LAPORAN
ANTARA
INTRODUCTION REPORT
KATA
PENGANTAR
L A P O R A N A N T A R A
2
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu terus mendorong
tercapainya pemerataan pembangunan, guna memacu pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayahnya. Salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Kegiatan DED Peningkatan Jalan
Simpang RTC - Sungai Betuan, yang merupakan upaya dalam peningkatan prasarana transportasi,
khususnya jalan di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Ulu.
Laporan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik pekerjaan DED Peningkatan
Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan di Kecamatan Long Hubung mengenai konsep dan metodologi
teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi perencana serta rencana kerja yang akan
dilaksanakan.
Diharapkan Laporan Antara ini dapat bermanfaat sebagai panduan secara garis besar proses uraian
umum Ruang Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan Perencana, uraian Metodologi Pelaksanaan,
Survey Lapangan serta data pendukung pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan seperti
yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja.
Demikian Laporan Antara ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
L A P O R A N A N T A R A
3
DAFTAR
ISI
Laporan
Antara 40 ORGANISASI
Struktur Kerja
44 PENUTUP
Hasil akhir Laporan
02 04 45 LAMPIRAN
MAHULU
Kabupaten
Mahakam Ulu AIR
TERJUN
31
08
Sebelum
Riam Mahulu
RENCANA
EXISTING KERJA
Survey Pengumpulan
Pendahuluan Data
L A P O R A N A N T A R A
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
L A P O R A N A N T A R A
5
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Secara umum, maksud dari kegiatan Penyusunan Laporan Antara adalah sebagai upaya evaluasi dan
monitoring terhadap langkah-langkah kerja dan rencana kerja yang telah dilaksanakan dan akan
dijadikan sebagai bahan evaluasi kegiatan perencanaan. Sedangkan tujuan dari Penyusunan Laporan
Antara, adalah :
1. Untuk memberikan gambaran umum mengenai kemajuan dan prestasi pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan diskusi dan koordinasi dengan instansi terkait, sehubungan dengan adanya kegiatan
perencanaan.
Adapun ruang lingkup dalam Pelaporan Laporan Antara Kegiatan Perencanaan DED Peningkatan Jalan
Simpang RTC - Sungai Betuan, meliputi :
1. Hasil identifikasi lokasi kegiatan sesuai dengan data yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
2. Hasil pengukuran dan survey topografi beserta rekomendasi yang dihasilkan untuk kegiatan
perencanaan jembatan.
3. Hasil survey dan penyelidikan tanah beserta rekomendasi yang dihasilkan untuk kegiatan
perencanaan jembatan.
4. Identifikasi masalah dan potensi masalah yang ada di lapangan, sehubungan dengan hasil
pengukuran dan penyelidikan tanah, berkaitan dengan kegiatan perencanaan yang akan
dilaksanakan.
5. Identifikasi data-data yang diperlukan termasuk data-data sekunder yang diperlukan dan
kekurangan data-data untuk bahan penyusunan detail engineering design untuk pekerjaan
perencanaan jalan.
6. Penyusunan pra desain berdasarkan rekomendasi dan hasil pengukuran serta hasil penyelidikan
tanah di lapangan.
L A P O R A N A N T A R A
6
1.4 LOKASI PEKERJAAN
Lokasi Kegiatan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan ini terletak di Kecamatan Long
Hubung Kabupaten Mahakam Ulu.
Didalam penyusunan Buku Laporan Antara ini, maka kami sajikan sistematika penulisannya sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang hal-hal bersifat umum, yaitu latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kegiatan, dan lokasi kegiatan.
L A P O R A N A N T A R A
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 METODE SURVEY DAN PENGUKURAN TOPOGRAFI
2.1.1 Peralatan
Pada dasarnya penggunaan peralatan dalam kegiatan Survey Pendahuluan, disesuaikan dengan
kondisi lapangan lokasi survey pendahuluan yang akan dilakukan berdasarkan hasil informasi
awal dari Instansi terkait. Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut :
Sistem navigasi berbasis satelit untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini terdiri dari setidaknya 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. GPS berfungsi dalam segala kondisi cuaca, di mana pun di
dunia, 24 jam sehari, tanpa biaya berlangganan atau biaya penyiapan.
Penerima GPS saat ini sangat akurat, berkat desain multi-saluran paralelnya. Penerima kami
cepat mengunci ke satelit ketika pertama kali dihidupkan. Mereka tetap mempertahankan
kunci pelacakan pada pepohonan yang padat atau di lingkungan perkotaan dengan gedung-
gedung tinggi. Faktor atmosfer tertentu dan sumber kesalahan lainnya dapat mempengaruhi
akurasi penerima GPS. GPS receiver Garmin biasanya akurat dalam jarak 10 meter.
L A P O R A N A N T A R A
8
2. Total Station (TS)
Total station merupakan alat ukur seperti halnya theodolite yang mengasilkan data besaran
sudut horisontal ataupun vertikal, hanya saja dalam penggunaan untuk pengukuran dengan
total station tidak serumit theodolite yang masih menggunakan limbus, hal ini disebabkan
bacaan hasil pengukuran dengan total station sudah terlihat di layar dan cara setting alatnya,
hanya dengan cara mengetik besaran tombol horisontal.
Selain itu, untuk mencari jarak optis apabila menggunakan teodolite harus mengambil data
bacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah, sedangkan pada Total Station
sudah dilengkapi dengan EDM pengukur jarak. Perbedaan yang lain apabila menggunakan
total station adalah terdapat record data yang berguna untuk merekam data hasil
pengukuran yang disimpan dalam chip memory yang kemudian dapat diekspor dalam bentuk
file.
Selain itu, tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan total station mempunyai tingkat
akurasi yang cukup tinggi. Adapun tujuan dari permilihan alat total station dalam pekerjaan
ini, adalah sebagai upaya mengurangi kesalahan dari manusia, akibat kesalahan pembacaan
dan kesalahan pencatatan data, aksesibilitas data ke sistem yang berbasis komputer, dapat
mempercepat proses pengukuran atau mengurangi waktu pelaksanaan pekerjaan
pengukuran topografi serta memberikan kemudahan (ringkas).
L A P O R A N A N T A R A
9
3. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur kondisi eksisting yang ada di lapangan yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara kasar mengenai dimensi yang tersedia di lapangan,
jika dibutuhkan.
4. Kamera Digital
Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi kegiatan survey topografi, kondisi
nol persen dan kondisi eksisting dari rencana lokasi yang akan direncanakan.
L A P O R A N A N T A R A
10
6. Kendaraan Roda Dua
Kendaraan roda dua digunakan untuk memobilisasi personil ke rencana lokasi kegiatan atau
lokasi yang disurvey.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan melihat kembali lingkup kegiatan yang dituangkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK), persiapan personil, peralatan, bahan, penunjang dan
administrasi yang diperlukan dalam kegiatan pengukuran.
L A P O R A N A N T A R A
11
3. Pemasangan monumen
Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan titik-titik ikat baru berupa Bench
Mark (BM), titik-titik kontrol (Control Point), dan patok kayu pengukuran. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemasangan monumen adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Bench Mark terbuat dari pipa beton diameter 3 inchi, dicat warna merah dan
diberi nomor dan kode.
b. Spesifikasi Control Point (CP) terbuat dari kayu berukuran berdiameter 3 cm x 5 cm, dicat
berwarna merah dan diberi nomor dan kode.
c. Bench Mark dipasang atau ditanam sedalam 70 cm, sehingga muncul ke permukaan tanah
kira-ira 30 cm dan dipasang di sepanjang trase rencana jalan dan jembatan dengan jarak
interval pemasangan 1 km. Pada posisi nol atau pada km 0 dipasangan BM nol.
d. Setiap pemasangan BM harus disertai dengan pemasangan Control Point (CP), sebagai
pasangannya, untuk mendapatkan azimut arah pelaksanaan pekerjaan. BM sebaiknya
dipasang pada sisi kiri jalan dan CP dipasang pada sisi kanan jalan.
e. Lokasi BM dan CP dipasang pada daerah yang aman dari gangguan dan tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan pelaksanaan konstruksi, serta dipasang dengan
kuat dan mudah dicari. Setiap BM dan CP di dokumentasikan dan dibuat deskripsinya.
f. Pemasangan CP juga dilakukan pada rencana jembatan, jembatan eksisting, dan pada
perpotongan jalan dengan jalan eksisting.
g. Patok kayu dipasang pada salah satu sisi jalan (jalan eksisting) atau pada as rencana jalan
(jalan baru), yang dibuat dari kayu dengan panjang 40 cm dengan ukuran 3 x 4 cm, dan
pada bagian atasnya diberi paku, dicat berwarna kuning dan diberi nomor sesuai
urutannya.
h. Pada daerah tertentu, dimana tidak dapat dipasang patok kayu seperti pada aspal,
jembatan atau batu, maka patok kayu dapat diganti dengan paku payung yang diberi cat,
diberi nomor serta pada daerah sekitarnya diberi tanda khusus sehingga memudahkan
dalam pencarian.
i. Seluruh keberadaan BM, CP dan patok ditulis dan dicatat dalam lembar formulir dan
digambarkan sketotal stationanya serta dilengkapi dengan pendekatan pola konturnya.
L A P O R A N A N T A R A
12
Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau sederajat,
dalam hal ini total station.
Rambu ukur yang digunakan berupa prisma yang harus dilengkapi dengan nivo kotak
untuk pengecekan vertikalnya rambu.
Alat ukur diupayakan terletak di tengah-tengah antara dua prisma untuk mengurangi
kesalahan garis bidik tidak sejajar arah garis arah nivo.
Pengukuran harus dihentikan apabila terjadi undulasi udara yang biasanya terjadi pada
tengah hari akibat adanya pemuaian udara akibat panasnya matahari. Selain itu
pengukuran harus dihentikan juga apabila hujan turun.
a. Reflektor belakang ditempatkan pada GD 01, total station pada GD 02, dan reflektor muka
pada KD 1-01.
b. Dalam keadaan biasa (face right ) total station dibidikkan pada reflektor belakang, didapat
bacaan sudut dan jarak. Pembidikkan diulangi sampai didapatkan dua lagi bacaan sudut.
c. Dalam keadaan biasa total station dibidikkan ke reflektor muka, didapat bacaan sudut dan
jarak. Pembidikkan diulangi agar didapat tiga bacaan sudut.
d. Total station diputar sehingga posisinya berada dalam keadaan luar biasa (face left ). Total
station kemudian dibidikkan ke reflektor muka sampai didapat tiga bacaan sudut.
e. Dalam keadaan luar biasa total station dibidikkan ke reflektor belakang sampai
didapatkan tiga bacaan sudut.
f. Dilakukan pengecekan, dimana sesuai spesifikasi teknis selisih antara rata-rata bacaan
biasa belakang-muka, dengan rata-rata bacaan luar biasa belakang-muka, tidak boleh
lebih dari lima detik dan jika terjadi kondisi tersebut, maka maka pengukuran harus
diulang.
g. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengukuran jarak mendatar menggunakan total
station tersebut sebanyak 2 kali. Hal tersebut memungkinkan karena pada total station
sudah terdapat unit pengukur jarak elektronik (EDM).
h. Apabila memenuhi toleransi maka pengukuran KDH dilanjutkan ke titik selanjutnya.
Pertama-tama total station dipasang di KD 1-01, reflektor belakang pada GD 02, dan
reflektor muka pada KD 1-02. Caranya adalah reflektor yang sebelumnya berada di GD 01
dipindahkan bersama statifnya ke KD 1-02, total station yang sebelumnya berada di GD 02
dicopot dari statifnya, demikian pula reflektor yang berada di KD 1-01 dicopot dari
L A P O R A N A N T A R A
13
dicopot dari statifnya, demikian pula reflektor yang berada di KD 1-01 dicopot dari
statifnya. Kemudian total station dipasang pada statif yang berada di KD 1-01, dan
reflektor dipasang pada statif yang ada di GD 02.
i. Selanjutnya pengukuran dilakukan dengan cara seperti sebelumnya.
L A P O R A N A N T A R A
14
8. Pengukuran detail situasi
Pengukuran detail situasi dilakukan dengan metode tachimetri, mencakup semua objek
bentukan alam atau manusia yang ada di sepanjang ruas jalan atau titik jembatan. Dalam
pengambilan data, harus diperhatikan bahwa kerapatan detail harus dapat mewakili kondisi
sebenarnya khususnya pada sungai dan persimpangan yang harus lebih rapat. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam pengukuran detail situasi adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan formulir.
b. Pasang alat pada titik atau di atas patok poligon yang diketahui koordinatnya (P1)
misalnya.
c. Atur dan ukur tinggi alat, kemudian arahkan teropong pada titik poligon lain yang
diketahui koordinatnya sebagai acuan P2 misalnya, kemudian tepatkan pada target, baca,
simpan pada memori, dan catat nomor titik.
d. Tempatkan prisma pada titik detail yang akan diukur, kemudian ambil data. Jika sudah
selesai, pindahkan prisma pada titik detail lain dan ulangi semua langkah yang sama.
2.2 METODE PENGUJIAN TANAH DENGAN ALAT PENETRASI SPT DAN PENGAMBILAN SAMPEL UDS
2.2.1 Definisi
Pengujian tanah dengan alat penetrasi SPT adalah suatu metode uji yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun
pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan
tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal.
L A P O R A N A N T A R A
15
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara
berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan
untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT yang dinyatakan dalam pukulan/0,3 m.
Pengambilan sampel tanah tidak terganggu (UDS) adalah pengujian dengan cara mengambil
sampel tanah yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pemeriksaan dan pengujian di
laboratorium.
2.2.2 Standar
Adapun standar yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. SNI 4153-2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT.
b. SNI 03-4153-1996 Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT.
2.2.3 Peralatan
Adapun perlatan yang digunakan dalam pengujian dengan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya.
b. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya.
c. Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi sesuai standar ASTM D 1586-84.
d. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%.
e. Alat penahan atau tripod .
f. Rol meter.
g. Alat penyipat datar.
h. Kerekan.
i. Kunci-kunci pipa.
j. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu.
k. Core box.
2.2.4 Bahan
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah :
a. Bahan bakar seperti bensin dan solar
b. Bahan pelumas.
c. Balok dan papan.
d. Tali atau selang.
e. Kawat.
f. Kantong plastik.
g. Air kerja.
h. Formulir untuk pengujian.
L A P O R A N A N T A R A
16
2.2.5 Persyaratan Pengujian
Adapun persyaratan pengujian yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengujian adalah
sebagai berikut :
a. Peralatan harus lengkap dan layak pakai.
b. Pengujian dilakukan dalam lubang bor.
c. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 meter sampai dengan 2,00 meter
untuk lapisan tanah tidak seragam dan pada kedalaman 4,00 meter untuk lapisan tanah
seragam.
d. Pada tanah berbutir halus, harus digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka (open
cone) dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk konus
tertutup (close cone).
e. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler.
f. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu.
g. Apabila terdapat air tanah, maka harus dicatat.
h. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan antara
palu dengan pipa.
i. Formulir-formulir isian hasil pengujian, harus diisi.
j. Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.
k. Tabung untuk sampel tanah berbentuk bulat dan tidak penyok serta ujung tabung kondisi
l. Tidak boleh mengalami hambatan di sepanjang lubang bor sebelum pengambilan sample.
m. Untuk tanah lunak dan sedang, penekanan dilakukan dengan kecepatan yang konstan dan
dalam satu kali dorongan.
n. Untuk tanah sedang dan lengket, dilakukan dengan pemukulan tabung dan penetrasi tabung
≤ 6x diameter tabung.
o. Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi
yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli
geoteknik.
L A P O R A N A N T A R A
17
2.2.7 Prosedur Pengujian
Adapun langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 meter
sampai dengan 2,00 meter atau sesuai keperluan.
b. Tarik tali pengikat palu (hammer ) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya atau
pada angka 75 cm.
c. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan dan ulangi langkah a dan langkah
b berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm.
d. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama.
e. Ulangi langkah b, langkah c dan langkah d sampai pada penetrasi 15 cm yang kedua dan
ketiga.
f. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm, dimana :
15 cm pertama dicatat N1.
15 cm ke-dua dicatat N2.
15 cm ke-tiga dicatat N3.
g. Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih
kotor bekas pengeboran.
h. Apabila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian
sampai minimum 6 meter.
i. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.
j. Tabung yang berisi sampel tanah harus ditutup dengan lilin parafin, disimpan di tempat yang
teduh atau dalam core box, diberi label untuk memudahkan identifikasi.
k. Selama pengangkutan, tabung dibungkus busa dan penyimpanan harus tegak dan dalam
ruangan sejuk serta pengujian laboratorium harus dilakukan segera.
2.3.1 Definisi
Metode pengujian kadar air tanah, adalah sebagai perbandingan berat air pori atau air bebas
yang ada dalam tanah dan partikel padat yang dinyatakan dalam persen. Partikel padat
merupakan istilah yang digunakan dalam geoteknik untuk maksud kejadian alami partikel
mineral tanah dan batuan dan tidak termasuk material larutan dalam air.
L A P O R A N A N T A R A
18
b. Timbangan yang memiliki ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat
maksimum 200 gram termasuk berat cawan tempat benda uji, dan timbangan yang memiliki
ketelitian 0,1 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat lebih dari 200 gram.
c. Cawan tempat benda uji yang sesuai terbuat dari material tahan karat dan tahan terhadap
perubahan berat akibat pemanasan berulang, pendinginan, tahan untuk material dengan pH
bervariasi dan juga bersih. Cawan dengan bertutup rapat harus digunakan untuk benda uji
yang mempunyai berat sama atau kurang 200 gram, sedangkan untuk benda uji yang
mempunyai berat lebih dari 200 gram dapat digunakan cawan tanpa penutup. Satu cawan
diperlukan untuk setiap penentuan kadar air.
d. Desikator atau botol desikator besar dengan ukuran yang cukup berisikan silika atau kalsium
anhidrofosfat (silica gel or anhydrous calcium phosphate) atau dapat menggunakan zat
pengering yang dapat mengubah warna untuk menunjukan keadaan semula.
e. Alat pemegang cawan berupa kaos tangan, tang atau alat pemegang lainnya yang dapat
digunakan untuk memindahkan atau mencapit cawan panas setelah pengeringan.
f. Peralatan lain seperti pisau, spatula, sendok, kain pembersih, pengiris contoh dan lainnya.
b. Penentuan kadar air harus dilakukan sesegera mungkin setelah pengambilan contoh uji,
terutama jika alat pengambil contoh uji berpotensi untuk berkarat seperti tabung baja
dinding tipis, kaleng cat atau menggunakan kantong plastik.
L A P O R A N A N T A R A
19
pengeringan untuk berat konstan.
e. Benda uji dibuat minimal dua buah agar hasil uji dapat dirata-ratakan.
L A P O R A N A N T A R A
20
Tentukan berat cawan yang berisi material basah menggunakan timbangan yang telah dipilih
sebagai acuan berat benda uji dan catat nilai tersebut.
Sebagai catatan, untuk menjaga kekeliruan benda uji yang dapat menghasilkan hasil uji
yang tidak benar, semua cawan dan tutupnya harus diberi nomor dan nomor nomor
cawan harus dicatat pada lembaran data laboratorium. Nomor tutup harus cocok dengan
nomor cawannya untuk mengurangi kekeliruan. Untuk membantu pengeringan dengan
oven terhadap benda uji yang cukup besar, maka benda uji ini harus ditempatkan dalam
cawan yang mempunyai areal permukaan yang luas (semacam panci) dan material
dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil.
c. Buka tutupnya jika memakai tutup dan masukan cawan yang berisi benda uji basah ke dalam
oven pengering. Keringkan benda uji hingga beratnya konstan. Pertahankan oven pengering
pada temperatur 110 oC ± 5oC. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berat benda uji
konstan akan bervariasi tergantung pada jenis material, ukuran benda uji, jenis dan kapasitas
oven dan faktorfaktor lainnya. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut umumnya dapat
dihindari dengan kepastian yang baik dan pengalaman terhadap material yang diuji serta
peralatan yang digunakan.
Pada banyak kasus, pengeringan benda uji semalaman sekitar 12 sampai 16 jam telah
cukup. Jika terjadi keragu-raguan mengenai pengeringan yang memadai, maka
pengeringan harus dilanjutkan sampai terjadi perubahan berat setelah dua waktu berturut-
turut lebih dari 1 jam pengeringan yang menunjukkan tidak signifikan kurang dari 0,1 %.
Benda uji yang berupa tanah pasir seringkali dikeringkan hingga mencapai berat yang
konstan dengan waktu sekitar 4 jam jika menggunakan oven forced draft.
Benda uji kering dapat menyerap kadar air terhadap benda uji basah, tanah kering harus
dikeluarkan sebelum benda uji basah dimasukan ke dalam oven yang sama. Tetapi hal ini
tidak berlaku jika benda uji yang dikeringkan sebelumnya tetap berada di dalam oven
pengering untuk penambahan periode waktu sekitar 16 jam.
d. Setelah benda uji dikeringkan hingga beratnya konstan, keluarkan cawan dari dalam oven
dan tutup kembali jika memakai tutup. Biarkan benda uji dan cawannya menjadi dingin pada
temperatur ruangan atau sampai cawan dapat dipegang dengan aman menggunakan tangan
dan siapkan timbangan yang tidak terpengaruh oleh panas.
e. Tentukan berat cawan dan berat material kering oven menggunakan timbangan yang sama
dengan yang digunakan dan catat nilai ini. Kencangkan penutup apabila benda uji menyerap
kelembaban udara sebelum ditentukan berat keringnya.
Pendinginan dalam desikator dapat dilakukan dengan tertutup rapat untuk mengurangi
penyerapan yang besar terhadap kelembapan dari atmosfer selama pendinginan,
terutama untuk cawan yang tanpa penutup rapat.
L A P O R A N A N T A R A
21
2.4 METODE PENGUJIAN KADAR AIR TANAH
2.4.1 Definisi
Adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah, yaitu angka
perbandingan antara berat butir tanah dan berat isi air suling dengan isi sama dan pada suhu
40C.
L A P O R A N A N T A R A
22
f. Isilah piknometer dengan air suling sampai batas lehernya dan masukkanlah ke dalam bejana
berisi air pada suhu ruangan.
g. Biarkan beberapa lama sampai suhunya sama dengan suhu air sekeliling piknometer. Ukur
temperaturnya.
h. Isilah piknometer dengan air suling.
i. Timbanglah piknometer beserta isinya sampai 0,01 gram yang terdekat (W 3).
2.5.1 Definisi
Yang dimaksud dengan tanah berbutir halus adalah tanah yang butirannya lolos saringan no.200
lebih dari 50 %. Pengujian dengan metode ini menggunakan cetakan benda uji yang mempunyai
bentuk beraturan, isi dan beratnya dapat diukur secara tepat.
Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dan isi tanah. Sedangkan berat isi kering
adalah perbandingan antara berat kering tanah dan isi tanah.
L A P O R A N A N T A R A
23
e. Keluarkan contoh dari tabung.
f. Buat benda uji pada cetakan benda dan ratakan kedua ujungnya.
g. Siapkan benda uji tanah tidak asli.
h. Buat benda uji pada cetakan benda uji dan ratakan kedua ujungnya.
i. Timbang berat cetakan.
j. Hitung isi cetakan.
k. Timbang berat cetakan beserta benda ujinya.
2.6.1 Definisi
Yang dimaksud dengan pengujian analisa saringan atau ukuran butir tanah adalah pengujian
untuk mengetahui komposisi ukuran butir suatu jenis tanah. Sedangkan hidrometer adalah
suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah.
L A P O R A N A N T A R A
24
2.6.4 Prosedur Pengujian
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut :
a. Campurkan benda uji, bahan pengurai dan air suling dengan komposisi untuk 20 ml water
glass, ditambahkan 100 ml air suling, sedangkan bila menggunakan 100 ml Natrium
Heksametafosfat ditambahkan 50 ml air suling.
b. Rendam campuran di atas, kemudian aduk dengan pengaduk gelas sampai rata dan biarkan
selama 24 jam.
c. Sesudah perendaman, pindahkan campuran tersebut ke dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air suling sampai mengisi setengah mangkok, kemudian aduk selama 15 menit.
d. Pindahkan campuran tadi ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling sampai
volume campuran menjadi 1000 ml, kemudian tutup rapat-rapat mulut tabung dan kocok
dalam arah mendatar selama 1 menit.
e. Letakan tabung gelas ukur dengan hati-hati dan masukan alat hidrometer, biarkan
hidrometer terapung bebas.
f. Baca skala hidrometer selama 0,5 menit, 1 menit, dan 2 menit, dan catat pada formulir yang
tersedia. Sesudah pembacaan 2 menit, angkatlah hidrometer perlahan-lahan dan cucilah
g. Masukan kembali hidrometer ke dalam tabung dan lakukan pembacaan pada selang waktu 5
menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam, 4 jam, dan 24 jam.
h. Ukur suhu campuran pada 15 menit pertama dan kemudian setiap pembacaan berikutnya.
i. Sesudah pembacaan terakhir, tuangkan campuran ke saringan no.200, dan cuci sampai airnya
jernih, kemudian keringkan dan lakukan pengujian analisis saringan.
j. Gambar ukuran butir dan persentase lolos saringan pada kertas semi logaritmis.
2.7.1 Definisi
Metode pengujian dengan direct shear test adalah metode pengujian untuk mengetahui
tahanan geser tanah pada tegangan normal tertentu. Selain itu dari hasil pengujian ini akan
dihasilkan nilai sudut gesek tanah (j) dan kohesi tanah (c).
L A P O R A N A N T A R A
25
Kedua rangka diusahakan mempunyai bidang persentuhan yang sekecil mungkin untuk
mengurangi gesekan. Kedua rangka terletak di dalam kotak yang dapat diisi air untuk
merendam contoh tanah selama percobaan berlangsung. Rangka bagian atas mempunyai
dudukan yang dihubungkan dengan piston yang berhubungan dengan proving ring. Proving
ring ini dipergunakan untuk mengukur gaya geser horisontal yang digunakan untuk
menggeser contoh tanah.
b. Bagian untuk menggeser shear box yang dilengkapi dengan sistem transmisi yang
memungkinkan diganti-gantinya kecepatan penggeseran yaitu dengan mengganti susunan
gigi transmisinya. Penggeseran horisontal ini dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan motor listrik.
c. Proving ring.
d. Dial untuk mengukur deformasi vertikal dan horisontal.
e. Beban konsolidasi.
f. Batu pori dari bahan yang tidak berkarat k = 0,1 cm/det.
g. Pelat untuk menjepit contoh tanah.
h. Ring untuk mengambil dan mencetak contoh tanah dari tabung sampel.
i. Dolly untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box.
j. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
k. Kertas filter.
l. Oven.
m. Stopwatch.
n. Pisau dan palet.
2.7.4 Persyaratan Pengujian
Adapun persyaratan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan harus dalam keadaan baik dan proving maupun alat pengukur yang lain
telah dikalibrasikan.
b. Contoh tanah harus representatif atau mewakili kondisi yang akan terjadi di lapangan.
c. Untuk contoh tanah non kohesif, dibentuk dengan langsung dengan meletakkan tanah non-
kohesif pada shear box dengan kepadatan yang sesuai tanah asli, atau sesuai dengan
kepadatan tanah kompaksi. Berat contoh tanah harus ditimbang.
d. Untuk contoh tanah kohesif, dibentuk dengan menekan ring contoh tanah ke dalam tabung
sampel. Setelah kedua sisinya dipotong dan dirapikan, maka contoh tanah ditimbang
beratnya, supaya dapat diketahui berat isi dan kadar air awalnya. Selanjutnya contoh tanah
dipindahkan ke dalam shear box dengan cara menekan contoh tanah yang ada di dalam ring
dengan dolly atau tangan.
L A P O R A N A N T A R A
26
e. Contoh tanah kohesif kompaksi dengan kepadatan tertentu dibentuk di dalam ring contoh
tanah. Dicari dahulu berat contoh tanah yang harus diisikan agar diperoleh kepadatan yang
dimaksudkan.
L A P O R A N A N T A R A
27
l. Lakukan pembacaan dan pencatatan dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial
settlement, tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 divisi.
m. Lakukan pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui dari dial proving ring
yang mulai turun. Setelah mencapai maksimum lakukan pembacaan terus sebanyak 4 kali,
atau hentikan penggeseran kalau dial proving ring sudah mencapai 670 divisi. Setelah
penggeseran selesai, maka kembalikan shear box pada posisi sebelum digeser, dengan
menggerak mundur secara manual. Lepaskan beban konsolidasi dan keluarkan shear box
dari tempatnya.
n. Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbang berat contoh tanah ini dan masukkan oven
selama 24 jam dalam suhu 1050C, untuk mengetahui kadar air akhirnya.
o. Ulangi semua prosedur di atas dengan dua buah contoh tanah lagi, tetapi dengan
menggunakan tegangan normal yang lain.
2.7.7 Pelaporan Hasil Pengujian
Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.
2.8.1 Definisi
Kuat tekan bebas (qu) atau uncofined test adalah pengujian untuk mendapatkan harga
tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris dalam hal ini sampel
tanah sebelum mengalami keruntuhan geser. Derajat kepekaan atau sensitivitas (St) adalah
rasio antara kuat tekan bebas dalam kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi teremas
(remolded).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur kuat tekan bebas (unconfined compressive
strength) dari lempung atau lanau. Dari kuat tekan bebas dapat diketahui nilai kekuatan geser
undrained (Cu) dan nilai derajat kepekaan (degree of sensitivity).
L A P O R A N A N T A R A
28
i. Jangka sorong
2.9.1 Definisi
Batas Plastis dihitung berdasarkan persentasi berat air terhadap berat tanah kering pada benda
uji. Pada cara uji ini, material tanah yang lolos saringan ukuran 0.425 mm atau saringan No.40,
diambil untuk dijadikan benda uji kemudian dicampur dengan air suling atau air mineral hingga
menjadi cukup plastis untuk digeleng atau dibentuk bulat panjang hingga mencapai diameter 3
mm. Metode penggelengan dapat dilakukan dengan telapak tangan atau dengan alat
penggeleng batas plastis (prosedur alternatif). Benda uji yang mengalami retakan setelah
mencapai diameter 3 mm, diambil untuk diukur kadar airnya. Kadar air yang dihasilkan dari
pengujian tersebut merupakan batas plastis tanah tersebut. Angka Indeks Plastisitas tanah
didapat setelah pengujian Batas Cair dan Batas Plastis selesai dilakukan. Angka Indeks Plastisitas
Tanah merupakan selisih angka Batas Cair (liquid limit , LL) dengan Batas Plastis (plastic limit ,
PL).
L A P O R A N A N T A R A
29
2.9.2 Standar Pengujian
Adapun standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. SNI 1966-2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah.
b. SNI 20-1967-2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.
2. Batang pengaduk
Batang pengaduk atau pisau batangan yang memiliki mata pisau dengan panjang sekitar 75
mm dan lebar sekitar 20 mm.
3. Batang pembanding
Batang logam pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 100 cm.
4. Permukaan untuk menggeleng.
Landasan untuk menggeleng benda uji dapat menggunakan plat kaca atau suatu lempengan
yang memiliki permukaan licin, atau dapat menggunakan kertas tidak bertekstur. Alat
penggeleng batas plastis atau alat yang terbuat dari akrilik.
5. Kertas penggeleng
Kertas tak bertekstur atau licin tanpa penambahan bahan lain seperti fiber, fragmen kertas,
dan lain-lain, pada tanah selama proses penggelengan. Kertas tersebut diberi bahan perekat
6. Cawan
Cawan harus terbuat dari material yang tahan terhadap korosi dan massanya tidak akan
berubah atau hancur akibat pemanasan dan pendinginan yang terus menerus. Cawan harus
memiliki penutup yang rapat/pas agar tidak terjadi perubahan kadar air benda uji sebelum
penimbangan awal dan juga untuk mencegah penyerapan air dari udara terbuka sebelum
proses pengeringan dan penimbangan akhir. Satu cawan diperlukan untuk menentukan
kadar air satu benda uji.
7. Timbangan
Timbangan harus memiliki kapasitas yang sesuai dan mengacu pada SNI 03-6414-2000.
8. Oven
Oven pengering dengan fasilitas pengatur panas yang dapat mengeringkan benda uji pada
temperatur 110o C ± 5 C.
L A P O R A N A N T A R A
30
2.9.4 Persyaratan Benda Uji
1. Apabila hanya menguji batas plastis, ambil banyaknya tanah sebagai benda uji sekitar 20
gram dari material yang telah lolos saringan No.40 (0,425 mm), sesuai dengan SNI 03-1975-
1990. Letakan tanah kering ke dalam cawan dan campur dengan air suling atau air mineral
sampai massa menjadi cukup plastis untuk dibentuk menjadi bola. Ambil sebagian dari tanah
tersebut, sekitar 8 gram, untuk diuji. Sebagai catatan bahwa Air PAM dapat digunakan untuk
pengujian, apabila hasil uji banding tidak menunjukkan perbedaan antara air PAM dan air
suling. Namun apabila terdapat hasil yang meragukan, pengujian harus dilakukan dengan
menggunakan air suling atau air mineral.
2. Apabila menguji batas cair dan batas plastis, ambil tanah sebagai benda uji sekitar 8 gram
kondisi basah dan kondisi yang telah diaduk untuk diuji, sesuai dengan SNI 03-1967-1990.
Ambil benda uji untuk masing-masing fase hasil pencampuran ketika tanah telah cukup
plastis dan mudah untuk dibentuk bola serta tidak lengket di jari ketika diremas. Apabila
benda uji diambil sebelum pengujian batas cair dilakukan, letakkan benda uji ini disamping
dan biarkan sementara di udara terbuka sampai pengujian batas cair selesai dilakukan.
Apabila benda uji yang diletakan disamping tersebut menjadi terlalu kering untuk digeleng
hingga berdiameter 3 mm, tambahkan air dan campur kembali
L A P O R A N A N T A R A
31
4. Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum terjadi retakan, maka
tanah gelengan dibagi menjadi enam atau delapan potongan. Satukan dan remas semua
potongan dengan kedua tangan dan geleng kembali dengan jari tangan hingga membentuk
bulat panjang.
5. Sedangkan apabila tanah gelengan telah berdiameter 3 mm dan terjadi retakan, maka
prosedur dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
6. Tanah gelengan sebagaimana tahap sebelumnya, digeleng sampai terjadi retakan atau
sampai tanah tidak dapat lebih panjang lagi untuk digeleng. Retakan dapat terjadi ketika
diameter tanah gelengan lebih besar dari 3 mm. Terjadinya retakan pada diameter yang
berbeda menunjukkan jenis tanah yang berbeda. Beberapa jenis tanah akan hancur menjadi
partikel agregat kecil; sementara jenis yang lain mungkin membentuk suatu pipa yang retak
dibagian ujungnya. Retakan ini berkembang ke arah tengah dan akhirnya tanah gilingan
tersebut hancur menjadi bagian-bagian kecil yang pipih.
7. Untuk tanah lempung yang padat diperlukan tekanan gelengan yang lebih besar, terutama
pada kondisi mendekati batas plastisnya, tanah tersebut digeleng hingga retak pada
serangkaian bagian panjang dengan diameter 3 mm, dan masing-masing panjang sekitar 6
mm sampai dengan 9 mm. Teknisi sebaiknya tidak berusaha dengan sengaja untuk
menimbulkan retakan saat tepat diameter 3 mm, tetapi hanya membiarkan tanah gelengan
mendekati diameter 3 mm, kemudian mengurangi kecepatan gelengan atau tekanan tangan
ataupun keduanya, dan melanjutkan penggelengan tanpa melakukan perubahan bentuk lagi
hingga tanah gelengan retak. Untuk tanah beplastisitas rendah, diperbolehkan untuk
mengurangi jumlah total perubahan bentuk dengan membuat diameter awal benda uji
berbentuk bulat panjang mendekati diameter akhir sebesar 3 mm.
8. Kumpulkan atau gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukan ke dalam cawan
dan segera tutup cawan tersebut, kemudian timbang.
9. Ulangi prosedur yang telah diuraikan di atas, sampai benda uji 8 gram seluruhnya diuji.
Tentukan kadar air tanah yang ada di dalam wadah sesuai dengan SNI 03-1965-1990 dan catat
hasilnya.
L A P O R A N A N T A R A
32
2.9.7 Pelaporan Hasil Pengujian
Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.
L A P O R A N A N T A R A
33
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 ANALISA DATA TOPOGRAFI
Gambar 3.1 Lay Out DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan
L A P O R A N A N T A R A
34
3.1.2 Analisa Data Hasil Pengukuran Topografi
Dari hasil pengukuran topografi, Lokasi Kegiatan di dapatkan data-data hasil pengukuran seperti
terlihat di bawah ini.
① Titik Rencana Jalan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan, dapat diberikan
gambaran kondisi di lapangan sebagai berikut :
L A P O R A N A N T A R A
35
3.2 RENCANA PEMILIHAN STRUKTUR JALAN
Adapun untuk pemilihan jenis konstruksi didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :
Gambar 3.2 Rencana Jalan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan
L A P O R A N A N T A R A
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Demikian Laporan Antara Kegiatan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan, Tahun
Anggaran 2021, kami sajikan sebagai bagian dari proses pelaporan, yang diharapkan dapat menjadi
penduan dalam pelaksanaan penyusunan detail engineering design dan pelaksanaan pekerjaan
tersebut di lapangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya, Tim Penyusun belum menemukan masalah yang begitu
prinsip dalam proses perencanaan kedepan. Walaupun demikian kami tetap mengharapkan masukan
dan kritik yang bersifat membangun, guna sempurnanya laporan ini di masa mendatang.
L A P O R A N A N T A R A
37