2011. Keanekaragaman Burung Pantai Owen IPF, Harley IR. 1998. Sexual Dimorphism in Birds :
Pada Berbagai Tipe Habitat Lahan Basah di Why Are There So Many Defferent Forms of
Kawasan Muara Cimanuk, Jawa Barat. Institut Dimorphism? Royal Society Publishing, London.
Pertanian Bogor, Bogor. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Jani M, Nuning, Suci N, Henny I. 2016. Keanekaragaman Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Jenis Burung Areal Tambak Intensif di Sumatera Pratiwi A et al. 2014. Pengaruh model pembelajaran
Selatan dan Lampung. 9(2). problem solving dan reasoning berbasis
Jumilawaty E, Mardiastuti A, Mulyani Y. 2011. brainstorming terhadap keterampilan berpikir kreatif
Keanekaragaman burung air di Bagan Percut, Deli pada matapelajaran IPA. Jurnal MIMBAR PGSD.
Serdang Sumatera Utara. Media Konservasi 16(3). Pough FH. 1998. Herpetology. Prentice Hall, lnc. New
Kuswanda W. 2010. Pengaruh komposisi tumbuhan Jersey.
terhadap populasi burung di Taman Nasional Syahadat FE, Siahaan S. 2015. Studi Keanekaragaman
Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Jenis Burung Diurnal di Hutan Mangrove Pantai Air
Hutan dan Konservasi Alam. 7(2): 193-213. Mata Permai Kabupaten Ketapang. 3(1): 21 – 29.
Mackinnon J, Phillips K, Balen B. 2010. Seri Panduan Soendjoto MA, Riefani MK, Triwibowo D, Wahyudi F.
Lapangan: Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, 2016. Jenis burung di area reklamasi PT Adaro
dan Kalimantan. Puslit bang Biologi LIPI-BirdLife Indonesia yang Direvegetasi Tahun 1996/1997.
International, Bogor. Proceeding Biology Education Conference 13(1):
MacKinnon et al. 1990. Pengelolaan Kawasan yang di 723-729.
Lindungi di Daerah Tropica (Terjemahan). Gadjah Situmorang RP. 2016. Analisis potensi lokal untuk
Mada. University Press, Yogyakarta mengembangkan bahan ajar biologi di SMA Negeri
Manurung B. 1995. Dasar-dasar Ekologi Hewan. IKIP, 2 Wonosari. 4(1).
Medan. Tan R. 2001. Common Sandpiper Actitishypoleucos (on-
Nirarita CE, Wibowo E, Padmawinata. 1996. Ekosistem line) Naturia.
Lahan Basah Indonesia: Buku Panduan Untuk http://www.naturia.per.sg/buloh/birds/Actitis_hypol
Guru dan Praktisi Pendidikan. Asian Wetlands eucos.htm. Diakses: 23 Mei 2018.
Bureau, Bogor.
-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


522

Anda mungkin juga menyukai