Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II (Auditing II)

Audit Siklus Akuisisi dan Pembayaran: Pengujian Pengendalian,


Pengujian Substantif atas Transaksi dan Utang Usaha

Di Susun oleh Kelompok 5:


1. Krisna Bayu Aji (19102302)
2. Laura Fionita (19102203)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Audit Siklus Akuisisi dan Pembayaran:
Pengujian Pengendalian, Pengujian Substantif atas Transaksi dan Utang Usaha dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas pemeriksaan akuntansi (auditing II). Selain
itu, makalah ini bertujuan memberikan wawasan tentang penjelasan umum mengenai audit
siklus akuisisi dan pembayaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wa Ode Irma Sari, S.Ak., M.S.A.
selaku dosen pemeriksaan akuntansi (auditing II). Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 3 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk
mengevaluasi apakah akun dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan
pengeluaran kas untuk akuisisi tersebut telah disajikan dengan wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembayaran untuk barang dan jasa
merupakan aktivitas penting bagi seluruh entitas. Aktivitas tersebut secara langsung
mengurangi saldo akun utang, terutama utang dagang. Dokumen yang berhubungan
dengan proses pengeluaran kas yang harus diperiksa auditor terdiri atas, cek, berkas
transaksi pengeluaran kas, daftar pengeluaran kas, dan lain-lain.
Dalam audit tertentu, akun yang paling banyak menghabiskan waktu untuk
diverifikasi dengan pengujian subtantif atas perincian saldo adalah piutang dagang,
persediaan, asset tetap, utang dagang, dan akun beban. Pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi untuk siklis akuisisi dan pembayaran dibagi
menjadi dua wilayah besar, yaitu: Pengujian akuisisi, meliputi tiga dari empat fungsi
bisnis yang di bahas diawal bab ini, pemrosesan pesanan pembelian, penerimaan
barang dan jasa, dan pengakuan utang. Pengujian pembayaran, yang meliputi fungsi
ke empat yaitu pemrosesan dan pencatatan pengeluaran kas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja akun dan klasifikasi transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran?
2. Apa fungsi bisnis dalam siklus serta dokumen dan pencatatan terkait akuisisi dan
pembayaran?
3. Bagaimana metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi?
4. Bagaimana metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang
usaha?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi akun serta kelas transaksi dalam siklus akuisisi dan
pembayaran.
2. Menguraikan fungsi bisnis dan dokumen serta catatan terkait dalam siklus
akuisisi dan pembayaran.
3. Menguraikan metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi
4. Menguraikan metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang
usaha.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran


Tujuan audit ini adalah untuk mengevaluasi apakah akun-akun yang
dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akuisisi tersebut
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan ke dalam siklus:
1. Akuisisi barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian

Akun-akun dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran


Sepuluh akun khusus yang terlibat dalam siklus akuisisi dan pembayaran

ditunjukkan oleh akun T pada gambar diatas. Untuk sederhananya, kita hanya akan
menunjukkan akun-akun pengendalian bagi ketiga kategori utama beban yang akan di
gunakan oleh sebagian besar perusahaan. Untuk setiap akun pengendalian, contoh
akun beban pembantu juga disajikan. Gambar diatas menunjukkan bahwa setiap
transaksi di debet atau si kredit ke utang usaha. Karena banyak perusahaan melakukan
akuisisi secara langsung dengan menggunakan cek atau kas kecil.

B. Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait
Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang
diperlukan untuk memperoleh barang serta jasa guna mengoperasikan suatu bisnis.
siklus tersebut umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian oleh
karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa dan berakhir dengan
pembayaran utang usaha.
1. Memproses Pesanan Pembelian
Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal
bagi siklus ini. Dokumen yang umum digunakan meliputi:
a. Permintaan pembelian atau purchase requisition
Digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang
berwenang. Hal ini dapat berupa permintaan akuisisi seperti atas baham oleh
seorang mandor atau supervisor ruang penyimpanan, perbaikan luar ruangan
oleh personil kantor atau pabrik, atau asuransi oleh wakil presiden direktur
yang bertanggung jawab atas property dan peralatan sering kali mengandalkan
titik pemesanan kembali yang dispesifikasikan terlebih dahulu yang digunakan
oleh komputer untuk memulai permintaan pembelian persediaan secara
otomatis.
b. Pesanan pembelian atau purchase order
Adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa dari
vendor. Pesanan tersebut mencakup deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait
mengenai barang serta jasa yang ingin dibeli perusahaan dan sering kali
digunakan untuk menunjukkan otoritas akuisisi. Perusahaan sering kali
menyerahkan pesanan pembelian secara elektronik kepada vendor yang telah
memiliki sistem elektronic data interchange (EDI).
2. Menerima Barang dan Jasa
Penerimaan barang dana jasa dari vendor oleh perusahaan merupakan titik
kritis dari siklus karena merupakan saat dimana sebagian besar perusahaan mulai
mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Jika barang telah
diterima ,pengendalian yang memadai akan mewajibkan dilakukannya
pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang tepat waktu dan
kondisinya. Laporan penerimaan (receiving report) adalah kertas atau dokumen
elektronik yang dibuat pada saat barang diterima. Laporan tersebut
Mencantumkan deskripsi barang ,kuantitas yang diterima, tanggal diterima ,dan
data lainnya yang relevan.
3. Mengakui Kewajiban
Pengakuan Kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa
memerlukan pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan awal akan
mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas aktual, karena itu
perusahaan harus berhati- hati mencantumkan semua transaksi akuisisi, hanya
akuisisi yang dilakukan, dan pada jumlah yang tepat. Dokumen dan catatan yang
umum meliputi:
a. Faktur Vendor
Faktur Vendor (vendor’s invoice) adalah dokumen yang diterima dari
vendor dan menunjukkan jumlah yang terutang atas suatu akuisisi. Faktur
tersebut menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang serta jasa yang
diterima, harga (termasuk ongkos angkut), syarat diskon tunai, tanggal
penagihan, dan total jumlahnya. Faktur vendor merupakan hal yang penting
karena menunjukkan jumlah yang tercatat dalam file transaksi akuisisi.
Untuk perusahaan yang menggunakan EDI, faktur vendor dikirimkan secara
elektronik , yang akan mempengaruhi cara auditor mengevaluasi bukti.
b. Memo Debet
Memo Debet (debit memo) juga merupakan dokumen yang diterima
dari vendor dan menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada
vendor akibat retur barang atau pengurangan yang diberikan. Memo tersebut
sangat mirp dengan faktur vendor, tetapi mendukung pengurangan utang
usaha dan bukan peningkatan.
c. Voucher
Voucher sering digunakan oleh organisasi dalam menetapkan cara
yang formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi ,terutama dengan
memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomor urut. Voucher meliputi
sampul atau folder yang berisi dokumen dan paket dokumen yang relevan
seperti pesanan pembelian, salinan packing slip, laporan penerimaan, dan
faktur vendor. Setelah pembayaran dilakukan, salinan cek ditambahkan ke
paket voucher.
d. File Transaksi Akuisisi
File transaksi akuisisi adalah file yang dibuat komputer yang meliputi
semua transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu
periode, seperti satu hari, satu minggu, atau satu bulan. File ini berisi semua
informasi yang dicantumkan ke dalam sistem dan meliputi informasi tentang
setiap transaksi, seperti nama vendor, tanggal, jumlah, klasifikasi akun atau
klasifikasi, dan deskripsi serta kuantitas barang dan jasa yang diberi. File
tersebut juga dapat menampung retur dan pengurangan pembelian atau dapat
diselenggarakan file terpisah untuk transaksi tersebut. Tergantung pada
kebutuhan perusahaan, informasi dalam file transaksi akuisisi dapat
digunakan untuk berbagai catatan, listing atau laporan, seperti jurnal akuisisi,
file induk utang usaha, dan transaksi untuk saldo akun atau divisi tertentu.
e. Jurnal Akuisisi atau Listing Jurnal Akuisisi (acquisitions journal) atau
listing, yang sering kali disebut sebagai jurnal pembelian, umumnya dibuat
dari file transaksi akuisisi dan umumnya meliputi nama vendor, tanggal,
jumlah dan klasifikasi akun atau klasifikasi setiap transaksi, seperti perbaikan
dan pemeliharaan, persediaan, atau utilitas. Jurnal tersebut juga
mengidentifikasi apakah akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan utang
usaha. Jurnal atau listing dapat mencakup setiap periode waktu yang
biasanya sebulan. Jurnal atau listing meliputi total setiap jumlah akun yang
dicatat selama periode waktu tersebut. Transaksi yang sama yang dicatat
dalam jurnal atau listing juga diposting secara simultan ke buku besar umum
dan, jika dilakukan secara kredit, ke file induk utang usaha.
f. File induk Utang Usaha
File Induk utang usaha (accounts payable master file) mencatat
transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi
untuk setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi,
retur dan pengurangan, serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi. Total
setiap saldo akun dalam file induk sama dengan total saldo utang usaha
dalam buku besar umum. Printout file induk utang usaha menunjukkan, per
vendor, saldo awal utang usaha. Setiap akuisisi, retur dan pengurangan
akuisisi, pengeluaran kas, dan saldo akhir. Namun, banyak juga perusahaan
yang tidak menyelenggarakan file induk per vendor. Perusahaan tersebut
membayar berdasarkan faktur setiap vendor. Karena itu, total faktur vendor
yang belum dibayar dalam file induk sama dengan total utang usaha.
g. Neraca Saldo Utang Usaha
Neraca Saldo utang usaha (accounts payable trial balance)
mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap vendor atau dari setiap
faktur atau voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat secara
langsung dari file induk utang usaha.
h. Laporan Vendor
Laporan vendor (vendor’s statement) adalah dokumen yang disiapkan
setiap bulan oleh vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur dan
pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir. Saldo dan
Aktivitas tersebut merupakan representasi vendor atas transaksi yang
dilakukan selama periode berjalan, bukan klien. Kecuali untuk jumlah yang
diperselisihkan dan perbedaan waktu, file induk utang usaha klien harus
sama dengan laporan vendor.

4. Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas


Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan
bagi semua entitas. Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo
akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang terkait dengan proses
pengeluaran kas yang diperiksa auditor termasuk:
a. Cek
Dokumen ini umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika
pembayaran sudah jatuh tempo. Sebagian besar perusahaan menggunakan cek
yang dibuat melalui komputer berdasarkan informasi yang tercantum dalam
file transaksi akuisisi pada saat barang dan jasa diterima. Biasanya cek dibuat
dalam format multi salinan, dimana yang asli diberikan pada pihak yang
dibayar (payee). Satu salinan diarsipkan dengan faktur vendor dan dokumen
pendukung lainnya, dan yang lainnya diarsip secara numeris. Pada sebagian
besar kasus, setiap cek dicatat dalam file transaksi pengeluaran kas.
Setelah cek ditandatangani oleh orang yang berwenang, cek tersebut
menjadi sebuah aset. Karena itu, cek yang telah ditandatangani harus
dikirimkan oleh si penandatanganan atau orang yang ditunjuk oleh
penandatanganan. Ketika cek dicairkan oleh vendor atau dikliring oleh bank
klien, cek itu disebut sebagai cek yang dibatalkan. Pada titik tersebut, cek
bukan lagi merupakan sebuah aset, melainkan sebuah dokumen. Dalam
beberapa rencana EDI, perusahaan menyerahkan pembayaran secara
elektronik kepada vendor melalui transfer dana elektronik (elektronic funds
transfer /EFT) antara bank perusahaan dan bank vendor.
b. File Transaksi Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Transaction File)
Ini adalah file yang dibuat dengan komputer yang mencantumkan semua
transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu
periode, seperti satu hari, satu minggu atau satu bulan. File ini berisi jenis
Informasi yang sama seperti yang dibahas untuk file transaksi akuisisi.
c. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Journal or Listing)
Ini adalah listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran
kas yang mencantumkan semua transaksi selama setiap periode waktu.
Transaksi yang sama termasuk semua informasi yang relevan, akan
dicantumkan dalam file indu utang usaha dan buku besar umum.

C. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif atas Transaksi
Pada audit khusus, akun yang paling banyak menyita waktu untuk diverifikasi
oleh pengujian atas rincian saldo adalah akun piutang usaha, persediaan ,aset tetap,
utang usaha ,dan beban. Empat dari lima akun tersebut berhubungan langsung dengan
siklus akuisisi dan pembayaran. Jika auditor dapat mengurangi pengujian atas rincian
saldo akun dengan menggunakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi untuk memverifikasi efektivitas pengendalian internal terhadap akuisisi
serta pengeluaran kas , waktu bersih yang dapat dihemat sangatlah besar. Dalam audit
yang dilaksanakan dengan baik, pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran menerima perhatian yang sangat
besar, terutama apabila klien memiliki pengendalian internal yang efektif.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus
akuisisi dan pembayaran dibagi ke dalam dua bidang yang luas:
 Pengujian akuisisi, yang meliputi tiga dari empat fungsi bisnis: memroses
pesanan pembelian, menerima barang dan jasa, serta mengakui kewajiban.
 Pengujian pembayaran, yang menyangkut fungsi keempat, yaitu memroses
dan mencatat pengeluaran kas.
1. Memahami Pengendalian Internal
Auditor harus memahami pengendalian internal untuk siklus akuisisi dan
pembayaran sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur penilaian risiko dengan
mempelajari bagan arus klien, mereview kuesioner pengendalian internal, serta
melaksanakan pengujian walkthrough untuk transaksi akuisisi dan pengeluaran
kas.
2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan
Hal tersebut merupakan otorisasi pembelian, pemisahan fungsi
penyimpanan barang yang diterima dari fungsi lainnya, pencatatan yang tepat
waktu dan review yang independen atas transaksi, serta otorisasi pembayaran
kepada vendor.
a. Otorisasi Pembelian
Otorisasi yang tepat untuk melakukan akuisisi akan memastikan bahwa
barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan perusahaan
yang diotorisasi , dan menghindari akuisisi item yang berlebihan atau tidak
diperlukan. Sebagian besar perusahaan mensyaratkan tingkat otorisasi untuk
jenis akuisisi yang berbeda atau jumlah nilai uang yang berbeda. Sebagai
contoh, akuisisi aset tetap yang melebihi batas nilai uang yang telah
ditentukan memerlukan akuisisi aset tetap yang melebihi batas nilai uang
yang telah ditentukan memerlukan persetujuan dewan direksi; item-item
yang secara relatif jarang diperoleh, seperti polis asuransi dan kontrak jasa
jangka panjang, disetujui oleh pejabat tertentu; perlengkapan dan jasa yang
berharga lebih murah dari jumlah yang ditetapkan disetujui oleh supervisor
serta kepala departemen; dan beberapa jenis bahan baku serta perlengkapan
dipesan kembali secara otomatis apabila sudah berada di bawah tingkat yang
telah ditentukan sebelumnya, sering kali melalui komunikasi langsung
dengan computer vendor.
Setelah permintaan pembelian melalui suatu akuisisi telah disetujui ,
pesanan pembelian untuk memperoleh barang atau jasa harus mulai dibuat.
Pesanan pembelian yang dibuat untuk vendor atas item tertentu pada harga
tertentu akan dikirimkan pada atau sebelum waktu yang ditetapkan. Pesanan
pembelian, yang biasanya dibuat secara tertulis dan terdiri dari dokumen
hukum, merupakan tawaran untuk membeli barang atau jasa.
Biasanya perusahaan meminta departemen pembelian untuk
memastikan kualitas barang dan jasa yang memadai pada harga minimum.
Agar pengendalian internal berjalan dengan baik, departemen pembelian
harus terpisah dari departemen yang mengotorisasi akuisisi atau menerima
barang. Semua pesanan pembelian harus dipranomori agar akuntansi untuk
semua pesanan pembelian yang beredar menjadi lebih mudah dan harus
meliputi kolom serta ruang yang cukup guna meminimalkan kemungkinan
penghilangan yang tidak disengaja pada formulir ketika barang di pesan.
b. Pemisahan Penyimpanan Aset dari Fungsi Lainnya
Sebagian besar perusahaan meminta departemen penerimaan untuk
memulai membuat laporan penerimaan sebagai bukti penerimaan dan
pemeriksaan barang. Satu salinan biasanya diserahkan ke gudang bahan baku
dan yang lainnya ke departemen utang usaha yang memerlukan
informasinya. Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang
tersebut harus dikendalikan secara fisik dari saat penerimaannya hingga
penggunaan atau pelepasannya. Personil di departemen penerimaan harus
independen dari personil ruang penyimpanan dan departemen akuntansi.
Terakhir, catatan akuntansi harus mentransfer tanggung jawab atas barang
setiap kali barang itu dipindahkan, dan penerimaan ke penyimpanan, dari
penyimpanan ke manufaktur, dan seterusnya.
c. Pencatatan yang Tepat Waktu dan Review Independen atas Transaksi
Dalam beberapa perusahaan, pencatatan kewajiban atas akuisisi dibuat
atas dasar penerimaan barang dan jasa. Dalam perusahaan lainnya,
pencatatan ditangguhkan hingga faktur vendor diterima. Dalam kedua kasus,
departemen utang usaha umumnya bertanggung jawab untuk memverifikasi
kelayakan akuisisi. Hal ini dilakukan dengan membandingkan rincian pada
pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur vendor untuk
menentukan bahwa deskripsi, harga, kuantitas, syarat, dan ongkos angkut
yang ada dalam faktur vendor sudah benar. Pada umumnya, departemen
utang usaha juga memverifikasi perkalian, footing, dan distribusi akun.
Dalam beberapa kasus, perangkat lunak komputer akan menandingkan
dokumen dan memverifikasi keakuratan faktur secara otomatis. Departemen
utang usaha juga harus memperhitungkan semua laporan penerimaan untuk
memastikan bahwa tujuan kelengkapan dipenuhi.
Pengendalian yang penting dalam departemen utang usaha dan
teknologi informasi adalah persyaratan bahwa personil yang mencatat
akuisisi tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas, dan asset lainnya.
Dokumen dan catatan yang memadai, prosedur yang tepat untuk menyimpan
catatan, dan pengecekan independen atas kinerja juga merupakan
pengendalian yang penting dalam fungsi utang usaha.
d. Otorisasi Pembayaran
Pengendalian yang paling penting terhadap pengeluaran kas
termasuk:
 Penandatanganan cek oleh individu yang memiliki wewenang yang
tepat.
 Pemisahan tanggung jawab untuk menandatangani cek dan
melaksanakan fungsi utang usaha.
 Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh si
penandatanganan cek pada saat cek ditandatangani.
Cek harus dipranomori agar jauh lebih mudah memperhitungkan
semua cek dan dicetak pada kertas khusus agar sulit untuk mengubah payee
atau penerima pembayaran atau jumlah. Perusahaan harus berhati-hati dalam
melakukan pengendalian fisik terhadap cek kosong, yang sudah tidak
digunakan lagi, dan yang telah ditandatangani. Mereka juga harus memiliki
metode pembatalan dokumen pendukung agar tidak bisa digunakan lagi
sebagai pendukung cek lainnya pada waktu nanti. Metode yang umum adalah
menuliskan nomor cek pada dokumen pendukung.
e. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan definisi,
auditor menilai risiko pengendalian. Jika ingin mengandalkan pengendalian
untuk mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah
maksimum, auditor melaksanakan pengujian pengendalian untuk
memperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.
Setelah efektivitas operasi pengendalian ditingkatkan dan didukung oleh
pengujian pengendalian tambahan, auditor akan mampu mengurangi
pengujian substantif. Tentu saja, jika klien adalah sebuah perusahaan publik,
auditor harus mendokumentasikan dan menguji pengendalian secara
memadai untuk menerbitkan pendapat mengenai pengendalian internal
terhadap pelaporan keuangan.
D. Metodologi untuk Merancang Pengujian dan Rincian Utang Usaha
Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya
mengalir melalui utang usaha , akun ini penting bagi setiap audit atas siklus akuisisi
dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar atas barang jasa
yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa. Utang usaha mencakup kewajiban
akuisisi bahan baku, peralatan, utilitas, reparasi serta banyak jenis barang dan jasa
lainnya yang diterima sebelum akhir tahun. Sebagian besar utang usaha juga dapat di
identifikasikan oleh keberadaan faktur vendor menyangkut kewajiban.
Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui dan
terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal
tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak, utang hipotik, atau utang
obligasi.
Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi terkait
menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil
prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian atas
rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung material bagi
sebagian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian
atas rincian saldo.
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap
I)
Fokus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen
mata rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system
yang digunakan untuk mengawali serta mencatat aktivitas akuisisi dan pembayaran.
Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan jasa telah mengubah semua
aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan system
tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan system
tersebut untuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian
manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam
utang usaha.
2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar
dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relatif mahal untuk mengaudit akun
tersebut. Karena alasan itu auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat
ditoleransi yang relatif tinggi untuk utang usaha. Auditor sering menilai risiko inheren
sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo
akun.
3. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap I dan II)
Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren,
auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian
internal. Pengujian subtantif bergantung pada keefektifan relatif pengendalian internal
yang berhubungan dengan utang usaha. Setelah menilai risiko pengendalian, auditor
merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi akuisisi dan pengeluaran kas.
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan
apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara
layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Penekanan yang penting
dalam audit atas kewajiban dan aktiva. ketika memverifikasi aktiva auditor
menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan dokumen pendukung. Auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan
aktiva mengalami kurang saji tetapi lebih memperhatikan lebih saji. Karena lebih saji
ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva atau kurang saji kewajiban,
merupakan hal yang alami bagi akuntan public untuk menekankan kedua salah saji
tersebut.
Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang
diterapkan untuk memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat
diterapkan pada kewajiban dengan tiga modifikasi kecil:
a. Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya
dapat diterapkan pada aktiva.
b. Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterapkan pada
kewajiban. Untuk aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan
pelepasan aktiva. untuk kewajiban auditor memperhatikan kewajiban klien atas
pembayaran kewajiban.
c. Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan
lebih saji.
Pengujian Kewajiban Setelah Periode
Karena menekankan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian
kewajiban setelah periode (out-of-period liabilities test) merupakan hal yang penting
bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha yang belum
tercatat, sering disebut pencarian utang usaha yang belum tercatat, sangat tergantung
pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial.
Prosedur audit yang sama digunakan untuk mengungkapkan utang yang belum
tercatat dapat diterapkan pada tujuan keakuratan.
Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya, auditor
memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca
guna menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode
berjalan. Jika memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya
ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah
dilakukan.
Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar
beberapa minggu setelah akhir tahun, auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara
yang sama seperti sebelumnya dan untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda
karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir pekerjaan
lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.
Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir taun ke faktur
vendor terkait, semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode
akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha.
Menelusuri laporan vendor yang menunjukkan saldo yang jatuh tempo ke
neraca saldo utang usaha, jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat
menelusuri setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca
ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha.
Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis,
walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang
untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor
yang dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang
salah saji.
Pengujian pisah batas (cut off tests) utang usaha dilakukan untuk menentukan
apakah transaksi yang dicatat beberapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca
dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit kewajiban setelah
periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah batas untuk
akuisisi tapi menekankan pada kurang saji.
Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan, dalam ,menentukan
apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika pengujian pisah
batas dikoordinasikan dengan observasi fisik persediaan.
Perbedaan dalam perjalanan, menyangkut utang usaha, auditor harus
membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar
FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli ketika
persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum
tanggal neraca yang harus dimasukkan dalam persediaan dan utang usaha pada akhir
tahun. Jika akuisisi dilakukan atas dasar FOB origin, perusahaan harus mencatat
persediaan dan utang yang terkait pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan
pada atau setelah tanggal neraca.
Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor, auditor harus
membedakan antara faktur vendor dengan laporan keuangan ketika memverifikasi
jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang sangat
handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur vendor dan
dokumen pendukung terkait setiap laporan penerimaan dan pesanan pembelian.
Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi perbedaan yang paling
penting terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor
(pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien pada saat auditor
memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan
vendor untuk menyimpan laporan tertentu dari auditor.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tujuan keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk
mengevaluasi apakah akun dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan pengeluaran
kas untuk akuisisi tersebut telah disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Siklus akuisisi dan pembayaran meliputi keputusan dan proses yang
diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa dalam pelaksanaan usaha. Siklus ini
biasanya diawali dengan tindakan pembelian oleh pegawai yang membutuhkan
barang atau jasa dan berakhir dengan pembayaran utang dagang.
Pengguna ekstranet dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan bisnis
dengan rekan bisnis yang jauh lokasinya, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan internet untuk memperoleh barang dan
jasa menimbulkan efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena pasar online
akan memungkinkan jumlah pemasok dan pelanggan yang lebih besar untuk
menegosiasikan pembelian serta penjualan produk dan jasa.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus
akuisisi dan pembayaran dibagi ke dalam dua bidang, yaitu:
 Pengujian akuisisi: memroses pesanan pembelian, menerima barang dan jasa,
serta mengakui kewajiban.
 Pengujian pembayaran, meliputi proses bisnis: memroses dan mencatat
pengeluaran kas.
Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha antara
lain:
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap
I)
2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
3. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian
pengendalian dan pengujian Substantif atas Transaksi (tahap I dan II)
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur analitis (tahap III)

Anda mungkin juga menyukai