Manusia yang mulai percaya diri dengan kemampuannya ini akhirnya menghasilkan banyak
filsuf dan penemu terkenal di dunia. Salah satunya perubahannya penemu berhasil
menemukan berbagai alat hingga mesin yang mampu mengganti tenaga manusia.
Sehingga revolusi industri adalah peningkatan produksi, karena adanya mesin baru yang
menggunakan sumber energi baru.
Istilah revolusi industri pertama kali diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis Auguste
Blanqui pada pertengahan abad ke XIX.
Menurut T.S. Ashton, sejarawan ekonomi asal Inggris menyatakan Revolusi Industri
diperkirakan terjadi sekitar tahun 1750 hingga 1830. Revolusi industri dibagi ke dalam dua
fase.
Alat pemintal benang tersebut nantinya disempurnakan oleh Richard Arkwright dengan
membuat alat pemintal yang bertenaga air serta mampu menghasilkan benang lebih halus
dibanding hasil benang “spinning jenny”.
Penemuan benda tersebut tentunya mendorong munculnya pabrik dan produksi massal dalam
industri katun.
Selain penemuan mesin pemintal benang, produksi benda-benda industri juga berubah karena
munculnya mesin uap. Kemunculan mesin uap terinspirasi dari mesin pemompa air ciptaan
Thomas Newcomen.
Mesin yang menggunakan tenaga uap tersebut, dimodifikasi menjadi lebih efisien oleh James
Watt. Mesin yang dibuat oleh Watt ini akhirnya memicu munculnya kereta api penumpang
yang ditemukan George Stephenson dan kapal uap yang ditemukan Robert Fulton.
Tahun 1860, Revolusi Industri memasuki fase baru yang dikenal sebagai Revolusi Industri
Kedua. Fase kedua ini terjadi antara abad ke-19 dan ke-20 dan dikenal juga dengan sebutan
revolusi teknologi.
Revolusi ini identik dengan pembangunan jalan rel, produksi massal besi dan baja,
penggunaan mesin yang meluas, peningkatan penggunaan tenaga uap, hingga munculnya
listrik.
Kemunculan besi dan baja, jalan rel, dan peningkatan penggunaan batu bara memungkinkan
transportasi murah untuk mengangkut material dan produk hasil industri.
Selain itu, daerah tersebut merupakan pasar dari benda-benda yang diproduksinya. Untuk
menunjang hal tersebut nantinya Inggris mendirikan East Indies Company (EIC) yang
berfokus pada bidang perdagangan, termasuk perdagangan di daerah jajahan.
Perdagangan Inggris dengan dunia timur berhasil menaikkan taraf hidup masyarakatnya.
Imbasnya adalah Bank Nasional Inggris memiliki modal banyak dalam kegiatan perbankan.
Banyaknya modal yang dimiliki Bank Nasional Inggris membuat para pengusaha
mendapatkan kemudahan untuk meminjam modal usaha. Melalui modal usaha itu tumbuhlah
industri-industri baru di Inggris.
6. Arus urbanisasi
Kebijakan enclosure (pemagaran lahan pertanian) menjadi faktor pendorong arus urbanisasi.
Pemagaran lahan pertanian membuat banyak petani di pedesaan kehilangan lahan bertani
sehingga banyak penduduk desa yang melakukan urbanisasi dan mencari pekerjaan baru.