Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
DIAS IVONI DWIJAYANTI
7211419220
AKT D 19
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan iuran wajib yang dibayar rakyat kepada negara tanpa
kontraprestasi secara langsung dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan
masyarakat umum (Mardiasmo: 2011). Peranan pajak semakin besar dalam
menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian dalam membiayai
pelaksanaan pembangunan Nasional. Untuk itu dibutuhkan peran masyarakat dalam bentuk
kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak. Dalam setiap kegiatan yang
berhubungan dengan jual beli tentu tidak terlepas dari masalah perpajakan salah satunya
adalah PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah
pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh
wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Selain PPN, pajak jual-beli juga diterapkan pada produk impor yang dilakukan oleh
seseorang. Ketentuan yang telah ditetapkan dalam setiap kegiatan impor barang yaitu
dikenai pajak bagi yang telah memenuhi ketentuan. Penting sekali untuk mengetahui setiap
ketentuan pajak atas pengadaan barang impor tersebut. Khususnya bagi wajib pajak yang
berkecimpung dalam bidang impor barang. Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor
dan melaporkan PPN dan pajak impor adalah para Pedagang/Penjual. Namun, pihak yang
berkewajiban membayar PPN dan pajak impor adalah konsumen akhir.
Konsumen akhir disini ialah para pembeli yang membeli dan memakai barang atau jasa
tersebut. Konsumen akan membayar PPN atas barang atau jasa kena pajak sesuai dengan
objek pajak yang dikenakan dalam UU N0.11 Tahun 1994 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Barang atau jasa yang dikenakan
PPN tidak hanya barang atau jasa yang dibeli di offline store, tetapi pemerintah telah
menetapkan pemungutan pajak PPN pada barang/jasa yang dijual di transaksi digital/
marketplace /e-Commerce.
Di tengah perkembangan arus teknologi dan informasi digital yang semakin canggih,
aktivitas e-commerce adalah suatu penerapan dari e-business atau bisnis elektronik yang
berhubungan dengan kegiatan transaksi komersial. Perkembangan e-commerce di
Indonesia mengalami kemajuan yan sangat pesat, khususnya di kondisi pandemi seperti
sekarang ini. Seperti yang terlihat saat ini, e-commerce semakin menjamur seiring dengan
berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan oleh permintaan pasar yang semakin diminati
para konsumen yang gemar berbelanja online.
Saat ini, bisnis e-commerce menjadi kebutuhan utama publik dalam bertransaksi di
masa pandemi, mengingat masyarakat takut berbelanja secara langsung sehingga untuk
pembelian beberapa kebutuhan dilakukan secara online melalui platform-platform e-
commerce. Masyarakat semakin menghindari tempat umum dan toko ritel offline, sehingga
penjualan online untuk beberapa sektor meningkat. Di Indonesia, banyak sekali ditemukan
e-commerce yang menyediakan berbagai macam produk kebutuhan konsumen. Namun
yang populer dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu Tokopedia, Shopee,
Bukalapak, Lazada, Blili, JD ID, Bhineka, Sociolla, Orami, dan Ralali. Perusahaan-
perusahaan e-commerce saling bersaing untuk mendapatkan posisi teratas yang menguasai
marketplace di Indonesia.
Dalam ketentuan memungut, menyetor dan melaporkan PPN wajib pula dipatuhi oleh
pedagang atau penyedia jasa e-commerce yang sudah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Besarnya PPN dan/atau Bea Masuk ditentukan berdasarkan nilai barang/jasa
kena pajak dikalikan tarif. Untuk tarif PPN terutang ditetapkan sebesar 10% dari nilai
transaksi barang atau jasa kena pajak. Atas transaksi tersebut, PKP pedagang atau penyedia
jasa wajib membuat faktur pajak sebagai bukti pungutan PPN, untuk kemudian dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. Semua ketentuan perpajakan tersebut
berlaku juga bagi penyedia platform marketplace, baik yang hanya menyediakan ruang
transaksi maupun ikut transaksi penyerahan barang/jasa e-commerce. Khusus penyedia
platform marketplace, hanya yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak yang dapat
menjalankan bisnis ini meskipun omzet yang bersangkutan kurang dari Rp4,8 miliar
setahun (kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah/UMKM).
Sementara untuk bea masuk, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 199/PMK/010/2019, nilai ambang batas bea masuk turun dari 75 dollar AS menjadi
hanya 3 dollar AS atau setara dengan Rp 42.000 (kurs Rp 14.000). Dengan penurunan
ambang batas tersebut, pemerintah menerapkan tarif pajak impor sebesar 17,5 persen yang
terdiri atas bea masuk 7,5 persen dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen dan Pajak
Penghasilan (PPh) 0 persen. Khusus untuk produk tekstil, tas, dan sepatu diterapkan tarif
pajak yang berbeda. Untuk tas, sepatu, dan produk tekstil seperti baju, besaran tarifnya
tetap mengikuti tarif normal. Bea masuknya berkisar 15-20 persen untuk tas, 25-30 persen
untuk sepatu dan 15-20 persen untuk produk tekstil. Ini belum ditambah PPN sebesar 10
persen dan PPh 7,5 persen hingga 10 persen.
Intinya, keberadaan aturan ini akan memberikan beban tambahan kepada penyedia
platform marketplace, berupa kewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN
dan/atau bea masuk dari pedagang atau penyedia jasa e-commerce. Bahkan, bagi
marketplace yang melakukan penyerahan barang juga wajib membuat faktur pajak. Hal ini
juga akan berdampak pada harga yang dibayarkan konsumen karena akan jauh lebih mahal
dari sebelumnya. Harga yang naik karena adanya PPN dan bea masuk ini dapat
berpengaruh terhadap perilaku konsumen di e-Commerce.
Perilaku Konsumen merupakan suatu proses atau kegiatan saat seseorang melakukan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta mengevaluasi suatu produk “barang
atau jasa” untuk memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Secara sederhana, perilaku
konsumen diartikan sebagai hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Setiap pembeli pasti memiliki pertimbangan sebelum memutuskan untuk
melakukan transaksi pembelian terhadap suatu produk. Consumer behavior inilah yang
menjadi dasar bagi seorang konsumen dalam mengambil keputusan pembelian terhadap
produk tertentu “barang atau jasa”. Ada banyak faktor seorang konsumen akhirnya
memutuskan untuk membeli produk tersebut. Mungkin karena kualitas barang/jasa yang
ditawarkan sangat baik, atau produk tersebut sangat menarik, bahkan bisa saja karena harga
yang ditawarkan terjangkau. Harga inilah merupakan salah satu faktor penentu keputusan
konsumen, dimana produk dengan harga jual yang rendah akan lebih mudah dalam
membantu konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan dibandingkan
dengan produk berharga jual tinggi. Hal ini sama dengan model perilaku konsumen
(Consumer Behavior) yang dikemukakan oleh Kotler.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, maka bidang utama penelitian ini adalah
bidang ekonomi dan teknologi yang saling terkait antara perpajakan, penjualan daring, dan
kaitannya dengan perilaku konsumen. Adapun penjualan daring yang digunakan adalah
dengan menggunakan e-commerce dimana penjualan daring ini meningkat tajam saat
pandemi Covid 19 sehingga pandemi covid 19 dijadikan sebagai variabel moderatoring
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis melaksanakan kajian dengan judul “Pengaruh
Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Tarif Bea Masuk Impor pada e-Commerce
terhadap Consumer Behavior di Masa Pandemi Covid 19 dengan Kotler & Armstrong
Model (Survey pada Pengguna e-Commerce di Kota Salatiga)”.
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (2008)
Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
Harga Jual di E-
Commerce
Dengan kerangka berpikir yang digambarkan diatas dapat dijelaskan bahwa model
perilaku konsumen menurut Kotler dan Armstrong mendukung dalam penelitian ini
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan
kebenarannya melalui fakta yang terkumpul di lapangan. Berdasarkan judul
penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : penerapan pajak pertambahan nilai dan tarif bea masuk impor pada e-commerce
berpengaruh terhadap consumer behavior pengguna e-commerce di Kota Salatiga
pada masa pandemi covid 19.
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel Independen 1
(X1)
Consumer Behavior
Variabel Independen 2
(X2)
Variabel Moderating (Z)
Tarif Bea Masuk
Pandemi Covid 19
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi product moment
n = Jumlah responden
∑Xi = Jumlah skor item ke i
∑𝑋𝑖 2 = Jumlah dari kuadrat item ke i
∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
∑𝑌𝑖 2 = Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden
Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 23.0 for
windows yang dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai rxy dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Dalam hal ini, n merupakan jumlah
sampel dalam penelitian ini yaitu 100. Maka df dapat dihitung dengan 100-2 =
98. Dengan df = 98, alpha = 0,05. Keputusan uji validitas ditentukan dengan
kriteria sebagai berikut :
Jika rxy > r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.
Jika rxy < r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid
Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlati
Keterangan:
α = Konstanta
β1, β2, dan β3 = Koefisien regresi
Y = Consumen Behavior
X1 = Pajak pertambahan nilai (PPN)
X2 = Tarif bea masuk impor
e = erorr
3.5.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh
penerapan pajak pertambahan nilai dan tarif bea masuk impor terhadap consumer
behavior pengguna e-commerce di Kota Salatiga. Teknik yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah dengan uji-t. Rumusnya sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD : koefisien determinasi
r : koefisien korelasi
100% : bilangan tetap
Nilai koefisien determinasi / R2 berada pada rentang angka nol (0) hingga satu
(1). Jika nilai koefisien determinasi yang mendekati angka nol (0) berarti
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat sangat terbatas.
Sebaliknya apabila nilai koefisien determinasi variabel mendekati satu (1) berarti
kemampuan variabel bebas dalam menimbulkan keberadaan variabel terikat
semakin kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Pius Abdillah & Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arloka,
2003), hlm. 256
W.J.S Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996),
hlm. 664.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana: Jakarta.
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. RajaGrafindo Persada: Jakarta
https://www.pajak.com/pwf/tarif-pajak-e-commerce-dan-umkm/
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-ketentuan-pajak-bagi-pelaku-e-
commerce/
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/03/26/221036799823080-mengenal-
pajak-penjualan-barang-mewah-ppnbm
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/19880/BAB%20II.pdf?seque
nce=6&isAllowed=y
http://e-journal.uajy.ac.id/2166/3/2EM15546.pdf
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2087/2/BAB%20II.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10672/05.2%20bab%202.pdf?seq
uence=5&isAllowed=y#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa%20Indone
sia%20(KBBI)%2C%20pengertian%20penerapan%20adalah,oleh%20suatu%20kelo
mpok%20atau%20golongan
https://penerbitdeepublish.com/desain-penelitian/
https://kbbi.web.id/
http://repository.stei.ac.id/1343/4/BAB%20III.pdf
https://eprints.uny.ac.id/27436/3/BAB%20III.pdf
http://repository.upi.edu/18388/3/S_SOS_1100884_Chapter3.pdf