Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

HAJI IFRAD, TAMATTU, DAN QIRAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Hadits Ahkam I

Dosen Pembimbing : Munib, M.Ag

Disusun Oleh

Azwar Rosyad Habibie

1302110418

Nurul Aisiyah Fitriani Sartikasari

1302110417

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSHIYAH

TAHUN 1436 H / 2015 M


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Tiada untaian kata yang paling indah melainkan rasa syukur kehadirat Allah
SWT, karen atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Haji Ifrad, Tamattu dan Qiran” ini tepat pada
waktunya, dan juga sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Hadits Ahkam I.

Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, sehingga penulis sangat


menyadari apabila di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari
kata sempurna. Dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis


khususnya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya. Aamiin yaa robbal’aalamiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Palangkaraya, April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A Latar Belakang................................................................................................................1
B Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
D Metode Penulisan............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A Pengertian Haji dan Umrah.............................................................................................3
B Hadits Tentang Haji Ifrad, Tmattu’, dan Qiran...............................................................3
1. Penjelasan Mufradat....................................................................................................4
2. Penjelasan Hadits.........................................................................................................4
3. Istimbat Hukum...........................................................................................................5
C Hadits-Hadits Pelengkap.................................................................................................5
1. Penjelasan Haji Ifrad...................................................................................................5
2. Penjelasan Haji Qiran..................................................................................................7
3. Penjelasan Haji Tamattu..............................................................................................9
D Perbedaan Antara Haji Ifrad, Qiran, dan Tamattu........................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam. Ia wajib dilakukan sekali seumur
hidup, berdasarkan firman Allah :
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji) maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam" (Ali Imran: 97).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Islam itu dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
haq melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa (di bulan) Ramadhan dan menunaikan haji ke
Baitullah"(Muttafaq Alaih).
Adapun didalam pelaksanaan ibadah haji, ada yang dikenal dengan haji ifrad,
tamattu, dan qiran, yang mana dalam kehujahan hukum dan pelaksanaanya masih perlu
dikaji lebih dalam. Oleh karenanya, penulis tertarik untuk membahas tentang haji ifrad,
tamattu, dan qiran.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pemateri merumuskan pembahasan makalah


ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan haji dan umrah ?


2. Bagaimana penjelasan hadits tentang haji ifrad ?
3. Bagaimana penjelasan hadits tentang haji qiran ?
4. Bagaimana penjelasan hadits tentang haji tamattu ?
5. Apa perbedaan antara haji ifrad, qiran, dan tamattu ?

C Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Agar dapat memahami pengertian dari haji dan umrah.
2. Agar dapat mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji ifrad.
3. Agar data mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji qiran.
4. Agar dapat mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji tamattu.
5. Agar dapat mengerti dan memahami perbedaan antara haji ifrad, qiran, dan tamattu.

D Metode Penulisan

Adapun sistem penulisan makalah ini adalah dengan metode pendekatan


perpustakaan dan penelusuran internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Haji dan Umrah

Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik, maupun
keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan
beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.1

Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan menurut
syara’ berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus.Temat-tempat
tertentu yang dimaksud dalam definisi diatas adalah selain Ka’bah dan Mas’a (tempat
sa’i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat
melontar jumroh).

Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji yaitu
dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan ibadah
tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh, dan mabit di
Mina.

Adapun yang di maksud dengan umrah adalah berkunjung ke Ka’bah untuk


melakukan serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh
disunahkan bagi muslim yang mampu. Umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada
hari Arafah yaitu tgl 10 Zulhijah dan hari-hari Tasyrik yaitu tgl 11,12,13 Zulhijah.2

E Hadits Tentang Haji Ifrad, Tmattu’, dan Qiran

َ M‫ َّل بِ ُع ْم‬M َ‫َاع فَ ِمنَّا َم ْن أَه‬


‫ر ٍة َو ِمنَّا‬M ِ ‫ َود‬M‫ا َم َح َّج ِة ْال‬MM‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع‬
َ ِ‫خَ َرجْ نَا َم َع َرسُوْ ِل هللا‬
َ M‫ َّل بِ َع ْم‬Mَ‫ج فأ َ َّما َم ْن أَه‬
‫ر ٍة‬M ْ Mِ‫وْ ُل هللاِ ب‬M‫ َّل َر ُس‬Mَ‫َم ْن أَهَ َّل بِ َحجٍّ َو ُع ْم َر ٍة َو ِمنَّا َم ْن أَهَ َّل بِ َح ٍّج َو أَه‬
ِ ‫ال َح‬M
‫وْ َم‬MMَ‫انَ ي‬MM‫ َر ِة فَلَ ْم يُ ِحلُّوْ ا َحتَّى َك‬M‫ َع بَ ْينَ ْال َحجِّ َو ْال ُع ْم‬M‫فَ َح َّل َع ْنهُ قُ ُدوْ ُمهُ َو أَ َّما َم ْن أَهَ َّل بِ َحجٍّ أَوْ َج َم‬
‫النَّحْ ِر‬

Artinya : Kami telah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
1
Sulaiman Rsyid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004, Hal 247.
2
Ibid, Hal 275.

3
tahun Haji Wada’. Maka ada di antara kami yang ber-ihram dengan umrah,
ada yang berihram dengan haji dan umrah, dan ada yang ber-ihram dengan
haji saja, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram
dengan haji saja. Adapun yang ber-ihram dengan umrah maka dia halal
setelah datangnya (setelah melakukan umrah dengan melakukan thawaf dan
sya’i), dan yang ber-ihram dengan haji atau yang menyempurnakan haji dan
umrah tidak halal (lepas dari ihramnya) sampai dia berada dihari nahar
(pada tanggal 10 Dzulhijjah).” (HR. Mutafaq ‘alaih).

1. Penjelasan Mufradat

‫خَ َرجْ نَا‬ Keluar (dari kota Madinah)

ِ ‫َح َّج ِة ْال َود‬


‫َاع‬ Tahun Haji Wada (pada tahun 10H)
‫أَهَ َّل بِ ُع ْم َر ٍة‬ Berihram untuk Umrah
‫أَهَ َّل بِ َح ٍّج َو ُع ْم َر ٍة‬ Berihram untuk Haji dan Umrah
‫أَهَ َّل بِ َح ٍّج‬ Berihram untuk Haji
ُ‫فَ َح َّل َع ْنه‬ Bertahallul (bercukur dan memotong rambut)

ُ‫قُ ُدوْ ُمه‬ Ketika datang

‫َج َم َع بَ ْينَ ْال َح ِّج َو ْال ُع ْم َر ِة‬ Mengumpulkan Haji dan Umrah
‫فَلَ ْم يُ ِحلُّوْ ا‬ maka tidak bertahallul
‫يَوْ َم النَّحْ ِر‬ Hari qurban (10 Dzulhijjah)

2. Penjelasan Hadits
Pada hadits di atas, diterangkan bahwa Nabi Saw melaksanakan haji pada
tahun 10, yaitu haji wada. Dinamakan haji wada karena beliau berpamitan dan tidak
berhaji lagi setelah itu, dan beliau juga berkhutbah di arafah, diantaranya beliau
bersabda yang artinya “Boleh jadi saya tidak akan bertemu kalian setelah tahun
ini”.

Rasulullah berangkat dari kota madinah pada bulan Dzulqaidah setelah


shalat dzhur empat rakaat di Madinah, dan berkhutbah untuk menerangkan tete tertib
ibadah haji dan memakai ihram serta yang berhubungan dengannya.

Untuk memudahkan bagi umat islam, Rasulullah menjelaskan bahwa


berihram ada tiga macam, yaitu boleh berihram untuk umrah saja, atau untuk haji
saja, dan atau untuk haji dan umrah. Semuanya itu dilakukan oleh rombongan yang

4
mengikuti nabi Saw pada waktu beliau melakukan haji Wada. Semua itu disetujui
oleh Nabi Saw, dan menerangkan bagi tiap-tiap orang tentang apa yang harus
dilakukan dalam melaksanakan ibadah haji, dan Rasulullah pun bersabda yang
artinya “Ambillah daripadaku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan untuk ibadah
Haji”.

3. Istimbat Hukum
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hadits di atas yaitu tentang
kebolehan melaksanakan ihram dengan 3 cara, yaitu :

a. Dalam berihram boleh untuk umrah saja yaitu Tamattu’.


b. Dalam berihram boleh untuk haji saja yaitu Ifrad.
c. Dalam berihram boleh untuk keduanya yaitu Qiran.

Adapun pendapat para ulama yaitu sebagai berikut :

a. Imam Abu Hanifah berkata Qiran lebih afdhal.


b. Imam Malik dan Syafi’i berkata Ifrad lebih afdhal.
c. Imam Ahmah berkata Tamattu’ lebih afdhal.

Adapun dalam pelaksanaan haji Qiran dan Tamattu’ diharuskan untuk


membayar Dam dengan memotong satu ekor kambing untuk satu orang.

F Hadits-Hadits Pelengkap
1. Penjelasan Haji Ifrad

ُ‫ه‬M‫ َي هَّللا ُ َع ْن‬M‫ض‬ ِ ‫س َر‬ ٍ َ‫ر ع َْن أَن‬M ٍ M‫ ٌد ع َْن بَ ْك‬M‫س َح َّدثَنَا هُ َش ْي ٌم َح َّدثَنَا ُح َم ْي‬ َ ُ‫و َح َّدثَنَا س َُر ْي ُج ب ُْن يُون‬
ُ ‫ َّد ْث‬M‫ ٌر فَ َح‬M‫ا َل بَ ْك‬MMَ‫ا ق‬MM‫ر ِة َج ِمي ًع‬M
‫ت‬ َ M‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُلَبِّي بِ ْال َح ِّج َو ْال ُع ْم‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬
ُ ‫قَا َل َس ِمع‬
‫ا‬MM‫ا َل أَنَسٌ َم‬MMَ‫يت أَنَسًا فَ َح َّد ْثتُهُ بِقَوْ ِل ا ْب ِن ُع َم َر فَق‬ ُ ِ‫ال لَبَّى بِ ْال َحجِّ َوحْ َدهُ فَلَق‬
َ َ‫بِ َذلِكَ ا ْبنَ ُع َم َر فَق‬
‫ك ُع ْم َرةً َو َح ًّجا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل لَبَّ ْي‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫تَ ُع ُّدونَنَا إِاَّل‬
ُ ‫ص ْبيَانًا َس ِمع‬

Artinya : Dan Telah meceritakan kepada kami [Suraij bin Yunus] Telah
menceritakan kepada kami [Husyaim] Telah menceritakan kepada kami
[Humaid] dari [Bakr] dari [Anas] radliallahu 'anhu, ia berkata; "Saya
mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca talbiyah (memulai
ihram) untuk haji dan umrah sekaligus." Bakr berkata; Lalu saya
menceritakan hal itu kepada Ibnu Umar, maka ia pun berkata, "Beliau

5
membaca talbiyah (memulai ihram) hanya untuk haji saja." Kemudian aku
menemui Anas dan menceritakan ungkapan [Ibnu Umar], maka Anas pun
berkata, "Kalian tidaklah menganggap kami, kecuali masih kecil (saat itu).
Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca:
"LABBAIKA UMRATAN WA HAJJAN (Ya Allah, aku penuhi
panggilan-Mu untuk haji sekaligus Umrah). (HR. Muslim No 2168)

a. Penjelasan Hadits

Hadist di atas menceritakan tentang percakapan antara para sahabat


yang membahas tentang talbiyah nabi pada saat melakukan ibadah haji. Salah
seorang sahabat mengatakan bahwa pada saat itu Nabi hanya mengkhususkan
talbiyah untuk ibadah haji saja, namun Anas mengatakan bahwa ia mendengar
Nabi mengucap talbiyah untuk ibadah haji dan umrah sekaligus dengan ucapan
“labbaika umratan wa hajjan (Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu untuk haji
sekaligus Umrah). Akan tetapi, anas sendiri menegaskan bahwa “kalian tidaklah
menganggap kami, kecuali masih kecil (pada saat itu)”, sehingga pendapat anas
tidak dapat dijadikan kehujjahan suatu hukum, dikarenakan dia masih kecil pada
saat itu.

b. Istimbath Hukum

Berdasarkan hadits di atas, bahwa ibadah haji dan umrah semestinya


dipisahkan, karena yang dimaksud dengan haji ifrad adalah dengan
mendahulukan pelaksanaan haji, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
ibadah umrah. Dalam pelaksanaanya, waktu memakai ihram dari miqad dengan
niat haji saja, kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai selesai haji (hari raya
qurban). Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, baru dilanjutkan dengan
melaksanakan ibadah umrah.3

Dalam pelaksanaan haji ifrad, tidak diharuskan membayar Dam, karena


menurut Ulama Syafi’i dan Maliki, haji ifrad adalah model manasik paling afdal,
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.4

3
Syekh Hasan Ayub, Fiqh Al-Ibadat Al-Hajj’ (Pedoman Menuju Haji Mabrur), Penterjemah :
Said Agil Husin Al-Munawwar, Imam Subchi, Ahmad Abdullah, Jakarta : Wahana Dinamika Karya, 2002,
Hal 49.
4
Abdul Alu Baasan, Fiqih Hadits(Bukhari-Muslim), Jakarta : Ummul Qura, 2013, Hal 276.

6
4. Penjelasan Haji Qiran

ِ ‫ك ع َْن نَافِ ٍع أَ َّن َع ْب َد هَّللا ِ ْبنَ ُع َم َر َر‬


ُ ‫ض َي هَّللا‬ ٍ ِ‫ت َعلَى َمال‬ ُ ‫ال قَ َر ْأ‬
َ َ‫و َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى ق‬
‫ َع‬M‫نَ ْعنَا َم‬M‫ص‬َ ‫ا‬MM‫نَ ْعنَا َك َم‬M‫ص‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ت ع َْن ْالبَ ْي‬
ُ ‫ ِد ْد‬M‫ص‬ُ ‫ال إِ ْن‬Mَ Mَ‫ رًا َوق‬M‫خَر َج فِي ْالفِ ْتنَ ِة ُم ْعتَ ِم‬
َ ‫َع ْنهُ َما‬
‫دَا ِء‬M ‫ َر َعلَى ْالبَ ْي‬M َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َخ َر َج فَأَهَ َّل بِ ُع ْم َر ٍة َو َسا َر َحتَّى إِ َذا ظَه‬
َ ِ ‫َرسُو ِل هَّللا‬
‫ر ِة‬M ُ ‫اح ٌد أُ ْش ِه ُد ُك ْم أَنِّي قَ ْد أَوْ َجب‬
َ M‫ َع ْال ُع ْم‬M‫ْت ْال َح َّج َم‬ ِ ‫ال َما أَ ْم ُرهُ َما إِاَّل َو‬ َ َ‫ْالتَفَتَ إِلَى أَصْ َحابِ ِه فَق‬
ِ Mَ‫ ْبعًا لَ ْم ي‬M‫رْ َو ِة َس‬MM‫فَا َو ْال َم‬M‫الص‬
‫ ِه‬M‫ز ْد َعلَ ْي‬M َّ َ‫ ْبعًا َوبَ ْين‬M‫ ِه َس‬Mِ‫افَ ب‬MMَ‫فَخَ َر َج َحتَّى إِ َذا َجا َء ْالبَيْتَ ط‬
‫ئ َع ْنهُ َوأَ ْهدَى‬ ٌ ‫َو َرأَى أَنَّهُ ُمجْ ِز‬

Artinya : Dan Telah meceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata, saya
telah membacakan kepada [Malik] dari [Nafi'] bahwa [Abdullah bin
Umar] radliallahu 'anhuma keluar untuk menunaikan Umrah pada saat
terjadinya fitnah (kekacauan). Dan ia pun berkata, "Jika aku dihalangi dari
Baitullah, maka kami akan berbuat sebagaimana yang kami perbuat
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu ia pun berangkat,
dan memulai Ihram untuk Umrah dan berjalan terus. Ketika mendekati
Baida`, Abdullah bin Umar menoleh ke arah para sahabatnya seraya
berkata, "Tidaklah keduanya (umrah dan haji) kecuali merupakan satu
perkara. Saya saksikan kepada kalian, bahwa aku telah mewajibkan haji
bersama umrahku." Lalu Ibnu Umar pun keluar, dan ketika ia sampai di
Baitullah, ia pun melakukan thawaf dan Sa'i antara Shafa dan Marwa
sebanyak tujuh kali. Dan ia tidak lagi menambahkannya. Menurutnya, haji
telah cukup, dan ia pun menyembelih hewan kurban. (HR. Muslim No
2164)
a. Penjelasan Hadits
Hadits di atas menceritakan tentang seorang sahabat yang
melaksanakan ibadah umrah pada saat terjadinya fitnah (kekacauan). Yang mana
mereka menggambungkan antara umrah dan haji dalam satu perkara,
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Abdullah bin Umar, bahwa “tidaklah keduanya, kecuali merupakan suatu
perkara”, yakni apabila kita melakukan haji, maka didalamnya sudah termasuk
ibadah umrah.

7
Pada akhir haditsnya, “dan dia tidak lagi
menambahkannya,menurutnya haji telah cukup dan ia pun menyembelih hewan
qurban”, artinya dalam pelaksanaan haji qiran, akan dikenakan wajib membayar
Dam, seperti yang dilakukan oleh ibnu umar ketika melaksanakan manasik haji
qiran.

b. Istimbath Hukum

Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah,
kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram
sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji.5 Ia melaksanakan manasik
itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i
antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf
dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti yang
pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-
mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR.
Muslim.6

Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib membayar Dam, minimal
seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh hari,
tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan
ihram)  dan yang afdhal pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan
pula puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada
rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al
hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan
tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan
berkelanjutan puasa itu  kecuali pada tiga hari pertama.  Dan tujuh hari
berikutnya tidak wajib  berurutan.7

5
Muhammad Bin Abdul Aziz Al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, Penjerjemah :
Asmuni Shalihin Zamakhsari, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Hal 137.
6
http://www.kbiharofahmalang.com/info-haditshadits-tentang-haji-dari-riwayat-muslim-ra.html
7
Tim Penyusun, Bimbingan Manasik Haji Untuk Pembimbing, Jakarta : Departemen Agama RI,
2006, Hal 42.

8
5. Penjelasan Haji Tamattu

ٍ َ‫ار قَا َل اب ُْن ْال ُمثَنَّى َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َج ْعف‬


ُ‫ ْعبَة‬M‫ َّدثَنَا ُش‬M‫ر َح‬M ٍ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ْال ُمثَنَّى َواب ُْن بَ َّش‬
‫ا‬MMَ‫ان يَ ْنهَى ع َْن ْال ُم ْت َع ِة َو َكانَ َعلِ ٌّي يَأْ ُم ُر بِه‬ ُ ‫ق َكانَ ُع ْث َم‬ ٍ ‫ال َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن َشقِي‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ع َْن قَتَا َدةَ ق‬
ُ ‫لَّى هَّللا‬M ‫ص‬ ِ M ‫ َع َر ُس‬M‫ا َم‬MMَ‫ال َعلِ ٌّي لَقَ ْد َعلِ ْمتَ أَنَّا قَ ْد تَ َمتَّ ْعن‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬ ُ ‫ال ُع ْث َم‬
َ َ‫ان لِ َعلِ ٍّي َكلِ َمةً ثُ َّم ق‬ َ َ‫فَق‬
ِ ‫ب ْال َح‬
‫ ٌد‬Mِ‫ َّدثَنَا خَ ال‬M‫ارثِ ُّي َح‬ ٍ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل أَ َجلْ َولَ ِكنَّا ُكنَّا خَ ائِفِينَ و َح َّدثَنِي ِه يَحْ يَى ب ُْن َحبِي‬
ُ‫ث أَ ْخبَ َرنَا ُش ْعبَةُ بِهَ َذا اإْل ِ ْسنَا ِد ِم ْثلَه‬ ِ ‫يَ ْعنِي ا ْبنَ ْال َح‬
ِ ‫ار‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan


[Muhammad bin Basysyar] -[Ibnul Mutsanna] berkata- Telah
menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] Telah menceritakan
kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] ia berkata, [Abdullah bin Syaqiq]
berkata; Utsman bin Affan pernah melarang mengerjakan haji tamattu'
(umrah sebelum haji), sedangkan [Ali] menyuruh melakukannya. Karena
itu, [Utsman] menegur Ali, maka Ali pun menjawab, "Bukankah Anda
tahu, bahwa kita pernah mengerjakan haji tamattu' bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam?" Utsman berkata, "Benar, tetapi ketika itu
kita dalam keadaan tidak aman." (HR. Muslim No 2146)

a. Penjelasan Hadits

Hadis diatas menceritakan tentang Utsman bin Affan yang melarang


melakukan haji tamattu (umrah sebelum haji). Dan ketika itu juga, Ali
menyuruh untuk melakukan haji tamattu, oleh karena itu Utsman pun menegur
Ali. Adapun jawaban Ali ketika Utsman menegurnya adalah dengan melihat
kepada perbuatan rasulullah bahwa “bukankah anda tahu, bahwa kita pernah
mengerjakan haji tamattu bersama Rashulullah Saw”, yakni Rashulullah pernah
melaksanakan haji tamattu bersama para sahabat. Dalam hadits lain dijelaskan,
dalam riwayat Ibnu Abbas Ra, ia berkata : “Nabi berihram umrah, dan para
sahabat berihram haji, kemudian Nabi Saw dan beberapa orang sahabat yang
kebetulan membawa hewan sembelihan belum bertahalul, sedangkan yang
lainnya sudah bertahallul”.

b. Istimbath Hukum

9
Tamattu artinya bersenang-senang adalah  melaksanakan Ibadah 
Umrah terlebih dahulu dan setelah itu baru melakukan Ibadah Haji. setelah
selesai melaksanakan Ibadah Umrah, jamaah boleh langsung tahallul, sehingga
jama’ah sudah bisa melepas ihramnya. selanjutnya jama’ah tinggal menunggu
tanggal 8 Zulhijah untuk memakai pakaian Ihram kembali untuk melaksanakan
Ibadah Haji. Karena kemudahan itulah Jema’ah dikenakan “Dam” atau denda.
yaitu menyembelih seekor kambing atau bila tidak mampu dapat berpuasa 10
hari, 3 hari di Tanah Suci, 7 hari di Tanah Air.8 Haji tamattu’ adalah cara paling
afdhal menurut mazhab Hambali. Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah
dan haji dalam satu perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama
menurut jumhurul fuqaha’.

G Perbedaan Antara Haji Ifrad, Qiran, dan Tamattu


Pelaksanaan ibadah haji dibagi menjadi 3 bagian, yang mana cara-cara
pelaksanaan ibadah hajinya adalah sama, hanya saja berbeda dalam pelaksanaan waktu
ibadah umrahnya saja sedangkan pelaksanaan ibadah hajinya adalah sama. Adapun
perbedaan diantara ketiganya adalah :
1. Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah mengutamakan pelaksanaan ibadah haji terlebih dahulu
kemudian baru jamaah melakukan ibadah umrah. Jadi dalam hal ini setelah selesai
pelaksanaan ibadah haji, maka jamaah baru melaksanakan ibadah umrah.
Dalam haji Ifrad, jamaah tidak dikenakan Dam seperti dalam haji tamattu
yang telah dijelaskan diatas. Khusus Jamaah haji Indonesia biasanya tidak
menggunakan cara ibadah haji ini, karena selama waktu anda di kota mekkah anda
harus selalu memakai pakaian ihram sampai pelaksanaan ibadah haji puncak. hal ini
dianggap sangat berat. Ibadah haji Ifrad biasanya dilakukan oleh negara negara
seperti Turkey, Iran, Pakistan dan Bangladesh.
2. Haji Qiran
Haji Qiran adalah melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji langsung
dalam satu niat secara sekaligus. Dalam hal ini jika jamaah memilih cara ibadah haji
Qiran, maka jamaah diwajibkan membayar Dam. Jamaah haji Indonesia biasanya
menggunakan cara ibadah haji tamattu daripada haji qiran dan haji ifrad, hal tersebut
tergantung dari kloter keberangkatan jamaah haji itu sendiri. Jika jamaah

8
Ibid, Hal 34.

10
mendapatkan kloter awal maka biasanya haji tamattulah yang dipilih, dan jika
jamaah mendapatkan kloter terakhir maka haji ifrad dan haji qiranlah yang dipilih.
3. Haji Tamattu
Haji Tamattu adalah dimana jemaah haji melakukan ibadah umrah terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan ibadah haji puncak. Ibadah haji puncak yang dimaksud
adalah berkumpulnya semua jamaah haji dari seluruh dunia di padang arafah.
Dalam haji Tamattu, maka jamaah haji melakukan umrah terlebih dahulu
sebelum pelaksanaan puncak ibadah haji. Ibadah umrah yang dilakukan bisa berkali-
kali tergantung kemampuan dan kondisi fisik dari jamaah itu sendiri. Sebaiknya
lakukan Ibadah Umrah sesering mungkin dan lakukanlah dengan khusyu.
Konsekuensi dari haji Tamattu adalah jamaah diwajibkan membayar Dam.
Dam yang dimaksud adalah menyembelih seekor kambing di tanah suci. Jika tidak
mampu untuk menyembelih seekor kambing, maka jamaah wajib berpuasa selama
10 hari lamanya, dimana pelaksanaannya adalah 3 hari di kota Mekkah dan 7 hari di
tanah air.9

9
Tim Penyusun, Fiqih Haji, Jakarta : Departemen Agama RI, 2004, Hal 8-9.

11
BAB III

PENUTUP

Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik, maupun
keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan
beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.
Adapun yang di maksud dengan umrah adalah berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan
serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi
muslim yang mampu.Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaanya, ibadah haji dibagi menjadi 3, yaitu dengan haji Ifrad, Qiran, dan Tamattu.

Haji Ifrad adalah mengutamakan pelaksanaan ibadah haji terlebih dahulu


kemudian baru jamaah melakukan ibadah umrah. Jadi dalam hal ini setelah selesai
pelaksanaan ibadah haji, maka jamaah baru melaksanakan ibadah umrah.

Haji Qiran adalah melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji langsung dalam
satu niat secara sekaligus. Dalam hal ini jika jamaah memilih cara ibadah haji Qiran,
maka jamaah diwajibkan membayar DAM.

Haji Tamattu adalah dimana jemaah haji melakukan ibadah umrah terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan ibadah haji puncak. Ibadah haji puncak yang dimaksud
adalah berkumpulnya semua jamaah haji dari seluruh dunia di padang arafah. Dalam
pelaksanaanya juga diwajibkan membayar DAM.

12
DAFTAR PUSTAKA
A Referensi Buku

Al-Musnad., Muhammad Bin Abdul Aziz, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, Penjerjemah :
Asmuni Shalihin Zamakhsari, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i, 2007.
Ayub., Syekh Hasan, Fiqh Al-Ibadat Al-Hajj’ (Pedoman Menuju Haji Mabrur),
Penterjemah : Said Agil Husin Al-Munawwar, Imam Subchi, Ahmad Abdullah,
Jakarta : Wahana Dinamika Karya, 2002.
Baasan., Abdul Alu, Fiqih Hadits(Bukhari-Muslim), Jakarta : Ummul Qura, 2013.
Rsyid., Sulaiman ,Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004.
Tim Penyusun, Bimbingan Manasik Haji Untuk Pembimbing, Jakarta : Departemen
Agama RI, 2006.
Tim Penyusun, Fiqih Haji, Jakarta : Departemen Agama RI, 2004.
B Referensi Internet

http://www.kbiharofahmalang.com/info-haditshadits-tentang-haji-dari-riwayat-muslim-
ra.html (Diunduh pada hari/tanggal : kamis, 15 April 2015).

13

Anda mungkin juga menyukai