Anda di halaman 1dari 4

TEACHING IS A HUMAN ACT

Berikut adalah hal – hal yang ada dalam jiwa seorang pendidik yang benar – benar
mendidik:

Percaya diri, kompetensi profesional dan kedermawanan

Komitmen

Pendidikan sebagai bentuk inventari di dunia

Kebebasan dan Otoritas

Pembuat keputusan yang sadar dan hati hati

Tau cara mendengarkan

Pendidikan yang ideologis

Keterbukaan terhadap dialog

Kewenangan yang dilaksanakan dengan percaya diri sangat penting dalam mengajar,
percaya diri dalam mengekspresikan dirinya dan tegas dalam bertindak ketika dihadapkan
dengan otonomi dan penyampaian pendapat pelajar.pengajar harus serius dalam belajar
sebagai modal untuk memciptakan proses belajar dalam kelas lebih berkualitas dengan
mampu mengkoordinir kegiatan dalam kelas sebaik mungkin. Banyak kita jumpai dilapangan
pengajar itu menguasai semua materi yang akan diajarkan namun tidak mampu menguasai
kelasnya.

Kewenangan lain yang diterapkan dalam kelas adalah murah hati, cara ini akan
mengajarkan siswa akan kerendahan hati dan meredamkan sifat sombong dalam diri mereka.
Dengan terbentuknya kerendahan hati setiap siswa akan menciptakan kelas yang harmonis
walau ketika guru tidak mengontrolnya. Pada akhirnya akan terbentuk pendidikan yang
benar-benar memberi pengalaman otentik bagi semua siswa.

Keadaan kelas yang telalu kaku akan menciptakan reaksi negatif yaitu menurunkan
kekreatifan siswa. Kelas yang sebaiknya diciptakan adalah tegas dan disiplin namun tidak
mengurangi kebebasan siswa dalam berekspresi, baik itu dalam memberikan pendapat,
bertindak dan menanggapi. Saling menghormati juga tidak kalah penting, seorang guru harus
menunjukkan sikap hormat kepada siswanya agar dijadikan panutan, sehingga merekapun
akan melakukan hal yang sebaliknya.

Menjalankan tugas dengan sungguh sebagai seorang guru akan menumbuhkan


komitmen dalam mengajar, dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk bertanggung jawab
apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan, bahkan yang akan dilakukan. Jadikan sehadiran
seorang guru adalah penantian bagi siswanya. Menuntun siswa untuk menganalisa apa yang
disampaikan, membandingkan, mengevaluasi, memutuskan dan memilih. Guru tidak boleh
lengah walau sebentar dalam hal tersebut, dan harus selalu berlaku adil tanpa memandang
siswa berasal dari keluarga mana, bentuk wajah yang rupawa, dan kemampuan yang luar
biasa.

Memahami dan mengetahui keberadaan diri akan membuat kita mampu beradaptasi
dangan lingkungan, tidak melakukan keberpihakan yang berlebihan terhadap suatu hal yang
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Saat membahas tentang lingkungan yang
sangat semraut tidaklah bersikap seolah-olah membela ketidak mampuan manusia dalam
mengatasi pengangguran, mengurangi kemiskinan dan kelaparan, karena hal tersebut adalah
takdir yang bisa dirubah. Manusia adalah makhluk yang bisa melakukan berapa hal diluar
batasan. Yang awalnya dianggab tidak mampu untuk didapatkan ternyata setelah berusaha
terus menerus dia mendapatkan jauh diatas yang diharapkan. Begitu juga menjadi guru, yang
selalu menjunjung keadilan, membela yang benar dan melawan yang salah. Tidak melakukan
keberpihakan sama sekali. Bahkan untuk anak yang kemampuan rendah itu bukanlah suatu
kendala karena itu juga takdir yang dapat dirubah.

Kebebasan dan otoritas dalam mengajar harus diimbangi, seperti halnya ketika siswa
lain memanggil kawannya dari kelas yang sedang kota kelola, dalam hal tersebut kita beri
kebebasan untuk menjumpainya namun harus dibarengi dengan otoritas yang ada yaitu
bagaimana seharusnya menjumpai kawan yang dalam kelas sedang berlangsung
pembelajaran, nah untuk hal sepele seperti itu haruslah diciptakan kondisi yang sewajarnya,
baik baik tetap ditegakkan dan yang tidak baik diperbaiki menjadi lebih baik. Kebebasan
dalam kelas itu tetap harus dibarengi dengan ketegasan, kalau tidak maka siswa akan
bertindak sukahati tanpa memperhatikan nilai – nilai yang seharusnya diterapkan selama
pembelajaran dan di luar sekolah.
Keputusan dalam memutuskan suatu hal perlu dilakukan dengan sangat hati – hati dan
kemudian meninjau baik buruk yang akan terjadi setelahnya, karena pendidikan yang
disampaikan bukan untuk aplikasi sehari, namun sampai akhir hayat nanti. Dalam bertindak
juga memperhatikan apa yang sudah tersampaikan, jangan sampai kita melewati batasan yang
sudah kita buat sebelumnya, hal itu akan merubah pandangan siswa kerhadap gurunya. Rasa
hormat yang seharusnya tumbuh dalam diri siswa bisa saja berkurang dengan kejadian
tersebut. Siswa diarahkan untuk menggapai mimpi, cita – cita, otopia, tujuan, dan
pencapainya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Guru juga bertugas memotivasi siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami
objek, memberi penegasan setiap pembelajaran terhadap keingintahuan siswa, yang
kemudian akan menghasilkan kepuasan akan pencapaian tujuan. Jika siswa mengeluh, ragu,
takut dan tidak mampu menyelesaikan persoalan sulit, disitulah peran besar ada pada guru
untuk tetap membuat mereka ingin tau akan hal baru dan bersemangat menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kelas. Siswa harus mampu mengkomunikasikan
apa yang sudah dipelajari dan dipahami baik secara lisan maupun tulisan. Guru dalam
memberikan motifasi tidak memandang dia anak siapa, bagaimana kulitnya, wajahnya dan
kemampuannya. Semua disama ratakan agar keutuhan dalam hormat menghormati tetap
terjaga.

Guru dapat melecehkan siswa tanpa memukul secara fisik, misalnya ketidak
terbukaan guru dalam menerima pandangan siswa, atau tidak menerima cara siswa
mendefinisikan sesuatu dengan bahasa mereka, ataupun menyelesaikan soal dengan
melangkahi step yang sudah diajarkan, demikian itu bukanlah sikap otoriter yang diharapkan
terjadi dalam kelas. Guru mendengarkan dan menganalisa penjelasan siswanya yang
kemudian membuat jalan tengah jika ada yang kurang tepat, menyanggah dengan baik jika
ada yang salah, dan memberi apresiasi jika benar walaupun cara yang dipakai siswa berbeda
dari yang sudah dijelaskan sebelumnya. Memang dalam mengajar tidak mampu mengubah
seluruh negri, namun paling tidak mampu mendemonstrasikan bahwa ada hal yang mungkin
berubah dan menjadi lebih baik.

Dasar setiap pertemuan adalah penghormatan setiap perbedaan dan pengakuan atas
koherensi antara apa yang dikatakan setiap orang dengan apa yang mereka lakukan.
Keterbukaan yang terbangun akan menciptakan kedamaian dalam setiap diri individu.
Penting bagi seorang guru untuk memberi kesempatan kepada siswanya untuk mendiskusikan
tema tertentu, menganalisis fakta yang terkait. Namun tidak perlu merasa bahwa dirikita lebih
tau akan segalanya dan terhebat diantara mereka, hanya menumpukan keyakinan bahwa ada
hal yang saya ketahui dan ada beberapa lainnya yang belum saya ketahui. Dengan demikian
kita akan mengetahui lebih baik apa yang sudah kita ketahui dan mempelajari lagi apa yang
belum diketahui, tidak perlu malu jika masi ada yang belum diketahui, kita hanya perlu terus
mempelajari sampai benar – benar menguasainya.

Pengetahuan guru tidak hanya materi dan menguasai kelas sebagai profesionalisme,
namun juga tau hal sekitar, bagaimana perkembangan lingkungan dan apa hambatan yang
terjadi disekitar, selalu menggali sebab akhibat setiap kejadian, baik dalam kelas maupun di
luar kelas. Guru juga harus paham konteks ekologi, sosial, dan ekonomi dari tempat tinggal
dan mengajar. Adakalanya guru membagi pertualangan yang sudah dilalui dibidang
pendidikan ataupun hal lainnya untuk menciptakan keakraban dengan siswa, dengan cara itu
akan membantu guru dalam mencari tau bagaimana kehidupan di luar sekolah yang dialami
siswanya. Mengajar akan terlihat antusias jika dilakukan dengan menyenangkan, saling
menghormati dan tetap mencapai tujuan.

Tidak ada yang bisa diharapkan dari seorang guru jika hanya menguasai satu
pengetahuan, baiknya seorang guru mengetahui dan mendalami berbagai pengetahuan agar
lebih terbuka dengan berbagai keadaan. Keterbukaan untuk peduli akan kesejahteraan siswa
dimana berkewajiban merawat semua siswa dengan cara yang sama, tidak takut dalam
bertindak dan mengambil keputusan, dan komitmen secara autentik. Sukacita akan
menjumpai kita jika menemukan apa yang kita cari. Mengajar dengan perasaan gembira tidak
menghalangi lahirnya pengetahuan ilmiah. Guru yang berpikiran terbuka perlu
menumbuhkan berbagai pengetahuan dan menyadari konsekuensinya.

Pertanyaan:

1. Bagaimana cara menciptakan kelas yang benar – benar menjalankan peran


masing –masing?
2. Bagaimana cara kita memposisikan diri menjadi pendidik yang handal? Karena
jika terlalu percaya diri maka kemungkinan terjadinya kesalahan akan lebih
besar, dan jika tidak percaya diri maka terlihat tidak bisa apa – apa.

Anda mungkin juga menyukai