Musyaffa*
Abstract
Hate Speech is termed hate speech. The sequence of words that make up the phrase.
If viewed in terms of grammatically the speech is located as head (Main), and hate
as a modifier (Explanation). It is clear that hate speech is a representation of the
juridical aspect. In fact, it is part of a wide range of existing legislation. Not only
Law No.11 / 2008 on ITE, but there are also articles of the Criminal Code and Civil
Code. At least from the post-hate speech news circulating in the community, at least
has reduced the intensity of speech hatred in the online media. Primarily, concerning
the habit of some netizens doing a negative remark in the online media.
Pendahuluan
Hate Speech (dalam bahasa Inggris) Munculnya polemik Hate Speech,
atau Ujaran Kebencian menjadi topik hangat berawal dari terbitnya Surat Edaran (SE)
diberbagai media di Indonesia diawal Kepala Kepolisian Republik Indonesia
November 2015. Misalnya; Metro TV (Kapolri) Nomor SE/06/X/2015. Surat
menayangkan topik terkait Hate Speech ke tersebut telah ditandatangani pada 8 Oktober
dalam berbagai program. Secara khusus juga, 2015. Secara khusus, sebenarnya Surat
Metro TV membahas hal tersebut melalui tersebut ditujukan kepada seluruh satuan
program “Editorial”dan “8-11 Show”. Selain Kepolisian Daerah (Polda) se-Indonesia.
itu, TV One dan stasiun televisi lainnya juga Namun, kemunculan SE tersebut justru
memberitakan hal yang sama. Tidak hanya menimbulkan berbagai asumsi positif maupun
deretan televisi nasional membicarakan Hate negatif. Tidak hanya tokoh politik dan
Speech, tapi media cetak juga memberitakan masyarakat secara umum merespon hal itu,
hal tersebut. Seperti halnya; Media Indonesia namun masyarakat di dunia siber, utamanya
(MI) dalam edisi 3 November 2015, yang terlibat aktif di Media Sosial juga
membahas secara khusus melalui memberi tanggapan berbeda.
Editorialnya. Sementara itu, portal berita Dari peristiwa tersebut,
media online juga beberapa kali merilis berita memunculkan penulis berasumsi bahwa
terkait hal itu. Seperti; kompas.com, terdapat dua hal penting yang mesti diungkap.
republika.co.id, okezone.com, Pertama, sebagian masyarakat atau khalayak
vivanews.com, detik.com, dan portal berita di dunia Siber (Netizen) mengapresiasi
lainnya. langkah Polri sebagai upaya meminimalisir
* Penulis adalah Mahasiswa PPS UIN Syahid Jakarta 21
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
Hate Speech yang masif beredar, salah menggunakan pendekatan critical discourse
satunya melalui media online. Kedua, analyz. Hal ini dilakukan, karena adanya
khalayak dalam arti luas, maupun netizen konflik sebagai akibat terbitnya SE. Dengan
memandang bahwa hal ini merupakan menggunakan pendekatan analisis wacana,
pembelengguan atau pembatasan hak penulis berharap dapat menggali lebih
kebebasan berpendapat dan berekspresi. komprehensif terhadap apa yang tengah
Oleh sebab itu, polemik tersebut diwacanakan oleh media.
memunculkan kegelisahan akademik bagi Pada penelitian ini, penulis
penulis, terutama bagaimana topik tersebut menfokuskan kajian pada pemberitaan media
dianalisis melalui perspektif hukum dan etika online di kompas.com. Dalam
di media siber. Lalu, bagaimana wacana Hate kompas.com, pemberitaan menyangkut
Speech ditinjau dari perspektif netiquette? Hate Speech dirangkum secara khusus dalam
Bagaimana wacana Hate Speech ditinjau dari laman khusus. Laman khusus tersebut yakni
perspektif hak cipta di Media Siber? Topik Pilihan “Polri Antisipasi Ujaran
Bagaimana wacana Hate Speech ditinjau dari Kebencian”. Tentu hal ini sangat membantu
aspek Hukum di Media Siber? Bagaimana penulis dalam mengumpulkan data, berupa
wacana Hate Speech ditinjau dari perspektif pemberitaan yang menyangkut pembahasan
pedoman Media Siber? Apakah SE penelitian ini. Selain itu, penulis juga terbantu
merupakah bentuk aturan terbaru menangani untuk melakukan klasifikasi berita.
Hate Speech dan bahkan cyber crime?
Apakah SE tumpang tindih dengan undang- Hate Speech
undang lainnya? Serta apa landasan idealnya Hate Speech diistilahkan sebagai
sehingga SE diterbitkan? Dengan demikian bentuk ujaran kebencian. Rangkaian kata
penulis termotivasi untuk memahami, yang membentuk frase. Jika ditinjau dari segi
menggali, dan menginterpretasikan masalah gramatikalnya maka speech berkedudukan
tersebut, melalui analisa yang berjudul “Hate sebagai head (Utama), dan hate sebagai
Speech: Perspektif Hukum dan Etika di modifier (Penjelas). Maka, dengan demikian
Media Siber”. dapat dipahami bahwa penekanan dari frase
Metode Penelitian Hate Speech adalah ujaran itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan Sementara ujaran seperti apa, dijelaskan oleh
metode deskriptif kualitatif. Penulis juga kata hate. Hate itu sendiri mempunyai kelas
menganalisa penelitian ini dengan kata. Saat kata hate diposisikan sebagai
22
Musyaffa
Hate Speech
pengujaran, yaitu; tindak tutur lokusioner, atau bahkan memotong pembicaraan orang
23
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
pengujar menyampaikan hal itu tanpa dikenai m e d i a online.3 Tapi, apa alasannya,
mengapa harus ada netiquette ?
tanggung jawa telah mengatakannya.2
Nasrullah setidaknya menyebutkan empat
Oleh sebab itu, dalam posisi seperti
alasan. Pertama, pengguna media siber
apakah Hate Speech dimaksudkan oleh
tidaklah setara dan berasal dari lingkungan
pihak kepolisian? Bagaimana perspektif
yang samapula. Kedua, komunikasi yang
sosial dan pihak lainnya menginterpretasikan
terjadi di media siber cenderung
wacana Hate Speech itu sendiri? Maka
mengandalkan ada teks semata. Ketiga,
penting bagi penulis, untuk menelaah lebih
di media siber konten tidak hanya langsung
komprehensif dari berbagai dimensi tertuju (direct) kepada pegguna yang
perspektif hingga penulis mendapati satu diinginkan, tetapi bisa terjadi secara tidak
simpulan tentang wacana ‘Hate Speech’ itu langsung (undirect). Keempat, media
sendiri. siber tidak serta-merta dianggap sebagai
media yang berbeda dan lepas dari dunia
Analisis Teori
nyata. Kelima, etika berinternet
Penulis menggunakan teori dasar
diperlukan agar setiap pengguna ketika
Hukum dan Etika di Media Siber. Teori
berada di dunia virtual memahami hak dan
Hukum dan Etika di Media Siber tertera
kewajibannya sebagai ‘warga negara’
dalam sebuah referensi yang dibuat oleh Dr.
dunia virtual. 4
Rulli Nasrullah (Nasrullah, 2014:121–137).
Namun, penulis mencermati
Di dalamnya terdapat beberapa teori turunan,
pernyataan Thurlow dan Kayany, bahwa
yakni etika berinternet (netiquette), hak cipta
pengguna (netizen) juga semestinya
di media siber, aspek hukum di media siber,
menghindari flaming atau tindakan
dan pedoman media siber. Tentu, dari wacana mengunggah konten yang bersifat
yang dikemukakan oleh penulis akan menghasut, memprovokasi, atau
disinergikan dengan teori-teori tersebut. menyerang norma yang berlaku, misalnya
Adapun penjelasan singkat dari teori-teori di dalam grup atau forum.5 Pernyataan ini
tersebut, antara lain; menguatkan asumsi penulis bahwa sudah
24
Musyaffa
Hate Speech
25
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
dan Dewan Pers di Jakarta pada 3 antara lain; Hate Speech ditinjau dari
Februari 2012.7 perspektif Netiquette, Hate Speech dalam
Penting untuk dicermati, bahwa dalam perspektif Aspek Hukum (UU No.11/2008
konsep Hate Speech dalam perspektif tentang ITE), dan Hate Speech dalam
pedoman pemberitaan media siber hanya perspektif Pedoman Pemberitaan Media
fokus pada pengguna semata bukan pada Siber. Adapun perspektif Hak Cipta dinilai
khalayak. Hal itu terjadi, karena tidak secara oleh penulis tidak relevan terhadap tema Hate
eksplisit menjelaskan definisi pengguna yang Speech itu sendiri.
bersifat khalayak penikmat. Melainkan, hal
tersebut ditekankan kepada pengguna yang Hate Speech dan Netiquette
tergolong isi buatan pengguna (User Surat Edaran Kapolri tentang
Generated Content). Jika pengguna umum terbitnya Hate Speech, sedikit-banyaknya
dimaksudkan pastinya setiap media siber berkorelasi terhadap konsep Netiquette.
melakukan proses log-in terlebih dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam surat edaran
tersebut memunculkan beberapa poin penting.
Namun, kenyataannya hanya beberapa media
Beberapa poin tersebut menunjukkan adanya
siber mainstream saja. Misalnya;
keterkaitan antara substansi yang terdapat
kompas.com.
dalam wacana Hate Speech dengan etika
Dari ketentuan ini, belum ada secara
berinternet. Misalnya saja; bagaimana
eksplisit landasan hukum di media siber untuk
seseorang atau komunitas menjaga
para pengguna secara umum atau netizen.
perkataannya yang dimanifestasikan pada
Karena peraturan saat ini hanya
teks verbal. Artinya, dari perkataan tersebut
diperuntukkan kepada pengelola atau pekerja dimungkinkan mempunyai potensi
Media Siber. Sedangkan isu Hate Speech memprovokasi seseorang atau komunitas
telah menjalar keberbagai macam jenis media lainnya. Bukan berbentuk kritik, tapi dapat
online. Namun demikian, menarik untuk dimungkinkan berbentuk fitnah, ejekan,
diperhatikan bagaimana dengan para propaganda, adu domba, dan berbagai
komentator yang terlibat aktif dalam macam ujaran penghinaan dan lain-lain.
pemberitaan media siber mainstream ? Sebagaimana tertera dalam surat edaran
Dari uraian konsep di atas, penulis tersebut, Nomor 2 huruf ‘f’ dan ‘g’,
merekomendasikan beberapa diantaranya menyebutkan bahwa:
“Hate Speech dapat berupa tindak
yang berkorelasi dengan pembahasan Hate
pidana yang diatur dalam Kitab
Speech. Beberapa teori atau konsep tersebut Undang-Undang Hukum Pidana
26
Musyaffa
Hate Speech
27
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
negara lain, tindakan Hate Speech hukum virtual community terdapat salah
tidak diawasi oleh lembaga
satu untuk yang penting untuk diperhatikan,
independen. Ultimum remedium
(adanya tindakan penghasutan yakni; adanya kesamaan diantara pengguna.
berbasis deskriminasi yang tidak ada Penulis berasumsi, bahwa dari sebuah
upaya hukum), disampaikan kepada pertemenan di Facebook memungkinkan
orang yang menjadi korban
seseorang dan yang lainnya membentuk satu
mencabut. Ketiga, hindari penekanan
kepada insan jurnalistik.”9 komunitas online. Dan dimungkinkan pula,
melalui komunitas tersebut justru propaganda
Haiti juga berharap bahwa dengan dan penghasutan terjadi. Dan dimungkinkan
terbitnya Surat Edaran, masyarakat akan lebih pula mereka dapat melakukan tindakan-
mengetahui tentang tata cara dan tata krama tindakan nyata. Mengutip pendapat Rheinhold
menyampaikan pendapatnya. Apalagi jika oleh Nasrulllah, menegaskan bahwa relasi
kata-kata kebencian lebih sering dan lebih yang terjadi di dunia virtual hendaknya
dominan terjadi diruang publik virtual. dibawa juga ke dunia riil atau nyata.11
Namun, juga tidak mustahil jika perselisihan Sebenarnya wajar jika Polri
di ruang virtual justru akan menimbulkan mengupayakan berbagai macam cara untuk
konflik sosial nyata. Artinya, ada hubungan mengurangi konflik sosial. Saat ini beberapa
signifikan antara komunikasi virtual dan nyata. konflik sosial berupa penghasutan, provokasi,
Permasalahan ini secara khusus dijabarkan dan ejekan berakhir dengan kekerasan nyata.
melalui konsep Virtual Community. Apalagi ditengah upaya pihak berwenang
Sebagaimana Moch Fakhruroji menyebutkan untuk melakukan tindak preventif maupun
bahwa relasi dengan dunia nyata tampaknya tindakan pembasmian terhadap terorisme.
sudah tidak lagi menjadi persoalan atau
Sebagaimana Dr. Petrus Reinhard Golose
sebab, fakta memperlihatkan bahwa orang-
menyebutkan bahwa Propaganda dan
orang yang bergabung dalam sebuah
perektrutan teroris merupakan faktor yang
komunitas virtual memang melakuan interaksi.
sangat signifikan terhadap pertumbuhan
Pada awalnya, komunitas ini adalah
organisasi teroris. Bahkan, ia juga
komunitas yang terbentuk secara virtual.
menambahkan keterangan, bahwa
Tetapi semakin lama, komunitas ini semakin
propaganda terorisme dapat berupa
mapan dan diperhitungkan sehingga mereka
penyebaran kebencian, mempromosikan
mulai mempertimbangkan eksistensi mereka
tindak kekerasan, mempromosikan retorika
di dunia nyata.10 Namun, sebenarnya, pada
teroris dengan memberikan dukungan
28
Musyaffa
Hate Speech
kepada radikalisasi, penghasutan dan aksi yang ada di media siber. Misalnya, bagaimana
kekerasan.12 perlakuan terjadinya hate speech jika dia
Dari berbagai macam asumsi dan urain berada pada portal berita online? Hal ini
di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kedepan perlu menjadi perhatian yang jelas.
catatan penting untuk diperhatikan. Pertama, Meskipun demikian, sifat dari Surat
Hate Speech justru akan memicu timbulnya Edaran merupakan bagian dari himbauan
konflik, tidak hanya konflik di dunia virtual, kepada para anggota kepolisian di seluruh
namun konflik di dunia nyata. Kedua, Hate Indonesia. Tetap saja perlu penajaman tetang
Speech hanya akan menciptakan konflik siapa saja yang perlu mendapat sanksi hukum
ditengah masyarakat, mengurangi nilai etika pada kasus hate speech? Apakah dengan
dan norma dimasyarakat. Ketiga, Hate terbiasanya seseorang berperilaku atau
Speech sebagai ajang propaganda bagi berkata negatif dalam sebuah komunitas, lalu
terorisme. Terlebih, Hate Speech justru dapat dikenakan sanksi sebagaimana
dikhawatirkan akan menjadi salah satu termaktub dalam Surat Edaran Hate Speech?
pemicu semangat para simpatisan dan Tetap saja kepolisian bertindak berdasarkan
anggota gerakan radikalis dan teroris. atas pengaduan dari korban atau pihak yang
merasa dirugikan. Sekali lagi, hate speech
Hate Speech dalam perspektif Aspek bukanlah regulasi baru. Ini merupakan
Hukum (UU No.11/2008 tentang ITE) dokumen penting yang bersifat reminding
Jelas tersebutkan bahwa hate speech terhadap penegak hukum, terutama yang
merupakan representasi dari aspek yuridis. bertugas di daerah-daerah. Sebagaimana
Bahkan, hal itu merupakan bagian dari Badrodin Haiti menegaskan bahwa;
berbagai macam rangkaian undang-undang “Dari kasus-per-kasus yang telah
ditangani selama ini, terkait singkel,
yang ada. Tidak hanya UU No.11/2008
masalah agama, ras, maka
tentang ITE, namun didalamnya juga terdapat memerlukan satu petunjuk bagi
pasal-pasal KUHP dan KUH Perdata. anggota polri tentang bagaimana
Sebagaimana dijelaskan pada pembahasan penanganannya. SE (Surat Edaran-
Hate Speech) ini hanya untuk
sebelumnya. Penulis dapat memberi
internal polri, sebagai naskah dinas.
kesimpulan bahwa tidak ada tradisi atau SE menyangkut terminologi sosial.
kebijakan yang melahirkan hukum yang baru. SE ini bukan merupakan satu
Namun, tetap saja aturan didalamnya peraturan atau regulasi. Tidak ada
norma-norma yang baru. ITE,
terkesan tumpah-tindik dengan aspek hukum
KUHP, penghapusan diskriminasi
29
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
ras dan etnis, serta konflik sosial. memperkarakan seseorang karena Hate
Hal ini agar anggota paham batasan
dan penanganannya.”13 Speech melalui twitter. Polisi diawal binggung
Indonesia. Namun, juga terdapat dibeberapa setelah semua pihak memberikan komentar
ataupun kritikan. Pasalnya, beberapa pihak
negara lain, misalnya di Islandia, Prancis dan
memandang hal ini sebagai bagian dari
negara lainnya. Bahkan, dapat dikatakan
pembatasan kebebasan berekspresi. Bahkan,
bahwa SE tidak hanya menjadi himbauan
salah satu politisi menyatakan hal ini sebagai
tertulis, tapi menjadi referensi atau rujukan
bagian dari upaya meminimalisir kritikan,
bagi aparat kepolisian tentang bagaimana
saran, atau berbagai pembicaraan kritis
mencari pedoman yuridis terkait hate speech. terkait Presiden Joko Widodo. Terlebih bagi
Sebagaimana dikatakan oleh angggota DPR- para Netizen. Sebagaimana penulis kutip dari
RI, Misbakhun bahwa dirinya
30
Musyaffa
Hate Speech
laman Okezone.com, wakil ketua komisi III, tanda keberanian polisi. Ia menurutkan bahwa
Desmond Junaidi Mahesa, menyebutkan;15 kepolisian terkesan berlebihan dalam
“SE No. SE/6/X/2015, tentang kebijakannya. Kebebasan adalah yang paling
penanganan Ujaran Kebencian
sensitif dalam demokrasi. Masyarakat akan
atau Hate Speech, dianggap hanya
ketakutan dari Presiden Jokowi cepat bereaksi. Menurutnya, hal ini pula
yang sering kali dihujati, dan dicibir menandai semakin merosotnya nilai-nilai
oleh netizen di media sosial. Oleh demokrasi. Meskipun demikian walau ia
menurutnya ini merupakan alat
menilai bahwa ini bukanlah persoalan hukum,
untuk tameng jokowi agar tidak
dikritik oleh masyarakat. Surat ini tapi ini merupakan persoalan pendidikan.
bertujuan untuk menindak netizen Sebagaimana ia tuturkan, bahwa;
yang mengutarakan kebencian “Saya tidak main med-sos karena
hingga berpotensi menimbulkan takut disalahgunakan, mereka tidak
konflik sosial.” mengerti persoalan itu. Ini bukan
persoalan hukum tapi persoalan
Setidaknya dari pasca berita hate pendidikan. Saat ini adalah rezim
speech beredar ditengah masyarakat, yang tidak mampu bersikap
demokrasi terus menerus.
setidaknya telah mengurangi intensitas ujaran
Ditekankan adalah
kebencian di media online. Utamanya, PENDIDIKAN. Ini tidak dapat
menyangkut tentang kebiasaan sebagian diselesaikan dengan waktu
singkat.”
netizen melakukan ujaran negatif kepada
Presiden RI, Joko Widodo. Sebagaimana
Penutup
dilangsir dari portal media online, BBC.com,
Pandangan penulis terkait terbitnya
bahwa ujaran negatif terhadap Joko Widodo
Surat Edaran tentang Ujaran Kebencian
turun 53% hingga hari ini. Hal ini
(hate speech) menyisakan poin-poin penting
mengindikasikan bahwa SE tentang Hate
untuk dicermati. Pertama, SE tersebut
Speech dari Kapolri efektif untuk meredam
bukanlah regulasi baru, melainkan himbauan
gejolak dari rangkaian ujaran kebencian,
dan ringkasan landasan hukum menyangkut
khususnya di media Online.
perkembangan hate speech ditengah
Prof. Arbi Sanit, menyatakan bahwa
masyarakat. Kedua, SE tersebut sangat
demokrasi seakan terancam dari
membantu aparat kepolisian dalam menjalani
pemerintahan yang baru. Ditandai dengan
tugas di lapangan, terlebih jika menemukan
tindakan yang sekarang tidak lazim dari awal
kasus yang berkaitan dengan hate speech.
reformasi. Misanya, SE Kapolri, sebagai Karena memang pada SE tersebut ditujukan
31
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
32