Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alfian Gilang Hidayat

NPM : C11199012
Mata Kuliah : Akuntansi Bank Konvensional
Dosen : Joko Hartono Kalisman

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. A.
Dik :
Pokok Pinjam : Rp 150.000.000
Suku Bunga : 14% = 0,14
Tenor Pinjaman : 12 Bulan

Effective Rate

Cicilan Pokok :
Rp 150.000.000 : 12 bulan = Rp 12.500.000/bulan

Bunga Bulan ke-1 :


(Rp 150.000.000 – ( 0 x Rp 12.500.000)) x 14 % / 12 = Rp 1.750.000
Cicilan Bulan ke-1 :
Rp 12.500.000 + Rp 1.750.000 = Rp 14.250.000

Bunga Bulan ke -2 :
(Rp 150.000.000 – ( 1 x Rp 12.500.000)) x 14% / 12 = Rp 1.604.167
Cicilan Bulan ke-2 :
Rp 12.500.000 + Rp 1.604.167 = Rp 14.104.167

Bunga Bulan ke-3 :


(Rp 150.000.000 – ( 2 x Rp 12.500.000)) x 14% / 12 = Rp 1.458.333
Cicilan Bulan ke-3 :
Rp 12.500.000 + Rp 1.458.333 = Rp 13.958.333

……………

Bunga Bulan ke-12 :


(Rp 150.000.000 – ( 11 x Rp 12.500.000)) x 14% /12 = Rp 145.833
Cicilan Bulan ke-12 :
Rp 12.500.000 + Rp 145.833 = Rp 12.645.833

Sliding Rate

Dik :
M : Rp 150.000.000
n : 12 bulan
i : 14% : 12 = 0,0116
Angusran Pokok
= 150.000.000 = Rp 12.500.000
12

Cicilan Bunga
B1 = 150.000.000 x 0,0116 = Rp 1.740.000
B2 = (150.000.000 - 12.500.000) x 0,0116 = Rp 1.595.000
B3 = (150.000.000 – (12.500.000 x 2 ) x 0,0116 = Rp 1.450.000

Angs Angsuran per


Pokok Pinjaman Cicilan Pokok Cicilan Bunga Saldo Pokok
ke Bulan
1 150.000.000 12.500.000 1.740.000 14.240.000 137.500.000
2 137.500.000 12.500.000 1.595.000 14.095.000 125.000.000
3 125.000.000 12.500.000 1.450.000 13.950.000 112.500.000
4 112.500.000 12.500.000 1.305.000 13.805.000 100.000.000
5 100.000.000 12.500.000 1.160.000 13.660.000 87.500.000
6 87.500.000 12.500.000 1.015.000 13.515.000 75.000.000
7 75.000.000 12.500.000 870.000 13.370.000 62.500.000
8 62.500.000 12.500.000 725.000 13.225.000 50.000.000
9 50.000.000 12.500.000 580.000 13.080.000 37.500.000
10 37.500.000 12.500.000 435.000 12.935.000 25.000.000
11 25.000.000 12.500.000 290.000 12.790.000 12.500.000
12 12.500.000 12.500.000 145.000 12.645.000 0

Flat Rate

Dik :

Pokok Pinjaman : Rp 150.000.000


Bunga per tahun : 14% = 0,14
Tenor Pinjaman : 12 bulan

Cicilan Pokok = Pinjaman Pokok/Tenor Pinjaman


= Rp 150.000.000 / 12 bulan = Rp 12.500.000

Bunga = Rp 150.000.000 x 14 % = Rp 1.750.000


12

Angsuran Perbulan = Rp 12.500.000 + Rp 1.750.000 = Rp 14.250.000

Jadi angsuran setiap bulan untuk 12 bulan pinjaman adalah Rp 14.250.000

B.

Effective Rate

20/04/2020 Dr Rekening Yang diberikan Rp 150.000.000


Cr Kas Rp 150.000.000
20/05/2020 Dr Giro Fikri Rp 14.250.000
Cr Kredit Yang diberikan Rp 12.500.000
Cr Pendapatan Bunga Kredit Rp 1.750.000

20/06/2020 Dr Giro Fikri Rp 14.104.167


Cr Kredit Yang diberikan Rp 12.500.000
Cr Pendapatan Bunga Kredit Rp 1.604.167

Sliding Rate

20/04/2020 Dr Rekening Yang diberikan Rp 150.000.000


Cr Kas Rp 150.000.000

20/05/2020 Dr Giro Fikri Rp 14.240.000


Cr Kredit Yang diberikan Rp 12.500.000
Cr Pendapatan Bunga Kredit Rp 1.740.000

20/06/2020 Dr Giro Fikri Rp 14.095.000


Cr Kredit Yang diberikan Rp 12.500.000
Cr Pendaptan Bunga Kredit Rp 1.595.000

Flat Rate

20/04/2020 Dr Rekening Yang diberikan Rp 150.000.000


Cr Kas Rp 150.000.000

20/05/2020 Dr Giro Fikri Rp 14.250.000


Cr Kredit Yang diberikan Rp 12.500.000
Cr Pendapatan Bunga Kredit Rp 1.750.000

2. a. Tindakan yang harus di lakukan bank bjb adalah melakukan konfirmasi kepada nasabah atas
permasalahan tsb. Berhubung ini kasusnya karna offline dan berkaitan dengam sistem berarti
bank harus melakukan pemeriksaan by sistem atas aktivitas transaksi nasabah tsb. Dan
lakukan perbaikan/penyesuaian system.

b. Sedangkan perlakuan akuntansi atas kondisi tersebut dan untuk di lakulan koreksi adalah
bagian akuntansi akan melakukan koreksi atas kas stetament nasabah kemudian melakukan
penyesuaian. Atau melakukan proses rekonsialiasi, Proses rekonsiliasi ini dilakukan untuk
mencocokkan laporan keuangan dari bank dengan catatan nasabah. Namun, proses ini
terjadi karena beberapa perbedaan seperti prosedur pencatatan, penerimaan, dan
pengeluaran saldo yang terjadi karena kesalahan offline tersebut.

Jurnal Koreksi
Dr. Kas Rp 2.000.000
Cr Rek Nasabah Ali Rp 2.000.000

Dr. Giro Fuji Rp 5.500.000


Cr kredit Yang diberikan Rp 5.000.000
Cr Pendapatan Bunga Kredit Rp 500.000

3. a. PSAK 71 mengharuskan perbankan memiliki cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)


yang lebih besar dibanding sebelumnya. Hal ini karena mandat PSAK 71 mewajibkan
perusahaan untuk menyediakan pencadangan sejak awal periode kredit. Ini berbeda dengan
PSAK 55. Dalam PSAK 55, kewajiban pencadangan baru muncul jika terjadi peristiwa yang
mengakibatkan risiko gagal bayar atau incurred loss. Artinya, perusahaan sektor finansial
seperti perbankan harus menyediakan CKPN untuk semua kategori kredit mulai dari yang
berstatus lancar (performing), ragu-ragu (underperforming), sampai dengan macet (non-
performing). Untuk kredit lancar, perbankan harus menyediakan CKPN berdasarkan
ekspektasi kerugian kredit selama 12 bulan ke depan. Perbankan pun harus menyediakan
CKPN lebih besar atas kredit macet lebih besar dibanding sebelumnya. Maka dari itu
kewajiban untuk mengikuti PSAK baru ini bisa berakibat pada penurunan rasio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR) dan juga laba perbankan. Ketua Umum Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Tarkosunaryo mengatakan, emiten yang terdampak atas
penerapan PSAK 71 adalah emiten perbankan dan juga emiten yang memiliki banyak investasi
di sektor keuangan seperti pembelian obligasi.
Perbankan, lanjut Tarko, akan meningkatkan CKPN yang dimiliki. Hal itu akan membuat CAR
perbankan menurun dan menekan bottom line (laba/rugi bersih) perbankan. Hal ini karena,
emiten perbankan harus menghitung CKPN dengan menambahkan prediksi masa depan atau
kerugian yang diperkirakan (expected loss). Dengan demikian, para bankir harus
mempertimbangkan faktor masa depan seperti masa jatuh tempo kredit. "Dampaknya pada
emiten perbankan bisa dilihat dalam laporan keuangan kuartal I/2020 nanti," jelas Tarko di
hadapan sejumlah media.

b. PSAK No. 71 memberikan panduan tentang pengakuan dan pengukuran instrumen


keuangan. Revisi aturan ini terkait klasifikasi aset keuangan, termasuk poin penting tentang
pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman, atau kredit.
Standar baru hitungan akuntansi ini mengubah secara mendasar metode penghitungan dan
penyediaan cadangan kerugian akibat kredit macet.

c.
1. Bank yang memiliki keterbatasan chief economist biasanya Bank BUKU I dan BUKU II. Oleh
karena itu, akan tidak efisien apabila Bank merekrut chief economist. Pertimbangan lain
adalah produk Bank BUKU I dan BUKU II cenderung plain-vanilla.

2. Bank dapat diberikan guidelines berupa rujukan prakiraan makroekonomi untuk


menghitung CKPN sesuai PSAK 71.

3. Beberapa informasi makroekonomi yang diidentifkasi dibutuhkan dalam perhitungan


impairment adalah Produk Domestik Bruto (GDP), unemployment ratevaluta asing, inflasi, BI
rate, 7 days repo rate, nilai tukar, pertumbuhan kredit, indeks harga properti komersil, dan
indeks harga komoditas (batubara) dengan durasi proyeksi jangka pendek (< 1tahun),
menengah (2- 5 tahun), dan panjang (> 5 tahun) sesuai portofolio kredit yang dimiliki Bank.

Anda mungkin juga menyukai