Anda di halaman 1dari 62

KIMIA BAHAN GALIAN

Disusun Oleh:

Kelompok IX

Anggota: Atika Qomaria (E1M018011)

Endang Sulandri(E1M018025)

Nadia Hilyatin (E1M018051)

Nigia Deta Anggriani (E1M018053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
TEKNIK EKSPLORASI
A. Pembagian Kelompok Bahan Galian
 Kelompok I
1. Sub Kelompok I
a) Batu Gamping
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam
terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan
siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan
campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Potensi batu kapur di
Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia.
Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat.
Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu
teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk Quarry tipe sisi
bukit (Side hill type).
b) Dolomit
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara
teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4%
CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,
CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di
alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama
dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit
terdapat juga pengotor, terutama Ion besi. Dolomit berwarna putih keabu abuan atau
kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara
3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan
mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan
magnesit. Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan
penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi,
biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam. Madiapoera, T (1990)
menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di
beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif
jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.
Penambangan dolomit dilakukan sama dengan penambangan batu gamping.
c) Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia
pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Sifat fisika dari
kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal;
berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros,
koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat,
pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam. Penggunaan kalsit saat ini telah
mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan
tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.
Kalsit terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara
(sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang
diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton),
Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).
Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan secara sederhana
antara lain gancu dan linggis.
d) Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai
foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur
baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta
tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua
penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan
untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe
staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Proses penambangan marmer
dilakukan secara sederhana dengan peralatan sederhana seperti gergaji.
e) Oniks
Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO3 terdiri dari mineral kalsit yang
berlapis dengan ketebalan dan pola yang bervariasi. Umumnya berwarna putih
kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang. Oniks terjadi pada rongga atau
tekanan batu gamping yang berasal dari larutan kalsium karbonat baik yang terjadi pada
temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini terkena proses metamorfose maka akan
terbentuk oniks marmer. Seperti marmer, oniks tidak tahan terhadap larutan asam oleh
sebab itu disarankan jangan sampai terkena air hujan. Oniks biasanya dimanfaatkan
sebagai hiasan seperti asbak, vas, lampu duduk/ gantung atau bentuk dekorasi lainnya.
Endapan oniks yang sudah diketahui keberadaannya yaitu didaerah jawa barat (Ciniru,
kabupaten kuningan), Jawa tengah (Daerah wirosari), dan beberapa daerah jawa timur.
Proses penambangan yang dilakukan sama seperti penambangan marmer.
f) Fosfat
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of
lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam
mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma.
Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks,
terutama karbonit kompleks dan sienit. Sifat fisik yang dimiliki adalah warna putih atau
putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber
utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk
memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam. Proses penambangan
dilakukan dengan cara sederhana dengan peralatan sederhana.
g) Rijang
Rijang (SiO2) Terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika
organik atau anorganik. Rijang berbutir sangat halus umumnya berwarna kehijauan atau
kehitaman, nilai kekerasannya 7. Rijang banyak tersebar diwilayah indonesia
diantaranya daerah Istimewa aceh, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan
barat, Kalimantan selatan, Sulawesi selatan, Nusa tenggara timur. Rijang termasuk
sebagai bahan batu setengah permata. Oleh sebab itu kebanyakan dibentuk sebagai
hiasan (ornament). Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan sederhana seperti linggis.
h) Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat
variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini
tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum. Gipsum umumnya
mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 – 2,35,
kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi. Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai
kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali
mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika
salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk
lapisan di antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir,
lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam
satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan
semen portland, serta alat kesehatan dan kimia. Sistem penambangan yang dilakukan
dengan menggunakan sistem quarry.
2. Sub Kelompok B
a) Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Endapan bentonit Indonesia
tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan
cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis
kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di
Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit
terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali. Na-bentonit
dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya
mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-
bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit
bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang
telah diaktifkan. Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit
dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga
terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi
dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai
dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan
melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor. Dikarenakan bentonit bersifat lunak,
oleh karena itu penambangannya bisa dilakukan dengan sistem quarry atau dengan
peralatan sederhana.
b) Ball Clay dan Bond Clay
Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang bentuk
kristalnya tidak sempurna, ilit, kuarsa dan mineral lain yang mengandung karbon.
Apabila sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standart maka lempung
tersebut disebut bond clay. Ball clay dan Bond clay hampir tersebar merata diseluruh
indonesia. Sistem penambangnnya dengan system quarry mining. Ball clay dan Bond
clay banyak digunakan untuk bahan industri keramik dan bata tahan api, Campuran
makanan ternak, Sebagai bahan vulkanisir dalam industri karet.
c) Fire Clay
Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya
tidak sempurna, dengan mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan mineral
lempung yang bersifat lunak dan tidak mempunyai perlapisan. Lempung tersebut
mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap suhu tinggi (>15000 C) tanpa
adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang tertimbun oleh
sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya
mengandung batubara. Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori, isolator, dll.
Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Teknik penambangan yang digunakan
dengan sistem quarry dan penambangan sederhana, dengan peralatan sederhana seperti
linggis.
d) Zeolit
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama
yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan
mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul air. Zeolit alam terbentuk dari reaksi
antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air pori atau air
meteorik. Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih
limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri
kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain. Zeolit terdapat di beberapa daerah di
Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat besar dan berpotensi
untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung. Sistem penambangan yang
digunakan dengan menggunakan sistem quarry.
e) Diatomea
Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara
geologi terbentuk dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea (fosil
tumbuhan air atau binatang kersik atau ganggang bersel tunggal) dan terendapkan di
danau atau non marin. Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah
pecah, dan abrasif, densitas ruah 0,5 – 1 ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%,
dan kandungan cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan ukuran 0,001 – 0,4 mm. Sebagian
diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang berwarna kuning,
coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari unsur pengotornya. Secara
kimia, komposisi utama diatomit adalah silika, tetapi ada unsure lainnya seperti
alumina, besi oksida, magnesium, sodium, potassium oksida, titanium oksida, fosfat,
dan kalsium oksida. Potensi endapan diatomea di Indonesia tersebar di berbagai
tempat, antara lain di Sumatera Utara, Pulau Jawa, dan Maluku Utara. Sistem
penambangan yang digunakan dengan sistem Quarry mining.
f) Yodium
Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau kombinasi
keduanya. Unsur yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau
kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4) atau kalsium yodat kromat. Keberadaan
yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi kegeologiannya dengan keberadaan air
dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang mengan-dung yodium
dengan berbagai variasi dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan impermeabel. Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan
sebagai bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat dalam alkohol), kesehatan
(sanitary), industri desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat
untuk meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.
Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar di
beberapa lokasi dengan cadangan yang umumnya masih sumberdaya. Kandungannya
berkisar dari yang terkecil hingga mencapai 182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul
sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170 m3/hari. Lokasi cadangan yodium
yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon Mojokerto, Jawa Timur dengan
kapasitas 400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah
ini terdapat dalam Formasi Kalibeng umur Miosen. Sistem penambangan dilakukan
dengan pengeboran hingga diperoleh yodium.
g) Mangan
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih
mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan
terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu
besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif,
reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial.
Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama
dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang
berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal,
cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan
metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu. Sekitar 90% mangan dunia
digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan
penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai
kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain. Potensi cadangan bijih mangan di
Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh
Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa,
Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Sistem
penambangan yang digunakan dengan tambang terbuka secara gophering.
h) Feldspar
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur
tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2
yang dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi
kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk ke dalam struktur tersebut
seperti penggantian silikon oleh aluminium. Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah
triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral
yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar
(CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar
dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar. Plagioklas felspar hampir selalu
memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar (lamellar twinning) bila sayatan
tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan
dengan berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-
mineral felspar yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas
banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan
oligoklas terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit,
bitownit dan anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar
olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk
keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan
kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak mengkonsumsi felspar olahan,
terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini
terdapat hampir di seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah
dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder.
Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur
(proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693,
11.728 dan 56.561 ribu ton. Sistem penambangan dilakukan dengan Quarry mining dan
benching system.
 Kelompok II Dengan Batuan Gunung Api
1. Obsidian
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya silika.
Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral pembentuknya tidak dapat
mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak beraturan. Obsidian berwarna
putih keabu-abuan hingga hitam. Kekerasannya 6, berat jenis 3-3,5 memiliki sifat pecahan
konkoidal. Obsidian dapat ditemukan didaerah pegunungan seperti jambi, jawa barat,
lampung, sulawesi urata hingga irian jaya. Penambangan obsidian menggunakan metode
Quarry dengan peralatan sederhana. Obsidian dimanfaatkan untuk pondasi bangunan,
dimanfaatkan sebagi batu mulia, serta bahan perlit rekayasa.
2. Perlit
Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tiba-tiba dengan tekanan tinggi
dalam suasana basah. Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir halus. Warnanya
abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman. Perlit banyak ditemukan didaerah Sumatera
utara, Sumatera barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera selatan, Lampung, jawa barat, Nusa
tenggara timur dan sulawesi utara. Perlit banyak dimanfaatkan sebagi bahan bangunan dan
bila dalam bentuk ukuran pasir digunakan seebagai penyaring air. Proses penambangan
dengan tambang terbuka menggunakan alat sederhana.
3. Pumice
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih
yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan
gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi
yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Sehingga menyebabkan Batu
apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat
dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3,
Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%,
pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat
jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap
beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap
api sampai dengan 6 jam. Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian
gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang,
Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate. Batu apung banyak dimanfaatkan sebagi
bahan bangunan dan bahan industri. Metode penambangan yang digunakan untuk
menambang batu apung yaitu metode tambang terbuka dengan alat sederhana.
5. Tras
Tras disebut pula sebagi pozolan, merupakan bahan galian yang cukup banyak
mengandung silika amorf yang dapat larut di air/larutan asam. Tras terbentuk akibat
aktivitas vulkanik. Tras banyak ditemukan didaerah aceh, smatera utara, sumatera barat,
jambi, bengkulu, lampung, jawa barat, Jawa tengah, jawa timur, bali, nusa tenggara timut,
nusa tenggara barat, sulawesi utara dan sulawesi selatan. Pemanfaatan tras banyak sebagai
batako, semen rakyat dengan penambahan kapur tohor, serta porselen lantai. Sistem
penambangan tras menggunakan metode tambang terbuka dengan peralatan sederhana.
6. Belerang
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat
fisik belerang adalah : Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-
hitaman, karena pengaruh unsur pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 -
2,5 (skala Mohs), Ketahanan : getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk konkoidal
dan tidak rata. Kilap : damar Gores : berwarna putih. Sifat belerang lainnya adalah : tidak
larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Belerang
banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan
minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan
peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja.
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru diketahui di enam
propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses
terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif,
belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi
dapat dianggap tidak terbatas. Proses penambangannya dengan metode tambang terbuka
dengan menggunakan peralatan sderhana.
7. Trakhit
Merupakan batuan beku luar, kristalnya relatif kecil mempunyai komposisi mineral
seperti granit tetapi tanpa mineral kuarsa, mineral utamanya adalah mineral feldspar jenis
ortoklas. Warnanya kuning muda hingga abu-abu, berat jenis 2,1-2,3. Trakhit banyak
ditemukan didaerah bengkulu, sumatera selatan, lampung, jawa tengah, jawa timur,
sulawesi selatan. Pemanfaatannya banyak untuk keperluan pembuatan ornamen. Proses
penambangannya dengan menggunakan peralatan sederhana.
8. Kayu Terkersikan
Merupakan hasil proses permineralisasi oleh mineral silika pada tumbuhan jaringan
batang tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari unsur. C.H.O.N.S.P. Batuan ini banyak
ditemukan didaerah sumatera selatan, jawa barat, jawa tengah dan jawa timur.
Penambanannya menggunakan peralatan sederhana pada daerah pinggiran sungai.
Pemanfaatannya sebagi ornamen.
9. Opal
Opal dengan rumus SiO2nH2O terbentuk akibat pengerasan daei agar-agar silika yang
berasal dari batuan piroklastik. Memiliki warna bervariasi dan biasa dikenal sebagai batu
akik, kekerasannya 4-7 berat jenis 1,98-2,20. Opal banyak ditemukan didaerah jawa barat,
yogyakarta, irian jaya. Opal banyak dimanfaatkan sebagai mata cincin, kristal atau lampu.
Metode penambangan yang digunakan dengan metode dan peralatan sederhana.
10. Kalsedon
Kalsedon merupakan salah satu variasi mineral silika yang terbentuk oleh
pengendapan bertahap sehingga memberikan kenampakan berlapis dari larutan silika
koloid tidak jenuh didalam rongga batuan tersingkap. Kalsedon banyak ditemukan
didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur, Nusa tenggara barat, dan maluku. Kalsedon
biasa dimanfaatkan sebagai batu mulia. Penambangannya dilakukan dengan peralatan
sederhana.
11. Andesit dan Basalt
Merupakan jenis batuan beku intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Berwarna
gelap abu-abu hingga hitam. Tahan terhadap air hujan, berat jenisnya 2,3-2,7. Batuan ini
hampir tersebar diseluruh daerah diindonesia. Pemanfaatannya sebagai pondasi rumah.
Sistem penambangan yang digunakan dengan penambangan rakyat menggunakan alat
sederhana.
12. Pasir Gunung Api
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat
gunung api meletus. Banyak ditemukan diseluruh daerah pegunungan di indonesia.
Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Penambangannya dengan menggunakan alat
sederhana.
13. Breksi Pumice
Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar berwarna abu-abu. Banyak
ditemukan didaerah pegunungan diindonesia. Dimanfaatkan sebagi batako. Penambangan
dilakukan dengan tambang terbuka menggunakan alat-alat sederhana.
 Kelompok III Bahan Galian Industri yang berhubungan dengan intrusi plutonik
1. Granit dan Granodiorit
Batuan ini terjadi akibat proses pembekuan magma bersifat asam. Berwarna merah,
coklat, abu-abu. Tempat ditemukannya didaerah pegunungan dimana terdapat aktivitas
magma. Batuan ini dimanfaatkan sebagi sebagai lantai atau ornamen dinding. Teknik
penambangan yang digunakan dengan penambangan terbuka.
2. Gabro dan Peridotit
Gabro dan peridotit merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma
ultra basa. Banyak ditemukan didaerah indonesia bagian timur. Penggunaannya sebagai
lantai dan ornamen dinding. Penambangannya dengan menggunakan tambang terbuka.
3. Alkali Feldspar
Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi pada fase pembekuan magma yang
bersifat asam dengan kadar SiO2 tinggi unsur alkalinya (K dan Na). Kekerasannya 6.
Pemanfaatannya untuk industri keramik dan gelas. Penambangannya dengan
menggunakan tambang terbuka quarry mining. Hampir tersebar diseluruh daerh
diindonesia.
4. Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan
terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral
gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%,
SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di
daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit
terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah
dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali.
Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang
kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan
dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan
endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau
Kalimantan. Pemanfaatannya sebagi pembentuk alumina. Penambangnnya menggunakan
sistem tambang terbuka.
5. Mika
Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah.
Berwarna gelap bening. Banyak Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan
barat, kalimantan tengah, sulawesi tengah, dan irian jaya. Pemanfaatannya banyak pada
industri mesin dan listrik. Penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka
menggunakan alat sederhana.
6. Asbes
Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-
pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes
dapat digolongkan menjadi dua bagian. Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang
merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O,
Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit dan tremolit. Yang
banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil. Perbedaan dalam serat asbes
selain karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis
serat asbes pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari
serat yang berukuran panjang hingga yang halus.
 Kelompok IV Bahan Galian Industri dengan Endapan Residu dan Endapan Letakan
1. Lempung
Lempung merupakan butir-butir halus berdasarkan tabel wentworth jika butir-butir
tersebut menyatu maka dinamkan batu lempung yang terbentuk dari proses pelapukan
batuan beku sebelumnya. Dan ditemukan hampir tersebar merata diseluruh indonesia.
Metode penambangan yang digunakan ialah tambang terbuka. Dan lempung banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan bata dan keramik.
2. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan
mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa
juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang
mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian
tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau
laut. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2,
CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal
hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 – 1000C. Dalam kegiatan
industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan
baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam
industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide
bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam
industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain
sebagainya. Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain
terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan
Pulau Bangka dan Belitung. Penambangannya menggunakan metode tambang terbuka
dengan sistem benching.
3. Intan
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari
satu unsur yaitu carbon (C). Banyak ditemukan didaerah riau, kalimantan barat,
kalimantan tengah, kalimantan timur, serta kalimantan selatan. Intan banyak dimanfaatkan
sebagi bahan perhiasan seperti berlian dan penggunaan dalam industri sebagi alat
pemotong seperti bor, mata gergaji dan lainnya.. Penambangannya dengan pembuatan
lubang dalam dimana terdapatnya intan dengan peralatan sederhana.
4. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin
mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai
mineral penyerta. Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses
pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin
ada dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk dalam
kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang
mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63,
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi. Potensi
dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera,
Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
5. Zirkon
Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika
(ZrO2.SiO2) dan baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam
bentuk senyawa dengan hafnium. Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium
sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi,
seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan
gelap, sisitim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan ditetragonal, kilap lilin sampai
logam, belahan sempurna – tidak beraturan, kekerasan 6,5 – 7,5, berat jenis 4,6 – 5,8,
indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur 2.5000C. Zirkon terbentuk
sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na-feldspa (batuan beku asam
dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan primer atau endapan
sekunder. Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik. Potensi zirkon
menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian
barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt.
6. Korundum
Korundum dengan rumus kimia Al2O3, mempunyai kekerasan 9 Berat jenis 3,95-
4,10. Warnanya bervariasi antara lain biru, merah, abu-abu, coklat dan putih. Corundum
terbentuk dari segregasi batuan yang bebas silika. Corumdum banyakditemukan didaerah
kalimantan. Corundum dimanfaatkan sebagai bahan abrasive dan batu permata.
Penambangannya Sama dengan penambangan intan dikarenakan coruncum berasosiasi
dengan intan.
7. Kelompok Kalsedon
Kalsedon merupakan kelompok mineral yang terjadi oleh larutan magma yang
mengisi rekahan dan urat-urat vein. Banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa tengah,
jawa timur, Nusa tenggara barat, dan Maluku. Pemanfaatannya sebagai hiasan batu
permata. Penambangannya dengan metode dan alat sederhana.
8. Kuarsa Kristal
Kuarsa kristal dengan rumus kimia SiO2 dan kekerasan 7 berwarna putih susu
banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan kalimantan
tengah. Pemanfaatannya sebagai bahan baku batu permata. Penambangannya
dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan alat-alat sederhana.Sirtu. Sirtu
adalah nama singkatan dari pasir dan batu. Banyak ditemukan didaerah lereng sekitar
gunung api. Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Metode penambangannya
digali dengan alat sederhana.
 Kelompok V Kimia Bahan Galian dengan proses perubahan hidrotermal
1. Barit
Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang
senyawanya mempunyai bentuk kristal yang sama. Unsur pengotor barit adalah besi
oksida, lempung, dan unsur organik, yang semuanya dapat memberikan beragam warna
pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-abu. Sebagai unsur Barium (Ba),
barit juga dijumpai sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO), plagioklas (7,3%
BaO), muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata mengandung
unsur barium sekitar 0,05%. Barit juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gangue mineral)
terutama pada cebakan logam sulfida, seperti timah. Barit banyak ditemukan didaerah
jawa, kalimantan, nusa tenggara timur dan sulawesi selatan. Penambangan yang
digunakan dengan tambang terbuka.
2. Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat
variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini
tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum. Gipsum umumnya
mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 – 2,35,
kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi. Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai
kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali
mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas
makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara
batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu,
serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen.
Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan semen portland, serta alat kesehatan
dan kimia. Sistem penambangan yang dilakukan dengan menggunakan sistem quarry.
3. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin
mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai
mineral penyerta. Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses
pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin
ada dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk dalam
kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang
mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63,
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi. Potensi
dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera,
Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
4. Talk
Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan komposisi kimia 3Mg.4SiO4H2O, dan
biasanya terjadi sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan pembawa magnesium
(magnesium bearing rock), seperti peridotit, gabro, dan dolomit. Endapan talk umumnya
hampir sama di setiap daerah, sebagian besar batuan induk untuk formasi talk merupakan
batuan dolomit (kemurnian talk tinggi) dan ultramafik (kemurnian talk rendah). Talk
mempunyai sifat halus, licin, penghisap minyak dan lemak, konduktivitas listrik rendah,
penghantar panas tinggi, dan electric strength tinggi. Potensi endapan talk yang telah
diketahui terdapat di Kebumen (Jawa Tengah), dan Halmahera Tengah (Maluku).
5. Magnesit
Magnesium merupakan logam yang teringan, dengan berat jenisnya 1,74, cukup kuat
dan dalam bentuk alloy, tahan terhadap korosi di udara tetapi tidak tahan terhadap air laut,
serta mudah terbakar. Jumlah mineral yang mengandung magnesium tercatat sebanyak
244 buah. Magnesit dapat ditemukan dalam mineral sekunder dan biasanya berasosiasi
dengan batuan sedimen atau batuan metamorfik, berasal dari endapan marin, kecuali
brukit. Magnesit ditemukan didalam batuan serpentin. Mineral-mineral lain yang sering
ditemukan bersama magnesium adalah talk, limonit, opal, dan kalsit. Batuan dan mineral
tersebut dapat ditemukan di DI. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah ,
Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya.
6. Pirofilit
Piropilit adalah paduan dari alumunium silikat, yang mempunyai rumus kimia
Al2O3.4SiO2H2O. Mineral yang termasuk piropilit adalah kianit, andalusit, dan diaspor.
Bentuk kristal piropilit adalah monoklin serta mempunyai sifat fisik dan kimia yang mirip
dengan talk. Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi andesit tua yang
memiliki kontrol struktur dan intensitas ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk
pada zone ubahan argilik lanjut (hipogen), seperti kaolin, namun terbentuk pada
temperatur tinggi dan pH asam. Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak, industri
kertas sebagai pengganti talk, dan lain-lain. Piropilit terdapat di beberapa tempat yang
diakibatkan munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau Sumatera, Jawa Barat, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Sulawesi.
7. Toseki
Nama mineral ini relatif baru, sehingga belum banyak dikenal. Toseki atau batuan
kuarsa-serisit tarbentuk pada zona ubahan filik yang mengandung kuarsa, serisit, kaolinit,
feldspar. Banyak ditemukan Di sumatera barat, bengkulu, lampung, jawa .Nusa tenggra,
kalimantan barat, sulawesi utara dan sulawesi selatan. Penambangannya sama seperti
penambangan pirofilit. Pemanfaatannya sebagia bahan baku keramik.
8. Oker
Oker adalah tanah yang lunak terdiri dari campuran oksida besi dan bahan yang liat.
Terdapat didaerah jawa barat dan jawa timur. Pemanfaatannya sebagai pewarna pada
ubin. Penambangannya dengan metode tambang terbuka menggunakan peralatan
sederhana.
9. Tawas
Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam komplex. Banyak ditemukan
didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur. Pemanfaatannya sebagai penjernihan air.
Penambangannya dengan metode tambang terbuka menggunakan peralatan sederhana.
 Kelompok VI Kimia Bahan Galian dengan Batuan Metamorf
1. Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia
pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang
dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada
perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca
oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3
(substitusi oleh Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk
prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit,
modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah
kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam. Penggunaan kalsit
saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan
lainnya.
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan
aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang
pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan
dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi
cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan
Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).
2. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan
dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen
menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi
mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan
keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau
berumur Kuarter hingga Tersier. Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan
batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap
ada batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan
proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan
temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti
dapat dilihat pada. Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan
kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya
digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya, sedangka
tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung.
3. Batu Sabak
Batu sabak merupakan batuan malihan yang berasal dari batu lempung yang
mengalami metamorfosa. Penggunaannya sebagai atap rumah, industri cat. Banyak
terdapat didaerah aceh, sumatera barat. Penambangannya dengan menggunakan alat
sederhana seperti linggis dn gergaji.
4. Kuarsit
Merupakan metamorfosa dari kuarsa. Banyak ditemukan didaerah aceh, sumatera utara,
riau, jambi, maluku, dan jawa tengah. Pemanfaatannya sebagai agregat bahan bangunan.
Penambangannya dengan menggunakan peralatan sderhana.
5. Grafit
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala
Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut,
kecuali dalam asam hidroflorik atau aqua regia mendidih. Proses dekomposisi
berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi oksida atau pada suhu 3.5000C
bila kondisi bukan oksida. Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku,
sedimen, dan metamorf. Secara kimia, grafit sama dengan intan karena keduanya
berkomposisi karbon, yang membedakannya adalah sifat fisik. Intan dikenal sangat keras,
langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah ditemukan, dan opak.
Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara proses magnetik awal, kontak
magmatik, hidrotermal, metamorfogenik, dan residual. Belum ditemukan daerah yang
berpotensi di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia masih megimpor grafit.
6. Mika
Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah.
Berwarna gelap bening. Banyak Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan
barat, kalimantan tengah, sulawesi tengah, dan irian jaya. Pemanfaatannya banyak pada
industri mesin dan listrik. Penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka
menggunakan alat sederhana.
7. Wolastonit
Batuan yang berbentuk pipih seperti jarum dan berserat yang berwarna abu-abu,
kekerasan 4-4,5 berat jenis2,8. dimanfaatkan sebagai bahan refraktori. Penambangannya
menggunakan metode tambang terbuka dengan peraltan sederhana. Dan tersebar didaerah
sumatera barat.
 Sehubungan dengan hal diatas, maka:
a) Teknik eksplorasi awal yang ditetapkan adalah pemetaan geologi permukaan
utamanya berdasarkan atas singkapan batuan dipermukaan.
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan penelitian untuk mendapatkan informasi-
informasi geologi permukaan yang menghasilkan suatu bentuk laporan berupa
peta geologi sehingga dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran susunan
batuan pada lokasi penelitian. ada tahapan ini merupakan tahapan awal dalam
melakukan pemetaan geologi. Langkah ini dilakukan secara bertahap sekaligus untuk
mengetahui dan menentukan batas-batas dari daerah lokasi penelitian. Pemetaan
geologi (geological mapping) pada dasarnya adalah menggambarkan data pada peta
dasar topografi yang menghasilkan cerminan kondisi geologi pada skala yang
diinginkan. Kondisi geologi yang dijumpai di lapangan berupa penyebaran batuan,
struktur geologi, dan kenampakan morfologi bentang alam. Pengamatan kondisi
geologi dilapangan harus dilakukan dengan baik dan benar supaya kita mengetahui
apa yang sesungguhnya terjadi di tempat itu pada beberapa juta tahun yang lalu
sehingga kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu sesuai
dengan semboyan “the present is they key to the past” (Hutton, 1726 - 1797)
b) Untuk mendapatkan data geologi lebih lanjut dalam usaha untuk memgetahui jumlah
cadangan/ketebalan perlapisan dan kualitas mutu bahan galian diperlukan pekerjaan
tertentu sebagai informasi awal.
B. Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah
a) Untuk mendapatkan contoh bahan galian secara vertikal yang berada dibawah permukaan
tanah.
b) Untuk mengetahui ketebalan Bahan Galian yang akan ditambang.
Pekerjaan pemboran inti dan SPT dilakukan sesuai dengan standar SNI 4153 - 2008
dengan prosedur sebagai berikut :
1) Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan bangunan sipil
yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik – titik bor yang diperlukan
langsung di lapangan.
2) Melakukan penyelidikan kondisi muka air tanah (Sub – surface) sehubungan dengan
pondasi yang akan dibangun ataupun infrastrutur lain yang akan dibangun diatasnya.
3) Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap undistrube
sampling tergantung kondisi dilapangan) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan
lebih lanjut di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang
parameter – parameter tanah dari pengetesan index Properties (Besaran Indeks) dan
Engineering Properties (Besaran Struktur Indeks).
4) Penyelidikan tanah yang umum dilakukan menggunakan alat bor – mesin dengan
dimana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 meter (tergantung kondisi)
disertai alat split spoon sampler /Open cone/Close Cone untuk SPT (Standar
Penetration Test) menurut AASHTO T 206 – 74.
5) SPT dilakukan pada interval kedalaman per 2 meter untuk diambil sample contoh
(Undistrub – distrub) bila kondisi memungkinkan bisa saja dilakukan pengambilan
contoh per 4,5 – 5 Meter bila terjadi perubahan litologi bisa per 2 meter.
6) Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undistrub
sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit, tricone, dan
core barrel.
7) Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh.
8) Untuk menetukan besaran index dan struktur properties dari contoh – contoh tanah,
baik yang terganggu (distrub) maupun asli (Undistrub) tersebut diatas dan contoh
material (quary), maka pegujian dilaboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi
SNI, SKSNI,AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai
prioritas.pertamanya.
1. Teknik meletakkan titik lokasi pemboran inti
a. Bertujuan agar didapatkan kedalaman yang maksimal
b. Dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi.
c. Jika didaerah tersebut belum/tidak didapatkan peta topografi dengan skala yang
memadai, maka perlu dibuat peta topografinya terlebih dahulu.
2. Pemboran inti disesuaikan dengan tingkat kedalaman pemboran yang diinginkan dan
waktu yang tersedia \
a. Metode pemboran inti vertical dengan kedalaman disesuaikan untuk kebutuhan.
Dalam pelaksanaan pemboran perlu ditentuk beberapa kriteria pengujian dan
pengamatan, seperti hasil inti yang terambil (core recovery) harus tidak kurang dari
80%, dilakukan uji Standard Penetration Test (SPT), uji permeabilitas, uji pecker dan
pengamatan muka air tanah. Inti (core) diharapkan utuh sehingga mencerminkan
bidang diskontinuitas yang sebenarnya yang desebabkan karena kekar, sesar atau
bidang perlapisan dan akan dicerminkan dengan nilai RQD. Semakin baik hasil
pengambilan inti, maka gambaran bawah permukaan akan semakin jelas. Hal ini akan
lebih mempermudah perencanaan dalam menentukan alat penggalian, kedalaman
penggalian, kelas massa batuan, informasi jenis pondasi, daya dukung tanah/batuan
dan jenis penanganan. Selain uji lapangan juga dilakukan uji laboratorium dengan
menggunakan inti (core) baik itu untuk contoh yang terganggu (disturb sample) atau
contoh yang tidak terganggu (undisturb sample).
b. Metoda Geofisika. Dalam pelaksanaannya metode geofisika ini dengan menggunakan
metode seismic refraksi ini sangat cocok untuk mengetahui rekaman bawah
permukaan yang tidak terlalu dalam.Pada umumnya pengukuran dengan menggunakan
seismic refraksi ini sangat membantu untuk mengetahui kondisi bawah permukaan
antara titik bor. Dari data hasil interpretasi seismic refraksi diperoleh informasi tingkat
pelapukan batuan, struktur geologi berupa kekar atau sesar, letak batuan keras dan lain
sebagainya. Hasil seismic refraksi ini juga sangat membantu dalam korelasi antar titik
bor dengan memandu material yang akan dikorelasikan.mDisamping itu hasil
interpretasi seismic refraksi dapat melengkapi data-data yang tidak terekam oleh
pemboran inti.
3. Pemboran Inti dilaksanakan dengan :
a. Alat bor Auger
1) Dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia.
2) \Alat ini sesuai diterapkan apabila sasaran pemboran merupakan batuan yang
lunak, sedang kemampuan kedalaman pemboran sangat dangkal.
3) Jika batuan yang akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka perpindahan lokasi
pemboran secara sistematis perlu dilakukan.
Peralatan pemboran merupakan salah satu peralatan inti dalam penyelidikan
lapangan ini, karena data yang dihasilkan harus memenuhi kriteria yang telah
diuraikan diatas.Jadi untuk menghasilkan inti terambil (core recovery) minimal
80% perlu peralatan pemboran yang mendukung. Adapun alat pemboran yang
dapat digunakan adalah mesin bor dengan system hidrolik dan mampu melakukan
pemboran hingga lebih dari 100 m. Dilengkapi dengan pompa air yang baik untuk
sirkulasi dan kompresor yang baik, peralatan SPT, peralatan pecker, peralatan
tabung penangkap inti (double tube corebarrel) serta bit intan (diamond bit).
Untuk diamond bit perlu digunakan, mengingat batuan sekis merupakan batuan
yang mudah pecah, sehingga ketajaman bit sangat berpengaruh pada inti yang
terambil. Diharapkan dengan menggunakan diamond bit inti yang terambil akan
utuh dan tidak pecah pecah, sehingga akan menyulitkan pada penghitungan RQD
dan interpretasi bawah permukaan. Mesin bor ini juga harus dilengkapi dengan
level (water pass) untuk menjaga posisi bor tetap vertical.
Peralatan pemboran merupakan salah satu peralatan inti dalam penyelidikan
lapangan ini, karena data yang dihasilkan harus memenuhi kriteria yang telah
diuraikan diatas.Jadi untuk menghasilkan inti terambil (core recovery) minimal
80% perlu peralatan pemboran yang mendukung. Adapun alat pemboran yang
dapat digunakan adalah mesin bor dengan system hidrolik dan mampu melakukan
pemboran hingga lebih dari 100 m. Dilengkapi dengan pompa air yang baik untuk
sirkulasi dan kompresor yang baik, peralatan SPT, peralatan pecker, peralatan
tabung penangkap inti (double tube corebarrel) serta bit intan (diamond bit).
Untuk diamond bit perlu digunakan, mengingat batuan sekis merupakan batuan
yang mudah pecah, sehingga ketajaman bit sangat berpengaruh pada inti yang
terambil. Diharapkan dengan menggunakan diamond bit inti yang terambil akan
utuh dan tidak pecah pecah, sehingga akan menyulitkan pada penghitungan RQD
dan interpretasi bawah permukaan. Mesin bor ini juga harus dilengkapi dengan
level (water pass) untuk menjaga posisi bor tetap vertical.
B. Alat Bor Inti Yang Dioperasikan Dengan Mesin.

1) Alat ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun pada bagian yang keras.
2) Kemampuan membor alat ini cukup dalam, sehingga pemindahan lokasi pemboran
dapat dilakukan seminimal mungkin apabila dikehendaki pencapaian keseluruhan
pemboran yang sangat dalam.
3) Didalam operasinya, mengerjakan pemboran dengan alat ini memerlukan keahlian
khusus, terutama didalam memakai peralatan pemboran inti yang dapat dilepas.
Teknik pemboran dengan metode Rotary Drilling dapat dikelompokkan kedalam 4
(empat) metode yaitu:
a. Metode Putar Dengan Sistem Sirkulasi Langsung (Direct Circulation Rotary
Methods)

Prinsip kerja dari teknik pemboran ini adalah memanfaatkan momen putar yang
berasal dari drill string (stang bor) yang dihubungkan dengan prime over melalui
gear reduction system. Pada Down Hole system yang ujungnya dipasang mata bor
(drilling bit) akan berputar di dalam lubang bor dan mendapat tekanan dari drill rod.
Akibat gesekan dan tumbukan mata bor dengan batuan, akan terbentuk potongan-
potongan batuan yang berukuran kecil yang disebut dengan serbuk pemboran atau
cuttingLumpur bor yang terdiri dari materials bentonite water base, keluar melalui
mata bor dan selanjutnya ke permukaan melalui annulus lubang bor sambil
membawa partikel hasil pemboran (cutting) ke permukaan. Sesampainya di Mud
DrillingTank, partikel yang di bawa dari dasar sumur akan diendapkan, dan
selanjutnya lumpur bor dimasukkan lagi melalui pompa Lumpur (mud pump).
b. Metode Putar Dengan Udara (Air Rotary Methods)
Prinsip kerja dari Air Rotary Methods hampir sama dengan metode Direct Rotary
Methods. Bedanya hanya terletak pada fungsi lumpur pemborannya. Pada metode
Direct Rotary Methods lumpur bor diganti dengan angin dari kompresor. Metode ini
biasanya dilakukan untuk pengeboran pada batuan keras atau pada pekerjaan
pemboran untuk proses peledakan dinamit atau pada pekerjaanpertambangan.
c. Metode Tumbuk Dengan Putaran Udara (Air Rotary Percussion Methods)
Metode ini merupakan kombinasi dari Air Rotary Methods dengan teknik percussion.
Untuk mengangkat drill cutting dari dalam lubang bor ke permukaan mengunakan
tekanan angin dari kompresor.Sedangkan untuk menumbuk batuan pada saat
pemboran menggunakan pneumatic hammer yang berputar dengan jumlah impact
antara 10 – 15 tumbukan per detik.
d. Metode Putar Dengan Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulation Rotary Methods)
Metode ini sama dengan metode direct rotary. Metode ini khusus digunakan untuk
pengeboran dengan diameter besar minimum 40– 1,8meter dengan kondisi batuan
yang unconsolidated. Dengan metode ini, Lumpur dari annulus lubang bor dipompa
keluar dengan bantuan pompa lain sehingga permukaan lumpur selalu berada di level
permukaan tanah. Dengan demikian, kemungkinan terjadi runtuhan pada dinding
sumur bor pada saat pemboran dilakukan akan dapat diperkecil. Kapasitas
pemompaan (kecepatan aliran di dalam pipa stang bor harus sekitar 2 m/sec.).Dalam
kesempatan ini metode yang sangat umum di indonesia, yaituDirect Circulation Mud
Flush
 Sumur Uji (Test Pit)
a) Merupakan lubang-lubang hasil penggalian (baik dengan tangan maupun mesin)
dengan diametre sekitar 1m hingga 1,5 m.
b) Pembuatan sumur uji digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan relatif dangkal seperti jenis tanah, ukur butir tanah, tebal lapisan tanah
penutup, adanya bidang diskontinuitas bawah permukaan dan lain-lain.
c) Pembuatan sumur uji ini juga disertai dengan pengambilan sampel terganggu
maupun tidak terganggu.
d) Bertujuan untuk mendapatkan variasi data bahan galian secara vertikal yang berada
di bawah permukaan.
e) Kedalaman perolehan data cukup dangkal disamping pembuatannya dilakukan
dengan tenaga manusia dengan peralatan sederhana antara lain sekop, linggis,
gancu, pacul dan ember.
f) Pembuatan sumur uji dilaksanakan terutama pada batuan yang lunak.
g) Cara pembuatan sangat sederhana.
h) Sesudah tumbuhan dan tanah penutup dibersihkan, dibuat lubang berbentuk
bujursangkar ukuran 2m x 2m, dengan arah sisi Barat Timur dan Utara - Selatan.
i) Sesudah kedalaman mencapai 5 m, sisi lubang dibuat menyempit secara berjenjang,
hingga membentuk bujursangkar bersisi satu meter.
j) Pengambilan contoh batuan dapat dilakukan pada saat pembuatan sumur uji sedang
berlangsung atau sesudah pembuatan sumur uji selesai.
Catatan :
Pengambilan contoh batuan dilakukan sesuai dengan kepentingannya baik jumlah
ataupun ukurannya. Untuk masing-masing sumur uji disusun log
litologinya.Apabila peneliti menginginkan data lebih banyak maka dapat
mengembangkan/membuat sumur uji yang lain. Apabila diinginkan kedua sumur
uji yang berdekatan dapat dikembangkan menjadi parit uji (trench).
PELEDAKAN
Bahan peledak (handak)“adalah suatu bahan kimia yang berupa senyawa tunggal
atau campuran yang berbentuk padat atau cair, yang apabila dikenai suatu aksi
panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan
berubah menjadi bahan-bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi.
 Pada pekerjaan tambang, tujuan penggunaan bahan peledak terutama untuk
membongkar batuan/bahan galian dari batuan induknya.

 Secara garis besar jenis bahan peledak dibedakan menjadi:

1. Bahan peledak mekanis (mechanical explosives)

Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas
akibat suatu elemen panas yang dimasukkan ke dalam bahan peledak
tersebut. Contohnya adalah cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu
tabung dengan penutup yang mudah retak yang berisi CO2 cair.

2. Bahan peledak kimia (chemical explosives)

Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak ini dibagi dua, yaitu :


1. Bahan peledak kuat :
Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps
(1-6 mil perdetik). Tekanan yang dihasilkan juga sangat tinggi 50.000 – 4.000.000
psi. Sifat reaksinya adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock
wave). Bahan peledak kuat ini dibagi 2 macam lagi, yaitu :
a. “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila terkena api,
benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu untuk bahan isi
detonator.
b. “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan meledak apabila
ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan dari sebuah detonator atau
primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro Toluene) dan PETN.
2. Bahan peledak lemah : Bahan peledak ini (low explosives) memiliki kecepatan
reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000 psi. Umumnya
dipakai di tambang batubara. Contoh bahan peledak kimia:

3. Bahan peledak nuklir (nuclear explosives)

Bahan peledak nuklir adalah bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari
plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom
aktif. Bahan bakar nuklir - berbentuk padat, secara kimia bersifat inert. Bahan bakar
nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan bakar kimia
yang dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan bakar nuklir yang
umum dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir
berantai di dalam reaktor nuklir; Bahan bakar nuklir dapat juga berarti material
atau objek fisik (sebagai contoh bundel bahan bakar yang terdiri dari batang bahan
bakar yang disusun oleh material bahan bakar, bisa juga dicampur dengan material
struktural, material moderator atau material pemantul (reflector) neturon. Bahan
bakar nuklir fissil yang sering digunakan adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang
berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan dan pembuangan dari
material-material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar
nuklir penting adanya karena terkait dengan PLTN dan senjata nuklir. Contoh
bahan peledak nuklir:
Dari ketiga jenis bahan peledak tersebut di atas yang umum digunakan sebagai bahan
peledak industri ialah jenis BAHAN PELEDAK KIMIA yang berdasarkan atas kecepatan
reaksinya dibedakan :
1. Bahan peledak kuat

a) Mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi yaitu 5.000 - 24.000 fps (1 - 6 mile per
detik)
b) Tekanan yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 50.000 - 4.000.000 psi.
c) Sifat reaksinya ialah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave).
d) Termasuk jenis bahan peledak kuat yaitu semua jenis dinamit antara lain TNT (Trị
Nitro Toluena), PETN (Penta Ery-Thritol Nitrate).

2. Bahan peledak lemah

a) Mempunyai kecepatan reaksi rendah yaitu kurang dari 5.000 fps (dari beberapa
inchi sampai beberapa feet per detik).
b) Tekanan yang dihasilkan kurang dari 50.000 psi.
c) Untuk penggunaan ditempat yang mengandung gas atau berdebu bahan peledak ini
harus lulus uji sebagai "permissible explosive" (permitted explosives).
d) Bahan peledak jenis ini biasanya dipergunakan ditambang batubara.
e) Bahan peledak lemah yang tidak perlu lulus uji disebut non permissible explosives.
Contoh bahan peledak lain adalah : black powder, propellant.
A. Bahan Peledak Industri (Komersial)
Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat khusus untuk
keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan industri lainnya, di luar
keperluan militer. Sifat dan karakteristik bahan peledak (yang akan diuraikan pada
pembelajaran 2) tetap melekat pada jenis bahan peledak industri.  Dengan perkataan sifat
dan karakter bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak militer,
bahkan saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan peledak yang
tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan tinggi (high explosives).
1. Black Powder
Adalah bahan peledak kimia paling awal yang diketahui. Bahan peledak ini terdiri
atas campuran belerang, karbon dan kalium nitrat. Sulfur dan karbon bertindak
sebagai bahan bakar sedangkan sendaa sebagai oksidator. Black powder telah banyak
digunakan sebagai propelan dalam senjata api, artileri, peroketan, dan kembang api
termasuk digunakan sebagai bahan dipenggalian, pertambangan dan pembangunan
jalan. Black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak rendah karena tingkat
dekomposisi yang relatif lambat dan akibatnya brisance rendah. Deflagrate bahan
peledak rendah sedangkan bahan peledak tinggi meledak menghasilkan gekombang
kejut supersonik.
 Terbuat dari campuran arang, belerang dan potasium nitrat 8C + 3S + 10 KNO3
→ 3 K2SO4 + 2K2CO3 + 6CO2 + 5 N2.
 Dibuat dalam 2 bentuk yaitu : bentuk butiran (granular) untuk isian sumbu api dan
bentuk pellet untuk isian lubang tembak.
2. Dinamit
Dinamit adalah peledak berdasarkan potensi ledakan
dari nitrogliserin menggunakan diatomaceous bumi (Kieselguhr) sebagai penyerap.
Awalnya ditemukan oleh kimiawan dan teknisi Swedia Alfred Bernhard
Nobel pada 1866 dan dipatenkan pada 1867. Benda ini biasanya dijual dalam bentuk
silinder dengan panjang kira-kira 8 inci dan berdiameter 1 inci, tetapi ukuran lain juga
tersedia. Dinamit dianggap sebagai "peledak tinggi", yang berarti jauh lebih kuat
dari bubuk mesiu. Dinamit ini juga pernah digunakan dalam peristiwa Bandung
lautan api.
 Straight Dynamite, Komposisi : NG 20 -67%, NANO, 59- 23%
 Gelatine Dynamite, Komposisi : campuran NG dan NC (disebut Blasting
Gelatine-BG) sebagai bahan dasar, ditambah NaNO3 atau KNO3 sebagai sumber
Oxygen. Gelatine dynamite tahan terhadap air sehingga mampu disimpan hingga
3 tahun.

 Ammonia Gelatine Dynamite, Komposisi : BG sebagai bahan dasar, ditambah


ammonium nitrat (NH4NO3) sebagai sumber Oxygen.

 Permissible Explosive, Komposisi: Ammonium Gelatine Dynamite ditambah


Sodiun Chlorida (NaCl) yang berfungsi sebagai flame depressant untuk
mendapatkan temperatur peledakan rendah, volume gas sedikit dan penyalaan
sesingkat mungkin sehingga mengurangi kemungkinan terjadi ledakan skunder.

 Blasting Agent

Blasting Agent merupakan bahan kimia yang apabila belum dicampur, belum
mempunyai daya ledak. Tetapi setelah dicampur dengan perbandingan tertentu
akan merupakan bahan peledak Bahan peledak jenis ini termasuk bahan peledak
kuat.
Contoh : ANFO (Ammonium Nitrat + Fuel Oil)
Reaksi kimia : 3NH4NO3+ 2CH2 → CO2 + 3N2 + 7H2O
Sifat ANFO : Harganya murah, sangat mudah rusak karena air, sesuai digunakan
dibatuan yang kering. Kecepatan detonasi sangat dipengaruhi oleh diameter
lubang tembak. Hasil terbaik apabila lubang tembak lebih dari 2,5 inchi (6,35 cm).
 Slurry/Watergel Explosives/Emulsion

a. Jenis ini tidak peka terhadap gesekan api ataupun rangsangan mekanis
lainnya. Oleh karenanya dinilai sangat aman dalam penggunaannya dan tahan
air.
b. Terdiri dari campuran AN atau SN (Sodium Nitrat) dengan combustible fuel
sebagai sensitizer dan air (sampai 20%), ditambah bahan pengikat (gelling
agent).

c. Pada jenis emulsi bahan pengikatnya sejenis oli dan lilin (wax). Combustible
fuel yang dipakai : gula cair, serbuk gergaji, belerang, logam Mg atau Al,
kadang-kadang TNT.

 Contoh bahan peledak jenis ini :

1. Tovex (produksi Du Pont - USA)

Tovex merupakan sebuah gel air yang bisa meledak, juga dikenal sebagai
Trenchrite, Seismogel, atau Seismopac, adalah sebuah alternatif untuk
dinamit tradisional. Tovex mempunyai toksisitas rendah dan pembuatannya
yang aman telah membuatnya menjadi pengganti optimal untuk dinamit.
Trovex telah diadopsi untuk digunakan secara luas, dengan sebanyak 80%
perusahaan minyak internasional menggunakannya untuk eksplorasi seismik.
2. Aquagel (produksi Atlas - USA)
3. Emulite (produksi Nitro Nobel - Swedia)
4. Gel. Powder (produksi Hercules USA)
B. Sifat gas Beracun

Bahan peledak yang meledak dapat menghasilkan dua jenis gas yang berbeda sifatnya
yaitu :
1. Smoke, tidak berbahaya terdiri dari uap atau asap putih
2. Fume, cukup berbahaya karenaberacun, terdiridari gas karbon monoksida (CO) dan
Oksida Nitrogen (NO atau NO2), gas tersebut berwarna kuning. Fumes dapat terjadi
bila peledak bila:
 Yang diledakkan tidak memiliki keseimbangan Oksigen
 Telah dalam keadaan rusakkarena lama ataupenyimpanan tak benar
 Penyalaan yang tidak sempurna
 Oleh karena timbul fumes yang beracun dan cukup berbahaya bagi pekerja, maka
dalam setiap operasi peledakan baik dipermukaan atau di bawah tanah, salah satu
prosedur yang harus diikuti adalah membiarkan tempat yang baru saja diledakan
sekurang-kurangnya satu jam sampai diperkirakan tempat tersebut terbebas dari
fumes.

Sifat Umum Bahan Peledak

a. Kekuatan
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan Cara pengukuran kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
b. Berat Jenis
Adalah berat per satuan volume. Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga) cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian, lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak dengan ukuran 1
¼ x 8 in dalam peti seberat 22,5 kg.
c. Kepekaan
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari bahan peledak
akan terjadi/mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi peledakkan dirambatkan
ke seluruh muatan.
Macam-macam sensitivity /kepekaan:
1. Sensitivity to shock / Kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / Kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / Kepekaan terhadap ledakan pendahuluan
5. Sensitivity to cap / Kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang jaraknya
berjauhan.
d. Cepat Rambat
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak. Kecepatan perambatan
peledakan dapat diukur dengan mempergunakan alat “micro timer” secara
langsung dan dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
sepotong sumbu ledak yang telah diketahui kecepatannya (metode ini dikenal
sebagai metode “dauctriche”).
e. Sifat Gas Beracun
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya gas beracun
yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida), NOx (Nitrogen
Oksida). Fumes terbentuk apabila campuran bahan peledak tidak balance atau
karena bahan peledaknya telah rusak. Fumes sangat membahayakan untuk
pekerjaan di bawah tanah (underground mining).
f. Daya Tahan Terhadap air
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan perembesan air.
Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam jumlah jam lamanya suatu
bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih dapat diledakkan dengan baik.
g. Kebolehan
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan peledak
tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara, dimana pada umumnya
banyak terdapat gas CH4 (gas methane) dan debu-debu batubara yang mudah
terbakar.
h. Stabilitas Kimia
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan/ hadling. Makin
stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya makin aman.
Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan mencatat waktu yang diperlukan
sebelum suatu bahan peledak mengurai pada suhu standard (80oC).
i. Kemasan
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan kotaknya)
juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan diperhitungkan dalam
campuran. Jenis pembungkus ini juga mempengaruhi terhadap gas-gas yang
dihasilkan dalam peledakan.
C. Lokasi Penyimpanan Bahan Peledak
Beberapa persyaratan lokasi dimaksud :
1. Harus mudah dicapai, aman terhadap daerah lingkungan dan memperhatikan jarak
keselamatan terhadap situasi sekeliling
2. Bila dimungkinkan dipilih pada daerah berbukit yang dapat memberi perlindungan
terhadap gedung, jalan raya dan instalasi umum.
3. Sesuai fungsinya tempat penyimpanan dibedakan:
 Tempat penyimpanan induk (main storage)
 empat penyimpanan sementara dilapangan
Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :

 Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah diledakkan dalam
jangka waktu 30 menit
 Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih dahulu
memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas dari pengaruh gas-
gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan,
sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja tersebut.
 Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang ledak
tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak
dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak tersebut.
 Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan mengeluarkan
stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi atau memakai air, setelah
keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian
diledakkan. Semua usaha
 ini harus dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis
dari Kepala Teknik Tambang.
D. Gudang Penyimpanan Bahan Peledak
Gudang dimaksud harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Memiliki konstruksi yang cukup kuat, tahan peluru, tahan api dengan lantai tidak
lembab
2. Atap terbuat dari bahan yang ringan, pintu dilengkapi dengan kunci yang baik.
3. Terdiri dari 2 bangunan/bagian yang terpisah
a. Bangunan pertama khusus untuk menyimpan bahan peledak
b. Bahan kedua khusus untuk menyimpan detonator.
4. Bahan Peledak dan detonator tidak boleh disimpan dalam satu bangunan yang disatu
tempat.
5. Dilengkapi dengan penangkal petir dan harus diperiksa setiap 6 bulan.

Keamanan bahan peledak


Bahan peledak harus disimpan pada gudang khusus untuk bahan peledak yang memiliki
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, meliputi perizinan, persyaratan fisik
gudang, jenis-jenis gudang bahan peledak, jarak aman dari fasilitas umum, dan tata cara
E. Tata cara penyimpanan bahan peledak
Tata cara penyimpanan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Bahan peledak disimpan dan disusun menurut sistem rak dengan tumpukan yang
serendah-rendahnya, 30 cm di atas lantai.
2. Tinggi susunan bahan peledak tidak boleh lebih 1,80 m, dan sirkulasi udara harus
diperhatikan.
3. Di dalam gudang bahan peledak tidak boleh disimpan benda lain.
4. Dilarang membuka peti bahan peledak pada jarak kurang dari 15 m dari gudang
bahan peledak.
5. Suhu dalam gudang tidak boleh lebih dari 350C.
Penjelasan :

1. Penyimpanan Bahan Peledak Peka Detonator


Temperatur ruangan bahan peledak peka detonator maksimal 35 (tiga puluh
lima) derajat celcius. Tata cara penyimpanan gudang bahan peledak peka detonator
sebagai berikut:
a. Apabila bahan peledak peka detonator disimpan di dalam gudang berbentuk
bangunan, maka harus memenuhi ketentuan:
1) Tetap dalam kemasan aslinya; dan
2) Diletakkan di atas bangku dengan tinggi paling kurang 30 cm dari lantai
gudang, dengan ketentuan:
a) Tinggi tumpukan paling tinggi 180 (seratus delapan puluh) cm dari dasar
lantai, lebar tumpukan paling banyak 4 (empat) peti dan panjang tumpukan
disesuaikan dengan ukuran gudang;
b) Jarak antara tumpukan berikutnya paling kurang 30 (tiga puluh) cm; dan
c) Harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang paling
kurang 30 (tiga puluh) cm.
b. Apabila disimpan dalam gudang berbentuk kontener bahan peledak peka
detonator, maka harus memenuhi ketentuan:
1) Ditumpuk dengan baik sehingga udara dapat mengalir di sekitar tumpukan; dan
2) Kapasitas penyimpanan paling banyak 4.000 kilogram.

2. Penyimpanan Bahan Peledak Peka Primer


Temperatur ruangan bahan peledak peka primer maksimal 55 (lima puluh lima) derajat
celcius. Tata cara penyimpanan gudang bahan peledak peka primer adalah sebagai
berikut:

a. Apabila bahan peledak peka primer disimpan di dalam gudang berbentuk bangunan,
maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Tetap dalam kemasan aslinya;

2) Bahan peledak dalam kemasan yang beratnya sekitar 25 (dua puluh lima) sampai
dengan 50 (lima puluh) kilogram, tinggi tumpukan paling tinggi 180 (seratus
delapan puluh) centimeter dari lantai dengan lebar paling banyak 8 (delapan)
kantong;

3) Bahan peledak dalam kemasan yang beratnya sekitar 1.000 kilogram dengan
ketentuan:

a) Harus disimpan dengan pelet kayu aslinya;

b) Penerima dan pengeluaran bahan peledak tidak boleh dilakukan secara


manual; dan

c) Harus disimpan dalam bentuk tumpukan dengan ketentuan:

(1) Tinggi tumpukan paling banyak 3 (tiga) kemasan;

(2) Harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang
paling kurang 75 (tujuh puluh lima) centimeter;

(3) Harus tersedia lorong yang bebas hambatan sehingga alat angkut dapat
bekerja dengan bebas dan aman;

(4) Dalam hal tumpukan melebihi ketentuan angka (1), angka (2), dan angka (3),
maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari KalT/Kepala Dinas atas
nama KalT; dan

(5) Alat pengangkut bermesin motor bakar tidak boleh ditinggalkan di dalam
gudang tanpa operator.
b. Apabila bahan peledak peka primer disimpan di dalam gudang berbentuk kontener
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Tetap dalam kemasan aslinya; dan

2) Bahan peledak dalam kemasan sekitar 25 (dua puluh lima) kilogram dan harus
disimpan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka
1).

3. Penyimpanan Bahan Ramuan

Temperatur ruangan bahan ramuan bahan peledak maksimal 55 (lima puluh


lima) derajat celcius. Tata cara penyimpanan gudang bahan ramuan bahan peledak
sebagai berikut:

a. Penyimpanan dalam gudang berbentuk bangunan:


1) Bahan ramuan dalam kemasan yang beratnya 25 (dua puluh lima) sampai
dengan 50 (lima puluh) kilogram, tinggi tumpukan paling tinggi 180 (seratus
delapan puluh) centimeter dari lantai dengan lebar paling banyak 8 (delapan)
kantong;
2) Bahan peledak dalam kemasan sekitar 1.000-1.500 kilogram:
 Harus disimpan dengan palet aslinya atau tanpa palet sepanjang kemasan
aslinya didesain untuk diangkat tanpa palet;
 Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak tidak boleh dilakukan secara
manual; dan
 Harus disimpan dalam bentuk tumpukan dengan ketentuan :
a. Tinggi tumpukan paling banyak 3 (tiga) kemasan;
b. Harus tersedia ruang bebas antara tumpukan dengan dinding gudang
paling kurang 75 (tujuh puluh lima) centimeter; dan
c. Harus tersedia lorong yang bebas hambatan sehingga alat angkut dapat
bekerja dengan bebas dan aman.
3) Alat pengangkut bermesin motor bakar tidak boleh ditinggalkan di dalam
gudang tanpa operator.
b. Penyimpanan dalam gudang berbentuk kontener harus ditumpuk sedemikian
rupa sehingga udara dapat mengalir disekitar tumpukan.

c. Penyimpanan bahan ramuan bahan peledak dalam kontener aslinya


harusmemenuhi ketentuan sebagai berikut:

 Kontener hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang telah diizinkan


dengan mempertimbangkan jarak aman terhadap lingkungan dan jarak
aman antar gudang; dan
 Kontener harus disusun dengan rapat dan baik.

4. Penyimpanan Detonator

a. Persediaan detonator harus seimbang dengan jumlah persediaan bahan peledak.


b. Detonator harus disimpan terpisah dengan bahan peledak lainnya dalam gudang
bahan peledak peka detonator
c. Dilarang menyimpan detonator bersama-sama dengan bahan peledak lainnya.

5. Penyimpanan di Bawah Tanah

a. Bahan peledak di bawah tanah harus disimpan di dalam gudang bahan peledak.

b. Gudang bahan peledak bawah tanah hanya dapat dipergunakan untuk menyimpan
bahan peledak untuk pemakaian paling lama 2 (dua) hari 2 (dua) malam, yang
jumlahnya paling banyak 5.000 kilogram.

c. Apabila tidak tersedia gudang di bawah tanah, sedangkan pemakaian lebih besar dari
50 (lima puluh) kilogram dalam waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam, maka
harus tersedia tempat untuk menyimpan sementara yang mendapat persetujuan
KalT/Kepala Dinas atas nama KalT.
F. Peraturan-peraturan tentang bahan peledak
 Agar bahan tidak disalah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,
Pemerintah telah membuat peraturan yang menyangkut
1. Pengadaan (penmbuatan dan pembelian)

Pengadaan adalah suatu kegiatan untuk menyediakan bahan peledak


dan/atau bahan peledak aksesori melalui produksi di dalam negeri atau impor.
2. Pengangkutan

3. Penyimpanan dan penggunaan bahan peledak

1. Untuk pengamanan bahan peledak, beberapa peraturan Dibidang


pertambangan umum, perizinan mengenai bahan peledak ditangani oleh
Direktorat Teknik Pertambangan
2. Untuk menjadi juru ledak diwajibkan memiliki keahlian tentang hal tersebut
dengan bukti sertifikat.
G. Pembuatan lubang tembak
Lubang tembak dibuat pada batuan yang akan diledakan dan
1. Dibuat dengan alat bor
2. Jumlah lubang tembak satu atau lebih tergantung kepentingan
3. Kedalaman dan lebar lubang tembak menyesuaikan dengan jenis bahan peledak yang
dipkai
4. Sebelum diisi dengan bahan peledak tiap lubang tembak harus dibersihkan dengan
kompresor.
H. Sistem peledakan
Untuk menghemat waktu dan tenaga untuk menghancurkan batuan dibuat lebih dari satu
lubang tembak. Oleh sebab itu system peledakan dapat dilakukan dengan :
1. Serentak, apabila peledakan dilakukan dengan skala kecil sehingga suara dan getaran
yang ditimbulkan tidak membahayakan
 Beruntun (delayed blasting), apabila peledakan dilakukan dengan skala menengah-
besar sehingga apabila dilakukan peledakan tunggal suara dan getaran yang dihasilkan
diduga sudah berdampak negatip. Dampak ini akan menjadi lebih besar apabila
peledakan dilakukan serentakyang Berlaku :
3. Kepres no.27 tahun 1982 tentang pengadaan bahan peledak
a. Bahwa perlu menjamin kelangsungan pengadaan dan penyediaan bahan
peledak sebagai sarana penunjang pelaksanaan pembangunan nasional;
b. Bahwa sesuai dengan sifatnya yang erat hubungannya dengan pertahanan,
keamanan, dan keselamatan lingkungan, perlu mengawasai secara ketat
penggunaan bahan peledak;
c. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan huruf b serta
dalam rangka upaya nasional untuk berswasembada atas bahan peledak
perlu menugaskan Perusahaan Umum Dahana yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1973 sebagai badan tunggal untuk
pengadaan, penyediaan, dan distribusi bahan peledak dan yang sejenis
dengan itu, serta komponen-komponen yang berhubungan dengan bahan
peledak tersebut;
4. Kep Men Hankam no. Kep/01/M/1/1984 tentang pengawasan dan
pengendalian bahan peledak
5. Skep Men Hankam no.Skep/198/M/III/1984 tentang perincian bahan peledak
6. Skep Men Hankam no.Skep/199/M/III/1984 tentang penunjukan pelabuhan
bagi pemasukan, pengeluaran dan pengangkutan antar pulau bahan peledak
7. Juklak Kapolri no.Juklak/06 B/XI/1979
8. Intruksi Presiden RI.no.9 tahun 1979 tentang peningkatan, pengawasan dan
pengendalian senjata api.
Menimbang:
a. Bahwa senjata api merupakan salah satu alat untuk melaksanakan tugas
pokok Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di bidang
Pertahanan Keamanan;
b. Bahwa oleh karena di luar lingkungan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia terdapat pula pemasukan, pemilikan, penguasaan dan atau
penggunaan senjata api, amunisi, dan mesiu, maka perlu adanya
penertiban, pengawasan, dan pengendaliannya, sehingga dapat dicegah
sejauh mungkin timbulnya ekses yang dapat menimbulkan ancaman atau
gangguan terhadap keamanan;
c. Bahwa oleh karena itu perlu dikeluarkan suatu Instruksi Presiden mengenai
peningkatan pengawasan dan pengendalian senjata api.
KUALITAS CONTOH BATUAN
Untuk mengetahui kualitas contoh batuan atau sering disebut sebagai kualitas cadangan,
contoh batuan yang diperoleh dari pelaksanaan pemboran inti ataupun sumur uji (sesuai
dengan keperluan) selanjutnya dilakukan analisa laboratorium.
Analisa laboratorium yang sering dilakukan antara lain :
a. Analisa petrografi
b. Analisa kimia
c. Analisa Defraktometer Sinar X
d. Analisa Besar Butiran
e. Analisa berat jenis
f. Pengujian daya serap batuan terhadap air
g. Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan
h. Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan
i. Pengujian kuat tekan bebas.
Analisa Laboratorium
a. Analisa petrografi
 Merupakan analisa batuan secara mikroskopis, melakukan identifikasi sayatan tipis
dengan mikroskop polarisasi.
 Untuk tujuan tersebut dipilih contoh batuan yang secara megaskopis tampak
segar/belum mengalami pelapukan.
 Dari analisa petrografi ini diketahui jenis, tekstur, struktur, komposisi mineral, nama
batuan.
 Apabila diinginkan melalui analisa petrografi dapat diketahui tingkat pelapukan,
tingkat metamorfisme, perkembangan/ pertumbuhan pori-pori.
 Dari kenampakan tingkat pelapukan, tingkat metamorfisme dan
perkembangan/pertumbuhan pori-pori, secara tidak langsung terkait dengan kekuatan
batuan.
 Prosedur preparasi sampel untuk analisa petrografi sebagai berikut :
1) Pilih contoh batuan, dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm.
2) Pada salah satu sisinya dihaluskan dengan serbuk korundum
3) Preparat dipanaskan pada hot plate dengan suhu 50° C, hingga kering, teteskan
canada balsem, pada bagian yang halus
4) Sesudah canada balsem (Kanada Terpentin/Balsam Cemara yaitu terpentin yang
terbuat dari resin pohon cemara balsam di Amerika Utara) yang diteteskan pada
preparat masak (kurang lebih dipanaskan selama 5 menit), pindahkan dan
tempelkan pada gelas preparat yang bebas debu dan air, tekan dan gerakan
preparat tersebut sehingga menempel sempurna tanpa ada gelembung udara di
dalamnya, tunggu sampai dingin betul.
5) Preparat ditipiskan dengan gerenda halus atau dengan serbuk karborundum dalam
keadaan basah, sehingga mencapai ketebalan 0,03 mm, ketebalan ini dapat
diketahui dengan membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop
pada saat nikol disilangkan (misalnya mineral hornblende) dengan warna mineral
baku seperti yang terlihat pada warna interferensi.
6) Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanaskan sebentar,
kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak sampai dingin.
7) Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk dideterminasi.
b. Analisa kimia
 Analisa kimia dinilai relatif lebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi.
 Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam
batuan.
 Pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan
pada temperatur 150° C dalam cawan platina, kemudian di fusing dengan
Na2CO3; pada suhu 1.000° C. Tambahkan aquades dan HCI, panasi hingga
kering. Ulangi perlakuan tersebut sampai larut lalu disaring untuk penentuan
kadar SiO2.
2. Filtratnya untuk penentuan kadar trace elements dengan menggunakan AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometer). Untuk kadar Calsium (Ca) dan atau
Magnesium (Mg) yang tinggi, ditentukan dengan cara Kompleksiometer.
Dengan AAS akan segera dapat diketahui macam-macam unsur dan
jumlahnya secara tepat dan cepat.
3. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan
ditimbang beratnya. Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur
100 - 105° C maka semua air akan keluar dan menguap.
4. Sampel tersebut kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang diperoleh
merupakan berat kandungan air.
5. Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut : Contoh
dipanaskan pada suhu 105° C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan
lagi pada furnace sampai 1.000° C, selama 1,5-2 jam, dan ditimbang lagi = b
gram. Harga selisih a-b gram merupakan bahan yang hilang terbakar.
c. Analisa Difraktometer Sinar X
Difraksi Sinar-X (XRD) adalah Teknik analisa tidak merusak (nondestructive)
yang sangat penting dalam karakterisasi material kristalin. Teknik ini diantaranya
dapat memberikan informasi  komposisi fasa sampel secara kualitatif dan
kuantitatif, derajat kristalinitas, struktur kristal  dan struktur kristal refinement,
ukuran kristalit dan regangan mikro.
Pengujian dilakukan dengan mengarahkan berkas sinar-x ke sampel dan
mengukur intensitas berkas yang dihamburkan sebagai fungsi dari arah hamburan
(sudut hamburan 2θ), data yang dihasilkan disebut pola difraksi (diffraction
pattern). Dari pola difraksi sampel, dapat diperoleh beberapa karakteristik sampel.
Pelayanan analisa data yang diberiknan oleh Lab Emaju hanya berupa pengambilan
data difraksi dan analisa fasa kualitatif dan kuantitatif.
Analisa fasa kualitatif dilakukan berdasarkan fakta bahwa setiap fasa dari
sebuah material kristalin akan menghasilkan sebuah pola difraksi yang khas untuk
fasa tersebut, jadi pola difraksi (posisi puncak dan intensitas relatifnya) bertindak
sebagai sidik jari fasa tersebut, analisa kualitatif atau identifikasi fasa dilakukan
dengan mencocokan pola difraksi sampel dengan pola standard yang ada dalam
database pola difraksi (seperti ICDD dan ICSD).
Analisa fasa kuantitatif adalah mengetahui jumlah relatif (umumnya dalam
%berat) fasa fasa yang ada dalam sampel, dihitung  menggunakan pola difraksi
sampel. Anailisa ini berdasarkan fakta bahwa intensitas puncak-puncak difraksi dari
sebuah fasa tertentu dalam campuran, tergantung dari jumlah relatif fasa tersebut
dalam campuran. Analisa fasa kuantitatif dilakukan dengan metode Reference
Intensity Ratio (RIR), menggunakan perangkat lunak HighScore Plus dan database
ICDD atau ICSD. Bila ada permintaan dapat dilakukan dengan metoda Rietveld.
Uji difraksi sinar-X XRD dilakukan untuk menentukan fasa yang terbentuk
setelah serbuk mengalami proses kalsinasi. Dari data yang akan dihasilkan dapat
diprediksi ukuran kristal serbuk dengan bantuan software X- powder dan Match.
Ukuran kristalin ditentukan berdasarkan pelebaran puncak difraksi sinar-X yang
muncul. Makin lebar puncak difraksi yang dihasilkan maka makin kecil ukuran
kristal serbuk. Sudut antara permukaan bidang spesimen dan sumber sinar X adalah
sudut Bragg Ө. Uji difraksi sinar-X XRD dilakukan untuk menentukan fasa yang
terbentuk setelah serbuk mengalami proses kalsinasi.. Lingkaran difraktometer
berpusat pada specimen dan detektor dengan sumber sinar-X keduanya berada pada
keliling lingkarannya. Jejari lingkaran difraktometer adalah tetap. Lingkaran
difraktometer juga dinyatakan sebagai lingkaran goniometer. Goniometer adalah
komponen sentral dari suatu difraktometer sinar-X dan mengandung pemegang
sampel sample holder. Prinsipnya adalah menggunakan Hukum Bragg : n λ = 2 d
sin Θ . Analisa uji ini diperlakukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur
kimianya dengan petrografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain
untuk jenis lempung/tanah liat.
d. Analisa besar Butir
Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan
ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang
keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen. Dalam analisa ini tercakup
beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting
atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Masing-masing
pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai
batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau
dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa
granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan
metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik yang
mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara
transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-
rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva.
Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau
keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu
sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan
Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap
ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai
penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila
sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir
panjang disebut sortasi jelek.
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.
Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir
sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir
halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan
pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat
halus ( Blatt,dkk dalam Kusumadinata, 1980).
Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir
terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir
dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.
Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam
jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan partikel
kasar, maka kepencengannya bernilai negatif.
e. Analisa Berat Jenis
Berat relatif dari suatu batuan mineral yang diukur terhadap berat dari air disebut
sebagai berat jenis batuan mineral (specific grafity). Cara melakukan pengukuran 
berat jenis adalah sebagai berikut:

1. Timbanglah berat batuan mineral dalam keadaan kering di udara (W)

2. Timbanglah mineral tersebut dalam air, sambil ditenggelamkan dalam air (W1).
Tampak mineral kehilangan beratnya karena digunakan untuk gaya mengapung.
Berat air yang dipindahkan itu adalah sama dengan selisih antara berat mineral
di udara dan berat mineral dalam air (W-W1)

3. Berat jenis dari batuan mineral tersebut diperoleh dengan cara membagi berat
mineral dalam keadaan kering (W) dengan berat air yang dipindahkan (W-W 1),
dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
W = Berat mineral kering di udara
W1 = Berat mineral di dalam air
Setiap jenis mineral mempunyai berat jenis batuan mineral tertentu. Berat jenis
(specific gravity) ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Mineral-mineral
pembentuk batuan biasanya mempunyai berat jenis 2,7 dan mineral-mineral
logam mempunyai berat jenis 5.
 Pengujian Daya Serap Air
Pengujian daya serap air pada batu alam dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan batuan untuk menyerap air.
 Pengujian Ketahanan Batuan
Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh bahan kimia. Jika bahan kimia dalam presentase tinggi dapat
merugikan bagi konstruksi bangunan seperti alkali.
 Pengujian Ketahanan Batuan
Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan dilakukan untuk mengetahui
daya tahan terhadap gosokan bahan-bahan lainya, pengujian dilakukan
dengan menggunakan bola-bola baja yang terdapat pada alat uji keausan.
 Pengujian Kuat Tekan Bebas
Pengujian kuat tekan bebas adalah upaya untuk mengetahui batas kekuatan
tekan batu alam, sehingga dapat direncanakan sebuah konstruksi yang aman
dari kerusakan akibat beban yang bekerja pada bangunan.
f. Pengujian daya serap batuan terhadap air
 Daya serap batuan terhadap air merupakan prosentase air yang terserap
kepori terhadap agregat kering.
 Besarnya daya serap bahan terhadap air dapat dihitung mengikuti petunjuk
yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga (1976), sebagai berikut :

Dimana:
Ds = Daya serap (dalam prosen)
Bj = Berat benda uji pada keadaan permukaan jenuh (gram)
Bk = Berat benda uji kering pada keadaan sesudah dimasukkan
dalam oven (gram)
 Harga daya serap batuan terhadap air yang sangat besar akan
mempengaruhi kekuatan batuan sebagai konstruksi teknik,
pengembangan volume air yang secara serentak dapat merusak
konstruksi bangunan.

g. Pengujian ketahanan batuan terhadap Pelapukan


 Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
reaksi kimia unsur-unsur alkali (K dan Na) yang pada umumnya
terdapat banyak sekali senyawa silikat dalam batuan.
 Bila unsur-unsur tersebut terlarut dalam air maka akan membentuk
semacam bubur dan bereaksi dengan unsur silika dan agregat
membentuk koloid-koloid silica.
 Koloid ini peka sekali terhadap tekanan osmose sehingga apabila
menerobos celah batuan akan merusak konstruksi bangunan, Krynine
dan Judd (1957) menyarankan agar kandungan alkali bahan agregat
yang akan dipergunakan jangan melebihi 6 %.
 Cara melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
1. Benda uji dipecah hingga berdiameter 9,5 mm - 63 mm.
2. Garam Na,SO4 sebanyak 215 gram dilarutkan dalam 1 L air,
diaduk hingga merata sehingga diperoleh berat jenis antara 1,51 -
1,174.
3. Jika digunakan Mg2SO4 dipakai 350 gram dalam 1 L air.
4. Larutan didinginkan hingga suhu 21° C selama 46 jam.
5. Masukan masing-masing benda uji menurut ukuran seperti tabel di
bawah kedalam bejana-bejana perendam yang berisi bahan pelarut
selama 16 - 18 jam. Banyaknya pelarut harus cukup sehingga
benda uji terendam seluruhnya dalam pelarut 1,2 cm di bawah
permukaan.

6. Bejana ditutup untuk menghindari penguapan dan masuknya bahan


asing. Selama perendaman suhu diusahakan tetap 21°C ± 1° C.
7. Setelah 1 periode rendaman, ambilah benda uji dari bejana biarkan
mengering kira-kira 15 menit, kemudian masukan ke dalam oven
sampai beratnya tetap.
8. Ulangi benda uji cara tersebut di atas sampai 5 kali, kemudian
dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 110° C
sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang dan dihitung berapa
prosen berat yang hilang.

h. Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan.

 Ketahanan batuan terhadap aus ini diartikan sebagai sifat daya tahan
batuan tersebut terhadap penggosokan bahan lain.
 Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No. 12, terhadap berat semula dalam prosen.
 Dalam pengujian dipakai bahan berupa bola-bola baja dengan diameter
rata-rata 4,68 cm dengan berat antara 390 - 445 gram, yang terdapat pada
mesin pengujian LOS ANGELES.
 Cara pengujian yang dianjurkan oleh Dirjen Binamarga adalah sebagai
berikut:

Banyak objek bangunan sipil yang sangat dipengaruhi oleh kondisi agregat,
terutama pada tingkat keausan agregat. Contohnya pada pekerjaan jalan, baik
yang perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun perkerasan lentur (flexible
pavement), agregat akan mengalami proses lainnya seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran dan akibat
penghamparan dan pemadatan. Setelah jalan dapat dioperasikan, agregat juga
masih mengalami proses pengausan oleh roda-roda kendaraan. Oleh karena itu,
diperlukan pengujian untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan. Secara
umum agregat harus memiliki daya tahan yang cukup terhadap :
- Pemecahan (rusting)
- Penurunan mutu (degradation)
- Penghancuran (disintegration)\
Pada konstruksi pekerjaan jalan, penggunaan agregat yang tidak memenuhi
syarat keausan akan mengkibatkan terganggunya kestabilan konstruksi
perkerasan dan terganggunya pelekatan aspal terhadap agregat. Uji keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles dapat dilakukan dengan 500 atau
1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm. Keausan pada 500 putaran menurut
PB-0206-76 manual pemeriksaan bahan jalan, maksimum adalah 40%.
Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin untuk pengujian keausan /
abrasi agregat kasar, fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan
gesekan, dihitung berdasarkan kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara
mengayak agregat dalam ayakan no.12 (1.70 mm).
Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi harus melakukan analisa ayak
terlebih dahulu untuk mengetahui gradasi agregat yang paling banyak, apakah
masuk pada tipe A, B, C, atau D dan dapat menentukan banyaknya bola baja
yang akan digunakan dapat dilihat pada Grading of Test Sample.
Daftar gradasi dan berat benda uji

Cara pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles


Keselamatan Kerja
1. Gunakan jas lab praktikum dan sarung tangan saat melakukan pengujian
2. Periksa alat sebelum melakukan praktik
3. Lakukan pengujian sesuai prosedur
4. Pakai masker dan penutup telinga saat melakukan pengujian
5. Bersihkan alat setelah selesai pemakaian
Peralatan
1. Mesin los angeles dengan 500 putaran.
Mesin uji keausan agregat los angeles
2. Saringan mulai ukuran 37,5 mm ( 1 ½” ) sampai 2,36 mm ( No.8 ).

Penggunaan saringan agregat


3. Bola-bola baja

Teknik pengujian keausan agregat


4. Timbangan digital, ketelitian 0,001 gr.
Timbangan digital yang akurat
5. Oven.

Mesin oven untuk agregat


6. Wadah.
Langkah Pengujian
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian keausan
agregat dengan mesin Los Angeles setelah ditimbang sesuai dengan tabel ukuran fraksi diatas.
2. Mencuci agregat hingga bersih dan oven selama 24 jam, setelah dioven dinginkan agar
suhunya sama dengan suhu ruangan.
3. Memasukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles dengan bola baja yang sesuai pada
tabel ukuran fraksi diatas.
4. Menyalakan mesin, mesin akan berputar dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm untuk 500
putaran.
5. Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian melakukan penyaringan awal dengan
saringan berdiameter lebih dari 1,7 mm (No.12). Saring bagian sampel yang lebih halus
dengan saringan 1,7 mm (No.12). Butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (No.12)
dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan oven suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap lalu
ditimbang.
Perhitungan

Dimana:
A = Berat sampel semula (gram)
B = Berat sampel yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (gram)
Contoh Pengujian Pemeriksaan Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles
Dikerjakan : Sipil
Diperiksa oleh : Kita
Kesimpulan
Berdasarkan SK SNI 2417 – 1991, keausan agregat tergolong sebagai berikut :
1. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik digunakan
dalam bahan perkerasan jalan.
2. Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Jadi, pengujian keausan agregat dengan menggunakan mesin Los Angeles diatas diperoleh
nilai keausan : 20,19 % sehingga baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Strength Test) UCS
Sebenarnya udah lama mau buat sendiri artikel tentang UCS Test, memang klo di lihat ada
banyak blog yang membahas tentang pengujian UCS ini, tapi kebanyakan tidak teratur dan
tidak jelas kemana arah dan ga ada hasilnya sama sekali. Kali ini saya akan mencoba dan
menjelaskan apa fungsi dan tujuan dari UCS test, bagimana melakukan testnya dan nanti akan
saya sertakan juga bagaimana saampai akhirnya kita mendapatkan nilai UCS dari suatu
sampel batuan, ya batuan bukan tanah.
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, ( ). Selain stress,
perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, (∆l) dibanding dengan panjang
semula, (l) disebut strain, (ε). Untuk tingkat tegangan yang lemah plot antara stress vs
strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi pada material logam yang
merupakan jenis material linear elastis. Gambar 1. menunjukkan keadaan tersebut.

Tentu saja ada stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan sebelum patah.
Material untuk pemipaan seperti baja, peralon, mempunyai sifat seperti ini, ketika stress
dinaikkan sampai tingkat paling tinggi maka patahan akan terjadi. Pada material rapuh
seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan sedikit tambahan strain. Stress yang
dibutuhkan untuk menyebabkan patahan disebut dengan uniaxial compressive strength,
(Co). Closure pressure (stress) adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat
terjadi. Nilai ini dapat meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength test atau pengujian kuat tekan batuan utuh untuk
menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk silinder hasil dari
pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaksial). Perbandingan antara tinggi dan
diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat
tekan secara umum digunakan perbandingan L= 2D. L adalah Length atau panjang dari
sampel sedangkan D adalah diameter dari sampel batuan yang akan diuji. Sebagai
standard bisa dicek di ASTM D 2166 Unconfined Compressive Strength. Berikut saya
sertakan ilustrasi gaya gaya regangan  yang bekerja pada saat dilakukannya penjuian kuat
tekan batuan

Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan baik aksial (∆l) maupun lateral (∆D)
selama pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge secara manual yang
membutuhkan ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electric strain gauge yang
hasilnya akan tercatat secara otomatis secara komputerisasi dan lebih praktis. Dari hasil
pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk
tiap sampel batu, kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan.
Sebenarnya dari UCS test tidak hanya nilai UCS yang bisa kita dapat tetapi nilai nilai
seperti batas elastik, modulus Young dan Poison Ratio juga dapat kita tentukan dari
hasil plot ke kurva tegangan - regangan. Lihat gambar dibawah.

Masih buingung ?. memang kalo cuma baca teori dan ga praktek langsung akan sulit,
saya juga lebih senang learning by doing. Untuk prosedur pengujian mungkin bisa di cari
sendiri ya, saya akan menjelaskan secara singkat pada dan jelas.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa bidang bagian atas dan bawah sampel batuan harus
benar benar rata dan lurus agar mendapatkan nilai UCS yang maksimal. Selanjutnya sampel
batuan bisa langsung dipasang di mesin uji tekan yang ada dial gauges  nya. Disini masih
digunakan dial gauges yang manual jadi harus benar benar cepat dalam mencatat perubahan
dari dial gauge tersebut untuk nilai dari gaya deformasi yang diberikan (P1) ditunjukkan dial
gauge berwarna putih, biasanya pada pengujian deformasi yang diberikan kita tentukan
terlebih dahulu per berapa deformasi yang akan kita catat perubahan regangan lateral nya
pada dial gauges berwarna kuning, bisa kelipatan 10, 20, ataupun 50 tergantung jenis batuan
tersebut, jika batuan keras maka kita bisa tentukan kelipatan yang tinggi, jika batuan lunak
maka kita bisa tentukan dengan kelipatan yang lebih kecil. Dari sampel diatas bisa kita lihat
jenis batuan silty clay berarti batuan lunak, maka kita tentukan kelipatan 20 dengan kalibrasi
dial gauge per 1 unit = 0.01 mm dan load dial per 1 unit = 0.3154 lb.
Dari gambar di atas setelah pengujian dilakukan maka dapat kita lihat perubahan dari
sampel batuan yang diberi tekanan setelah dicatat dan diamati perubahan yang terjadi pada
sampel batuan tersebut pada tabel berikut.
Yang kita dapatkan dari hasil pengujian adalah Deformation dial reading dan Load
dial reading seperti yang sudah saya terangkan sebelumnya. Maka untuk pengisian
tabel selanjutnya saya jelaskan dibawah ini:
1. Sample Deformation (∆l) = (Deformation dial reading) x (Angka Kalibrasi, saya
gunakan 0.01 mm)
2. Regangan (Strain)(ε) = ∆l /Lo  (Panjang Sampel)
3. % Strain = Strain *100
4. Corrected area A = Ao/(1-ε1) = (Luas penampang awal) / (1- strain)
5. Load(lb)  = Load Dial Reading * 0.3154 lb
6. Load (KN) = (Load (lb) x konversi pound ke kg (0.4536) x gravitasi (m/s2).
7. Stress = P = F/ A = Load (KN)/ Corrected area
Hal yang harus benar benar diperhatikan adalah konversi satuan pada masing masing
unit tabel dan perhitungan. Maka setelah semua langkah dan urutan selesai kita tinggal
melakukan pengeplotan kedalam kurva tegangan dan regangan sehingga didapat nilai
UCS dari sampel tersebut.

Maka dari kurva tegangan regangan didapat nilai UCS pada titik puncak sebelum
batuan pecah atau failure dengan nilai 72 KPa.  Pada kurva Mohr Coulumb bisa kita
dapat nilai kohesi dari sampel batuan yang diuji yaitu c = qu/ 2 dengan nilai 36 KPa.

Anda mungkin juga menyukai