Disusun Oleh:
Kelompok IX
Endang Sulandri(E1M018025)
1) Alat ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun pada bagian yang keras.
2) Kemampuan membor alat ini cukup dalam, sehingga pemindahan lokasi pemboran
dapat dilakukan seminimal mungkin apabila dikehendaki pencapaian keseluruhan
pemboran yang sangat dalam.
3) Didalam operasinya, mengerjakan pemboran dengan alat ini memerlukan keahlian
khusus, terutama didalam memakai peralatan pemboran inti yang dapat dilepas.
Teknik pemboran dengan metode Rotary Drilling dapat dikelompokkan kedalam 4
(empat) metode yaitu:
a. Metode Putar Dengan Sistem Sirkulasi Langsung (Direct Circulation Rotary
Methods)
Prinsip kerja dari teknik pemboran ini adalah memanfaatkan momen putar yang
berasal dari drill string (stang bor) yang dihubungkan dengan prime over melalui
gear reduction system. Pada Down Hole system yang ujungnya dipasang mata bor
(drilling bit) akan berputar di dalam lubang bor dan mendapat tekanan dari drill rod.
Akibat gesekan dan tumbukan mata bor dengan batuan, akan terbentuk potongan-
potongan batuan yang berukuran kecil yang disebut dengan serbuk pemboran atau
cuttingLumpur bor yang terdiri dari materials bentonite water base, keluar melalui
mata bor dan selanjutnya ke permukaan melalui annulus lubang bor sambil
membawa partikel hasil pemboran (cutting) ke permukaan. Sesampainya di Mud
DrillingTank, partikel yang di bawa dari dasar sumur akan diendapkan, dan
selanjutnya lumpur bor dimasukkan lagi melalui pompa Lumpur (mud pump).
b. Metode Putar Dengan Udara (Air Rotary Methods)
Prinsip kerja dari Air Rotary Methods hampir sama dengan metode Direct Rotary
Methods. Bedanya hanya terletak pada fungsi lumpur pemborannya. Pada metode
Direct Rotary Methods lumpur bor diganti dengan angin dari kompresor. Metode ini
biasanya dilakukan untuk pengeboran pada batuan keras atau pada pekerjaan
pemboran untuk proses peledakan dinamit atau pada pekerjaanpertambangan.
c. Metode Tumbuk Dengan Putaran Udara (Air Rotary Percussion Methods)
Metode ini merupakan kombinasi dari Air Rotary Methods dengan teknik percussion.
Untuk mengangkat drill cutting dari dalam lubang bor ke permukaan mengunakan
tekanan angin dari kompresor.Sedangkan untuk menumbuk batuan pada saat
pemboran menggunakan pneumatic hammer yang berputar dengan jumlah impact
antara 10 – 15 tumbukan per detik.
d. Metode Putar Dengan Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulation Rotary Methods)
Metode ini sama dengan metode direct rotary. Metode ini khusus digunakan untuk
pengeboran dengan diameter besar minimum 40– 1,8meter dengan kondisi batuan
yang unconsolidated. Dengan metode ini, Lumpur dari annulus lubang bor dipompa
keluar dengan bantuan pompa lain sehingga permukaan lumpur selalu berada di level
permukaan tanah. Dengan demikian, kemungkinan terjadi runtuhan pada dinding
sumur bor pada saat pemboran dilakukan akan dapat diperkecil. Kapasitas
pemompaan (kecepatan aliran di dalam pipa stang bor harus sekitar 2 m/sec.).Dalam
kesempatan ini metode yang sangat umum di indonesia, yaituDirect Circulation Mud
Flush
Sumur Uji (Test Pit)
a) Merupakan lubang-lubang hasil penggalian (baik dengan tangan maupun mesin)
dengan diametre sekitar 1m hingga 1,5 m.
b) Pembuatan sumur uji digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan relatif dangkal seperti jenis tanah, ukur butir tanah, tebal lapisan tanah
penutup, adanya bidang diskontinuitas bawah permukaan dan lain-lain.
c) Pembuatan sumur uji ini juga disertai dengan pengambilan sampel terganggu
maupun tidak terganggu.
d) Bertujuan untuk mendapatkan variasi data bahan galian secara vertikal yang berada
di bawah permukaan.
e) Kedalaman perolehan data cukup dangkal disamping pembuatannya dilakukan
dengan tenaga manusia dengan peralatan sederhana antara lain sekop, linggis,
gancu, pacul dan ember.
f) Pembuatan sumur uji dilaksanakan terutama pada batuan yang lunak.
g) Cara pembuatan sangat sederhana.
h) Sesudah tumbuhan dan tanah penutup dibersihkan, dibuat lubang berbentuk
bujursangkar ukuran 2m x 2m, dengan arah sisi Barat Timur dan Utara - Selatan.
i) Sesudah kedalaman mencapai 5 m, sisi lubang dibuat menyempit secara berjenjang,
hingga membentuk bujursangkar bersisi satu meter.
j) Pengambilan contoh batuan dapat dilakukan pada saat pembuatan sumur uji sedang
berlangsung atau sesudah pembuatan sumur uji selesai.
Catatan :
Pengambilan contoh batuan dilakukan sesuai dengan kepentingannya baik jumlah
ataupun ukurannya. Untuk masing-masing sumur uji disusun log
litologinya.Apabila peneliti menginginkan data lebih banyak maka dapat
mengembangkan/membuat sumur uji yang lain. Apabila diinginkan kedua sumur
uji yang berdekatan dapat dikembangkan menjadi parit uji (trench).
PELEDAKAN
Bahan peledak (handak)“adalah suatu bahan kimia yang berupa senyawa tunggal
atau campuran yang berbentuk padat atau cair, yang apabila dikenai suatu aksi
panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan
berubah menjadi bahan-bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Pada pekerjaan tambang, tujuan penggunaan bahan peledak terutama untuk
membongkar batuan/bahan galian dari batuan induknya.
Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas
akibat suatu elemen panas yang dimasukkan ke dalam bahan peledak
tersebut. Contohnya adalah cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu
tabung dengan penutup yang mudah retak yang berisi CO2 cair.
Bahan peledak nuklir adalah bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari
plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom
aktif. Bahan bakar nuklir - berbentuk padat, secara kimia bersifat inert. Bahan bakar
nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan bakar kimia
yang dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan bakar nuklir yang
umum dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir
berantai di dalam reaktor nuklir; Bahan bakar nuklir dapat juga berarti material
atau objek fisik (sebagai contoh bundel bahan bakar yang terdiri dari batang bahan
bakar yang disusun oleh material bahan bakar, bisa juga dicampur dengan material
struktural, material moderator atau material pemantul (reflector) neturon. Bahan
bakar nuklir fissil yang sering digunakan adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang
berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan dan pembuangan dari
material-material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar
nuklir penting adanya karena terkait dengan PLTN dan senjata nuklir. Contoh
bahan peledak nuklir:
Dari ketiga jenis bahan peledak tersebut di atas yang umum digunakan sebagai bahan
peledak industri ialah jenis BAHAN PELEDAK KIMIA yang berdasarkan atas kecepatan
reaksinya dibedakan :
1. Bahan peledak kuat
a) Mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi yaitu 5.000 - 24.000 fps (1 - 6 mile per
detik)
b) Tekanan yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 50.000 - 4.000.000 psi.
c) Sifat reaksinya ialah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave).
d) Termasuk jenis bahan peledak kuat yaitu semua jenis dinamit antara lain TNT (Trị
Nitro Toluena), PETN (Penta Ery-Thritol Nitrate).
a) Mempunyai kecepatan reaksi rendah yaitu kurang dari 5.000 fps (dari beberapa
inchi sampai beberapa feet per detik).
b) Tekanan yang dihasilkan kurang dari 50.000 psi.
c) Untuk penggunaan ditempat yang mengandung gas atau berdebu bahan peledak ini
harus lulus uji sebagai "permissible explosive" (permitted explosives).
d) Bahan peledak jenis ini biasanya dipergunakan ditambang batubara.
e) Bahan peledak lemah yang tidak perlu lulus uji disebut non permissible explosives.
Contoh bahan peledak lain adalah : black powder, propellant.
A. Bahan Peledak Industri (Komersial)
Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat khusus untuk
keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan industri lainnya, di luar
keperluan militer. Sifat dan karakteristik bahan peledak (yang akan diuraikan pada
pembelajaran 2) tetap melekat pada jenis bahan peledak industri. Dengan perkataan sifat
dan karakter bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak militer,
bahkan saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan peledak yang
tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan tinggi (high explosives).
1. Black Powder
Adalah bahan peledak kimia paling awal yang diketahui. Bahan peledak ini terdiri
atas campuran belerang, karbon dan kalium nitrat. Sulfur dan karbon bertindak
sebagai bahan bakar sedangkan sendaa sebagai oksidator. Black powder telah banyak
digunakan sebagai propelan dalam senjata api, artileri, peroketan, dan kembang api
termasuk digunakan sebagai bahan dipenggalian, pertambangan dan pembangunan
jalan. Black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak rendah karena tingkat
dekomposisi yang relatif lambat dan akibatnya brisance rendah. Deflagrate bahan
peledak rendah sedangkan bahan peledak tinggi meledak menghasilkan gekombang
kejut supersonik.
Terbuat dari campuran arang, belerang dan potasium nitrat 8C + 3S + 10 KNO3
→ 3 K2SO4 + 2K2CO3 + 6CO2 + 5 N2.
Dibuat dalam 2 bentuk yaitu : bentuk butiran (granular) untuk isian sumbu api dan
bentuk pellet untuk isian lubang tembak.
2. Dinamit
Dinamit adalah peledak berdasarkan potensi ledakan
dari nitrogliserin menggunakan diatomaceous bumi (Kieselguhr) sebagai penyerap.
Awalnya ditemukan oleh kimiawan dan teknisi Swedia Alfred Bernhard
Nobel pada 1866 dan dipatenkan pada 1867. Benda ini biasanya dijual dalam bentuk
silinder dengan panjang kira-kira 8 inci dan berdiameter 1 inci, tetapi ukuran lain juga
tersedia. Dinamit dianggap sebagai "peledak tinggi", yang berarti jauh lebih kuat
dari bubuk mesiu. Dinamit ini juga pernah digunakan dalam peristiwa Bandung
lautan api.
Straight Dynamite, Komposisi : NG 20 -67%, NANO, 59- 23%
Gelatine Dynamite, Komposisi : campuran NG dan NC (disebut Blasting
Gelatine-BG) sebagai bahan dasar, ditambah NaNO3 atau KNO3 sebagai sumber
Oxygen. Gelatine dynamite tahan terhadap air sehingga mampu disimpan hingga
3 tahun.
Blasting Agent
Blasting Agent merupakan bahan kimia yang apabila belum dicampur, belum
mempunyai daya ledak. Tetapi setelah dicampur dengan perbandingan tertentu
akan merupakan bahan peledak Bahan peledak jenis ini termasuk bahan peledak
kuat.
Contoh : ANFO (Ammonium Nitrat + Fuel Oil)
Reaksi kimia : 3NH4NO3+ 2CH2 → CO2 + 3N2 + 7H2O
Sifat ANFO : Harganya murah, sangat mudah rusak karena air, sesuai digunakan
dibatuan yang kering. Kecepatan detonasi sangat dipengaruhi oleh diameter
lubang tembak. Hasil terbaik apabila lubang tembak lebih dari 2,5 inchi (6,35 cm).
Slurry/Watergel Explosives/Emulsion
a. Jenis ini tidak peka terhadap gesekan api ataupun rangsangan mekanis
lainnya. Oleh karenanya dinilai sangat aman dalam penggunaannya dan tahan
air.
b. Terdiri dari campuran AN atau SN (Sodium Nitrat) dengan combustible fuel
sebagai sensitizer dan air (sampai 20%), ditambah bahan pengikat (gelling
agent).
c. Pada jenis emulsi bahan pengikatnya sejenis oli dan lilin (wax). Combustible
fuel yang dipakai : gula cair, serbuk gergaji, belerang, logam Mg atau Al,
kadang-kadang TNT.
Tovex merupakan sebuah gel air yang bisa meledak, juga dikenal sebagai
Trenchrite, Seismogel, atau Seismopac, adalah sebuah alternatif untuk
dinamit tradisional. Tovex mempunyai toksisitas rendah dan pembuatannya
yang aman telah membuatnya menjadi pengganti optimal untuk dinamit.
Trovex telah diadopsi untuk digunakan secara luas, dengan sebanyak 80%
perusahaan minyak internasional menggunakannya untuk eksplorasi seismik.
2. Aquagel (produksi Atlas - USA)
3. Emulite (produksi Nitro Nobel - Swedia)
4. Gel. Powder (produksi Hercules USA)
B. Sifat gas Beracun
Bahan peledak yang meledak dapat menghasilkan dua jenis gas yang berbeda sifatnya
yaitu :
1. Smoke, tidak berbahaya terdiri dari uap atau asap putih
2. Fume, cukup berbahaya karenaberacun, terdiridari gas karbon monoksida (CO) dan
Oksida Nitrogen (NO atau NO2), gas tersebut berwarna kuning. Fumes dapat terjadi
bila peledak bila:
Yang diledakkan tidak memiliki keseimbangan Oksigen
Telah dalam keadaan rusakkarena lama ataupenyimpanan tak benar
Penyalaan yang tidak sempurna
Oleh karena timbul fumes yang beracun dan cukup berbahaya bagi pekerja, maka
dalam setiap operasi peledakan baik dipermukaan atau di bawah tanah, salah satu
prosedur yang harus diikuti adalah membiarkan tempat yang baru saja diledakan
sekurang-kurangnya satu jam sampai diperkirakan tempat tersebut terbebas dari
fumes.
a. Kekuatan
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan Cara pengukuran kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
b. Berat Jenis
Adalah berat per satuan volume. Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga) cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian, lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak dengan ukuran 1
¼ x 8 in dalam peti seberat 22,5 kg.
c. Kepekaan
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari bahan peledak
akan terjadi/mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi peledakkan dirambatkan
ke seluruh muatan.
Macam-macam sensitivity /kepekaan:
1. Sensitivity to shock / Kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / Kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / Kepekaan terhadap ledakan pendahuluan
5. Sensitivity to cap / Kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang jaraknya
berjauhan.
d. Cepat Rambat
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak. Kecepatan perambatan
peledakan dapat diukur dengan mempergunakan alat “micro timer” secara
langsung dan dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
sepotong sumbu ledak yang telah diketahui kecepatannya (metode ini dikenal
sebagai metode “dauctriche”).
e. Sifat Gas Beracun
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya gas beracun
yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida), NOx (Nitrogen
Oksida). Fumes terbentuk apabila campuran bahan peledak tidak balance atau
karena bahan peledaknya telah rusak. Fumes sangat membahayakan untuk
pekerjaan di bawah tanah (underground mining).
f. Daya Tahan Terhadap air
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan perembesan air.
Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam jumlah jam lamanya suatu
bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih dapat diledakkan dengan baik.
g. Kebolehan
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan peledak
tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara, dimana pada umumnya
banyak terdapat gas CH4 (gas methane) dan debu-debu batubara yang mudah
terbakar.
h. Stabilitas Kimia
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan/ hadling. Makin
stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya makin aman.
Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan mencatat waktu yang diperlukan
sebelum suatu bahan peledak mengurai pada suhu standard (80oC).
i. Kemasan
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan kotaknya)
juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan diperhitungkan dalam
campuran. Jenis pembungkus ini juga mempengaruhi terhadap gas-gas yang
dihasilkan dalam peledakan.
C. Lokasi Penyimpanan Bahan Peledak
Beberapa persyaratan lokasi dimaksud :
1. Harus mudah dicapai, aman terhadap daerah lingkungan dan memperhatikan jarak
keselamatan terhadap situasi sekeliling
2. Bila dimungkinkan dipilih pada daerah berbukit yang dapat memberi perlindungan
terhadap gedung, jalan raya dan instalasi umum.
3. Sesuai fungsinya tempat penyimpanan dibedakan:
Tempat penyimpanan induk (main storage)
empat penyimpanan sementara dilapangan
Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :
Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah diledakkan dalam
jangka waktu 30 menit
Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih dahulu
memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas dari pengaruh gas-
gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan,
sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja tersebut.
Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang ledak
tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak
dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak tersebut.
Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan mengeluarkan
stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi atau memakai air, setelah
keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian
diledakkan. Semua usaha
ini harus dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis
dari Kepala Teknik Tambang.
D. Gudang Penyimpanan Bahan Peledak
Gudang dimaksud harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Memiliki konstruksi yang cukup kuat, tahan peluru, tahan api dengan lantai tidak
lembab
2. Atap terbuat dari bahan yang ringan, pintu dilengkapi dengan kunci yang baik.
3. Terdiri dari 2 bangunan/bagian yang terpisah
a. Bangunan pertama khusus untuk menyimpan bahan peledak
b. Bahan kedua khusus untuk menyimpan detonator.
4. Bahan Peledak dan detonator tidak boleh disimpan dalam satu bangunan yang disatu
tempat.
5. Dilengkapi dengan penangkal petir dan harus diperiksa setiap 6 bulan.
a. Apabila bahan peledak peka primer disimpan di dalam gudang berbentuk bangunan,
maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
2) Bahan peledak dalam kemasan yang beratnya sekitar 25 (dua puluh lima) sampai
dengan 50 (lima puluh) kilogram, tinggi tumpukan paling tinggi 180 (seratus
delapan puluh) centimeter dari lantai dengan lebar paling banyak 8 (delapan)
kantong;
3) Bahan peledak dalam kemasan yang beratnya sekitar 1.000 kilogram dengan
ketentuan:
(2) Harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang
paling kurang 75 (tujuh puluh lima) centimeter;
(3) Harus tersedia lorong yang bebas hambatan sehingga alat angkut dapat
bekerja dengan bebas dan aman;
(4) Dalam hal tumpukan melebihi ketentuan angka (1), angka (2), dan angka (3),
maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari KalT/Kepala Dinas atas
nama KalT; dan
(5) Alat pengangkut bermesin motor bakar tidak boleh ditinggalkan di dalam
gudang tanpa operator.
b. Apabila bahan peledak peka primer disimpan di dalam gudang berbentuk kontener
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
2) Bahan peledak dalam kemasan sekitar 25 (dua puluh lima) kilogram dan harus
disimpan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka
1).
4. Penyimpanan Detonator
a. Bahan peledak di bawah tanah harus disimpan di dalam gudang bahan peledak.
b. Gudang bahan peledak bawah tanah hanya dapat dipergunakan untuk menyimpan
bahan peledak untuk pemakaian paling lama 2 (dua) hari 2 (dua) malam, yang
jumlahnya paling banyak 5.000 kilogram.
c. Apabila tidak tersedia gudang di bawah tanah, sedangkan pemakaian lebih besar dari
50 (lima puluh) kilogram dalam waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam, maka
harus tersedia tempat untuk menyimpan sementara yang mendapat persetujuan
KalT/Kepala Dinas atas nama KalT.
F. Peraturan-peraturan tentang bahan peledak
Agar bahan tidak disalah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,
Pemerintah telah membuat peraturan yang menyangkut
1. Pengadaan (penmbuatan dan pembelian)
2. Timbanglah mineral tersebut dalam air, sambil ditenggelamkan dalam air (W1).
Tampak mineral kehilangan beratnya karena digunakan untuk gaya mengapung.
Berat air yang dipindahkan itu adalah sama dengan selisih antara berat mineral
di udara dan berat mineral dalam air (W-W1)
3. Berat jenis dari batuan mineral tersebut diperoleh dengan cara membagi berat
mineral dalam keadaan kering (W) dengan berat air yang dipindahkan (W-W 1),
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
W = Berat mineral kering di udara
W1 = Berat mineral di dalam air
Setiap jenis mineral mempunyai berat jenis batuan mineral tertentu. Berat jenis
(specific gravity) ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Mineral-mineral
pembentuk batuan biasanya mempunyai berat jenis 2,7 dan mineral-mineral
logam mempunyai berat jenis 5.
Pengujian Daya Serap Air
Pengujian daya serap air pada batu alam dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan batuan untuk menyerap air.
Pengujian Ketahanan Batuan
Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh bahan kimia. Jika bahan kimia dalam presentase tinggi dapat
merugikan bagi konstruksi bangunan seperti alkali.
Pengujian Ketahanan Batuan
Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan dilakukan untuk mengetahui
daya tahan terhadap gosokan bahan-bahan lainya, pengujian dilakukan
dengan menggunakan bola-bola baja yang terdapat pada alat uji keausan.
Pengujian Kuat Tekan Bebas
Pengujian kuat tekan bebas adalah upaya untuk mengetahui batas kekuatan
tekan batu alam, sehingga dapat direncanakan sebuah konstruksi yang aman
dari kerusakan akibat beban yang bekerja pada bangunan.
f. Pengujian daya serap batuan terhadap air
Daya serap batuan terhadap air merupakan prosentase air yang terserap
kepori terhadap agregat kering.
Besarnya daya serap bahan terhadap air dapat dihitung mengikuti petunjuk
yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga (1976), sebagai berikut :
Dimana:
Ds = Daya serap (dalam prosen)
Bj = Berat benda uji pada keadaan permukaan jenuh (gram)
Bk = Berat benda uji kering pada keadaan sesudah dimasukkan
dalam oven (gram)
Harga daya serap batuan terhadap air yang sangat besar akan
mempengaruhi kekuatan batuan sebagai konstruksi teknik,
pengembangan volume air yang secara serentak dapat merusak
konstruksi bangunan.
Ketahanan batuan terhadap aus ini diartikan sebagai sifat daya tahan
batuan tersebut terhadap penggosokan bahan lain.
Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No. 12, terhadap berat semula dalam prosen.
Dalam pengujian dipakai bahan berupa bola-bola baja dengan diameter
rata-rata 4,68 cm dengan berat antara 390 - 445 gram, yang terdapat pada
mesin pengujian LOS ANGELES.
Cara pengujian yang dianjurkan oleh Dirjen Binamarga adalah sebagai
berikut:
Banyak objek bangunan sipil yang sangat dipengaruhi oleh kondisi agregat,
terutama pada tingkat keausan agregat. Contohnya pada pekerjaan jalan, baik
yang perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun perkerasan lentur (flexible
pavement), agregat akan mengalami proses lainnya seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran dan akibat
penghamparan dan pemadatan. Setelah jalan dapat dioperasikan, agregat juga
masih mengalami proses pengausan oleh roda-roda kendaraan. Oleh karena itu,
diperlukan pengujian untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan. Secara
umum agregat harus memiliki daya tahan yang cukup terhadap :
- Pemecahan (rusting)
- Penurunan mutu (degradation)
- Penghancuran (disintegration)\
Pada konstruksi pekerjaan jalan, penggunaan agregat yang tidak memenuhi
syarat keausan akan mengkibatkan terganggunya kestabilan konstruksi
perkerasan dan terganggunya pelekatan aspal terhadap agregat. Uji keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles dapat dilakukan dengan 500 atau
1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm. Keausan pada 500 putaran menurut
PB-0206-76 manual pemeriksaan bahan jalan, maksimum adalah 40%.
Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin untuk pengujian keausan /
abrasi agregat kasar, fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan
gesekan, dihitung berdasarkan kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara
mengayak agregat dalam ayakan no.12 (1.70 mm).
Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi harus melakukan analisa ayak
terlebih dahulu untuk mengetahui gradasi agregat yang paling banyak, apakah
masuk pada tipe A, B, C, atau D dan dapat menentukan banyaknya bola baja
yang akan digunakan dapat dilihat pada Grading of Test Sample.
Daftar gradasi dan berat benda uji
Dimana:
A = Berat sampel semula (gram)
B = Berat sampel yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (gram)
Contoh Pengujian Pemeriksaan Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles
Dikerjakan : Sipil
Diperiksa oleh : Kita
Kesimpulan
Berdasarkan SK SNI 2417 – 1991, keausan agregat tergolong sebagai berikut :
1. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik digunakan
dalam bahan perkerasan jalan.
2. Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Jadi, pengujian keausan agregat dengan menggunakan mesin Los Angeles diatas diperoleh
nilai keausan : 20,19 % sehingga baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Strength Test) UCS
Sebenarnya udah lama mau buat sendiri artikel tentang UCS Test, memang klo di lihat ada
banyak blog yang membahas tentang pengujian UCS ini, tapi kebanyakan tidak teratur dan
tidak jelas kemana arah dan ga ada hasilnya sama sekali. Kali ini saya akan mencoba dan
menjelaskan apa fungsi dan tujuan dari UCS test, bagimana melakukan testnya dan nanti akan
saya sertakan juga bagaimana saampai akhirnya kita mendapatkan nilai UCS dari suatu
sampel batuan, ya batuan bukan tanah.
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, ( ). Selain stress,
perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, (∆l) dibanding dengan panjang
semula, (l) disebut strain, (ε). Untuk tingkat tegangan yang lemah plot antara stress vs
strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi pada material logam yang
merupakan jenis material linear elastis. Gambar 1. menunjukkan keadaan tersebut.
Tentu saja ada stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan sebelum patah.
Material untuk pemipaan seperti baja, peralon, mempunyai sifat seperti ini, ketika stress
dinaikkan sampai tingkat paling tinggi maka patahan akan terjadi. Pada material rapuh
seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan sedikit tambahan strain. Stress yang
dibutuhkan untuk menyebabkan patahan disebut dengan uniaxial compressive strength,
(Co). Closure pressure (stress) adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat
terjadi. Nilai ini dapat meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength test atau pengujian kuat tekan batuan utuh untuk
menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk silinder hasil dari
pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaksial). Perbandingan antara tinggi dan
diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat
tekan secara umum digunakan perbandingan L= 2D. L adalah Length atau panjang dari
sampel sedangkan D adalah diameter dari sampel batuan yang akan diuji. Sebagai
standard bisa dicek di ASTM D 2166 Unconfined Compressive Strength. Berikut saya
sertakan ilustrasi gaya gaya regangan yang bekerja pada saat dilakukannya penjuian kuat
tekan batuan
Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan baik aksial (∆l) maupun lateral (∆D)
selama pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge secara manual yang
membutuhkan ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electric strain gauge yang
hasilnya akan tercatat secara otomatis secara komputerisasi dan lebih praktis. Dari hasil
pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk
tiap sampel batu, kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan.
Sebenarnya dari UCS test tidak hanya nilai UCS yang bisa kita dapat tetapi nilai nilai
seperti batas elastik, modulus Young dan Poison Ratio juga dapat kita tentukan dari
hasil plot ke kurva tegangan - regangan. Lihat gambar dibawah.
Masih buingung ?. memang kalo cuma baca teori dan ga praktek langsung akan sulit,
saya juga lebih senang learning by doing. Untuk prosedur pengujian mungkin bisa di cari
sendiri ya, saya akan menjelaskan secara singkat pada dan jelas.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa bidang bagian atas dan bawah sampel batuan harus
benar benar rata dan lurus agar mendapatkan nilai UCS yang maksimal. Selanjutnya sampel
batuan bisa langsung dipasang di mesin uji tekan yang ada dial gauges nya. Disini masih
digunakan dial gauges yang manual jadi harus benar benar cepat dalam mencatat perubahan
dari dial gauge tersebut untuk nilai dari gaya deformasi yang diberikan (P1) ditunjukkan dial
gauge berwarna putih, biasanya pada pengujian deformasi yang diberikan kita tentukan
terlebih dahulu per berapa deformasi yang akan kita catat perubahan regangan lateral nya
pada dial gauges berwarna kuning, bisa kelipatan 10, 20, ataupun 50 tergantung jenis batuan
tersebut, jika batuan keras maka kita bisa tentukan kelipatan yang tinggi, jika batuan lunak
maka kita bisa tentukan dengan kelipatan yang lebih kecil. Dari sampel diatas bisa kita lihat
jenis batuan silty clay berarti batuan lunak, maka kita tentukan kelipatan 20 dengan kalibrasi
dial gauge per 1 unit = 0.01 mm dan load dial per 1 unit = 0.3154 lb.
Dari gambar di atas setelah pengujian dilakukan maka dapat kita lihat perubahan dari
sampel batuan yang diberi tekanan setelah dicatat dan diamati perubahan yang terjadi pada
sampel batuan tersebut pada tabel berikut.
Yang kita dapatkan dari hasil pengujian adalah Deformation dial reading dan Load
dial reading seperti yang sudah saya terangkan sebelumnya. Maka untuk pengisian
tabel selanjutnya saya jelaskan dibawah ini:
1. Sample Deformation (∆l) = (Deformation dial reading) x (Angka Kalibrasi, saya
gunakan 0.01 mm)
2. Regangan (Strain)(ε) = ∆l /Lo (Panjang Sampel)
3. % Strain = Strain *100
4. Corrected area A = Ao/(1-ε1) = (Luas penampang awal) / (1- strain)
5. Load(lb) = Load Dial Reading * 0.3154 lb
6. Load (KN) = (Load (lb) x konversi pound ke kg (0.4536) x gravitasi (m/s2).
7. Stress = P = F/ A = Load (KN)/ Corrected area
Hal yang harus benar benar diperhatikan adalah konversi satuan pada masing masing
unit tabel dan perhitungan. Maka setelah semua langkah dan urutan selesai kita tinggal
melakukan pengeplotan kedalam kurva tegangan dan regangan sehingga didapat nilai
UCS dari sampel tersebut.
Maka dari kurva tegangan regangan didapat nilai UCS pada titik puncak sebelum
batuan pecah atau failure dengan nilai 72 KPa. Pada kurva Mohr Coulumb bisa kita
dapat nilai kohesi dari sampel batuan yang diuji yaitu c = qu/ 2 dengan nilai 36 KPa.