Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI KETENAGAKERJAAN

“Tentang Konsep Dasar Geografi Ketenagakerjaan”

Disusun Oleh:
Kelompok I
Nurul Fadillah (
3183331023)
Bayhaqi Ahmad
(3181131001)
Nur Afdal Zendrato (3183331003)
Tika Fridawati (3191131021)

Kelas : D Reguler 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha

Esa, dengan ilmu-Nya yang Maha Luas, serta kemurahan hati-Nya, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah kami ini mengenai “Konsep Dasar Geografi

Ketenagakerjaan“.Dan tak lupa kami berterima kasih kepada Bapak Drs.

Walbiden Lumbantoruan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Geografi

Ketenagakerjaan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan,

Oleh karena itu kami sangat mengaharapkan saran dan kritik yang dapat

membangun dan menyempurnakan makalah kami ini, kami berharap semoga

tulisan makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan bagi kita semua.

Medan, 20 Agustus 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Konsep Tenaga Kerja 3

2.2. Konsep Ketenagakerjaan 4

2.3. Teori-Teori Ketenagakerjaan 7

2.4. Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia 9

2.5. Solusi Permasalahan Ketenagakerjaan Di Indonesia 10

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan 13

3.2. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat


pengangguran yang jauh lebih tinggi, dari angka resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar
sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor
informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai
kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah pengangguran dan
setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang
merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi
merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi
beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang. Mengkaji tentang ketenagakerjaan merupakan hal yang
kompleks, Karena banyak sekali hal yang mempengaruhi terhadap
ketenagakerjaan. Maka dari itu, Untuk mengetahui lebih mendalam tentang
ketenagakerjaan dibuatlah makalah ini dimana akan membahas tentang Konsep
dasar ketenagakerjaan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, Maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja ?

2. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan ?

3. Apa saja teori-teori tentang ketenagakerjaan ?

4. Apa saja masalah ketenagakerjaan di Indonesia?

5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia?

1
1.3. Tujuan
Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah diatas, Maka yang
menjadi tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang konsep tenaga kerja

2. Untuk mengetahui tentang konsep ketenagakerjaan

3. Untuk mengetahui tentang teori-teori ketenagakerjaan

4. Untuk mengetahui tentang masalah ketenagakerjaan di Indonesia

5. Untuk mengetahui tentang cara mengatasi permasalahan ketenagakerjaan

di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupu inin untuk masyarakat.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai
tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada
yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun,
bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah
termasuk tenaga kerja. Namun, secara garis besar pemerintah telah menetapkan
perbedaan dari tenaga kerja dan bukan tenaga kerja yang dilihat dari batas umur.
Dimana survei penduduk yang dilakukan oleh instansi pemerintahan Badan Pusat
Statistik (BPS) Tahun 2010 menggunakan batasan tenaga kerja usia kerja 15
tahun ke atas. Definisi penduduk yang digolongkan bekerja pada sensus penduduk
tahun 2010 adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan
suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit duajam (BPS, 2011).
Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika
penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam
kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.
Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah
mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional
dan sektoral sehingga menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian
nasional. Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi,

3
Sebagai sarana produksi, tenaga kerja sangatlah penting dalam proses produksi
daripada sarana produksi lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya,
dikarenakan manusialah yang menggerakkan atau mengoperasikan seluruh
sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan suatu barang yang bernilai yang
nantinya akan berpengaruh terhadap besaran Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di suatu wilayah.

2.2. Konsep Dasar Ketenagakerjaan

Menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Untuk tenaga kerja (manpower) diartikan kepada penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari kerja, dan yang melakukan kegiatan lain
seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok
yang dapat mengambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Salah
satu isu penting dalam ketenagakerjaan, disamping keadaan angkatan kerja
(economically active population) dan struktur ketenagakerjaan adalah isu
pengangguran. Pengangguran dari sisi ekonomi merupakan produk dari
ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia.
Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas tidak mampu menyerap ‘para
pencari kerja’ yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya
menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi saja melainkan juga
menimbulkan berbagi masalah di bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan
sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan data ketenagakerjaan, Badan Pusat Statistk
(BPS) melaksanakan pengumpulan data ketenagakerjaan melalui berbagai
kegiatan sensus dan suevei antara lain Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk
Antar Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas merupakan survei yang dirancang

4
khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah
tangga. Dalam menyajikan data ketenagakerjaan, BPS selalu menggunakan
konsep/definisi yang direkomendasikan oleh Internasional Labor Organization
(ILO). Hal ini dimaksudkan terutama agar data ketenagakerjaan yang dihasilkan
dari berbagai survei di Indonesia dapat dibandingkan secara Internasional, tanpa
mengesampingkan kondisi ketenagakerjaan spesifik Indonesia.

Adapun beberapa konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan


adalah sebagai berikut :

1) Penduduk
Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

2) Usia kerja
Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically
active population) 15 tahun (meskipun dalam survei dikumpulkan
informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa batas atas usia kerja.

3) Angkatan Kerja
Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang
dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

4) Bukan angkatan kerja


Penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup
penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainya.

5) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan
seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta

5
secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Selain itu kesempatan kerja
juga dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau orang
yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja
semakin luas kesempatan kerja. Kesempatan kerja dimaknai sebagai
lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat
dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Kesempatan kerja nyata  bisa
juga dilihat dari jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, yang tercermin
dari jumlah penduduk usia kerja (15 tahun) ke atas yang bekerja (Sapsuha,
2009).

6) Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntingan
paling sedikit 1(satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.
Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang
punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,
misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.

Jika dibuat dalam sebuah peta konsep, Maka peta konsep dari
ketenagakerjaan ini adalah sebagai berikut :

Bagan 1. Struktur Penduduk dan Tenaga

6
Kerja.
Catatan: Waktu kerja menurut UU. No. 13 Tahun 2003 adalah :
a. 7 jam 1 hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
b. 8 jam 1 hari dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
c. 8 jam 1 hari dan > 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.

2.3. Teori-Teori Tentang Ketenagakerjaan


Adapun teori-teori ketenagakerjaan yang berkembang adalah sebagai
berikut :
1) Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi
yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam
Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah
pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal
(fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan
kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2) Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap
sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-
pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan
deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan
deret hitung. Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan
diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi,
kekurangan pangan dan sebagainya.

3) Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan
pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun
para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan
berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

7
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil
sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor
( marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh
pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga
tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit.
Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil
dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga
turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun
drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil
dan pengangguran menjadi semakin luas.

4) Teori Harrod-domar
Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut
teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar
kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan
permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas
yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan
muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

5) Teori Tentang Tenaga Kerja


Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti
ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah.
Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan
terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan
dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar
tenaga kerja.

8
2.4. Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Tenaga Kerja, Kamar Dagang dan
Industri Indonesia yaitu bapak Benny Soetrisno. Ada tiga masalah besar
ketenagakerjaan Indonesia yaitu :

1) Kesempatan kerja yang terbatas,


Terbatasnya kesempatan kerja membuat belum tertampungnya seluruh
pencari kerja yang ada, baik yang baru menyelesaikan pendidikan,
pengangguran dan yang ingin bekerja kembali.

2) Rendahnya kualitas angkatan kerja,


Rendahnya kualitas angkatan kerja terlihat dari sensus yang dilakukan
Badan Pusat Statistik pada 2014 dimana tenaga kerja yang pendidikan
terakhirnya Sekolah Dasar masih dominan mencapai mencapai 46,9%.

3) Tingginya tingkat pengangguran


Definisi untuk pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Definisi ini
digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000, sedangkan
sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan
menjadi sebagai berikut, Pengangguran adalah mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya
dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja), yang sudak punya pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai bekerja), dan
pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Tingginya tingkat
penggangguran berdasarkan data BPS mencapai 7,4%.
Diilihat dari penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian :
a) Pengangguran struktural yaitu : pengangguran yang terjadi karena adanya
perubahan dalam struktur perekonomian. Penduduk tidak mempunyai
keahlian yang cukup untuk memesuki sektor baru sehingga mereka

9
menganggur. Contoh para petani kehilangan pekerjaan karena adanya
berubahan dari daerah agraris menjadi daerah industri.
b) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang terjadi karena
menurunnya kegiatan perekonomian (misal terjadi resesi) sehingga
menyebabkan berkurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
c) Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya
pergantian musin misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
d) Pengangguran friksional adalah Pengangguran yang muncul akibat adanya
ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
e) Pengangguran teknologi adalah Pengangguran yang terjadi karena adanya
penggunaan alat-alat teknologi yang semakin modern yang menggantikan
tenaga kerja manusia.

2.5. Solusi masalah ketenagakerjaan di Indonesia


Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan
melalui berbagai upaya praktis seperti berikut:
1) Jumlah Angkatan Kerja yang Besar 
Pemecahan masalahnya:
Jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat
kelahiran atau pertubuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan
pemerintah dalam menekan atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk yaitu dengan memaksimalkan pelaksanaan program keluarga
berencana (KB). Jika program KB berjalan baik, maka jumlah angka
pertumbuhan atau kelahiran akan menurun, demikian pula angkatan kerja
semakinseimbang. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja yangberimbang
ini, diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka jumlah
penggangguran juga berkurang.

2) Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah 
Penyebab rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia diantaranya karena
rendahnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang tersedia, kurangnya pelatihan dan pemagangan kerja.

10
Pemecahan masalahnya:
Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas tenaga kerja dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
⮚ Melakukan pelatihan kerja
⮚ Pemagangan
⮚ Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
⮚ Membenahi upah dan gaji tenaga kerja
⮚ Peningkatan Gizi dan Kesehatan

3) Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata


Persebaran tenaga kerja tidak merata disebabkan karena terkonsentrasi
(terpusat)nya penduduk Indonesia di Pulau Jawa. Hampir 60 % penduduk
Indonesia berada di pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak
semakin banyaknya jumlah pengangguran di pulau Jawa, sedangkan di luar
pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja
untuk mengolah sumber daya yang ada. Pemecahan Masalahnya:
Untuk pemecahan masalah tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan
beberapa kebijakan dalam rangka pemerataan pesebaran tenaga kerja. Berikut
ini beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah.
⮚ Mengadakan transmigrasi
⮚ Pemberdayaan tenaga kerja
⮚ Pengembangan usaha sektor informal di daerah-daerah

4) Kesempatan Kerja Masih Terbatas


Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja ini dapat
dilakukan dengan cara pengembangan industri padat karya yang mampu
menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan penanaman modal dalam negeri. Usaha lainnya yang dapat
dilakukan dalam mengatasi masalah terbatasnya lapangan kerja ini adalah
dengan pengembangan pekerjaan umum, seperti pengadaan proyek
pembangunan jalan, pembuatan saluran air, irigasi, pembuatan jembatan, dan
perbaikan jalan.

11
5) Pengangguran
Masalah pengangguran ini disebabkan oleh keempat masalah yang
disebutkan di atas, oleh karena itu pengangguran dapat di tekan atau diperkecil
bila keempat masalah tadi juga sudah dapat diatasi. Pengangguran di samping
disebabkan oleh keempat masalah tadi, bisa juga terjadi karena sering
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketergantungan angkatan
kerja pada lowongan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan
perusahaan. Mereka lebih suka menunggu lowongan pekerjaan dibuka, jarang
sekali angkatan kerja yang berkeinginan untuk menciptakan lapangan kerja
sendiri melalui kegiatan wirausaha.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Untuk tenaga kerja (manpower) diartikan kepada penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari kerja, dan yang melakukan kegiatan lain
seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Ada tiga masalah besar
ketenagakerjaan Indonesia yaitu : Kesempatan kerja yang terbatas, Rendahnya
kualitas angkatan kerja, dan Tingginya tingkat pengangguran. Adapun beberapa
solusi dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan yaitu Peta Perencanaan dan
Pengelolaan Ketenagakerjaan, Mendorong Investasi, Memperbaiki daya saing,
Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja, dan Peningkatan Keahlian Pekerja.

3.2. Saran
Saran dari kelompok kami agar pemerintah dapat lebih memfokuskan
perhatiannya kepada ketenagakerjaan di Indonesia. Pengangguran yang ada di
Indonesia harus segera diatasi dengan membuka lapangan pekerjaan.
Pemerataan lapangan pekerjaan di setiap daerah juga harus diperhatikan. Selain
kepada pemerintah, Kami juga menyerankan kepada seluruh penduduk
Indonesia terutama penduduk yang sudah masuk kedalam angkatan kerja agar
dapat meningkatkan kualitas dan mengasah keterampilannya sehingga dapat
membuka lapangan pekerjaan dengan berwirausaha, sehingga nantinya tidak
meminta lapangan pekerjaan namun mampu untuk membuka lapangan
pekerjaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Khakim, Abdul. 2014. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia.


Bandung : Citra Aditya Bakti.

Lalu Husni, 2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Depok : PT.


Raja Grafindo Persada

Manulang, SH. 1995.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Mathis dan Jackson, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama,
Jakarta : Salemba Empat.

Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Website :
https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja

http://eprints.ums.ac.id/21822/2/bab_1.pdf

https://www.academia.edu/7148920/Menganalisis_Permasalahan_Ketenagakerjaa
n_di_Indonesia

http://industri.bisnis.com/read/20141202/12/379243/mea-2015-indonesia-hadapi-
3-masalah-ketenagakerjaan

14

Anda mungkin juga menyukai