Pertemuan 13, Husna Fatwana, 2002295
Pertemuan 13, Husna Fatwana, 2002295
Episode A
Anak yang pendiam bukan berarti tidak berpartisipasi dalam kelompok, mereka memiliki
cara berpartisipasi yang berbeda. Malainkan dia ada keunggulan lain yang bisa membatu
kesuksesan proyek. Perbedaan yang dimiliki setiap anak menjadi proyek yang menarik untuk
didiskusikan.
Episode B
Menyelesaikan tugas proyek memungkinkan anggota kelompok tidak bekerja semua, hal itu
desebabkan oleh berbagai faktor. Untuk meminimalisir hal tersebut guru melakukan
pemantauan kelompok setiap beberapa menit sekali.
Argumen penting untuk menciptakan pola pikir yang kritis dalam pengajaran dan
pembelajaran matematika adalah menciptakan peluan untuk mengenali perbedaan,
mengembangkan kesadran dan selalu bertindak. Siswa dalam kelas memiliki perbedaan
dimensi ras, jenis kelamin, kelas, bahasa, agama, serta kompetensi dan minat matematika.
Dengan perbedaan tersebut akan menciptakan ketidaksetaraan dalam pembelajaran seperti
yang terjadi dalam episode B. Perbedaan itu juga berpengaruh dalam interaksi kelompok
seperti terjadinya keheningan dan non-partisipan. Episode pertama memperlihatkan siswa
yang mengerti akan perbedaan sifat dan kegiatan yang harus diselesaikan di luar sekolah
sehingga tidak semua dari mereka dapat menyelesaikan tugas secara maksimal.
Tugas seorang guru dalam menanggulangi perbedaan yaitu dengan mengelolanya agar
setiap siswa saling menghormati martabat kehidupan temannya. Meskipun ada kalanya
perbedaan yang tidak bisa dirubah seperti kemiskinan dan pengangguran, namun tugas
sekolah tetap dibebankan dan setoran bulanan tetap disetorkan, tetapi mereka bisa
menunjukkan keluhan agar mendapatkan keringanan. Siswa benar-benar disadarkan akan
perbedaan dan ketidaksetaraan tersebut. Proyek – proyek tersebut membuat mereka menggali
informasi lebih banyak sehingga menemukan solusi untuk keadaan yang lebih baik.
Sejauh ini fokus utama pada latar belakang dan dimensi – dimensi keberagaman yang
ada dalam diri siswa karena tempat tinggal di keluarga, sekolah dan komunitas tertentu yang
didatangkan dalam kelas. Adapun hasil dari pengalaman proyek ini di kehidupan siswa yang
akan datang baik di dalam maupun di luar sekolah yaitu, setelah menghadapi keprihatinan
tentang kesetaraan dan sehubungan dengan keragamanakakn membawa siswa memahami
bahwa setiap keadaan itu memiliki konsekuensi yang harus dihadapi.
Perbedaan bukanlah suatu kebakuan yang selamanya tidak dapat diubah. Namun
dengan perhatian dan keadilan membuat perbedaan menjadi dinamis dan menarik. Tema
kesetaraan dan diferensiasi yang dipetakan dalam kelas matematika membuka kemungkinan
serangkaian peluang yang berbeda untuk belajar, seperti belajar tentang keadilan dengan
mempelajari kehidupan satu sama lain. Dari sisi negatifnya seperti yang terjadi di afrika
selatan dimana ketidakdetaraan dan perbedaan terlihat jelas dan masi digunakan. Hal ini
menyebabkan perbedaan kesempatan untuk berpikir dan sulit dihadapi di kelas. Guru
metamatika memiliki tanggung jawab untuk mengatasi masalah ketidakadilan secara
langsung dan nyata.
ACTUALITY AND POTENTIALITY
Episode
Pemberian PR harus dikondisikan dengan situasi siswa karena tidak semua siswa memiliki
waktu luang yang sama banyaknya untuk menyelesaikan PR tersebut.
Karakter dari tema aktualitas dan potensi yaitu: pertama, dikembangkan sebagai tema
pemersatu, untuk menyatukan tema – tema lain. Kedua, tema ini fokus ke depan dari situasi
yang diatur, potensi dan kemungkinan yang ada untuk masa depan, dan untuk situasi jawaban
aktual dan imajiner baru saat ini. Aktualitas dari suatu konsep harus dibedakan dari keadaan
aktual saat ini. Aktualitas mengacu pada apa yang sebenarnya terjdi dalam situasi yang
dikendalikan. Aktualitas mencakup elemen – elemen yang mungkin terbawa dari situasi
aktual namun berhenti di situasi yang dikendalikan. Potensi adalah hasil dari ide dan
tindakan. Berpikir tentang potensi memerlukan imajinasi pedagogis tentang banyak hal
mencakup matematika, sosial, politik, budaya yang beragam, sejarah dan metodologis.
Potensi dapat diarahkan menuju pendekatan kritis terhadap kurikulum.
Membiasakan hidup demokratis tidak hanya dengan hal yang belum terwujud di
dalam kelas, namun juga bisa ditemukan pada kenyataan, misalnya pada kepedulian siswa
terhadap besarnya dana sekolah dan bagaimana pengelolaan dana tersebut. Dilapangan
dijumpai pengambilan keputusan yang otoriter tanpa memperhatika keluhan dari siswa.
Kesempatan mereka bersuara diremehkan, sekolah bersifat diktator dan tidak peduli dengan
proiritas yang dibutuhkan siswanya seperti fasilitas olahraga yang tidak memadai, buku
pelajaran yang lusuh.
Potensi dan aktualitas mengacu pada tiga aspek. Pertama dalam pekerjaan proyek,
dimana masalah proyek menunjukkan bagaimana potensi yang akan diambil dan dibentuk ke
arah yang berbeda dari aktualitas tertentu. Kedua, dalam proses belajar mengajar matematika,
terdapat potensi untuk mengembangkan pengalaman dan alasan baru berdasarkan minat dan
kompetensi siswa dalam matematika. Ketiga, dalam relasi, potensi yang muncul dari
aktualitas kerja kelompok dengan bentuk interaksi dan komunikasi yang baru dan berbeda.
Potensi hubungan, bentuk komunikasi dan interaksi terletak pada kesempatan untuk
belajar tentang satu sama lain dan belajar kerjasama. Potensi dan aktualitas tidak sepenuhnya
di tangan guru, guru hanya mengontrol dan membentuk aktualitas dalam kerangka kerja
proyek. Selebihnya dikuasai oleh siswa.
Pertanyaan: