Anda di halaman 1dari 6

Nama : A.

Aivy Ogilvy
NIM : 042918973

Keterlibatan Umat Katolik dalam Hidup Berpolitik

Politik (bahasa Yunani: Πολιτικά, politiká; Arab: ‫سياسة‬, siyasah), yang berarti dari,


untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (Teori Klasik Aristoteles).
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara.
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan
pelaksanaan kebijakan publik.
Sejatinya, kata “politik” berarti seni mengatur dan mengurus negara atau ilmu
kenegaraan. Maka cakupan politik adalah semua kebijakan atau tindakan dalam urusan
kenegaraan atau pemerintahan. Sedangkan tujuan politik ialah demi kepentingan semua
rakyat. Penggunaan kekuasaan dalam politik itu sesuai dengan kemauan rakyat. Kekuasaan
dalam politik hanya merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat keseluruhan
(Heuken, 2005; J.Muller, 1992)

Dalam keterkaitannya dengan gereja katolik, terdapat beberapa tanggung jawab gereja
katolik terhadap kehidupan berpolitik diantaranya:

• Menjernihkan pengertian Politik


• Kesadaran politik Gereja Katolik dewasa ini

- Pertama, Gereja Katolik memaknai paham hak-hak asasi manusia dalam ensiklik
Pacem in terris. Kedua Gereja Katolik menerima keanekaragaman masyarakat
modern. Karenanya Gereja menyatakan yang benar dan salah dalam berpolitik.
- Kesadaran untuk option for the poor sebagai politik kenegaraan. Singkatnya
Gereja tidak memperjuangkan suatu “negara” atau “masyarakat Katolik”. Yang
diperjuangkan ialah suatu negara atau masyarakat yang menjunjung tinggi
martabat manusia dan kebijakan pembangunan yang berdasar pada solidaritas
pada orang-orang lemah, miskin, terkucil, dan tertindas (Magnis, 2008).

• Etika Politik Katolik dalam Konteks Indonesia

- Etikalah yang dipegang dan dijadikan pedoman dan karenanya Gereja Katolik
tidak menyuarakan dan mengupayakan sebuah “negara katolik”, atau “sistem
perekonomian Katolik”. Etika itu adalah mejaga dan memperjuangkan martabat
manusia dan solidaritasnya dengan orang-orang miskin.
- Etika politik yang terpadatkan dalam Pancasila menjadi nilai paripurna dalam
berpolitik bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

• Keterlibatan Gereja Katolik dalam Bidang Politik

- Gaudium et Spes artikel 42 menegaskan bahwa Kristus tidak memberikan tugas


khusus kepada Gereja-Nya di bidang kemasyarakatan umum, melainkan tujuan
yang telah ditetapkan bagi Gereja adalah tujuan yang bersifat keagamaan. Usaha
politik bisa dilakukan oleh orang awam namun tidak memakai nama katolik.
Mereka tidak mewakili resmi Gereja Katolik, tetapi institusi dimana awam
terlibat.
- Uskup dan para imam menyuarakan prinsip-prinsip moral secara partisipatif di
bidang politik bagi hidup bersama, sedangkan umat awam berusaha
memperjuangkannya dalam kegiatan politik praktis.
a. Pancasila, Pemilu dan Politik, diyakini Gereja Katolik bahwa:
1. Pancasila menjadi politik bernegara
2. Pemilu menjadi ruang tanggungjawab menghasilkan pemerintah yang
berwibawa, dan bermartabat
3. Politik menjadi ruang kerja mewujudkan kesejahteraan bersama
b. Keterlibatan Umat Awam di Bidang Politik

Keterlibatan Awam di bidang Politik bertempat di ruang praktis seperti


masuk dalam partai politik, terlibat di pemerintahan, LSM, NGO dan seterusnya.

Berdasarkan tanggung jawab Gereja Katolik dalam kehidupan berpolitik


ada beberapa hal yang dapat dilakukan umat katolik untuk mendukung tanggung
jawab gereja tersebut, diantaranya:

1. Ikut serta dalam Pemilu

Dalam hal ini, umat Katolik dapat menunjukkan partisipasinya


dalam hidup berpolitik dengan ikut serta dalam pelaksanaan Pemilu.
Keikutsertaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ikut menjadi
calon dalam pemilu atau memanfaatkan hal pilih.

Dalam cara pertama, umat katolik dapat ikut serta menjadi


calon/kandidat dalam pemilu. Baik sebagai kepala daerah hingga
anggota DPR, disesuaikan dengan kemampuan dan keahliannya
masing-masing. Akan tetapi, praktik cara pertama ini masih memiliki
beberapa hambatan di Indonesia. Hambatan tersebut disebabkan oleh
agama Katolik yang merupakan agama minoritas di Indonesia. Hal ini
tentu menyebabkan berbagai permasalahan, mengingat masih
seringnya isu SARA digunakan dalam hidup berpolitik, baik dalam
proses kampanye, maupun dengan menyebarkan isu dan berita palsu.
Hal lain yang menjadi hambatan adalah masih banyak pandangan umat
Islam, yang merupakan agama mayoritas, yang mewajibkan umat
Islam untuk memilih kepada daerah maupun kepala pemerintahan
beragama Islam.
Gambar-gambar di atas merupakan beberapa contoh bagaimana
isu SARA masih menjadi bagian dari kehidupan berpolitik di
Indonesia. Terlepas dari masalah-masalah tersebut, sudah ada beberapa
daerah yang mulai menghilangkan budaya SARA dalam hidup
berpolitik, seperti ditunjukkan gambar-gambar berikut.
Berita-berita di atas menunjukkan bahwa beberapa daerah
sudah mulai menghilangkan isu SARA dan diskriminasi dalam
kehidupan berpolitik. Selain menjadi calon, umat katolik dapat ikut
serta dalam hidup berpolitik dengan menggunakan hak pilihnya dengan
bijak. Hal ini juga termasuk mendukung pelaksanaan kampanye hingga
pemilu dengan baik, tidak melakukan provokasi, tidak golput, dan
memilih dengan bijak.
2. Keterlibatan melalui Lembaga atau Partai Politik
Selain keterlibatan secara langsung melalui pemilu, umat
katolik dapat ikut serta dalam hidup berpolitik melalui lembaga-
lembaga, komunitas, hingga partai politik. Hidup berpolitik tidak harus
secara langsung bersinggungan dengan pemerintahan dan pemilu.
Hidup berpolitik dapat dilakukan secara praktis melalui media.
Umat katolik dapat mendukung praktik politik dengan
mengikuti partai politik, serta lembaga dan NGO yang bergerak dalam
bidang politik. Selain itu, keikutsertaan dapat dilakukan dengan ikut
melakukan sosialisai dan menyebarkan pesan-pesan untuk
memperbaiki kehidupan berpolitik, misalnya menyebarkan ajakan
untuk tidak golput, mengajak masyarakat untuk memilih dengan bijak,
memberi ajakan untuk menghilangkan isu SARA dan diskriminasi
dalam politik, serta ajakan-ajakn dalam menghargai demokrasi.
Ajakan-ajakan ini dapat dilakukan secara langsung melalui komunitas
atau disampaikan melalui media sosial.

Pada dasarnya, bentuk-bentuk partisipasi dan dukungan terhadap hidup berpolitik


banyak bentuknya. Tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah, politisi, maupun orang
dewasa, mahasiswa juga dapat mendukung hidup berpolitik sebagai bentuk kepedulian
terhadap kehidupan berpolitik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai