DISUSUN OLEH :
SINDI MARDILA
ANGGI HARTIKA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Wawasan Ilmu Sosial ini yang berjudul “Sejarah Peradaban Manusia dan
Kebudaannya” dalam waktu yang tepat.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dari buku sumber yang
kami cari di Perpustakaan Universitas Negeri Malang serta beberapa buku-buku
pribadi milik kami dan juga kami mengambil sumber makalah ini dari internet.
Dalam kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua rekan-rekan kelompok yang telah bekerja keras dalam penyusunan
makalah ini. Serta tidak lupa pula kepada dosen kami Drs. Soetjipto TH, S.H, S.E,
M. Pd yang telah membimbing kami dalam matakuliah Wawasan Ilmu Sosial.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui
akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang
lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya
melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak
Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuaan yang tidak dapat
dipisahkan dalam artinya yang utuh. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang
hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan-
aturan yang mengatur mereka untuk menuju tujuan yang sama. Sedangkan
kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah didalam bertindak dan berpikir,
sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dan sebab itulah
kebudayaan itu tidak dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.
Pada masa sekarang istilah ke batasan yang jelas. kebudayaan dan peradaban tidak
mepunyai perbedaan adalah sebuah keyakinan yang mendasar bahwa visi bagi
manusia hidup adalah untuk membentuk peradaban, membuat dunia menjadi lebih
baik, menjadi seorang pemimpin. Seharusnya manusia hidup tidak hanya untuk
dirinya sendiri, tapi bergerak lincah sedemikian rupa untuk menjadikan alam
beserta isinya sebagai objek yang menjadi ladang bagi gerak dalam membangun
peradaban.Oleh sebab itu lah penulis menyusun makalah ini agar kita dapat lebih
memahami kembali mengenai pengertian manusia dan peradaban.Antara manusia
dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara keduanya
saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya.
Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya ada
faktor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.
iii
B. Rumusan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Evolusi secara kasar digambarkan sebagai teori yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari binatang, jelasnya dari kera. Evolusi berarti perkembangan
(dalam bahasa Inggris: evolution). Dalam ilmu sejarah evolusi diartikan sebagai
perkembangan sosial, ekonomis, politis, yang berjalan sedikit demi sedikit, tanpa
unsur paksaan.
J.B de Lamarck, seorang sarjana Perancis yang hidup antara tahun 1774 – 1829,
merupakan orang pertama yang secara tegas menyatakan bahwa kehidupan
berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang, dan dari binatang menuju
manusia. Namun pandangannya pada waktu itu belum mendapat banyak
perhatian. Pendobrakan terhadap pandangan lama barulah terjadi oleh pandangan-
pandangan radikal dari sarjana Inggris, Charles Darwin (1809 – 1882). Darwin
adalah ahli zoologi. Ia menelaah pengalaman-pengalaman dari pemeliharaan-
pemeliharaan burung merpati di Inggris. Ternyata dengan cara pemeliharaan yang
berencana dan tekun mereka berhasil memperoleh burung merpati yang jenisnya
amat berbeda dari jenis semula.
Dari Jerman muncul pula seorang sarjana ilmu pengetahuan alam, bernama Ernst
Heinrich Haeckel (1834 – 1919), yang mempopulerkan teori Darwin. Tapi
berbeda dengan Darwin yang berpandangan bahwa sel-sel purba diciptakan
Tuhan, Haeckel menolak penciptaan sama sekali. Atas pengaruh Haeckel
timbullah kebiasaan untuk menyamaratakan manusia dengan kera, melalui
ungkapan dangkal “manusia berasal dari kera”.
Haeckel dengan sikapnya yang atheistis membuka lebar jalan bagi penganut teori
evolusi yang menentang Tuhan, lebih-lebih dalam hal ini oleh aliran Marxisme
dan Komunisme. Teori evolusi mulai dipakai sebagai senjata untuk memerangi
agama.
v
Teori ini jelas melawan agama dan akal pikiran dalam prinsip, tujuan serta hasil
pemikiran dan moral, serta berpengaruh dalam kehidupan praktis, bahkan telah
menjadi agama baru yang mengahancurkan dan menggeser kedudukan agama
lama. Maka tidak aneh jika hal itu mengguncangkan tokoh-tokoh agama.
Sebagai umat Islam yang mengakui dan meyakini rukun iman yang ke-enam,
maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya
literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib….”3
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil
hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran
keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang
Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang
dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali
dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dan sebagainya.
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal
ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah”4.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”5.
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia
pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits
Rasulullah saw bersabda :
Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari
tanah”6.
vi
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah
berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri).
Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat
An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan :
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah
dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu
maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada iantara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha
Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui."10
vii
Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian
para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan yang
bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya
masing-masing. (tidak berevolusi).
"...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya"11
Perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi Darwin
ternyata tidak dapat diterima. Penelitian membuktikan bahwa kurun akhir
(cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan
Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah
untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhaya, yaitu bentuk jamak
dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”14. Dengan
perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti “daya” dan “budi”15.
Karena itu mereka membedakan “budaya” dan “kebudayaan”.
Demikian lah “budaya” adalah “daya” dan “budi” yang berupa cipta, karsa, dan
ras16. Sedangkan “kebudayaan” hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan “kebudayaan”.
Berasal dari kata Latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan,” terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini
berkembang arti culture sebagai ”segala daya upaya serta tindakan manusia untuk
mengolah tanah dan mengubah alam”.
viii
berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakan dengan belajar dari hasil budi pekerti.17
Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “peradaban”. Hal yang terakhir
adalah sama dengan isltilah Inggris civilization. Istilah tersebut biasa dipakai
untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah,
misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan-santun pergaulan, kepandaian
menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah “peradaban” sering juga
dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,
ilmu pengetahuan, seni 14 Dalam buku Pengatar Ilmu Antropologi oleh Prof. Dr.
Koentjaraningrat. Hlm. 146 15 Ibid
Tahun 1955 telah terbit hasil klasifikasi dari bahasa-bahasa di Afrika ke dalam
rumpun-rumpun dan keluarga-keluarga bahasa oleh para ahli linguistic bangsa
Amerika, antara lain J.H Greenberg. Berbeda dengan
DAFTAR PUSTAKA
ix
Ahmad, Syafiq. 2013. Aliran Mahayana dan Hinayana. (online),
(http://syafiqahmad4.blogspot.com/2013/06/aliran-mahayana-dan-
hijnayana.html). Diakses tanggal 14 November 2014.