Disusun Oleh
1302110418
1302110417
FAKULTAS SYARIAH
Tiada untaian kata yang paling indah melainkan rasa syukur kehadirat Allah
SWT, karen atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Haji Ifrad, Tamattu dan Qiran” ini tepat pada
waktunya, dan juga sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Hadits Ahkam I.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A Latar Belakang................................................................................................................1
B Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
D Metode Penulisan............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A Pengertian Haji dan Umrah.............................................................................................3
B Hadits Tentang Haji Ifrad, Tmattu’, dan Qiran...............................................................3
1. Penjelasan Mufradat....................................................................................................4
2. Penjelasan Hadits.........................................................................................................4
3. Istimbat Hukum...........................................................................................................5
C Hadits-Hadits Pelengkap.................................................................................................5
1. Penjelasan Haji Ifrad...................................................................................................5
2. Penjelasan Haji Qiran..................................................................................................7
3. Penjelasan Haji Tamattu..............................................................................................9
D Perbedaan Antara Haji Ifrad, Qiran, dan Tamattu........................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam. Ia wajib dilakukan sekali seumur
hidup, berdasarkan firman Allah :
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji) maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam" (Ali Imran: 97).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Islam itu dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
haq melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa (di bulan) Ramadhan dan menunaikan haji ke
Baitullah"(Muttafaq Alaih).
Adapun didalam pelaksanaan ibadah haji, ada yang dikenal dengan haji ifrad,
tamattu, dan qiran, yang mana dalam kehujahan hukum dan pelaksanaanya masih perlu
dikaji lebih dalam. Oleh karenanya, penulis tertarik untuk membahas tentang haji ifrad,
tamattu, dan qiran.
B Rumusan Masalah
C Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Agar dapat memahami pengertian dari haji dan umrah.
2. Agar dapat mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji ifrad.
3. Agar data mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji qiran.
4. Agar dapat mengerti dan memahami penjelasan hadits tentang haji tamattu.
5. Agar dapat mengerti dan memahami perbedaan antara haji ifrad, qiran, dan tamattu.
D Metode Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik, maupun
keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan
beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.1
Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan menurut
syara’ berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus.Temat-tempat
tertentu yang dimaksud dalam definisi diatas adalah selain Ka’bah dan Mas’a (tempat
sa’i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat
melontar jumroh).
Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji yaitu
dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan ibadah
tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh, dan mabit di
Mina.
Artinya : Kami telah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
1
Sulaiman Rsyid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004, Hal 247.
2
Ibid, Hal 275.
3
tahun Haji Wada’. Maka ada di antara kami yang ber-ihram dengan umrah,
ada yang berihram dengan haji dan umrah, dan ada yang ber-ihram dengan
haji saja, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram
dengan haji saja. Adapun yang ber-ihram dengan umrah maka dia halal
setelah datangnya (setelah melakukan umrah dengan melakukan thawaf dan
sya’i), dan yang ber-ihram dengan haji atau yang menyempurnakan haji dan
umrah tidak halal (lepas dari ihramnya) sampai dia berada dihari nahar
(pada tanggal 10 Dzulhijjah).” (HR. Mutafaq ‘alaih).
1. Penjelasan Mufradat
َج َم َع بَ ْينَ ْال َح ِّج َو ْال ُع ْم َر ِة Mengumpulkan Haji dan Umrah
فَلَ ْم يُ ِحلُّوْ ا maka tidak bertahallul
يَوْ َم النَّحْ ِر Hari qurban (10 Dzulhijjah)
2. Penjelasan Hadits
Pada hadits di atas, diterangkan bahwa Nabi Saw melaksanakan haji pada
tahun 10, yaitu haji wada. Dinamakan haji wada karena beliau berpamitan dan tidak
berhaji lagi setelah itu, dan beliau juga berkhutbah di arafah, diantaranya beliau
bersabda yang artinya “Boleh jadi saya tidak akan bertemu kalian setelah tahun
ini”.
4
mengikuti nabi Saw pada waktu beliau melakukan haji Wada. Semua itu disetujui
oleh Nabi Saw, dan menerangkan bagi tiap-tiap orang tentang apa yang harus
dilakukan dalam melaksanakan ibadah haji, dan Rasulullah pun bersabda yang
artinya “Ambillah daripadaku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan untuk ibadah
Haji”.
3. Istimbat Hukum
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hadits di atas yaitu tentang
kebolehan melaksanakan ihram dengan 3 cara, yaitu :
F Hadits-Hadits Pelengkap
1. Penjelasan Haji Ifrad
ُهM َي هَّللا ُ َع ْنMض ِ س َر ٍ َر ع َْن أَنM ٍ M ٌد ع َْن بَ ْكMس َح َّدثَنَا هُ َش ْي ٌم َح َّدثَنَا ُح َم ْي َ ُو َح َّدثَنَا س َُر ْي ُج ب ُْن يُون
ُ َّد ْثM ٌر فَ َحMا َل بَ ْكMMَا قMMر ِة َج ِمي ًعM
ت َ Mصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُلَبِّي بِ ْال َح ِّج َو ْال ُع ْم
َ ي َّ ِْت النَّب
ُ قَا َل َس ِمع
اMMا َل أَنَسٌ َمMMَيت أَنَسًا فَ َح َّد ْثتُهُ بِقَوْ ِل ا ْب ِن ُع َم َر فَق ُ ِال لَبَّى بِ ْال َحجِّ َوحْ َدهُ فَلَق
َ َبِ َذلِكَ ا ْبنَ ُع َم َر فَق
ك ُع ْم َرةً َو َح ًّجا َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل لَبَّ ْي
َ ِ ْت َرسُو َل هَّللا ِ تَ ُع ُّدونَنَا إِاَّل
ُ ص ْبيَانًا َس ِمع
Artinya : Dan Telah meceritakan kepada kami [Suraij bin Yunus] Telah
menceritakan kepada kami [Husyaim] Telah menceritakan kepada kami
[Humaid] dari [Bakr] dari [Anas] radliallahu 'anhu, ia berkata; "Saya
mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca talbiyah (memulai
ihram) untuk haji dan umrah sekaligus." Bakr berkata; Lalu saya
menceritakan hal itu kepada Ibnu Umar, maka ia pun berkata, "Beliau
5
membaca talbiyah (memulai ihram) hanya untuk haji saja." Kemudian aku
menemui Anas dan menceritakan ungkapan [Ibnu Umar], maka Anas pun
berkata, "Kalian tidaklah menganggap kami, kecuali masih kecil (saat itu).
Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca:
"LABBAIKA UMRATAN WA HAJJAN (Ya Allah, aku penuhi
panggilan-Mu untuk haji sekaligus Umrah). (HR. Muslim No 2168)
a. Penjelasan Hadits
b. Istimbath Hukum
3
Syekh Hasan Ayub, Fiqh Al-Ibadat Al-Hajj’ (Pedoman Menuju Haji Mabrur), Penterjemah :
Said Agil Husin Al-Munawwar, Imam Subchi, Ahmad Abdullah, Jakarta : Wahana Dinamika Karya, 2002,
Hal 49.
4
Abdul Alu Baasan, Fiqih Hadits(Bukhari-Muslim), Jakarta : Ummul Qura, 2013, Hal 276.
6
4. Penjelasan Haji Qiran
Artinya : Dan Telah meceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata, saya
telah membacakan kepada [Malik] dari [Nafi'] bahwa [Abdullah bin
Umar] radliallahu 'anhuma keluar untuk menunaikan Umrah pada saat
terjadinya fitnah (kekacauan). Dan ia pun berkata, "Jika aku dihalangi dari
Baitullah, maka kami akan berbuat sebagaimana yang kami perbuat
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu ia pun berangkat,
dan memulai Ihram untuk Umrah dan berjalan terus. Ketika mendekati
Baida`, Abdullah bin Umar menoleh ke arah para sahabatnya seraya
berkata, "Tidaklah keduanya (umrah dan haji) kecuali merupakan satu
perkara. Saya saksikan kepada kalian, bahwa aku telah mewajibkan haji
bersama umrahku." Lalu Ibnu Umar pun keluar, dan ketika ia sampai di
Baitullah, ia pun melakukan thawaf dan Sa'i antara Shafa dan Marwa
sebanyak tujuh kali. Dan ia tidak lagi menambahkannya. Menurutnya, haji
telah cukup, dan ia pun menyembelih hewan kurban. (HR. Muslim No
2164)
a. Penjelasan Hadits
Hadits di atas menceritakan tentang seorang sahabat yang
melaksanakan ibadah umrah pada saat terjadinya fitnah (kekacauan). Yang mana
mereka menggambungkan antara umrah dan haji dalam satu perkara,
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Abdullah bin Umar, bahwa “tidaklah keduanya, kecuali merupakan suatu
perkara”, yakni apabila kita melakukan haji, maka didalamnya sudah termasuk
ibadah umrah.
7
Pada akhir haditsnya, “dan dia tidak lagi
menambahkannya,menurutnya haji telah cukup dan ia pun menyembelih hewan
qurban”, artinya dalam pelaksanaan haji qiran, akan dikenakan wajib membayar
Dam, seperti yang dilakukan oleh ibnu umar ketika melaksanakan manasik haji
qiran.
b. Istimbath Hukum
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah,
kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram
sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji.5 Ia melaksanakan manasik
itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i
antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf
dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti yang
pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-
mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR.
Muslim.6
Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib membayar Dam, minimal
seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh hari,
tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan
ihram) dan yang afdhal pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan
pula puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada
rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al
hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan
tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan
berkelanjutan puasa itu kecuali pada tiga hari pertama. Dan tujuh hari
berikutnya tidak wajib berurutan.7
5
Muhammad Bin Abdul Aziz Al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, Penjerjemah :
Asmuni Shalihin Zamakhsari, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Hal 137.
6
http://www.kbiharofahmalang.com/info-haditshadits-tentang-haji-dari-riwayat-muslim-ra.html
7
Tim Penyusun, Bimbingan Manasik Haji Untuk Pembimbing, Jakarta : Departemen Agama RI,
2006, Hal 42.
8
5. Penjelasan Haji Tamattu
a. Penjelasan Hadits
b. Istimbath Hukum
9
Tamattu artinya bersenang-senang adalah melaksanakan Ibadah
Umrah terlebih dahulu dan setelah itu baru melakukan Ibadah Haji. setelah
selesai melaksanakan Ibadah Umrah, jamaah boleh langsung tahallul, sehingga
jama’ah sudah bisa melepas ihramnya. selanjutnya jama’ah tinggal menunggu
tanggal 8 Zulhijah untuk memakai pakaian Ihram kembali untuk melaksanakan
Ibadah Haji. Karena kemudahan itulah Jema’ah dikenakan “Dam” atau denda.
yaitu menyembelih seekor kambing atau bila tidak mampu dapat berpuasa 10
hari, 3 hari di Tanah Suci, 7 hari di Tanah Air.8 Haji tamattu’ adalah cara paling
afdhal menurut mazhab Hambali. Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah
dan haji dalam satu perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama
menurut jumhurul fuqaha’.
8
Ibid, Hal 34.
10
mendapatkan kloter awal maka biasanya haji tamattulah yang dipilih, dan jika
jamaah mendapatkan kloter terakhir maka haji ifrad dan haji qiranlah yang dipilih.
3. Haji Tamattu
Haji Tamattu adalah dimana jemaah haji melakukan ibadah umrah terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan ibadah haji puncak. Ibadah haji puncak yang dimaksud
adalah berkumpulnya semua jamaah haji dari seluruh dunia di padang arafah.
Dalam haji Tamattu, maka jamaah haji melakukan umrah terlebih dahulu
sebelum pelaksanaan puncak ibadah haji. Ibadah umrah yang dilakukan bisa berkali-
kali tergantung kemampuan dan kondisi fisik dari jamaah itu sendiri. Sebaiknya
lakukan Ibadah Umrah sesering mungkin dan lakukanlah dengan khusyu.
Konsekuensi dari haji Tamattu adalah jamaah diwajibkan membayar Dam.
Dam yang dimaksud adalah menyembelih seekor kambing di tanah suci. Jika tidak
mampu untuk menyembelih seekor kambing, maka jamaah wajib berpuasa selama
10 hari lamanya, dimana pelaksanaannya adalah 3 hari di kota Mekkah dan 7 hari di
tanah air.9
9
Tim Penyusun, Fiqih Haji, Jakarta : Departemen Agama RI, 2004, Hal 8-9.
11
BAB III
PENUTUP
Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik, maupun
keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan
beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.
Adapun yang di maksud dengan umrah adalah berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan
serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi
muslim yang mampu.Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaanya, ibadah haji dibagi menjadi 3, yaitu dengan haji Ifrad, Qiran, dan Tamattu.
Haji Qiran adalah melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji langsung dalam
satu niat secara sekaligus. Dalam hal ini jika jamaah memilih cara ibadah haji Qiran,
maka jamaah diwajibkan membayar DAM.
Haji Tamattu adalah dimana jemaah haji melakukan ibadah umrah terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan ibadah haji puncak. Ibadah haji puncak yang dimaksud
adalah berkumpulnya semua jamaah haji dari seluruh dunia di padang arafah. Dalam
pelaksanaanya juga diwajibkan membayar DAM.
12
DAFTAR PUSTAKA
A Referensi Buku
Al-Musnad., Muhammad Bin Abdul Aziz, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, Penjerjemah :
Asmuni Shalihin Zamakhsari, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i, 2007.
Ayub., Syekh Hasan, Fiqh Al-Ibadat Al-Hajj’ (Pedoman Menuju Haji Mabrur),
Penterjemah : Said Agil Husin Al-Munawwar, Imam Subchi, Ahmad Abdullah,
Jakarta : Wahana Dinamika Karya, 2002.
Baasan., Abdul Alu, Fiqih Hadits(Bukhari-Muslim), Jakarta : Ummul Qura, 2013.
Rsyid., Sulaiman ,Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004.
Tim Penyusun, Bimbingan Manasik Haji Untuk Pembimbing, Jakarta : Departemen
Agama RI, 2006.
Tim Penyusun, Fiqih Haji, Jakarta : Departemen Agama RI, 2004.
B Referensi Internet
http://www.kbiharofahmalang.com/info-haditshadits-tentang-haji-dari-riwayat-muslim-
ra.html (Diunduh pada hari/tanggal : kamis, 15 April 2015).
13