Buku Pendidikan Dan Tafsir
Buku Pendidikan Dan Tafsir
ix + 125 halaman; 14 x 21 cm
1. Tafsir, 2. Pendidikan,
3. Mahmud Yunus
ISBN: 978-602-8412-09-4
Editor: M. Yusuf Ibrahim, S.Pd.
Desain Cover: Tim Kreatif LeKAS
Copyright Sulaiman Ibrahim, 2011/1432
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Diterbitkan oleh:
LeKAS Publishing Jakarta
(Lembaga Kajian Agama dan Sosial-Kemasyarakatan)
Jl. Legoso Raya, No. 41A Pisangan 15419
Ciputat. Hp: 087771943430
Email: tafsirhadits@ymail.com
Penulis
BAGIAN PERTAMA
KIPRAH DI DUNIA PENDIDIKAN --- 1
I. Pendahuluan --- 1
II. Biografi Mahmud Yunus dan Aktivitasnya
dalam Dunia Pendidikan --- 5
A. Aktivis Pendidikan Islam --- 8
B. Di Timur Tengah --- 19
C. Aktivitas Utama --- 31
D. Karya Tulis Mahmud Yunus --- 42
III. Mahmud Yunus dalam Dunia Pendidikan
Islam --- 46
A. Pendidikan Pra Kemerdekaan --- 46
B. Pendidikan Pasca Kemerdekaan --- 69
C. Pendidikan Modern --- 76
Pendahuluan
Kegiatan pendidikan Islam di Indonesia lahir
dan berkembang bersamaan dengan masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia. Sungguh
merupakan pengalaman dan pengetahuan yang
penting bagi kelangsungan perkembangan Islam dan
umat Islam, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolok ukur,
bagaimana Islam dengan umatnya telah memainkan
peranannya dalam berbagai aspek sosial, budaya,
ekonomi dan politik. Hal ini sekaligus
membuktikan, bahwa kegiatan kependidikan Islam
di Indonesia tidak hanya mendasarkan pada makna
pendidikan dalam arti sempit, melainkan dalam arti
yang sangat luas, yaitu pendidikan yang sarat
dengan nilai-nilai pembangunan umat dan bangsa
Indonesia dalam berbagai tata kehidupan.
Dalam melacak sejarah pendidikan di
Indonesia baik dalam segi pemikiran, isi maupun
pertumbuhan organisasi dan kelembagaannya, tidak
10
11
12
13
14
15
16
17
18
B. Di Timur Tengah
Seperti dikemukakan, pada perempat
pertama abad ke 20 Minangkabau ditandai oleh
semaraknya gerakan pembaruan di bidang
pendidikan. Salah satunya ialah madrasah yang
dipimpin oleh Syekh Tahir Djalaluddin di pulau
Penang Malaya. Sebagai seorang guru yang aktif di
dunia pendidikan, pada bulan Maret 1923 Mahmud
Yunus bermaksud mengadakan perjalanan ke
Malaya untuk mengetahui keadaan madrasah
tersebut. Ketika sampai di Padang, saudagar-
saudagar di Padang memberi bantuan dan
sumbangan untuk naik haji ke Mekah kepada dua
orang, yaitu Mahmud Yunus dan Ishak. Mereka
pergi ke Mekah melalui pulau Penang sehingga
kesempatan meninjau madrasah Syekh M. Taher
Djalaluddin yang diketahui menggunakan sistem
madrasah Mesir.
Pada tahun 1923, saat Mahmud Yunus
berada di Mekah, pemikiran Islam sedang bergejolak
karena pertentangan paham Syafi‘i dengan Wahabi.
Namun pada tahun 1924, kaum Wahabi
menaklukkan kota Mekah dan sekitarnya sampai
sekarang. Setibanya di Mekah pada tahun itu (1923)
banyak orang Indonesia yang bermukim di Mekah
untuk mempelajari agama. Tetapi Mahmud Yunus
19
1. Di Al-Azhar (1924-1925)
Setelah mendapat informasi, Mahmud Yunus
mengikuti cara yang ditempuh Ishak. Ia bersama
rombongan jamaah Haji berikutnya pergi ke Jeddah.
Kemudian dari Jeddah melalui pasport Yarussalem
pergi ke Mesir. Di stasiun Kairo, Ishak dan teman-
temannya menunggu dan langsung menuju ke al-
Azhar. Setelah tiba di Ruwak Jawa (Indonesia) dan
duduk bersama mereka, Mahmud Yunus
mengucapkan Alhamdulillah karena ia telah bercita-
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
C. Aktivitas Utama
1. Dalam Dunia Pendidikan/Pengajaran
Iklim di atas jelas menguntungkan Mahmud
Yunus, seorang pemegang diploma guru dari
perguruan tinggi modern Dar al-‘Ulum di Mesir.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
3. Pesantren
Pesantren adalah tempat belajarnya para
santri. Pesantren ini didirikan karena adanya
tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat
dari perjalanan sejarah, di mana bila dirunut
kembali, sesungguhnya pesantern dilahirkan atas
kesadaran dan kewajiban dakwah Islamiyah, yaitu
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam,
sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i.
Pembangunan suatu pesantren didorong oleh
kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga
pendidikan lanjutan. Namun demikian, faktor guru
yang memenuhi pensyaratan keilmuan yang
diperlukan akan sangat menentukan bagi tumbuhnya
suatu pesantren.pada umumnya berdirinya suatu
pesantren diawali dari pengakuan masyarakat akan
keunggulan dan ketinggian ilmu seorang guru atau
kiai. Karena keinginan menuntut dan memperoleh
ilmu dari guru tersebut, maka masyarakat sekitar,
bahkan dari luar daerah datang kepadanya untuk
61
62
63
64
4. Madrasah
Kata madrasah berasal dari kata kerja darasa
yang berarti membaca, belajar, dan sebagainya.
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
A. Tafsir di Nusantara
Perkembangan penafsiran al-Qur’an agak
berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia
Arab yang merupakan tempat turunnya al-Qur’an
dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an.
Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh
perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena
bahasa Arab adalah bahasa mereka, maka mereka
tidak mengalami kesulitan berarti untuk memahami
bahasa al-Qur’an sehingga proses penafsiran juga
lumayan cepat dan pesat. Hal ini berbeda dengan
bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa
Arab. Karena itu proses pemahaman al-Qur’an
terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al-
Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian
dilanjutkan dengan pemberian penafsiran yang lebih
luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat
dipahami jika penafsiran al-Qur’an di Indonesia
80
81
82
83
84
85
86
C. Karakteristik
Ada beberapa karakteristik yang setidaknya
dapat memberikan gambaran utuh mengenai karya
tafsir Mahmud Yunus ini, yaitu: Sistematika
penerjemahan dan penafsiran yang ia gunakan, teknik
penerjemahan dan keterangan (catatan kaki), analisa
istilah dan konsep-konsep, serta kandungan
kesimpulan isi al-Qur’an.
1. Sistematika Penerjemahan/Penafsiran
Karya Tafsir Quran Karim Mahmud Yunus
ini memiliki komposisi yang cukup sederhana. Ia
memulainya dengan kata pendahuluan yang hanya
menghabiskan lima halaman singkat berisi latar
belakang dan sedikit informasi revisi di beberapa
tempat. Bagian ini tidak seperti kebanyakan karya
Tafsir al-Qur’an yang lain,12 yang menyertakan
pendahuluannya dengan, misalnya, sejarah turunnya
al-Qur’an, sejarah pengumpulan dan kodifikasi, cara
bacanya (qirâ'at, dan keutamaannya).
Format penerjemahan kemudian dilakukan
setelah mengetengahkan teks al-Qur’an di bagian
kanan, dan terjemahnya di bagian kiri. Dengan
format seperti ini dimungkinkan setiap orang
mengetahui arti kata dari masing-masing ayat yang
diterjemahkan. Bersamaan dengan itu, ia juga
menyertakan uraian kata yang dianggap sulit dan
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
D. Metodologi
1. Metode Penulisan
Dari segi cara penafsiran, ayat demi ayat dan
surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam
mushaf, dan dilakukan secara singkat dan global,
tanpa urutan yang panjang lebar, maka penafsiran
yang dilakukan Mahmud Yunus adalah tergolong
tafsir Ijmâli, yang dimaksud dengan tafsîr Ijmâli
adalah penafsiran al-Qur’an berdasarkan urutan-
urutan ayat dengan suatu uraian yang di ringkas tapi
jelas dan dengan bahasa yang sederhana sehingga
dapat di konsumsi baik oleh masyarakat awam
maupun intelektual.
Penafsiran yang dilakukan Mahmud Yunus
terkesan sederhana dan ringkas, hanya pada ayat-
ayat yang penting saja yang ditafsirkan, sebagai
contoh ketika ia menafsirkan surat at-Tin ayat 1-8,
105
106
2. Teknik Penafsiran
Teknik penafsiran yang digunakan Mahmud
Yunus sebagian besar masih bersifat sederhana. Hal
ini terlihat dalam penyajian tafsirnya, penafsiran
dilakukan pertama kali dengan memberi arti dari
ayat-ayat al-Qur’an, kemudian langsung
memberikan penafsiran global, tanpa mengawali
dengan penjelasan arti kata padahal, memberi
penjelasan terlebih dahulu tentang arti kata amat
bermanfaat bagi pemahaman al-Qur’an sebab satu
kata pada suatu ayat, sering pula di jumpai pada
ayat-ayat lain. Sebagai contoh kata اﻟﺪﯾﻦumpamanya,
yang terdapat dalam ayat اﻟﺪﻳﻦ ﻣﻠﻚ ﻳﻮمmengandung arti
yang mempunyai hari pembalasan; maka kata اﻟﺪﯾﻦ
berarti pembalasan. Padahal arti kata اﻟﺪﯾﻦtidak
hanya satu tergantung konteks pemakaiannya.
Selanjutnya penafsirannya dilakukan dengan
mencantumkan catatan kaki pada ayat-ayat yang
dianggap penting untuk dijelaskan. Yang
keterangannya (penjelasannya) terletak di bagian
bawah halaman. Penjelasan catatan kaki tersebut
107
108
109
110
111
112
2. Peran Intelektual
Karya ini, seperti yang telah diakui
penulisnya, lahir dari hasil penyelidikan mendalam
selama bertahun-tahun. Karya ini hadir di tengah-
tengah masyarakat yang belum banyak mengerti
113
114
115
116
117
Catatan Akhir
1
Lihat Howard M. Federspiel, Popular Indonesian
Literature of the Quran, terjemahan Tajul Arifin, Kajian
AI-Quran di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), h. 129.
2
Ibid.
3
Lihat H. Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim 30 Juz,
(Djakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. v.
4
Ibid.
s
Penulis kesulitan untuk melacak nama ulama besar yang
disebut Mahmud Yunus sebagai “beliau itu tidak berkutik
lagi, hanya diam saja”, setelah protesnya itu dibantah
dengan argumentasi yang cukup panjang. Lihat ibid., h.
iv.
6
Ibid. h. iii.
7
Ibid.
8
Ibid. h. v.
118
119
120
121
122
123
124
125