Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM BISNIS SYARIAH


REKSADANA SYARIAH
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Dari Mata Kuliah Hukum
Bisnis Syariah
Dosen Pengampu : Baharudin, S. Ag.,M.H

Oleh:
1. Abdurrahman : 1209.19.08862
2. Aprianda Delva Saputra : 1209.19.08863
3. Asih Amalia : 1209.19.08864
Semester/ Lokal: III/B

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT karena


berkat dan rahmat dan karunianya pemakalah dapat menyelesaikan tulisan dalam
bentuk makalah. Adapun makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Hukum Bisnis Syariah”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada senua pihak yag telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Tembilahan, 10 Desember 2020

Penulis

i
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu lembaga keuangan non bank yang tengah berkembang di
Indonesia saat ini adalah reksa dana. Reksa dana di luar negeri dikenal
dengan istila unit trust atau mutual fund. Reksa dana adalah sebuah wadah
dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya oleh pengurusnya
(manajer investasi) dana itu diinvestasikan ke portofolio efek. Reksa dana
merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam
pasar modal dengan modal minimal yang relative kecil dan kemampuan
menanggung risiko yang sedikit.
Akhir-akhir ini reksa dana banyak dibicarakan orang dan diharapkan
dapat membawa angin segar bagi perkembangan dunia Pasar Modal yang
sangat diperlukan oleh perekonomian Indonesia. Berkenaan dengan itu,
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa mengenai investasi dalam
Reksa Dana. Oleh karena itu, saat ini di samping investasi pada Bank Islam,
bagi umat Islam juga telah terbuka peluang untuk ikut berinvestasi dalam
Reksa Dana yang mengikuti Syari’ah Islam atau Reksa Dana Syari’ah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Reksadana Syariah?
2. Apa dasar hukum dari Reksadana Syariah?
3. Apa saja kah bentuk-bentuk dari Reksadana Syariah?
4. Apa saja kah keuntungan dan risiko dari Reksadana Syariah?
5. Perbedaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Reksadan Syariah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Reksadana Syariah.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari Reksadana Syariah.

1
4. Untuk mengetahui keuntungan dan risiko dari Reksadana Syariah.
5. Untuk mengetahui perbedaan antara Reksadana Syariah dengan Reksadana
Konvensional.

2
A. Pengertian Reksadana Syariah

Reksadana di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust yang


berarti Unit (saham) kepercayaan, di Amerika dikenal dengan sebutan Mutual
Fund yang berarti dana bersama dan di Jepang dikenal sebutan Investment
Fund yang berarti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan kepercayaan.
Reksadana tersusun menjadi dua konsep, yaitu reksadana yang berarti jaga
atau pelihara dan konsep dana yang berarti (himpunan) uang. Dengan
demikan dapat dikatakan bahwa reksadana adalah kumpulan uang yang di
pelihara.1
Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27 tentang
pasar modal, bahwa reksadana adalah wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan
dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Efek yang dimaksud adalah
surat-surat berharga, termasuk surat pengakuan utang, saham, obligasi, dan
pasar uang. Lembaga reksadana adalah emiten (penerbit) unit-unit sertifikat
saham yang kegiatan utamanya adalah melakukan investasi dalam efek,
investasi kembali atau perdagangan efek di bursa efek.
Disamping reksadana konvensional, telah hadir pula reksadana
syariah. Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariat Islam. Baik dalam bentuk akad antara pemodal
sebagai pemilik harta (shahib al-mal) dengan manajer investasi sebagai
wakil, maupun antara manajer investasi sebagai wakil dengan pengguna
investasi.
B. Dasar Hukum Reksadana Syariah
Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah dibolehkan
selama tidak bertentangan dengan syariah, mengikuti kaidah fikih yang
dipegang oleh mazhab hambali dan para fuqoha lainnya yaitu: “prinsip dasar
dalam transaksi dan syarat-syarat yang berkenaan dengannya ialah boleh
diadakan, selama tidak dilarang oleh syariah atau bertentangan dengan nash
syariah”

1 Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2009, hlm. 165

3
Dalam reksa dana konvensional berisi akad muamalah yang
dibolehkan dalam islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah). Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan
pereknomian, saling memberi keuntungan diantara para pelakunya,
meminimalkan risiko dalam pasar modal, dan sebagainya. Namun
didalamnya juga ada hal-hal bertentangan dengan syariah, baik dalam segi
akad, operasi, investasi, transaksi, dan pembagian keuntungannya.2
Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer investasi
dalam reksa dana syariah menggunakan sistem wakalah. Pada akad wakalah
tersebut, pemodal memberikan mandate kepada manajer investasi untuk
melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam prospectus. Investasi hanya dilakukan pada instrument
keuangan yang sesuai dengan syariat islam. Instrumen tersebut meliputi
instrument saham sesuai syariah, penempatan dalam deposito pada bank
umum syariah, dan syarat utang jangka panjang dan jangka pendek yang
sesuai dengan prinsip syariah
Untuk menjamin reksadana syariah beroperasi tanpa menyalahi aturan
kesyariahan seperti yang diatur dalam fatwa DSN, suatu reksa dana syariah
wajib memiliki dewan pengawas syariah (DPS) fungsi utama DPS adalah
sebagai penasihat pengelola investasi mengenai hal-hal yang terkait dengan
aspek syariah dan sebagai mediator antara reksa dana dengan DSN.
Reksadana syariah bertindak sebagai pengelola (mudharib) yang
berkewajiban untuk melakukan pengelolaan atas dana milik para investor.
Pengelolaan tersebut dilakukan dalam bentuk menempatkan kembali dana
milik para investor dalam berbagai instrument investasi yang sesuai dengan
nilai-nilai syariat, yaitu yang tidak mengandung unsur riba, unsur haram,
unsur perjudian (maysir), dan unsur spekulatif atau unsur resiko (gharar).3

C. Bentuk-bentuk Reksadana Syariah


1.      Reksadana Berdasarkan Hukum

2 Nurul Huda dan Mohammad heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 249-250
3 Beni Ahmad Saebani, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung:
Pustaka Setia, 2013, hal. 147

4
a. Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT Reksadana/ investment
companies)
Merupakan  suatu perusahaan yang bergerak pada pengelolaan
portofolio investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar
investasi. Dari kegiatan tersebut, PT Reksadana akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus
nilai sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para
investor yang memiliki saham pada perusahaan tersebut.
b.      Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (unit investment
trust)
Merupakan kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan
bank Kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai
investor. Melalui kontrak ini, manajer investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio kolektif dan bank Kustodian penitipan dan
administrasi investasi kolektif.
2. Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional
a. Reksadana terbuka (open-end fund)
Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum
untuk seterusnya di catatkan pada bursa efek. Investor tidak dapat
menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana melainkan
kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya
ditentukan oleh mekanisme harga.
b. Reksadana tertutup (close-end fund)
Reksadana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara
terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak
perlu dicatatkan di bursa efek dan harganya ditentukan didasarkan atas
nilai aktiva bersih (NAB) atau net asset value (NAV) per saham yang
dihitung oleh bank Kustodian.[7]
3. Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi
a. Reksadana pendapatan tetap (fixed income funds)
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang apabila dalam
alokasi investasi ditentukan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari nilai

5
aktivanya diinvestasikan dalam efek hutang dan sisanya dapat
diinvestasikan (seluruhnya atau sebagian) dalam efek hutang. Karena
dapat memiliki saham yang secara umum mempunyai resiko yang lebih
tinggi, reksadana ini sangat sesuai bagi pemodal yang tidak berkeberatan
untuk menanggung resiko kehilangan sebagian kecil dari modal atau
dana awal untuk mendapatkan kemungkinan memperoleh pendapatan
yang cukup besar dibandingkan dengan hasil investasi di Deposito.
b. Reksadana saham (equity funds)
Reksadana saham atau yang disebut juga reksadana jenis ekuitas
adalah reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari
asetnya dalam efek ekuitas atau saham.
c. Reksadana campuran (balance fund)
Reksadana campuran adalah reksadana yang mempunyai
kebebasan menentukan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu
mempunyai portofolio investasi dengan mayorritas saham dan di lain
waktu merubah sehingga menjadi mayoritas obligasi. Dengan demikian,
bila biaya pemakaian dana sedang tinggi, maka pasar modal umumnya
melesu dan harga saham cenderung menurun, sebalinya, bila pemakaian
biaya dana sedang rendah maka pasar modal umumnya akan bergairah
dan harga saham cenderung meningkat.4
D. Keuntungan dan Risiko Reksadana Syariah
1. Keuntungan reksadana syariah
Beberapa keuntungan dalam menginvestasikan melalui reksadana
adalah sebagai berikut :
a) Tingkat likuiditas yang baik
Yang dimaksud likuiditas adalah kemampuan untuk mengelola uang
masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah
reksadana untuk saham. Saham yang telah dicatatkan di bursa, dimana
transaksi terjadi setiap hari. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali
saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat

4 Muhamad, Dasar-dasar keuangan Islami, Ekonisia, Yogyakarta, 2004, hlm. 189-190

6
masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola
kasnya.
b) Manajer profesional
Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari
peluang investasi yang paling baik untuk reksadana tersebut. Manajer
investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi
pemegang saham/unit reksadana oleh tujuan investasi dari reksadana tersebut.
c) Diversifikasi
Diversifikasi adalah istilah investasi dimana tidak menempatkan
seluruh dana di dalam satu peluang investasi, dengan maksud membagi
risiko. Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga kinerja
satu saham tidak akan memengaruhi keseluruhan kinerja reksadana. Pada
umumnya, reksadana mempunyai kurang lebih 30 sampai 60 jenis saham dari
berbagai perusahaan.
d) Biaya rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor
sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi akan menghasilkan biaya
transaksi yang murah.
2.      Risiko reksadana syariah
Beberapa resiko dalam melakukan investasi melalui reksadana syariah
adalah sebagai berikut :
a) Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan
terhadap perubahan ekonomi Internasional. Perubahan kondisi perekonomian
dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di
bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan faktor yang dapat
memengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk
perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa Efek di Indonesia, yang secara
tidak langsung akan memengaruhi kinerja portofolio rekdsadana.
b) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan

7
Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan
atau penurunan nilai aktiva bersih reksadana. Penurunan dapat disebabkan
oleh, antara lain :
1. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya
2. Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan
pembelian dan penjualan
c) Risiko wanprestasi oleh pihak-pihak terkait
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal
memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas
pada emiten, pialang, bank kustodian, dan agen penjual.
d) Risiko likuiditas
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung pada likuiditas dari
portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali
atau melunasi dengan menyediakan uang tunai.
e) Risiko kehilangan kesempatan transaksi investasi pada saat pengajuan
klaim asuransi
Dalam hal ini terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat
berharga dan aset reksadana yang disimpan di bank kustodian, bank kustodian
di lindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat-
surat berharga tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut,
manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atau surat-surat
berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi ini dapat
berpengaruh terhadap nilai aktiva per unit pernyataan.

E. Perbedaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah

Perbedaan dan Persamaan antara Reksadana Syariah dengan


Reksadana Konvensional
a. Reksadana Syariah
Reksadana Syariah adalah lembaga yang pengelolaan dan
kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Misalnya tidak

8
menginvestasikan pada saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang
pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam.5
Reksadana syariah tidak jauh berbeda dengan reksadana secara
umum, perbedaannya terletak pada operasional dimana reksadana syariah
merupakan reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya
mengacu pada syariat islam.
Ketentuan syariat islam dalam reksadana syariah dilakukan lewat
beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1) Akad antara Pemilik Modal (rab al-mal) dengan Manajer
Investasi (‘Amil) adalah Mudharabah
a. Kontrak kemitraan (partnership) yang berdasarkan prinsip
pembagian hasil dengan cara seseorang menyerahkan modalnya
kepada pihak lain untuk diinvestasikan dengan kedua belah pihak
membagi keuntungan atau memikul kerugian sesuai dengan
kesepakatan bersama.
2) Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi
a. Investasi yang dipilih dan dijalankan adalah investasi yang
terbebas dari unsur riba dan gharar.
3) Penentuan Bagi Hasil
Pembagian keuntungan dan kerugian yang dialami manajer
investasi dalam investasinya ditanggung bersama antara pemilik modal
dengan manajer investasi (profit and loss sharing).
Dalam reksadana syariah terkandung enam unsur utama, yaitu :
1. Pemodal (rab al-mal)
2. Modal yang disetor oleh masyarakat (mal)
3. Manajer investasi sebagai pengelola (‘amil)
4. Investasi yang dilakukan oleh manajer investasi  (amal)
5. Portofolio efek
6. Sesuai dengan ketentuan syariat islam (Iska, Rizal, 2005: 56-57)

b.      Reksadana Konvensional
Dalam reksadana konvensional terdapa tiga aspek, antara lain :
53 Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia

9
1) Dana dari Nasabah (Pemodal)
Dana yang dihimpun dari masyarakat yang terdiri dari individu,
perusahaan, dan lembaga lain. Dana dari masyarakat tersebut merupakan
dana yang sementara menganggur yang diinvestasikan untuk
memperoleh pendapatan.
2) Investasi pada Instrumen Pasar Modal maupun Pasar Uang
Diinvestasikan pada instrumen efek atau surat-surat berharga
yang diperjualbelikan di pasar modal maupun pasar uang seperti saham,
obligasi, sertifikat bank Indonesia, deposito berjangka, commersial
paper, dan sebagainya.
3)      Manajer Investasi
Merupakan lembaga yang mengelola reksadana tersebut.
Reksadana dikelola oleh sebuah team yang terdiri dari beberapa orang
dan diawasi oleh sebuah komite. Tenaga-tenaga yang duduk di tim dan
komite tersebut adalah tenaga-tenaga yang profesional yang memiliki
wawasan dalam jangka menengah dan jangka panjang.

No Jenis
Reksadana Syariah Reksadana Konvensional
. Perbedaan
Tidak semata-mata return,
1. Tujuan Investasi tetapi juga SRI (Socially Return yang tinggi
Responsible Investment)
2. Operasional Ada proses screening Tanpa proses screening
Dewan Pengawas Syariah dan Hanya BAPEPAM
3. Pengawasan
BAPEPAM
Menekankan kesepakatan
Selama tidak bertentangan
4. Akad/pengikatan tanpa ada aturan halal dan
dengan syariah
haram
Tidak boleh berspekulasi
yang mengandung gharar
Selama transaksinya bisa
5. Transaksi seperti najsy (penawaran
memberikan keuntungan.
palsu), ikhtikan, masyir, dan
riba

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27
tentang pasar modal, bahwa reksadana adalah wadah yang digunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di
investasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Efek yang
dimaksud adalah surat-surat berharga, termasuk surat pengakuan utang,
saham, obligasi, dan pasar uang. Lembaga reksadana adalah emiten
(penerbit) unit-unit sertifikat saham yang kegiatan utamanya adalah
melakukan investasi dalam efek, investasi kembali atau perdagangan efek
di bursa efek.
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariat Islam. Baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal) dengan manajer investasi
sebagai wakil, maupun antara manajer investasi sebagai wakil dengan
pengguna investasi.
B. Saran
Untuk para pembaca,kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
yang kami miliki,baik dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan
oleh karena itu kami berpesan kepada pembaca, ambillah sesuatu yang
positif dari sebuah materi yang kami sampaikan dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Dan menjadi wawasan kita
dalam memahami bahasa kita sendiri dan sebagai kata, marilah terus
berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita yang luhur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Soemitra Andi, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta


Nurul Huda dan Mohammad heykal, 2015. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis dan Praktis, Jakarta: Prenadamedia Group
Saebani Beni Ahmad, 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal
Syariah,  Bandung: Pustaka Setia
Muhamad, 2004. Dasar-dasar keuangan Islami, Ekonisia, Yogyakarta
Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia

12

Anda mungkin juga menyukai