Anda di halaman 1dari 37

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

RUANG DAN KAWASAN PEMUKIMAN


PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU
BIDANG BINA MARGA

LAPORAN
ANTARA

DED PENINGKATAN JALAN SIMPANG RTC - SUNGAI BETUAN

INTRODUCTION REPORT
KATA
PENGANTAR

Gambar 0.1 Kabupaten Mahakam Ulu

Kabupaten Mahakam Ulu adalah salah satu


kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia. Yang terletak pada Koordinat: 0.5° N
115.28° E. Kabupaten Mahakam Ulu yang
merupakan salah satu Pilot Project Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia, telah mengalami
banyak perubahan yang cukup signifikan, baik dari
segi luas wilayah akibat pemekaran dari
Kabupaten Kutai Barat dan pembangunan
infrastruktur yang telah ada. Perubahan-
perubahan ini, tentu terus mendorong dan
memacu Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu
saat ini untuk selalu berupaya memberikan
layanan yang terbaik kepada warganya yang salah
satu diantaranya`adalah membuka daerah-daerah
terisolasi di Kabupaten Mahakam Ulu, maka
pembangunan sarana dan prasarana transportasi
merupakan program yang penting.
Gambar 0.2 Peta Provinsi Kalimantan Timur

L A P O R A N A N T A R A
2
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu terus mendorong
tercapainya pemerataan pembangunan, guna memacu pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayahnya. Salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Kegiatan DED Peningkatan Jalan
Simpang RTC - Sungai Betuan, yang merupakan upaya dalam peningkatan prasarana transportasi,
khususnya jalan di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Ulu.

Proses perencanaan yang terarah dan


terencana dengan baik, serta didukung oleh
tim yang profesional, berpengalaman, solid dan
handal sesuai dengan bidang pekerjaan yang
ditangani, akan dapat menghasilkan sebuah
produk perencanaan teknis yang berkualitas
dan tepat guna, sehingga sasaran
pembangunan yang telah diprogramkan dapat
dilaksanakan dengan baik dan cermat.

Sebagai bagian dari sebuah proses


perencanaan teknis, maka melalui Laporan
Antara ini, kami menyampaikan garis-garis
Gambar 0.3 Peta Kabupaten Mahakam Ulu besar pelaksanaan Kegiatan DED Peningkatan
Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan, yang
diharapkan dapat menjadi panduan bagi kami
dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Laporan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik pekerjaan DED Peningkatan
Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan di Kecamatan Long Hubung mengenai konsep dan metodologi
teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi perencana serta rencana kerja yang akan
dilaksanakan.

Diharapkan Laporan Antara ini dapat bermanfaat sebagai panduan secara garis besar proses uraian
umum Ruang Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan Perencana, uraian Metodologi Pelaksanaan,
Survey Lapangan serta data pendukung pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan seperti
yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja.

Demikian Laporan Antara ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam tahapan perencanaan selanjutnya.

Long Bagun, Oktober 2021

PT. BLANTIKA MULTI ENGINEER

L A P O R A N A N T A R A
3
DAFTAR
ISI
Laporan
Antara 40 ORGANISASI
Struktur Kerja

44 PENUTUP
Hasil akhir Laporan

02 04 45 LAMPIRAN
MAHULU
Kabupaten
Mahakam Ulu AIR
TERJUN
31
08
Sebelum
Riam Mahulu

RENCANA
EXISTING KERJA
Survey Pengumpulan
Pendahuluan Data

L A P O R A N A N T A R A
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan proyek adalah suatu proses yang


bersifat percobaan dalam meletakkan dasar
tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan
segala sumber daya untuk mencapainya.
Perencanaan memberikan pegangan bagi
pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya
untuk melaksanakan kegiatan konstruksi.
Secara garis besar, perencanaan berfungsi
untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu
penjadwalan, anggaran dan mutu dari sebuah
kegiatan konstruksi.

Gambar 1.2 Peta Kabupaten Mahakam Ulu

Penyusunan Laporan Antara dalam kegiatan


perencanaan, merupakan gambaran kemajuan
Pekerjaan Perencanaan yang disajikan oleh
Penyedia Jasa untuk memberikan gambaran
tentang kemajuan atau presetasi proses
pelaksanaan perencanaan. Laporan Antara ini
kami sajikan berdasarkan data - data yang telah
kami dapatkan dari hasil suervey pada lokasi
pekerjaan yang mana merupakan Survey
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Mahakam Ulu Pendahuluan

L A P O R A N A N T A R A
5
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum, maksud dari kegiatan Penyusunan Laporan Antara adalah sebagai upaya evaluasi dan
monitoring terhadap langkah-langkah kerja dan rencana kerja yang telah dilaksanakan dan akan
dijadikan sebagai bahan evaluasi kegiatan perencanaan. Sedangkan tujuan dari Penyusunan Laporan
Antara, adalah :

1. Untuk memberikan gambaran umum mengenai kemajuan dan prestasi pelaksanaan pekerjaan.

2. Untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi di lapangan, metode pelaksanaan


pengambilan data di lapangan, kendala dan potensi masalah di lapangan jika ada.

3. Melakukan diskusi dan koordinasi dengan instansi terkait, sehubungan dengan adanya kegiatan
perencanaan.

1.3 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Adapun ruang lingkup dalam Pelaporan Laporan Antara Kegiatan Perencanaan DED Peningkatan Jalan
Simpang RTC - Sungai Betuan, meliputi :

1. Hasil identifikasi lokasi kegiatan sesuai dengan data yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).

2. Hasil pengukuran dan survey topografi beserta rekomendasi yang dihasilkan untuk kegiatan
perencanaan jembatan.

3. Hasil survey dan penyelidikan tanah beserta rekomendasi yang dihasilkan untuk kegiatan
perencanaan jembatan.

4. Identifikasi masalah dan potensi masalah yang ada di lapangan, sehubungan dengan hasil
pengukuran dan penyelidikan tanah, berkaitan dengan kegiatan perencanaan yang akan
dilaksanakan.

5. Identifikasi data-data yang diperlukan termasuk data-data sekunder yang diperlukan dan
kekurangan data-data untuk bahan penyusunan detail engineering design untuk pekerjaan
perencanaan jalan.

6. Penyusunan pra desain berdasarkan rekomendasi dan hasil pengukuran serta hasil penyelidikan
tanah di lapangan.

L A P O R A N A N T A R A
6
1.4 LOKASI PEKERJAAN

Lokasi Kegiatan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan ini terletak di Kecamatan Long
Hubung Kabupaten Mahakam Ulu.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Didalam penyusunan Buku Laporan Antara ini, maka kami sajikan sistematika penulisannya sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang hal-hal bersifat umum, yaitu latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kegiatan, dan lokasi kegiatan.

BAB II METODE PELAKSANAAN


Berisi tentang metode pelaksanaan pekerjaan survey dan pengujian tanah.

BAB III PENUTUP

L A P O R A N A N T A R A
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 METODE SURVEY DAN PENGUKURAN TOPOGRAFI

2.1.1 Peralatan
Pada dasarnya penggunaan peralatan dalam kegiatan Survey Pendahuluan, disesuaikan dengan
kondisi lapangan lokasi survey pendahuluan yang akan dilakukan berdasarkan hasil informasi
awal dari Instansi terkait. Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut :

1. Global Positioning System (GPS)


Global Positioning System digunakan untuk mengambil titik koordinat ( x dan y ) titik awal
rencana dari Lokasi kegiatan yang akan direncanakan.

Sistem navigasi berbasis satelit untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini terdiri dari setidaknya 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. GPS berfungsi dalam segala kondisi cuaca, di mana pun di
dunia, 24 jam sehari, tanpa biaya berlangganan atau biaya penyiapan.

Penerima GPS saat ini sangat akurat, berkat desain multi-saluran paralelnya. Penerima kami
cepat mengunci ke satelit ketika pertama kali dihidupkan. Mereka tetap mempertahankan
kunci pelacakan pada pepohonan yang padat atau di lingkungan perkotaan dengan gedung-
gedung tinggi. Faktor atmosfer tertentu dan sumber kesalahan lainnya dapat mempengaruhi
akurasi penerima GPS. GPS receiver Garmin biasanya akurat dalam jarak 10 meter.

Gambar 2.1 Alat Global Positioning System

L A P O R A N A N T A R A
8
2. Total Station (TS)
Total station merupakan alat ukur seperti halnya theodolite yang mengasilkan data besaran
sudut horisontal ataupun vertikal, hanya saja dalam penggunaan untuk pengukuran dengan
total station tidak serumit theodolite yang masih menggunakan limbus, hal ini disebabkan
bacaan hasil pengukuran dengan total station sudah terlihat di layar dan cara setting alatnya,
hanya dengan cara mengetik besaran tombol horisontal.

Selain itu, untuk mencari jarak optis apabila menggunakan teodolite harus mengambil data
bacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah, sedangkan pada Total Station
sudah dilengkapi dengan EDM pengukur jarak. Perbedaan yang lain apabila menggunakan
total station adalah terdapat record data yang berguna untuk merekam data hasil
pengukuran yang disimpan dalam chip memory yang kemudian dapat diekspor dalam bentuk
file.

Selain itu, tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan total station mempunyai tingkat
akurasi yang cukup tinggi. Adapun tujuan dari permilihan alat total station dalam pekerjaan
ini, adalah sebagai upaya mengurangi kesalahan dari manusia, akibat kesalahan pembacaan
dan kesalahan pencatatan data, aksesibilitas data ke sistem yang berbasis komputer, dapat
mempercepat proses pengukuran atau mengurangi waktu pelaksanaan pekerjaan
pengukuran topografi serta memberikan kemudahan (ringkas).

Gambar 2.2 Alat Total Station

L A P O R A N A N T A R A
9
3. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur kondisi eksisting yang ada di lapangan yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara kasar mengenai dimensi yang tersedia di lapangan,
jika dibutuhkan.

Gambar 2.3 Alat Meteran Ukur

4. Kamera Digital
Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi kegiatan survey topografi, kondisi
nol persen dan kondisi eksisting dari rencana lokasi yang akan direncanakan.

Gambar 2.4 Kamera Digital

5. Kendaraan Roda Empat


Kendaraan roda empat digunakan untuk memobilisasi personil ke rencana lokasi kegiatan
atau lokasi yang disurvey.

Gambar 2.5 Kendaraan Roda Empat

L A P O R A N A N T A R A
10
6. Kendaraan Roda Dua
Kendaraan roda dua digunakan untuk memobilisasi personil ke rencana lokasi kegiatan atau
lokasi yang disurvey.

Gambar 2.6 Kendaraan Roda Dua

2.1.2 Metode Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan melihat kembali lingkup kegiatan yang dituangkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK), persiapan personil, peralatan, bahan, penunjang dan
administrasi yang diperlukan dalam kegiatan pengukuran.

2. Tahap survey pendahuluan


Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji trase apakah rencana trase yang telah
dibuat di kantor, dapat diimplementasikan di lapangan. Pengecekan lapangan dapat
menggunakan alat Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui koordinat awal x, y,
dan z, clinometer untuk mengetahui kemiringan rencana trase, serta formulir survey untuk
mencatat apakah posisi trase yang dilalui masih memenuhi persyaratan landai kritis
maksimum dari yang dipersyaratkan.
a. Menyiapkan peta rencana trase yang dibuat di kantor dan dimungkinkan dibuat dalam
beberapa alternatif rencana trase untuk jalan baru atau mengikuti rencana trase yang
sudah ada untuk jalan lama.
b. Menentukan titik station awal dengan mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur.
c. Penelusuran trase rencana dan dilakukan ploting x, y dan elevasi z, di peta topografi
dengan menggunakan alat GPS.
d. Apabila trase rencana tidak dimungkinkan untuk diimplementasikan di lapangan karena
kondisi lapangan dan medan yang cukup ekstrim, maka dilakukan relokasi trase dengan
memperhatikan faktor geometrinya.
e. Pekerjaan berakhir pada station akhir yang direncanakan dan untuk survey trase jalan
baru dilakukan perintisan bersamaan waktu dilakukan survey pendahuluan.

L A P O R A N A N T A R A
11
3. Pemasangan monumen
Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan titik-titik ikat baru berupa Bench
Mark (BM), titik-titik kontrol (Control Point), dan patok kayu pengukuran. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemasangan monumen adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Bench Mark terbuat dari pipa beton diameter 3 inchi, dicat warna merah dan
diberi nomor dan kode.
b. Spesifikasi Control Point (CP) terbuat dari kayu berukuran berdiameter 3 cm x 5 cm, dicat
berwarna merah dan diberi nomor dan kode.
c. Bench Mark dipasang atau ditanam sedalam 70 cm, sehingga muncul ke permukaan tanah
kira-ira 30 cm dan dipasang di sepanjang trase rencana jalan dan jembatan dengan jarak
interval pemasangan 1 km. Pada posisi nol atau pada km 0 dipasangan BM nol.
d. Setiap pemasangan BM harus disertai dengan pemasangan Control Point (CP), sebagai
pasangannya, untuk mendapatkan azimut arah pelaksanaan pekerjaan. BM sebaiknya
dipasang pada sisi kiri jalan dan CP dipasang pada sisi kanan jalan.
e. Lokasi BM dan CP dipasang pada daerah yang aman dari gangguan dan tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan pelaksanaan konstruksi, serta dipasang dengan
kuat dan mudah dicari. Setiap BM dan CP di dokumentasikan dan dibuat deskripsinya.
f. Pemasangan CP juga dilakukan pada rencana jembatan, jembatan eksisting, dan pada
perpotongan jalan dengan jalan eksisting.
g. Patok kayu dipasang pada salah satu sisi jalan (jalan eksisting) atau pada as rencana jalan
(jalan baru), yang dibuat dari kayu dengan panjang 40 cm dengan ukuran 3 x 4 cm, dan
pada bagian atasnya diberi paku, dicat berwarna kuning dan diberi nomor sesuai
urutannya.
h. Pada daerah tertentu, dimana tidak dapat dipasang patok kayu seperti pada aspal,
jembatan atau batu, maka patok kayu dapat diganti dengan paku payung yang diberi cat,
diberi nomor serta pada daerah sekitarnya diberi tanda khusus sehingga memudahkan
dalam pencarian.
i. Seluruh keberadaan BM, CP dan patok ditulis dan dicatat dalam lembar formulir dan
digambarkan sketotal stationanya serta dilengkapi dengan pendekatan pola konturnya.

4. Pengukuran kerangka kontrol vertikal


a. Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan di sepanjang trase rencana jalan atau
eksisting dan titik rencana jembatan yang melewati BM, CP dan Patok.
b. Pemilihan peralatan yang tepat, metode dan teknik pengukuran sangat berpengaruh
terhadap ketelitian hasil pengukuran.
c. Pengukuran kerangka kontrol vertikal jalan dilakukan dengan metode sipat datar
terhadap semua patok BM, CP dan patok kayu, dengan uraian berikut ini :
 Pengukuran sipat datar dilakukan pergi - pulang pada setiap seksi dan dilakukan
pengukuran kring tertutup, dengan ketelitian 10 mm D
, dimana D adalah jumlah jarak
dalam KM.

L A P O R A N A N T A R A
12
 Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau sederajat,
dalam hal ini total station.
 Rambu ukur yang digunakan berupa prisma yang harus dilengkapi dengan nivo kotak
untuk pengecekan vertikalnya rambu.
 Alat ukur diupayakan terletak di tengah-tengah antara dua prisma untuk mengurangi
kesalahan garis bidik tidak sejajar arah garis arah nivo.
 Pengukuran harus dihentikan apabila terjadi undulasi udara yang biasanya terjadi pada
tengah hari akibat adanya pemuaian udara akibat panasnya matahari. Selain itu
pengukuran harus dihentikan juga apabila hujan turun.

5. Pengukuran kerangka kontrol horizontal


Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan dengan menggunakan metode poligon
terikat sempurna, yaitu terikat pada dua titik referensi yang telah diketahui koordinatnya.
Untuk memulai pengukuran pertama-tama salah satu reflektor ditempatkan di titik ikat, total
station pada titik kerangka dasar disebelahnya dan reflektor yang satunya lagi pada titik
kerangka dasar di sebelah total station. Untuk selanjutnya reflektor yang dipasang pada titik
ikat dinamakan reflektor belakang dan reflektor yang ditempatkan pada titik kerangka dasar
dinamakan reflektor muka dan Ilustrasinya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Reflektor belakang ditempatkan pada GD 01, total station pada GD 02, dan reflektor muka
pada KD 1-01.
b. Dalam keadaan biasa (face right ) total station dibidikkan pada reflektor belakang, didapat
bacaan sudut dan jarak. Pembidikkan diulangi sampai didapatkan dua lagi bacaan sudut.

c. Dalam keadaan biasa total station dibidikkan ke reflektor muka, didapat bacaan sudut dan
jarak. Pembidikkan diulangi agar didapat tiga bacaan sudut.
d. Total station diputar sehingga posisinya berada dalam keadaan luar biasa (face left ). Total
station kemudian dibidikkan ke reflektor muka sampai didapat tiga bacaan sudut.
e. Dalam keadaan luar biasa total station dibidikkan ke reflektor belakang sampai
didapatkan tiga bacaan sudut.
f. Dilakukan pengecekan, dimana sesuai spesifikasi teknis selisih antara rata-rata bacaan
biasa belakang-muka, dengan rata-rata bacaan luar biasa belakang-muka, tidak boleh
lebih dari lima detik dan jika terjadi kondisi tersebut, maka maka pengukuran harus
diulang.
g. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengukuran jarak mendatar menggunakan total
station tersebut sebanyak 2 kali. Hal tersebut memungkinkan karena pada total station
sudah terdapat unit pengukur jarak elektronik (EDM).
h. Apabila memenuhi toleransi maka pengukuran KDH dilanjutkan ke titik selanjutnya.
Pertama-tama total station dipasang di KD 1-01, reflektor belakang pada GD 02, dan
reflektor muka pada KD 1-02. Caranya adalah reflektor yang sebelumnya berada di GD 01
dipindahkan bersama statifnya ke KD 1-02, total station yang sebelumnya berada di GD 02
dicopot dari statifnya, demikian pula reflektor yang berada di KD 1-01 dicopot dari

L A P O R A N A N T A R A
13
dicopot dari statifnya, demikian pula reflektor yang berada di KD 1-01 dicopot dari
statifnya. Kemudian total station dipasang pada statif yang berada di KD 1-01, dan
reflektor dipasang pada statif yang ada di GD 02.
i. Selanjutnya pengukuran dilakukan dengan cara seperti sebelumnya.

Gambar 2.7 ilustrasi pengukuran kerangka kontrol horisontal

6. Pengukuran penampang memanjang


Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan
pengukuran kerangka kontrol vertikal. Pengukuran penampang memanjang dilakukan pada
setiap terjadi perubahan muka tanah di sepanjang trase jalan dan jembatan.

7. Pengukuran penampang melintang


Pengukuran penampang melintang ruas jalan dan jembatan, yang dilakukan harus tegak
lurus ruas jalan dan jembatan dilakukan untuk setiap perubahan detail muka tanah.
Pengukuran melintang harus dilakukan dengan persyaratan :
a. Pada kondisi datar atau landai, harus dilakukan pasda interval tiap 50 meter dengan lebar
koridor 75 meter ke kiri dan ke kanan dari as jalan atau trase jalan dan jembatan.
b. Pada kondisi pegunungan, harus dilakukan pada interval tiap 25 meter dengan lebar
koridor 75 meter ke kiri dan ke kanan dari as jalan atau trase jalan dan jembatan.
c. Pada kondisi tikungan, harus dilakukan pada interval tiap 25 meter dengan lebar koridor
75 meter ke arah luar dan 125 meter ke arah dalam dari as jalan atau trase jalan dan
jembatan.
d. Pada kondisi jalan dan jembatan, harus dilakukan pada interval tiap 25 meter dengan lebar
koridor 75 meter ke kiri dan kanan dari as jalan atau trase jalan dan jembatan, atau sesuai
dengan instruksi dari Highway Engineer dan Bridge Engineer.

L A P O R A N A N T A R A
14
8. Pengukuran detail situasi
Pengukuran detail situasi dilakukan dengan metode tachimetri, mencakup semua objek
bentukan alam atau manusia yang ada di sepanjang ruas jalan atau titik jembatan. Dalam
pengambilan data, harus diperhatikan bahwa kerapatan detail harus dapat mewakili kondisi
sebenarnya khususnya pada sungai dan persimpangan yang harus lebih rapat. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam pengukuran detail situasi adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan formulir.
b. Pasang alat pada titik atau di atas patok poligon yang diketahui koordinatnya (P1)
misalnya.
c. Atur dan ukur tinggi alat, kemudian arahkan teropong pada titik poligon lain yang
diketahui koordinatnya sebagai acuan P2 misalnya, kemudian tepatkan pada target, baca,
simpan pada memori, dan catat nomor titik.
d. Tempatkan prisma pada titik detail yang akan diukur, kemudian ambil data. Jika sudah
selesai, pindahkan prisma pada titik detail lain dan ulangi semua langkah yang sama.

9. Pengukuran pengikatan titik-titik referensi eksisting


Titik referensi eksisting adalah titik-titik ikat yang telah diketahui koordinatnya dalam suatu
sistem koordinat tertentu. Pengukuran pengikatan bertujuan untuk mengikatkan
pengukuran kontrol vertikal dan horizontal yang baru dengan titik ikat yang ada, sehingga
diketahui harga koordinat x, y dan z serta elevasi hasil pengukuran pada titik-titik yang baru.
Pengikatan titik ikat vertikal dilakukan pada titik-titik tinggi yang ada kemudian dibawa ke
titik awal proyek.

2.1.3 Pengolahan Data Hasil Pengukuran


Dalam pekerjaan ini, pengolahan data hasil pengukuran direncanakan menggunakan bantuan
program Autodesk Land Desktop, dimana data hasil pengukuran yang tersimpan dalam total
station di ekspor kedalam program tersebut. Autodesk Land Desktop adalah software pengolah
data ukur yang sekaligus berfungsi menggambar data tersebut serta membuat desain gambar
dan perhitungan volume galian dan timbunan, jika diperlukan. Hasil pengolahan data dapat
dibuat dalam bentuk profil memanjang eksisting, tampang melintang hasil ukur dengan mudah
dan cepat.

2.2 METODE PENGUJIAN TANAH DENGAN ALAT PENETRASI SPT DAN PENGAMBILAN SAMPEL UDS

2.2.1 Definisi
Pengujian tanah dengan alat penetrasi SPT adalah suatu metode uji yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun
pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan
tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal.

L A P O R A N A N T A R A
15
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara
berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan
untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT yang dinyatakan dalam pukulan/0,3 m.
Pengambilan sampel tanah tidak terganggu (UDS) adalah pengujian dengan cara mengambil
sampel tanah yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pemeriksaan dan pengujian di
laboratorium.

2.2.2 Standar
Adapun standar yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. SNI 4153-2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT.
b. SNI 03-4153-1996 Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT.

2.2.3 Peralatan
Adapun perlatan yang digunakan dalam pengujian dengan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya.
b. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya.
c. Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi sesuai standar ASTM D 1586-84.
d. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%.
e. Alat penahan atau tripod .
f. Rol meter.
g. Alat penyipat datar.
h. Kerekan.
i. Kunci-kunci pipa.
j. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu.
k. Core box.

2.2.4 Bahan
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah :
a. Bahan bakar seperti bensin dan solar
b. Bahan pelumas.
c. Balok dan papan.
d. Tali atau selang.
e. Kawat.
f. Kantong plastik.
g. Air kerja.
h. Formulir untuk pengujian.

L A P O R A N A N T A R A
16
2.2.5 Persyaratan Pengujian
Adapun persyaratan pengujian yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengujian adalah
sebagai berikut :
a. Peralatan harus lengkap dan layak pakai.
b. Pengujian dilakukan dalam lubang bor.
c. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 meter sampai dengan 2,00 meter
untuk lapisan tanah tidak seragam dan pada kedalaman 4,00 meter untuk lapisan tanah
seragam.
d. Pada tanah berbutir halus, harus digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka (open
cone) dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk konus
tertutup (close cone).
e. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler.
f. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu.
g. Apabila terdapat air tanah, maka harus dicatat.
h. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan antara
palu dengan pipa.
i. Formulir-formulir isian hasil pengujian, harus diisi.
j. Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.
k. Tabung untuk sampel tanah berbentuk bulat dan tidak penyok serta ujung tabung kondisi
l. Tidak boleh mengalami hambatan di sepanjang lubang bor sebelum pengambilan sample.
m. Untuk tanah lunak dan sedang, penekanan dilakukan dengan kecepatan yang konstan dan
dalam satu kali dorongan.
n. Untuk tanah sedang dan lengket, dilakukan dengan pemukulan tabung dan penetrasi tabung
≤ 6x diameter tabung.
o. Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi
yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli
geoteknik.

2.2.6 Persiapan Pengujian


Adapun langkah-langkah persiapan dalam pengujian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pasang blok penahan (knocking block ) pada pipa bor.
b. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan.
c. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas
pengeboran.
d. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan
pipa bor yang telah dipasangi blok penahan.
e. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian
yang diinginkan.
f. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45
cm.

L A P O R A N A N T A R A
17
2.2.7 Prosedur Pengujian
Adapun langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 meter
sampai dengan 2,00 meter atau sesuai keperluan.
b. Tarik tali pengikat palu (hammer ) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya atau
pada angka 75 cm.
c. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan dan ulangi langkah a dan langkah
b berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm.
d. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama.
e. Ulangi langkah b, langkah c dan langkah d sampai pada penetrasi 15 cm yang kedua dan
ketiga.
f. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm, dimana :
 15 cm pertama dicatat N1.
 15 cm ke-dua dicatat N2.
 15 cm ke-tiga dicatat N3.
g. Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih
kotor bekas pengeboran.
h. Apabila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian
sampai minimum 6 meter.
i. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.
j. Tabung yang berisi sampel tanah harus ditutup dengan lilin parafin, disimpan di tempat yang
teduh atau dalam core box, diberi label untuk memudahkan identifikasi.
k. Selama pengangkutan, tabung dibungkus busa dan penyimpanan harus tegak dan dalam
ruangan sejuk serta pengujian laboratorium harus dilakukan segera.

2.3 METODE PENGUJIAN KADAR AIR TANAH

2.3.1 Definisi
Metode pengujian kadar air tanah, adalah sebagai perbandingan berat air pori atau air bebas
yang ada dalam tanah dan partikel padat yang dinyatakan dalam persen. Partikel padat
merupakan istilah yang digunakan dalam geoteknik untuk maksud kejadian alami partikel
mineral tanah dan batuan dan tidak termasuk material larutan dalam air.

2.3.2 Standar Pengujian


Adapun standar yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
SNI 1965-2008 Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah dan Batuan Di
Laboratorium.

2.3.3 Peralatan Pengujian


Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Oven pengering yang dilengkapi dengan pengontrol panas dan disarankan adalah tipe yang
dilengkapi dengan pengatur suhu, dan dapat memelihara keseragaman temperatur 110 oC ±
5oC untuk seluruh ruangan pengering.

L A P O R A N A N T A R A
18
b. Timbangan yang memiliki ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat
maksimum 200 gram termasuk berat cawan tempat benda uji, dan timbangan yang memiliki
ketelitian 0,1 gram diperlukan untuk benda uji dengan berat lebih dari 200 gram.
c. Cawan tempat benda uji yang sesuai terbuat dari material tahan karat dan tahan terhadap
perubahan berat akibat pemanasan berulang, pendinginan, tahan untuk material dengan pH
bervariasi dan juga bersih. Cawan dengan bertutup rapat harus digunakan untuk benda uji
yang mempunyai berat sama atau kurang 200 gram, sedangkan untuk benda uji yang
mempunyai berat lebih dari 200 gram dapat digunakan cawan tanpa penutup. Satu cawan
diperlukan untuk setiap penentuan kadar air.
d. Desikator atau botol desikator besar dengan ukuran yang cukup berisikan silika atau kalsium
anhidrofosfat (silica gel or anhydrous calcium phosphate) atau dapat menggunakan zat
pengering yang dapat mengubah warna untuk menunjukan keadaan semula.
e. Alat pemegang cawan berupa kaos tangan, tang atau alat pemegang lainnya yang dapat
digunakan untuk memindahkan atau mencapit cawan panas setelah pengeringan.
f. Peralatan lain seperti pisau, spatula, sendok, kain pembersih, pengiris contoh dan lainnya.

2.3.4 Persyaratan Contoh Uji


a. Contoh uji harus dilindungi dan dipelihara selama pengangkutan. Simpanlah contoh uji di
dalam tempat yang antikarat dan kedap udara pada temperatur antara 3°C dan 30°C sebelum
pengujian serta pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Contoh uji
terganggu yang berada dalam wadah atau pada tempat lain harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah atau mengurangi perubahan kadar air di dalam wadah.

b. Penentuan kadar air harus dilakukan sesegera mungkin setelah pengambilan contoh uji,
terutama jika alat pengambil contoh uji berpotensi untuk berkarat seperti tabung baja
dinding tipis, kaleng cat atau menggunakan kantong plastik.

2.3.5 Persyaratan Benda Uji


a. Untuk kadar air yang ditentukan dengan cara gabungan dengan metode SNI lain dan telah
ada ketentuannya, maka berat benda uji yang dibutuhkan diambil berdasarkan ketentuan
tersebut. Jika tidak tersedia, maka tentukan nilainya sebelum dilakukan pengujian.
b. Berat minimum material basah yang dipilih untuk mewakili contoh uji total, harus sesuai
dengan ketentuan di bawah ini, termasuk jika contoh uji tidak diuji dengan metode ini dan
juga tidak ditentukan berat minimum material. Setiap benda uji yang tidak ditemukan dalam
persyaratan ini harus dicatat dalam hasil laporan.
c. Apabila dalam pekerjaan menggunakan benda uji yang sedikit, yaitu kurang dari 200 gram,
sedangkan benda uji mengandung partikel kerikil yang relatif banyak, maka partikel ini tidak
termasuk sebagai benda uji. Meskipun ada sebagian material yang dibuang, tetapi harus
dijelaskan dan dicatat dalam laporan.
d. Untuk contoh uji yang seluruhnya terdiri dari batuan yang utuh, berat benda uji minimum
harus 500 gram. Bagian yang mewakili contoh uji dapat dipecah menjadi pertikel yang lebih
kecil tergantung pada ukuran contoh, cawan dan timbangan yang digunakan serta fasilitas

L A P O R A N A N T A R A
19
pengeringan untuk berat konstan.
e. Benda uji dibuat minimal dua buah agar hasil uji dapat dirata-ratakan.

2.3.6 Pemilihan Benda Uji


a. Bila benda uji merupakan bagian dari material yang banyak, benda uji harus dipilih yang
dapat mewakili kondisi kadar air dari seluruh material. Benda uji yang dipilih tergantung pada
tujuan dan kegunaan pengujian, jenis material yang diuji, kondisi air dan jenis contoh uji
berasal dari jenis uji yang lain, kantong, contoh blok, tabung dan lainnya.
b. Untuk contoh uji terganggu misalnya hasil pemotongan, contoh dalam kantong dan
sejenisnya, pengambilan benda uji menggunakan salah satu cara berikut :
 Jika material tersebut dapat dicampurkan dan diremas tanpa kehilangan kadar air yang
berarti, material harus disatukan dan kemudian dibagi menjadi empat bagian sesuai
kebutuhan dengan dipisah-pisah secara quartering.
 Jika material tersebut tidak dapat disatukan dan atau dipecah, buatlah material
persediaan sebanyak mungkin. Ambil sekurang-kurangnya lima bagian material secara
acak dari lokasi dengan menggunakan tabung, shovel, sekop, trowel atau peralatan
sejenis yang sesuai ukuran partikel maksimum yang ada. Campurkan semua bagian-bagian
tadi menjadi benda uji.
 Jika dalam kondisi semacam itu, material persediaan tidak dapat dibuat, ambil beberapa
bagian material dari lokasi seacak mungkin yang terbaik untuk mewakili kondisi kadar air.
Campurkan semua bagian-bagian tadi untuk menjadi benda uji.
c. Contoh uji utuh yang berupa blok, tabung contoh, tabung belah, dan semacamnya. Ambilah
benda uji dengan salah satu cara dari metode berikut, tergantung pada maksud dan
kegunaan contoh.
 Sayat material secara hati-hati sekurang-kurangnya setebal 3 mm dari permukaan luar
contoh uji untuk melihat apakah material tersebut berlapis dan untuk membuang material
yang lebih kering atau lebih basah dibandingkan dengan bagian utama dari contoh uji.
Kemudian sayat lagi contoh uji dengan hati-hati sekurang-kurangnya setebal 5 mm atau
dengan ketebalan yang sama dengan ukuran partikel maksimum yang ada, dari seluruh
permukaan yang terkelupas atau dari interval sedang dikerjakan.
 Belah contoh uji setengahnya, kemudian sayat sekurang- kurangnya setebal 5 mm atau
sama dengan ukuran partikel maksimum yang ada dari setengah permukaan yang
terkelupas atau dari interval yang akan diuji. Hindarilah setiap sisi material dari
kemungkinan lebih basah atau lebih kering dibandingkan dengan bagian utama contoh
uji.
 Jika material berlapis atau ditemukan lebih dari satu jenis material, pilih benda uji rata-
rata, atau benda uji individu atau kedua-duanya. Benda uji harus diidentifikasi dengan
tepat di lokasi sehingga dapat mewakili material, lalu catat pada lembaran data.

2.3.7 Prosedur Pengujian


a. Timbang dan catat berat cawan kering yang kosong tempat benda uji beserta tutupnya jika
memakai tutup. Selanjutnya, pilih benda uji yang memenuhi persyaratan benda uji.
b. Masukkan benda uji dalam cawan dan jika memakai tutup pasang tutupnya hingga rapat.

L A P O R A N A N T A R A
20
Tentukan berat cawan yang berisi material basah menggunakan timbangan yang telah dipilih
sebagai acuan berat benda uji dan catat nilai tersebut.
 Sebagai catatan, untuk menjaga kekeliruan benda uji yang dapat menghasilkan hasil uji
yang tidak benar, semua cawan dan tutupnya harus diberi nomor dan nomor nomor
cawan harus dicatat pada lembaran data laboratorium. Nomor tutup harus cocok dengan
nomor cawannya untuk mengurangi kekeliruan. Untuk membantu pengeringan dengan
oven terhadap benda uji yang cukup besar, maka benda uji ini harus ditempatkan dalam
cawan yang mempunyai areal permukaan yang luas (semacam panci) dan material
dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil.
c. Buka tutupnya jika memakai tutup dan masukan cawan yang berisi benda uji basah ke dalam
oven pengering. Keringkan benda uji hingga beratnya konstan. Pertahankan oven pengering
pada temperatur 110 oC ± 5oC. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berat benda uji
konstan akan bervariasi tergantung pada jenis material, ukuran benda uji, jenis dan kapasitas
oven dan faktorfaktor lainnya. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut umumnya dapat
dihindari dengan kepastian yang baik dan pengalaman terhadap material yang diuji serta
peralatan yang digunakan.
 Pada banyak kasus, pengeringan benda uji semalaman sekitar 12 sampai 16 jam telah
cukup. Jika terjadi keragu-raguan mengenai pengeringan yang memadai, maka
pengeringan harus dilanjutkan sampai terjadi perubahan berat setelah dua waktu berturut-
turut lebih dari 1 jam pengeringan yang menunjukkan tidak signifikan kurang dari 0,1 %.
Benda uji yang berupa tanah pasir seringkali dikeringkan hingga mencapai berat yang
konstan dengan waktu sekitar 4 jam jika menggunakan oven forced draft.
 Benda uji kering dapat menyerap kadar air terhadap benda uji basah, tanah kering harus
dikeluarkan sebelum benda uji basah dimasukan ke dalam oven yang sama. Tetapi hal ini
tidak berlaku jika benda uji yang dikeringkan sebelumnya tetap berada di dalam oven
pengering untuk penambahan periode waktu sekitar 16 jam.
d. Setelah benda uji dikeringkan hingga beratnya konstan, keluarkan cawan dari dalam oven
dan tutup kembali jika memakai tutup. Biarkan benda uji dan cawannya menjadi dingin pada
temperatur ruangan atau sampai cawan dapat dipegang dengan aman menggunakan tangan
dan siapkan timbangan yang tidak terpengaruh oleh panas.
e. Tentukan berat cawan dan berat material kering oven menggunakan timbangan yang sama
dengan yang digunakan dan catat nilai ini. Kencangkan penutup apabila benda uji menyerap
kelembaban udara sebelum ditentukan berat keringnya.
 Pendinginan dalam desikator dapat dilakukan dengan tertutup rapat untuk mengurangi
penyerapan yang besar terhadap kelembapan dari atmosfer selama pendinginan,
terutama untuk cawan yang tanpa penutup rapat.

2.3.8 Pelaporan Hasil Pengujian


Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

L A P O R A N A N T A R A
21
2.4 METODE PENGUJIAN KADAR AIR TANAH

2.4.1 Definisi
Adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah, yaitu angka
perbandingan antara berat butir tanah dan berat isi air suling dengan isi sama dan pada suhu
40C.

2.4.2 Standar Pengujian


Adapun standar pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. SNI 03-1964-1990 Metode Pengujian Berat Jenis Tanah.

2.4.3 Peralatan Pengujian


Adapun peralatan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Piknometer dengan kapasitas 50 ml.
b. Botol ukur dengan kapasitas minimum 100 ml.
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
d. Oven (110 + 5)°C.
e. Saringan No.4, 10 dan No.40.
f. Botol air suling.
g. Bak perendam.
h. Tungku listrik (hot plate).
i. Termometer (0 – 50) °C dengan ketelitian 1°C.

2.4.4 Persyaratan Benda Uji


Adapun persyaratan benda uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Benda uji yang digunakan dapat berupa benda uji dalam keadaan kadar air aslinya, ataupun
telah dikeringkan terlebih dahulu dalam oven.
b. Untuk benda uji kering oven, sesudah ditumbuk dan disaring kemudian dimasukkan ke dalam
oven kembali sampai beratnya tetap.
c. Benda uji tanpa pengeringan oven harus diketahui berat keringnya atau pada akhir
percobaan, hal ini dilakukan dengan jalan memindahkan isi piknometer ke dalam bejana lain
dan kemudian menguapkan airnya dalam oven.

2.4.5 Prosedur Pengujian


Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Timbang piknometer kosong, catat beratnya (W1).
b. Isi piknometer dengan air suling, timbang dan catat beratnya (W 4).
c. Masukkan contoh tanah ke dalam piknometer, timbang piknometer beserta tanahnya (W 2).
d. Tambahkan air ke dalam piknometer berisi contoh tanah untuk mengisikannya sampai kira-
kira dua per tiganya.
e. Keluarkan udara yang tersekap dalam tanah dengan cara mendidihkannya perlahan-lahan
untuk sekurang-kurangnya selama 10 menit.

L A P O R A N A N T A R A
22
f. Isilah piknometer dengan air suling sampai batas lehernya dan masukkanlah ke dalam bejana
berisi air pada suhu ruangan.
g. Biarkan beberapa lama sampai suhunya sama dengan suhu air sekeliling piknometer. Ukur
temperaturnya.
h. Isilah piknometer dengan air suling.
i. Timbanglah piknometer beserta isinya sampai 0,01 gram yang terdekat (W 3).

2.4.6 Pelaporan Hasil Pengujian


Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.5 METODE PENGUJIAN BERAT ISI TANAH

2.5.1 Definisi
Yang dimaksud dengan tanah berbutir halus adalah tanah yang butirannya lolos saringan no.200
lebih dari 50 %. Pengujian dengan metode ini menggunakan cetakan benda uji yang mempunyai
bentuk beraturan, isi dan beratnya dapat diukur secara tepat.
Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dan isi tanah. Sedangkan berat isi kering
adalah perbandingan antara berat kering tanah dan isi tanah.

2.5.2 Standar Pengujian


Adapun standar pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. SNI 03-3637-1994 Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan
Cetakan Benda Uji.

2.5.3 Peralatan Pengujian


Adapun peralatan yang digunakan, sebagai berikut :
a. Timbangan yang sesuai dengan cetakan benda uji dengan ketelitian 0,01 gram untuk
kapasitas lebih kecil atau sama dengan 500 gram untuk kapasitas lebih besar dari 500 gram.
b. Cetakan benda uji mempunyai diameter 50 mm, tinggi 28 mm dan tebal 3 mm.

2.5.4 Persyaratan Benda Uji


Benda uji harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
a. Benda uji harus mewakili tanah yang akan diuji berupa contoh tanah asli atau tanah tidak asli.

b. Setiap pengujian diperlukan satu benda uji.


c. Tiap contoh yang diuji harus diberi nomor contoh, nomor bor, lokasi dan kedalaman.

2.5.5 Prosedur Pengujian


a. Periksa kesiapan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian.
b. Siapkan formulir untuk pencatatan data pengujian.
c. Periksa kondisi contoh tanah.
d. Siapkan benda uji tanah asli.

L A P O R A N A N T A R A
23
e. Keluarkan contoh dari tabung.
f. Buat benda uji pada cetakan benda dan ratakan kedua ujungnya.
g. Siapkan benda uji tanah tidak asli.
h. Buat benda uji pada cetakan benda uji dan ratakan kedua ujungnya.
i. Timbang berat cetakan.
j. Hitung isi cetakan.
k. Timbang berat cetakan beserta benda ujinya.

2.5.6 Pelaporan Hasil Pengujian


Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.6 METODE PENGUJIAN ANALISA SARINGAN DENGAN HIDROMETER

2.6.1 Definisi
Yang dimaksud dengan pengujian analisa saringan atau ukuran butir tanah adalah pengujian
untuk mengetahui komposisi ukuran butir suatu jenis tanah. Sedangkan hidrometer adalah
suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah.

2.6.2 Standar Pengujian


Adapun standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. SNI 03-3423-1994 Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat
Hidrometer.

2.6.3 Persyaratan Benda Uji dan Peralatan


a. Benda uji harus mewakili contoh tanah yang diuji, baik contoh asli maupun tidak asli.
b. Alat hidrometer dan gelas ukur harus dikalibrasi sekurang-kurangnya setiap 2 tahun atau
tergantung kondisi alat dan memenuhi standar SNI 03-3423-1994.
c. Tabung gelas ukuran kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm.
d. Termometer 0 – 500C ketelitian 0,10 C.
e. Pengaduk mekanis dan mangkuk pengurai.
f. Saringan no.10 (2,00 mm), no.20 (0,84 mm), no 40 (0,42 mm), no.80 (0,177 mm), no.100
(0,149 mm), no.200 (0,074 mm).
g. Timbangan kapasitas 500 gram dengan ketelitian 0,01 gram.
h. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) 0C.
i. Tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml.
j. Batang pengaduk gelas.
k. Pengukur waktu.
l. Larutan Natrium Silikat (water glass) dengan berat jenis ± 1,023 untuk menghancurkan
gumpalan-gumpalan tanah yang tidak mengandung kapur.
m. Larutan Natrium Heksametafosfat (calgon) yang mengandung 33 gram Natrium
Heksametefosfat dan 7 gram Natrium Karbonat anhidrid per liter untuk menghancurkan
gumpalan-gumpalan tanah yang mengandung kapur.

L A P O R A N A N T A R A
24
2.6.4 Prosedur Pengujian
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut :
a. Campurkan benda uji, bahan pengurai dan air suling dengan komposisi untuk 20 ml water
glass, ditambahkan 100 ml air suling, sedangkan bila menggunakan 100 ml Natrium
Heksametafosfat ditambahkan 50 ml air suling.
b. Rendam campuran di atas, kemudian aduk dengan pengaduk gelas sampai rata dan biarkan
selama 24 jam.
c. Sesudah perendaman, pindahkan campuran tersebut ke dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air suling sampai mengisi setengah mangkok, kemudian aduk selama 15 menit.
d. Pindahkan campuran tadi ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling sampai
volume campuran menjadi 1000 ml, kemudian tutup rapat-rapat mulut tabung dan kocok
dalam arah mendatar selama 1 menit.
e. Letakan tabung gelas ukur dengan hati-hati dan masukan alat hidrometer, biarkan
hidrometer terapung bebas.
f. Baca skala hidrometer selama 0,5 menit, 1 menit, dan 2 menit, dan catat pada formulir yang
tersedia. Sesudah pembacaan 2 menit, angkatlah hidrometer perlahan-lahan dan cucilah
g. Masukan kembali hidrometer ke dalam tabung dan lakukan pembacaan pada selang waktu 5
menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam, 4 jam, dan 24 jam.
h. Ukur suhu campuran pada 15 menit pertama dan kemudian setiap pembacaan berikutnya.
i. Sesudah pembacaan terakhir, tuangkan campuran ke saringan no.200, dan cuci sampai airnya
jernih, kemudian keringkan dan lakukan pengujian analisis saringan.
j. Gambar ukuran butir dan persentase lolos saringan pada kertas semi logaritmis.

2.6.5 Pelaporan Hasil Pengujian


Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.7 METODE PENGUJIAN DIRECT SHEAR

2.7.1 Definisi
Metode pengujian dengan direct shear test adalah metode pengujian untuk mengetahui
tahanan geser tanah pada tegangan normal tertentu. Selain itu dari hasil pengujian ini akan
dihasilkan nilai sudut gesek tanah (j) dan kohesi tanah (c).

2.7.2 Standar Pengujian


Adapun standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. ASTM D-3080-04 Direct Shear Test.

2.7.3 Peralatan Pengujian


Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Shear box atau kotak geser yang terdiri dari 2 buah rangka untuk memegang contoh tanah
dengan baik dan dapat disatukan satu sama lain dengan sekrup pada waktu konsolidasi.

L A P O R A N A N T A R A
25
Kedua rangka diusahakan mempunyai bidang persentuhan yang sekecil mungkin untuk
mengurangi gesekan. Kedua rangka terletak di dalam kotak yang dapat diisi air untuk
merendam contoh tanah selama percobaan berlangsung. Rangka bagian atas mempunyai
dudukan yang dihubungkan dengan piston yang berhubungan dengan proving ring. Proving
ring ini dipergunakan untuk mengukur gaya geser horisontal yang digunakan untuk
menggeser contoh tanah.
b. Bagian untuk menggeser shear box yang dilengkapi dengan sistem transmisi yang
memungkinkan diganti-gantinya kecepatan penggeseran yaitu dengan mengganti susunan
gigi transmisinya. Penggeseran horisontal ini dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan motor listrik.
c. Proving ring.
d. Dial untuk mengukur deformasi vertikal dan horisontal.
e. Beban konsolidasi.
f. Batu pori dari bahan yang tidak berkarat k = 0,1 cm/det.
g. Pelat untuk menjepit contoh tanah.
h. Ring untuk mengambil dan mencetak contoh tanah dari tabung sampel.
i. Dolly untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box.
j. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
k. Kertas filter.
l. Oven.
m. Stopwatch.
n. Pisau dan palet.
2.7.4 Persyaratan Pengujian
Adapun persyaratan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan harus dalam keadaan baik dan proving maupun alat pengukur yang lain
telah dikalibrasikan.
b. Contoh tanah harus representatif atau mewakili kondisi yang akan terjadi di lapangan.

2.7.5 Persiapan Pengujian


Adapun persiapan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Sebelum mengoperasikan peralatan, harus dilakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan
minyak pelumas dan kesesuaian sumber arus listrik yang dipergunakan.
b. Lengan beban dalam kedudukan horisontal, dimana penyetelan dilakukan dengan cara
menaikturunkan beam jack dan dengan memperhatikan counter balanced lever loading arm.

c. Untuk contoh tanah non kohesif, dibentuk dengan langsung dengan meletakkan tanah non-
kohesif pada shear box dengan kepadatan yang sesuai tanah asli, atau sesuai dengan
kepadatan tanah kompaksi. Berat contoh tanah harus ditimbang.
d. Untuk contoh tanah kohesif, dibentuk dengan menekan ring contoh tanah ke dalam tabung
sampel. Setelah kedua sisinya dipotong dan dirapikan, maka contoh tanah ditimbang
beratnya, supaya dapat diketahui berat isi dan kadar air awalnya. Selanjutnya contoh tanah
dipindahkan ke dalam shear box dengan cara menekan contoh tanah yang ada di dalam ring
dengan dolly atau tangan.

L A P O R A N A N T A R A
26
e. Contoh tanah kohesif kompaksi dengan kepadatan tertentu dibentuk di dalam ring contoh
tanah. Dicari dahulu berat contoh tanah yang harus diisikan agar diperoleh kepadatan yang
dimaksudkan.

2.7.6 Prosedur Pengujian


Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
b. Keluarkan shear box dari tempat airnya. Dimana, jadikan satu shear box bagian atas dan
bawah dengan memasang baut penguncinya. Masukkan pelat dasar pada bagian paling
bawah dari shear box dan diatasnya dipasang batu pori yang sebelumnya telah dicelupkan
dalam aquades atau direbus dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam pori-
porinya. Diatas batu pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga telah dicelupkan dalam
aquades. Dan diatas kertas filter ini dimasukkan pelat berlubang yang beralur, alur ini harus
menghadap keatas dan arah alurnya harus tegak lurus arah penggeseran, hal ini
dimaksudkan agar contoh tanah benar-benar terjepit secara kuat pada waktu dilakukan
penggeseran. Masukkan kembali shear box ke dalam tempat airnya dan tempatkan
kedudukannya dengan mengencangkan dua buah baut penjepit yang ada.
c. Masukkan contoh tanah ke dalam shear box dengan susunan.
d. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box bagian bawah. Dimana, cara
menggerakkannya dengan melepaskan kunci penggerak manual dengan menarik clutch,
sekarang penggeser dapat digerakkan dengan memutar handwheel. Memutar handwheel
searah jarum jam akan menyebabkan pergeseran ke kanan atau maju dan sebaliknya. Setelah
penggeser tepat bersinggungan dengan shear box bagian bawah, maka kembalikan lagi
clutch pada kedudukan terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya.
e. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box bagian atas, ini berarti proving
ring belum menerima beban. Jadi dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol, demikan
juga dial pengukur deformasi horisontal.
f. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan juga kedudukan dial untuk
mengukur deformasi vertikal. Atur kedudukan dial ini pada posisi tertentu.
g. Siapkan beban konsolidasinya, dimana lengan pembebanan ini mempunyai perbandingan
panjang 1 : 10, jadi beban yang bekerja juga mempunyai perbandingan 1 : 10.
h. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan kecepatan penggeserannya.
i. Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan yang diinginkan. Dimana,
kecepatan penggeseran yang umumnya dipakai adalah 0,30 mm/menit.
j. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial deformasi horisontal tepat pada
posisi normal. Sekarang penggeseran dapat dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua baut
yang menyatukan shear box bagian atas dan bawah. Periksa juga clutch, apakah sudah
terkunci. Hidupkan tombol power, lampu indikator akan menyala. Penggeseran dapat
dimulai dengan menekan tombol B, D, karena posisi gigi pada D.
k. Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai dan amati bahwa jarum dial
proving ring dan dial deformasi horisontal mulai bergerak, apabila kedua jarum dial tersebut
tidak bergerak berarti ujung dial tersebut belum menyentuh, hentikan dengan mematikan
tombol B D, dan atur ujung dial pada kedudukan yang tepat.

L A P O R A N A N T A R A
27
l. Lakukan pembacaan dan pencatatan dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial
settlement, tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 divisi.
m. Lakukan pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui dari dial proving ring
yang mulai turun. Setelah mencapai maksimum lakukan pembacaan terus sebanyak 4 kali,
atau hentikan penggeseran kalau dial proving ring sudah mencapai 670 divisi. Setelah
penggeseran selesai, maka kembalikan shear box pada posisi sebelum digeser, dengan
menggerak mundur secara manual. Lepaskan beban konsolidasi dan keluarkan shear box
dari tempatnya.
n. Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbang berat contoh tanah ini dan masukkan oven
selama 24 jam dalam suhu 1050C, untuk mengetahui kadar air akhirnya.
o. Ulangi semua prosedur di atas dengan dua buah contoh tanah lagi, tetapi dengan
menggunakan tegangan normal yang lain.
2.7.7 Pelaporan Hasil Pengujian
Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.8 METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS

2.8.1 Definisi
Kuat tekan bebas (qu) atau uncofined test adalah pengujian untuk mendapatkan harga
tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris dalam hal ini sampel
tanah sebelum mengalami keruntuhan geser. Derajat kepekaan atau sensitivitas (St) adalah
rasio antara kuat tekan bebas dalam kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi teremas
(remolded).

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur kuat tekan bebas (unconfined compressive
strength) dari lempung atau lanau. Dari kuat tekan bebas dapat diketahui nilai kekuatan geser
undrained (Cu) dan nilai derajat kepekaan (degree of sensitivity).

2.8.2 Standar Pengujian


Adapun standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. ASTM D2166-06 Unconfined Compression Test (UCT).

2.8.3 Peralatan Pengujian


Alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. Alat unconfined compression test.
b. Ring silinder untuk mengambil contoh tanah.
c. Stopwatch.
d. Piston plunger.
e. Oven.
f. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr dan 0,01 gram.
g. Container.
h. Desikator.

L A P O R A N A N T A R A
28
i. Jangka sorong

2.8.4 Prosedur Pengujian


Adapun prosedur pengujian adalah sebagi berikut :
a. Contoh tanah berbentuk silinder ditekan dengan peningkatan regangan vertikal v yang
konstan sehingga mencapai keruntuhan. Tekanan vertikal v diukur pada setiap peningkatan
b. Contoh tanah dapat digunakan baik untuk tanah asli (undisturbed sample) maupun untuk
tanah yang dibuat di laboratorium (reconstituted sample).
c. Contoh tanah diambil dengan ukuran tinggi 3 inchi dan diameter 3/2 inchi, kedua
permukaannya diratakan.
d. Keluarkan contoh tanah dari silinder dengan menggunakan piston plunger.
e. Letakkan contoh tanah tersebut pada alat Unconfined Compression Test kemudian dicatat
pembacaan mula-mula dari proving ring dial, arloji pengukur regangan vertikal dan waktu.
f. Mulai diberikan tekanan vertikal dengan kecepatan regangan 1% per menit. Dilakukan
pembacaan proving ring dial setiap regangan 0,01 inchi.
g. Pemberian regangan vertikal ditingkatkan sampai terjadi kelongsoran pada contoh tanah, di
mana pembacaan proving ring dial telah mencapai nilai maksimum. Percobaan dihentikan
setelah pembacaan proving ring dial mulai turun beberapa kali atau minimum 3 kali.
h. Kemudian contoh tanah digambar bidang longsornya dari depan, belakang, tengah atau 3
tampak.
i. Contoh tanah yang telah longsor kita remas-remas dalam kantong dan kita masukkan dalam
silinder, dengan ketentuan volumenya sama, untuk menentukan kekuatan geser tanah
teremas.
j. Ulangi kembali semua prosedur di atas.

2.8.5 Pelaporan Hasil Pengujian


Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.9 METODE PENGUJIAN INDEKS PLASTISITAS TANAH

2.9.1 Definisi
Batas Plastis dihitung berdasarkan persentasi berat air terhadap berat tanah kering pada benda
uji. Pada cara uji ini, material tanah yang lolos saringan ukuran 0.425 mm atau saringan No.40,
diambil untuk dijadikan benda uji kemudian dicampur dengan air suling atau air mineral hingga
menjadi cukup plastis untuk digeleng atau dibentuk bulat panjang hingga mencapai diameter 3
mm. Metode penggelengan dapat dilakukan dengan telapak tangan atau dengan alat
penggeleng batas plastis (prosedur alternatif). Benda uji yang mengalami retakan setelah
mencapai diameter 3 mm, diambil untuk diukur kadar airnya. Kadar air yang dihasilkan dari
pengujian tersebut merupakan batas plastis tanah tersebut. Angka Indeks Plastisitas tanah
didapat setelah pengujian Batas Cair dan Batas Plastis selesai dilakukan. Angka Indeks Plastisitas
Tanah merupakan selisih angka Batas Cair (liquid limit , LL) dengan Batas Plastis (plastic limit ,
PL).

L A P O R A N A N T A R A
29
2.9.2 Standar Pengujian
Adapun standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. SNI 1966-2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah.
b. SNI 20-1967-2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.

2.9.3 Peralatan Pengujian


Alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
1. Mangkok
Mangkok porselen atau sejenis mangkok untuk mengaduk, dengan diameter sekitar 115 mm.

2. Batang pengaduk
Batang pengaduk atau pisau batangan yang memiliki mata pisau dengan panjang sekitar 75
mm dan lebar sekitar 20 mm.
3. Batang pembanding
Batang logam pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 100 cm.
4. Permukaan untuk menggeleng.
Landasan untuk menggeleng benda uji dapat menggunakan plat kaca atau suatu lempengan
yang memiliki permukaan licin, atau dapat menggunakan kertas tidak bertekstur. Alat
penggeleng batas plastis atau alat yang terbuat dari akrilik.
5. Kertas penggeleng
Kertas tak bertekstur atau licin tanpa penambahan bahan lain seperti fiber, fragmen kertas,
dan lain-lain, pada tanah selama proses penggelengan. Kertas tersebut diberi bahan perekat
6. Cawan
Cawan harus terbuat dari material yang tahan terhadap korosi dan massanya tidak akan
berubah atau hancur akibat pemanasan dan pendinginan yang terus menerus. Cawan harus
memiliki penutup yang rapat/pas agar tidak terjadi perubahan kadar air benda uji sebelum
penimbangan awal dan juga untuk mencegah penyerapan air dari udara terbuka sebelum
proses pengeringan dan penimbangan akhir. Satu cawan diperlukan untuk menentukan
kadar air satu benda uji.
7. Timbangan
Timbangan harus memiliki kapasitas yang sesuai dan mengacu pada SNI 03-6414-2000.
8. Oven
Oven pengering dengan fasilitas pengatur panas yang dapat mengeringkan benda uji pada
temperatur 110o C ± 5 C.

L A P O R A N A N T A R A
30
2.9.4 Persyaratan Benda Uji
1. Apabila hanya menguji batas plastis, ambil banyaknya tanah sebagai benda uji sekitar 20
gram dari material yang telah lolos saringan No.40 (0,425 mm), sesuai dengan SNI 03-1975-
1990. Letakan tanah kering ke dalam cawan dan campur dengan air suling atau air mineral
sampai massa menjadi cukup plastis untuk dibentuk menjadi bola. Ambil sebagian dari tanah
tersebut, sekitar 8 gram, untuk diuji. Sebagai catatan bahwa Air PAM dapat digunakan untuk
pengujian, apabila hasil uji banding tidak menunjukkan perbedaan antara air PAM dan air
suling. Namun apabila terdapat hasil yang meragukan, pengujian harus dilakukan dengan
menggunakan air suling atau air mineral.

2. Apabila menguji batas cair dan batas plastis, ambil tanah sebagai benda uji sekitar 8 gram
kondisi basah dan kondisi yang telah diaduk untuk diuji, sesuai dengan SNI 03-1967-1990.
Ambil benda uji untuk masing-masing fase hasil pencampuran ketika tanah telah cukup
plastis dan mudah untuk dibentuk bola serta tidak lengket di jari ketika diremas. Apabila
benda uji diambil sebelum pengujian batas cair dilakukan, letakkan benda uji ini disamping
dan biarkan sementara di udara terbuka sampai pengujian batas cair selesai dilakukan.
Apabila benda uji yang diletakan disamping tersebut menjadi terlalu kering untuk digeleng
hingga berdiameter 3 mm, tambahkan air dan campur kembali

2.9.5 Metode Pengujian


1. Ambil 1,5 gram sampai dengan 2,0 gram massa tanah sebagaimana dijelaskan sebelumnya
bentuk bagian yang diambil menjadi bentuk bulat panjang.
2. Gunakan salah satu metode berikut untuk menggeleng tanah menjadi bentuk bulat panjang
berdiameter 3 mm dengan kecepatan 80 gelengan sampai dengan 90 gelengan per menit,
dengan menghitung satu gelengan sebagai satu gerakan tangan bolak balik hingga kembali
ke posisi awal.
3. Metode menggeleng dengan tangan, geleng benda uji dengan telapak tangan atau jari pada
plat kaca atau di atas selembar kertas yang diletakkan di atas permukaan yang rata dengan
tekanan yang cukup untuk menggeleng benda uji menjadi beberapa gelengan kecil dengan
diameter dan panjang yang sama. Hasil gelengan-gelengan kecil tersebut selanjutnya
dibentuk hingga diameternya menjadi 3 mm, hal ini memakan waktu tidak lebih dari 2 menit.
Besar tekanan tangan atau jari yang diperlukan bervariasi, tergantung jenis tanahnya. Tanah
yang mudah pecah dengan plastisitas yang rendah merupakan tanah yang paling tepat
digeleng dengan bagian sisi luar telapak tangan atau bagian bawah ibu jari. Prosedur
alternatif, metode dengan alat geleng batas plastis, letakkan massa tanah di atas plat bawah,
kemudian letakkan plat atas hingga bersentuhan dengan massa tanah. Tekan sedikit plat
atas sedikit ke bawah dan gerakan ke belakang dan ke depan selama 2 menit, dimana plat
dijaga agar tetap bersentuhan dengan sisi rel. Selama proses penggelengan ini, jangan
biarkan tanah gelengan menyentuh sisi rel. Sebagai catatan bahwa pada umumnya, lebih dari
satu benda uji (tanah gelengan) dapat digeleng secara serentak pada alat penggiling batas
plastis.

L A P O R A N A N T A R A
31
4. Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum terjadi retakan, maka
tanah gelengan dibagi menjadi enam atau delapan potongan. Satukan dan remas semua
potongan dengan kedua tangan dan geleng kembali dengan jari tangan hingga membentuk
bulat panjang.
5. Sedangkan apabila tanah gelengan telah berdiameter 3 mm dan terjadi retakan, maka
prosedur dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
6. Tanah gelengan sebagaimana tahap sebelumnya, digeleng sampai terjadi retakan atau
sampai tanah tidak dapat lebih panjang lagi untuk digeleng. Retakan dapat terjadi ketika
diameter tanah gelengan lebih besar dari 3 mm. Terjadinya retakan pada diameter yang
berbeda menunjukkan jenis tanah yang berbeda. Beberapa jenis tanah akan hancur menjadi
partikel agregat kecil; sementara jenis yang lain mungkin membentuk suatu pipa yang retak
dibagian ujungnya. Retakan ini berkembang ke arah tengah dan akhirnya tanah gilingan
tersebut hancur menjadi bagian-bagian kecil yang pipih.
7. Untuk tanah lempung yang padat diperlukan tekanan gelengan yang lebih besar, terutama
pada kondisi mendekati batas plastisnya, tanah tersebut digeleng hingga retak pada
serangkaian bagian panjang dengan diameter 3 mm, dan masing-masing panjang sekitar 6
mm sampai dengan 9 mm. Teknisi sebaiknya tidak berusaha dengan sengaja untuk
menimbulkan retakan saat tepat diameter 3 mm, tetapi hanya membiarkan tanah gelengan
mendekati diameter 3 mm, kemudian mengurangi kecepatan gelengan atau tekanan tangan
ataupun keduanya, dan melanjutkan penggelengan tanpa melakukan perubahan bentuk lagi
hingga tanah gelengan retak. Untuk tanah beplastisitas rendah, diperbolehkan untuk
mengurangi jumlah total perubahan bentuk dengan membuat diameter awal benda uji
berbentuk bulat panjang mendekati diameter akhir sebesar 3 mm.
8. Kumpulkan atau gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukan ke dalam cawan
dan segera tutup cawan tersebut, kemudian timbang.
9. Ulangi prosedur yang telah diuraikan di atas, sampai benda uji 8 gram seluruhnya diuji.
Tentukan kadar air tanah yang ada di dalam wadah sesuai dengan SNI 03-1965-1990 dan catat
hasilnya.

2.9.6 Perhitungan Hasil Pengujian


1. Nilai plastisitas tanah dinyatakan dalam persen dan dihitung dengan persamaan :
Berat Massa Air
Batas plastis =  100 %
Berat Massa Tanah Kering
2. Hitung indeks plastisitas tanah sebagai selisih antara batas cair dengan batas plastisnya,
sebagai berikut :
Indeks plastisitas (PI ) = batas cair (LL ) – batas plastis (PL )
3. Tulis selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi kondisi
sebagai berikut:
a. Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas dinyatakan
dengan NP (non plastis ).
b. Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga
dengan NP (non plastis ).

L A P O R A N A N T A R A
32
2.9.7 Pelaporan Hasil Pengujian
Setelah selesai dilakukan pengujian harus dibuat pelaporan hasil pengujian dan lampiran
perhitungan oleh Laboran.

2.10 METODE PENGUJIAN INDEKS PLASTISITAS TANAH

2.10.1 Definisi dan Tujuan


Secara umum, maksud dari kegiatan analisa hidrologi adalah sebagai upaya untuk mengetahui
perilaku hidrologi dan hidrolika penampang sungai terhadap rencana struktur jembatan di lokasi
pekerjaan, sebagai bahan kajian perencanaan. Sedangkan tujuan dari kegiatan analisa data
hidrologi dan hidrolika, adalah :
1. Untuk mengetahui debit limpasan air hujan.
2. Untuk dasar dalam perencanaan dan perhitungan panjang bukaan.
3. Sebagai bahan diskusi dan rekomendasi dalam penyusunan detail engineering design.

2.10.2 Pengolahan dan Analisa Data


Dalam pekerjaan ini pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan nilai panjang bukaan
rencana atau panjang bentang rencana jembatan di lokasi pekerjaan.

L A P O R A N A N T A R A
33
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 ANALISA DATA TOPOGRAFI

3.1.1 Lokasi Kegiatan


Lokasi Kegiatan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan ini terletak di Kecamatan
Long Hubung Kabupaten Mahakam Ulu.

Gambar 3.1 Lay Out DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan

L A P O R A N A N T A R A
34
3.1.2 Analisa Data Hasil Pengukuran Topografi

Dari hasil pengukuran topografi, Lokasi Kegiatan di dapatkan data-data hasil pengukuran seperti
terlihat di bawah ini.

① Titik Rencana Jalan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan, dapat diberikan
gambaran kondisi di lapangan sebagai berikut :

→ Lebar Eksisting Jalan : 4 meter


Panjang Rencana : 13 + 837 STA

L A P O R A N A N T A R A
35
3.2 RENCANA PEMILIHAN STRUKTUR JALAN

Adapun untuk pemilihan jenis konstruksi didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :

① Titik Rencana DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan


→ Lebar Eksisting Jalan : 4 meter
Klasifikasi Jalan : Klas A
Tipe Konstruksi : Aspal
Panjang Rencana : 13 + 837 STA
Lebar Jalur Rencana Jalan : 8 meter
Lebar Trotoar Kiri dan Kanan : 2 x 1 Meter
Lebar Total : 10 meter
Lebar Drainase : 2 x 1 Meter
Tebal Rencana : 17.5 cm
Type Lampu : Lampu Type Lengan Tunggal

Gambar 3.2 Rencana Jalan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan

L A P O R A N A N T A R A
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup

Demikian Laporan Antara Kegiatan DED Peningkatan Jalan Simpang RTC - Sungai Betuan, Tahun
Anggaran 2021, kami sajikan sebagai bagian dari proses pelaporan, yang diharapkan dapat menjadi
penduan dalam pelaksanaan penyusunan detail engineering design dan pelaksanaan pekerjaan
tersebut di lapangan.

Dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya, Tim Penyusun belum menemukan masalah yang begitu
prinsip dalam proses perencanaan kedepan. Walaupun demikian kami tetap mengharapkan masukan
dan kritik yang bersifat membangun, guna sempurnanya laporan ini di masa mendatang.

L A P O R A N A N T A R A
37

Anda mungkin juga menyukai