Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pengertian, Syarat dan Rukun Wakaf


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keuangan ZIZWAF

Dosen Pengampu: Bapak Hendro Lisa SE.MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK : 10


APRIANDA DELVA SAPUTRA
M. MICKO WIJAYA

Semester/Lokal : V/B

STAI AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan HidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa dijadikan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ibadah yang amalannya tidak akan terputus bahkan setelah seseorang tersebut
meninggal adalah wakaf. Bagi umat Islam, istilah wakaf tentu sudah tidak asing lagi. Wakaf
sering disamakan dengan ibadah sedekah. Harta yang biasa diwakafkan adalah sebuah tanah.
Sedikit berbeda dengan sedekah, biasanya sedekah memberikan sesuatu yang habis pakai,
misalnya memberikan makanan untuk orang yang membutuhkan.
Memberikan wakaf harta biasanya dibatasi untuk hal-hal yang hanya diperbolehkan dalam
Islam. Hal ini bertujuan untuk mencapai manfaat yang baik bagi semua masyarakat. kegiatan
wakaf ini juga memiliki dalil di dalam Al-Quran dan hadits, seperti ibadah-ibadah lainnya. Dalil
yang ada bertujuan untuk mendorong umat Islam mewakafkan hartanya untuk jalan kebaikan.
Manfaat dari wakaf sendiri tidak hanya dirasakan di dunia, namun juga kehidupan akhirat.
Istilah wakaf memang cukup populer di telinga masyarakat. Namun, tidak semua memahami
pengertian wakaf itu sendiri. Wakaf berasal dari bahasa Arab “Waqf” yang artinya menahan diri.
Dalam kamus fiqih, wakaf adalah memindahkan hak pribadi menjadi milik umum atau badan
yang berfokus untuk kepentingan masyarakat.
Orang yang mewakafkan hartanya disebut sebagai al-waqif atau wakif. Wakaf sendiri
adalah sedekah harta untuk kepentingan masyarakat banyak.
Dalam Islam, ibadah wakaf dikategorikan sebagai salah satu amal jariyah untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Apa saja syarat-syarat berwakaf, termasuk syarat menjadi waqif sampai
dengan syarat harta yang diwakafkan.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah yaitu, sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Wakaf ?
2. Apa saja rukun dan jenis-jenis Wakaf ?
3. Bagaimana dasar Hukum Wakaf ?
4. Syarat-syarat Wakaf ?
5. Apa saja Keutamaan Wakaf ?

C. TUJUAN
Dari rumusan di atas dapat dapat di simpulkan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Wakaf
2. Untuk mengetahui apa saja rukun dan jenis-jenis Wakaf
3. Untuk mengetahui dasar hukm Wakaf
4. Untuk mengetahui Syarat-syarat Wakaf
5. Untuk menngetahui Keutamaan Wakaf

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf
` Pengertian wakaf secara bahasa (lughowi) adalah menahan. Secara istilah, wakaf adalah
menahan harta yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum tanpa mengurangi nilai harta.
Wakaf bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Berbeda dengan sedekah, pahala
wakaf jauh lebih besar lantaran manfaatnya dirasakan oleh banyak orang dan sifatnya kekal.
Pahala wakaf akan terus mengalir meskipun wakifnya telah meninggal dunia.
Wakaf merupakan istilah dari bahasa Arab ‘waqaf’. istilah wakaf secara bahasa berarti
penahanan atau larangan atau menyebabkan sesuatu berhenti. Istilah wakaf secara istilah
diartikan berbeda-beda menurut pandangan ahli fiqih. Menurut Abu hanifah, wakaf adalah
menahan suatu benda sesuai hukum yang ada, dan menggunakan manfaatnya untuk hal-hal
kebaikan, bahkan harta yang sudah diwakafkan bisa ditarik kembali oleh si pemberi wakaf.
Berdasarkan definisi Abu hanifah, kepemilikan harta tidak lepas dari si wakif, pihak yang
mewakafkan harta benda nya.
Mazhab hanafi menyebutkan wakaf adalah tidak melakukan tindakan atas suatu harta
tersebut, yang berstatus tetap hak milik dengan memberikan manfaatnya kepada pihak tertentu
baik untuk saat ini ataupun waktu yang ditentukan. Sedangkan mazhab Malik berpendapat wakaf
tidak melepaskan harta yang dimiliki oleh pewakaf dan pewakaf berkewajiban untuk
memberikan manfaat dari harta yang diwakafkannya dan tidak boleh menarik kembali harta yang
diwakafkan.
Mazhab syafi’i berpendapat bahwa wakaf merupakan pelepasan harta dari kepemilikan melalui
prosedur yang ada. Pewakaf tidak boleh melakukan suatu tindakan kepada harta yang sudah
diwakafkan olehnya. Mazhab syafi’i juga membolehkan memberikan wakaf berupa benda
bergerak dengan syarat barang yang diwakafkan harus memiliki manfaat yang kekal.
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 41 tahun 2004, wakaf adalah perbuatan
hukum wakif, si pemberi wakaf, untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

5
Secara umum wakaf harus memenuhi beberapa hal utama yaitu yang memberikan wakaf dan
pengelola harta wakaf harus mengalokasikan untuk amal kebaikan. Selain itu pemberian wakaf
harus bertujuan untuk beramal kepada penerima atau kelompok yang jelas.
Orang yang mewakafkan hartanya disebut sebagai al-waqif atau wakif. Wakaf sendiri
adalah sedekah harta untuk kepentingan masyarakat banyak. Dalam Islam, ibadah wakaf
dikategorikan sebagai salah satu amal jariyah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apa saja
syarat-syarat berwakaf, termasuk syarat menjadi waqif sampai dengan syarat harta yang
diwakafkan.

B. Rukun Wakaf dan Syarat Wakaf


Orang yang mewakafkan hartanya atau wakif. Orang yang ingin mewakfkan hartanya
memiliki syarat seperti baligh, berakal dan merdeka atau bukan hamba sahaya. Hal ini berarti
orang yang bodoh tidak sah jika ingin mewakafkan hartanya, karena orang ini merupakan orang
yang hartanya dibekukan. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286.
Ada 4 Rukun yang mesti di penuhi dalan Wakaf
1. Orang yang berwakaf (al-waqif).
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf).
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
4. Lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
Wakaf belum dinyatakan sah apabila tidak memenuhi syarat dan rukun yang ditetapkan.
Adapun rukun dan syarat wakaf, yakni:
 Syarat Waqif
Waqif adalah orang yang mewakafkan. Wakif haruslah memenuhi empat syarat, yaitu
merdeka, berakal, dewasa, dan tidak berada di bawah pengampunan.
 Syarat Mauquf
Menurut jumhur ulama, harta dipandang sah apabila harta tersebut memiliki nilai, benda
bergerak yang boleh diwakafkan, benda yang diwakafkan harus diketahui saat terjadinya wakaf,
dan benda wakaf haruslah milik wakif.
 Syarat Mauquf ‘Alaih

6
Mauquf ‘Alaih adalah orang atau lembaga yang berhak menerima wakaf. Ada tiga syarat
yang harus dipenuhi Mauquf ‘Alaih, yakni tegas dalam mengikrarkan wakaf, jelas dalam
menentukan penerima wakaf , dan tujuan wakaf haruslah untuk ibadah.

 Syarat Shighat
Shighat merupakan akad berupa ikrar, isyarat, atau tulisan dari wakif untuk menyatakan dan
menjelaskan keinginannya. Shighat haruslah terjadi seketika (saat itu juga), tidak diikuti syarat
bathil, tidak terbatas waktu, dan wakaf yang telah dilakukan tidak dapat dibatalkan.
Adapun unsur wakaf yang harus dipenuhi menurut pasal 6 Undang-undang No. 41 Tahun
2004, antara lain wakif, nadzir, harta benda yang diwakafkan, ikrar wakaf, penerima wakaf, dan
jangka waktu wakaf.

C. Jenis-jenis Wakaf
Wakaf memiliki banyak jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis wakaf.
1. Wakaf Ahli
Wakaf ahli atau biasa disebut dengan wakaf keluarga adalah wakaf yang dilakukan
kepada keluarganya dan kerabatnya. Wakaf ahli dilakukan berdasarkan hubungan darah atau
nasab yang dimiliki antara wakif dan penerima wakaf. Di beberapa negara, amalan wakaf ahli ini
sudah dihapus seperti di Turki, Lebanon, Syria, Mesir, Irak dan Libya. Wakaf ahli ini dihapus
karena beberapa faktor seperti tekanan dari penjajah, wakaf ahli dianggap melanggar hukum ahli
waris, selain itu wakaf ahli dianggap kurang memberi manfaat yang banyak untuk masyarakat
umum.
Di Indonesia, wakaf ahli masih berlaku, begitu juga di Singapura, Malaysia dan Kuwait.
Hal ini dianggap karena bisa mendorong orang-orang untuk berwakaf. Di Indonesia, wakaf ahli
juga tertulis dalam Undang-Undang nomor 42 tahun 2006 Pasal 30. Di dalam Undang-Undang
dituliskan bahwa,
Wakaf ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperuntukkan bagi kesejahteraan umum
sesama kerabat berdasarkan hubungan darah (nasab) dengan Wakif.’

7
‘Dalam hal sesama kerabat dari wakaf ahli telah punah, maka wakaf ahli karena hukum beralih
statusnya menjadi wakaf khairi yang peruntukannya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan
pertimbangan BWI.’
2. Wakaf Khairi
Wakaf khairi adalah wakaf yang diberikan untuk kepentingan umum. Wakaf khairi
adalah wakaf dimana pihak pewakaf memberikan syarat penggunaan wakafnya untuk kebaikan-
kebaikan yang terus menerus seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
Wakaf khairi adalah jenis wakaf untuk mereka yang tidak memiliki hubungan seperti hubungan
keluarga, pertemanan atau kekerabatan antara pewakaf dan orang penerima wakaf.
3. Wakaf Musytarak
Wakaf musytarak adalah wakaf yang mana penggunaan harta wakaf tersebut digunakan
secara bersama-sama dan dimiliki oleh kegerunan si pewakaf. Wakaf musytarak ini masih
diterapkan oleh beberapa negara seperti di Malaysia dan Singapura.
4. Wakaf benda tidak bergerak
Selain wakaf di atas, wakaf juga dibagi menjadi wakaf berdasarkan jenis harta. Salah
satunya adalah wakaf benda tidak bergerak. harta-harta yang dimaksud adalah bangunan, hak
tanah, tanaman dan benda-benda yang berhubungan dengan tanah.
5. Wakaf benda bergerak selain uang
Ada juga wakaf benda bergerak selain uang yaitu benda-benda yang bisa berpindah
seperti kendaraan. Selain itu ada juga benda yang bisa dihabiskan dan yang tidak, air, bahan
bakar, surat berharga, hak kekayaan intelektual dan lain-lain.
Berdasarkan tujuannya, wakaf dibagi menjadi tiga, yakni wakaf keluarga, wakaf khairi,
dan wakaf musytarak (gabungan). Wakaf keluarga ditujukan untuk anggota keluarga wakif dan
kerabat, sedangkan wakaf khairy difokuskan untuk kepentingan umum atau sosial. Sementara
wakaf musytarak ditujukan untuk keluarga dan umum secara bersamaan.
Berdasarkan waktu, wakaf dibedakan menjadi dua, yakni Muabbad dan Mu’aqqot.
Wakaf muabbad diberikan untuk selamanya, sedangkan wakaf Mu’aqqot diberikan dalam durasi
waktu tertentu.
Berdasarkan penggunaan harta, wakaf dibedakan menjadi dua, yakni Ubasyir dan
Mistitsmary. Ubasyir adalah harta wakaf yang dapat digunakan secara langsung, seperti masjid,

8
rumah sakit, atau pesantren. Sementara Mistitsmary adalah harta wakaf yang digunakan untuk
penanaman modal produksi barang atau pelayanan yang dibolehkan.

D. Dasar Hukum Wakaf


Di dalam Al-Quran dan hadits ada beberapa dalil yang menjelaskan tentang wakaf,
meskipun tidak dijelaskan atau diterangkan secara jelas. Karena wakaf adalah termasuk infak di
jalan Allah, maka dalil dari wakaf didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang
infak di jalan Allah. Disebutkan dalam AL-Quran surat Al-Imran ayat 92 yang berbunyi
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha
Mengetahui.”
Selain itu, infak di jalan Allah juga dijelaskan di dalam ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267
yang berbunyi,
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha
Terpuji.”
Selanjutnya perumpaan wakaf atau infak di jalan Allah juga dijelaskan dalam Al-Quran
surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi,
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Selain dari Al-Quran, ada juga hadits yang menerangkan tentang wakaf, seperti hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari ini, yang berbunyi,
“Dari Ibn Umar Radhiyallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Umar bin Khattab mendapatkan bagian
tanah di Khaibar, kemudian Umar menemui Nabi Muhammad SAW untuk meminta saran. Umar
berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku mendapatkan kekayaan berupa tanah yang sangat bagus, yang
belum pernah kudapatkan sebelumnya. Apa yang akan engkau sarankan kepadaku dengan
kekayaan itu?’ Nabi bersabda: ‘Jika kamu mau, kamu bisa mewakafkan pokoknya dan

9
bersedekah dengannya.’ Lalu Umar menyedekahkan tanahnya dengan persyaratan tidak dijual,
tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan. Umar menyedekahkan tanahnya untuk orang-orang fakir,
kerabat, untuk memerdekakan budak, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Tidak berdosa bagi orang
yang mengurusinya jika mencari atau memberi makan darinya dengan cara yang baik dan tidak
menimbun.”
Selain hadits di atas ada juga hadits yang menjelaskan bahwa wakaf termasuk amal
jariah. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, yang berbunyi, “Ketika manusia meninggal, maka
terputus lah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang selalu mendoakannya.”
Di Indonesia sendiri, amalan wakaf sudah dilakukan oleh orang-orang Islam sebelum
Indonesia merdeka. Maka dari itu pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang yang
mengatur tentang wakaf di Indonesia. Peraturan tersebut tercantum di dalam Undang-Undang
nomor 41 Tahun 2004. Di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan pengertian wakaf, tujuan
wakaf, unsur-unsur wakaf dan tata cara pelaksanaannya dijelaskan dalam Undang-Undang
nomor 42 Tahun 2006.

E. Keutamaan Wakaf
Tidak hanya amal bersedekah saja, amal wakaf juga memiliki manfaat di dunia dan
kehidupan akhirat. Berikut adalah manfaat dari wakaf yaitu:
1. Mendapatkan amal jariah
Orang yang berwakaf pahalanya akan mengalir terus menerus selama hidupnya sampai ia
meninggal dunia. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim yang berbunyi,

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputus lah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
2. Mempererat tali persaudaraan
Dengan mewakafkan harta yang bisa digunakan oleh masyarakat umum tentunya akan
mempererat tali persaudaraan, karena sama-sama bisa menikmati sarana dari wakaf tersebut.
3. Membantu pembangunan negara

10
Harta yang diwakafkan untuk membangun sarana umum seperti masjid, sekolah, fasilitas
kesehatan atau jalanan tentunya akan bisa dinikmati oleh orang-orang yang membutuhkan. Hal
ini tentunya sangat berpengaruh dalam pembangunan negara.
4. Membangun jiwa sosial yang tinggi
Tidak hanya bersedekah, mewakafkan harta benda juga menjadi salah satu sarana untuk
membangun jiwa sosial yang ada di diri manusia. Dengan berwakaf tentunya akan meringankan
beban orang yang lebih membutuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakaf merupakan istilah dari bahasa Arab ‘waqaf’. istilah wakaf secara bahasa
berarti penahanan atau larangan atau menyebabkan sesuatu berhenti. Istilah wakaf
secara istilah diartikan berbeda-beda menurut pandangan ahli fiqih. Menurut Abu
hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda sesuai hukum yang ada, dan
menggunakan manfaatnya untuk hal-hal kebaikan, bahkan harta yang sudah
diwakafkan bisa ditarik kembali oleh si pemberi wakaf. Berdasarkan definisi Abu
hanifah, kepemilikan harta tidak lepas dari si wakif, pihak yang mewakafkan harta
benda nya.
Mazhab hanafi menyebutkan wakaf adalah tidak melakukan tindakan atas suatu
harta tersebut, yang berstatus tetap hak milik dengan memberikan manfaatnya kepada
pihak tertentu baik untuk saat ini ataupun waktu yang ditentukan. Sedangkan mazhab
Malik berpendapat wakaf tidak melepaskan harta yang dimiliki oleh pewakaf dan
pewakaf berkewajiban untuk memberikan manfaat dari harta yang diwakafkannya
dan tidak boleh menarik kembali harta yang diwakafkan.
Mazhab syafi’i berpendapat bahwa wakaf merupakan pelepasan harta dari
kepemilikan melalui prosedur yang ada. Pewakaf tidak boleh melakukan suatu
tindakan kepada harta yang sudah diwakafkan olehnya. Mazhab syafi’i juga
membolehkan memberikan wakaf berupa benda bergerak dengan syarat barang yang
diwakafkan harus memiliki manfaat yang kekal.

11

Anda mungkin juga menyukai