Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP DUALITAS KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA :

MATHEMATICS DAN CONTEXT

Episode A. Siswa merasa kesulitan menghubungkan setiap hal dengan matematika, namun
mereka akan mencoba sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas proyeknya.

Episode B. Siswa merasa kegiatan menghubungkan setiap hal dengan matematika merupakan
suatu proyek yang menyenangkan, walau diawalnya dia kurang menyukai matematika namun
mulai menemukan ketertarikan saat proyek tersebut dijalankan.

Matematika dan konteks merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk
menelurusi kaitannya kita perlu memahami apa itu matematika baik menurut guru maupun
siswanya. Setiap orang akan menunjukkan konsepsi yang berbeda. Dan arti konteks dalam
matematika. Tentang arti matematika itu sendiri pada kasus 1 dianggab berhasil dan kasus 2
dianggab sebagai kegagalan. Bagian konteks dalam matematika pada kasus 1 yaitu
matematika dikontekstualisasikan oleh pekerjaan proyek yang situasinya diatur tetapi dengan
cara yang berbeda. Pertama ada masalah yang mengarahkan siswa pada matematika dan
kedua ada tantangan proyek yang harus diarahkan oleh siswa. Pada kasus 2 menggunakan
aspek interdisipliner dan kolaborasi kelompok dalam menyelesaikan pekerjaan proyek. Untuk
mengembangkan tema matematika dan konteks kita perlu memahami bagaimana matematika
dibingkai dalam kerjasama.

Siswa tidak secara alami tertarik pada mencari solusi dalam matematika, maka
mereka harus terus menerus diingatkan oleh gurunya. Tugas guru mendemonstrasikan
konsepsi matematika ketika siswa mencari konteks disekitarnya. Matematika itu tidak hanya
dengan angka melainkan juga pemecahan masalah dan grafik. Sebagai contoh menggambar
grafik untuk mengidentifikasikan kegiatan yang dilakukan setelah sekolah.hal pertama yang
dilakukan adalah memperkirakan batas waktu, kemudian menggambar grafik. Dalam
menggambar mereka harus memutuskan informasi apa yang ditunjukkan oleh sumbu x dan y,
ukuran interval dan skala, serta keputusan lain yang terkait dengan data. Dilanjut dengan
menulis ringkasan singkat yang mewakili grafik kemudian mempresentasikan secara lisan.

Pencarian matematika dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai jenis hubungan


atau kaitan yang dibuat siswa dengan matematika. Setidaknya empat jenis koneksi yang bisa
dilihat: sebagai arkeolog – mencari matematika, sebagai pendidik matematika - tertarik pada
pengajaran dan pembelajaran matematika, sebagai ahli matematika – mengerjakan
matematika, sebagai humanis – membarikan matematika wajah satra yang efektif.

Memperluas analisis lebih lanjut tentang dua karakteristik yang berbeda dari
keterlibatan siswa dengan matematika. Dalam kedua karakteristik tersebut siswa mencari
proses yang berlawanan namun saling melengkapi. Karakteristik pertama siswa
menggunakan matematika baik sebagai orang dalam maupun orang luar, misalnya ketika
mereka menyusun dan mengerjakan soal mirip seperti ilmuan, dilain waktu mereka berada di
luar matematika seperti mencari fakta – fakta yang berkaitan dengan matematika.
Karakteristik kedua, aktifitas mereka dapat dibedakan ketika mengungkapkan dan
mengekstraksi matematika dari suatu konteks. Disatu sisi ada arkeologi untuk matematika,
dimana siswa menyusun piung – puing menemukan kandungan matematis pengukuran.

Terlibat dalam pekerjaan proyek memiliki potensi untuk mengubah pandangan siswa
tentang apa itu matematika, terutama ketika mereka terlibat dalam pertanyaan yang berfokus
pada refleksi metalevel ini, yang tidak mungkin terjadi dalam kelas matematika tradisional.
Tetapi juga menunjukkan perlunya fokus yang eksplisit dan langsung dari guru untuk
membuat siswa mempertimbangkan kembali apa sebenarnya matematika. Dalam memperluas
pemahaman siswa tentang pa itu matematika memungkinkan untuk menambah ruang dimana
mereka dapat melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang berhasil dalam matematika.
Salah satu caranya adalah dengan memperluas matematika melalui ilmu lain.

Guru selalu mengontrol kerja proyek siswa dan mengingatkan yang harus mereka
capai adalah mengaitkannya dengan matematika. Guru bisa menyarankan kemungkinan
matematika dalam proyek tersebut. Karena tidak semua siswa secara alami mengambil jalan
matematika sehingga harus diingatkan berulangkali. Inti yang dicari dalam proses ini adalah
matematika dan konsepsinya. Tetapi beralih dari beberapa konteks, awalnya dalam
matematika sekolah khususnya silabus dan konteks belajar mengajar matematika, kemudian
bergeser ke kurikulum secara keseluruhan termasuk sifat kerja proyek yang interdisipliner.
Meskipun banyak interpretasi yang dapat dibuat namun perhatian utama disini adalah
hubungan matematika dengan konteks pekerjaan proyek. Tetapi konteks pekerjaan proyek
pada gilirannya dapat dikaitkan dengan realitas yang berbeda. Realitas kehidupan anak
sebagaimana yang dijalani dan dialami di kelas, sekolah, keluarga atau masyarakat. Kita juga
dapat memikirkan konteks di tingkat masyarakat atau global, yang sebagian besar tetap
diabaikan. Selain itu, dalam konteks ini kita dapat merujuk pada sosial, politik, ekonomi atau
budaya yang berbeda ukuran. Dengan membingkai matematika terhadap masalah proyek
memungkinkan untuk melihat hubungan matematika dengan kehidupan nyata.

Guru matematika mendemonstrasikan kompetensi ganda yang sama seperti siswa


tetapi dengan memperhatikan konteks ganda, menguasai keduanya, bagaimana memebuat
interpretasi matematis dari beberapa aspek realitas dan bereaksi kritis terhadap interpretasi
yang dibuat oleh orang lain dari realitas berbeda. Seperti dua pelajaran eksplisit tentang
menggambar dan menafsirkan grafik. Mewakili dua proses yang berbeda ini secara
mendasar mengubah pengalaman, minat dan perhatian siswa. Yang harus diperhatikan adalah
mampukah siswa tersebut menafsirkan grafik sehingga tidak keluar dari konteks yang ada.

Dapak negatif pada perkembangan matematika dalam proyek ini adalah, siswa sangat
bergantung pada satu sama lain dan guru untuk membimbing, interpretasi yang mungkin
terbatasi karena hilangnya kesempatan untuk mengekplorasi lebih jauh dan lebih dalam.
Dampak negatif lainnya adalah ketidak hadiran dan libur sekolah yang akan menimbun beban
kepada ketua kelompok, dan dengan penundaan membuat mereka harus berdiskusi kembali
hal yang terlewatkan.

Hasil pengamatan akhir didapatkan bahwa konteks yang melekat pada proyek ini
hampir tidak diperluas ke tingkat masyarakat atau global, ruang lingkupnya tetap pada tingkat
mikro – lokal terkait dengan kehidupan pribasi siswa dan guru di dalam kelas dan sekolah.
Matematika dan konteks terpisah tetapi juga memiliki hubungan simbiosis dan saling
ketergantungan.

Pertanyaan:

1. Apakah efektif jika menerapkan pekerjaan proyek seperti pemaparan di atas


untuk berbagai daerah di seluruh Indonesia?
2. Apakah proyek tersebut akan selalu efektif jika diawali oleh konteks? Lalu
bagaimana jika siswa belum pernah menjumpai materi yang dimaksud?
3. Bagaimana cara menempatkan siswa agar sanggub menyelesaikan proyeknya
tanpa mengeluh tidakbisa?

Anda mungkin juga menyukai