Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selulosa asetat merupakan selulosa ester yang paling penting yang berasal dari
asam organik. Selulosa asetat tidak mudah terbakar, berbentuk padatan putih, tidak
beracun, tidak berasa, tidak berbau, dan umumnya digunakan pada industri serat dan
plastik. Selulosa asetat telah dipakai secara luas, diantaranya sebagai material
membran, filter rokok, tekstil, plastik, industri makanan, serta farmasi (Rachmilda,
2008).
Selulosa asetat secara umum dihasilkan melalui esterifikasi dari posisi 2-, 3-,
dan 6- grup hidroksil dari anhidroselulosa yang merupakan reaksi antara selulosa
dengan asetat anhidrat. Secara komersial, selulosa asetat diproduksi melalui tahapan
reaksi yang meliputi asetilasi selulosa dan hidrolisis selulosa asetat. Pertama, gugus
hidroksil dari selulosa diasetilasi dengan menggunakan asetat anhidrat dengan
adanya asam asetat dan asam sulfat yang terkonsentrasi untuk membentuk seulosa
triasetat. Selanjutnya, gugus asetil dari selulosa triasetat dan dihidrolisis parsial
dengan penambahan air untuk mendapatkan produk yang diinginkan (Kono dkk.,
2017).
Kebutuhan akan selulosa asetat di Indonesia cukup tinggi. Hal ini disebabkan
karena Indonesia merupakan salah satu penghasil tekstil terbesar di dunia. Data
kebutuhan selulosa asetat di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Selulosa Asetat Indonesia


Tahun Jumlah (Ton)
2010 10.327
2011 12.518
2012 12.679
2013 13.897
2014 14.744
2015 14.876
2016 15.897
Sumber: Data BPS (2017)

I-1
Indonesia belum mempunyai pabrik yang memproduksi selulosa asetat.
Tingginya kebutuhan selulosa asetat di Indonesia masih dipenuhi dengan mengimpor
dari luar negeri. Data impor selulosa asetat di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Impor Selulosa Asetat Indonesia


Tahun Jumlah (Ton)
2009 10.056
2010 11.175
2011 16.035
2012 15.580
2013 16.874
2014 21.568
2015 21.646
2016 22.245
Sumber: Data BPS (2017)

Kebutuhan akan selulosa asetat menjadikan APBN Indonesia untuk impor


bahan baku ini cukup tinggi. Hal ini berdampak pada meningkatnya ongkos produksi
produk yang membutuhkan selulosa asetat di dalam negeri. Selain itu juga,
ketergantungan ini sangatlah tidak menguntungkan, karena jika timbul gejolak harga
di negara lain maka harga produk-produk yang menggunakan selulosa asetat sebagai
bahan baku akan ikut terpengaruh.
Di Indonesia belum tersedia pabrik yang memproduksi selulosa asetat
sehingga pendirian pabrik selulosa asetat memiliki peluang pasar besar baik dalam
negeri mau pun luar negeri. Selulosa asetat banyak di produksi di Eropa sedangkan
produksi selulosa diasetat di Asia masih sangat sedikit. Lebih dari 80% jumlah
selulosa asetat yang terdapat di dunia digunakan sebagai filter tow di industri rokok.
Negara di Asia yang memproduksi selulosa asetat adalah Jepang dengan kapasitas
produksi 13.000 ton/tahun dari Taijin Company (Septiani, 2017). Beberapa
perusahaan di Indonesia yang diketahui menggunakan selulosa diasetat sebagai salah
satu bahan baku dalam produksinya dapat dilihat pada Tabel 1.3.

I-2
Tabel 1.3 Daftar Pabrik yang Menggunakan Selulosa Asetat
No Nama Alamat
1 PT. Mikra Madona Jl. Paralon II No. 17 Kecamatan Bandung
Kulon, Kabupaten Bandun, Provinsi Jawa
Barat
2 PT Sinar Para Taruna Jl. Raya Batu Jajar Km 4,5 Cimahi
Kecamatan Batu Jajar, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat.
3 PT Mayer Indah Indonesia Jl Raya Jakarta Bogor Km 39 Kel
Pabuaran, Kec Cibinong, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat
4 PT Kusama Sandang Jl. Raya Wates Km 7,4 Balecatur Gamping
Mekar Jaya Sleman Yogyakarta 55599
5 Argo Pantes TBK Jl. Jendral Gatot Subroto Kav.22 Jakarta
12930- Indonesia
6 PT South Pasific Viscous Jl. Raya Curug Ds Cicadas Puwakarta Jawa
Barat
7 PT Indo Bharat Rayon Jl. Raya Industri Po Box 9 Purwakakarta
Jawa Barat
8 PT Gudang Garam Tbk Jl. Jend A. Yani No. 79 Jakarta 10510 Jl.
Semampir II/I Kediri 64121
9 PT HM Sampoerna Tbk One Spesific, Sudirman Central Business
Distric (SCBD) Lantai 18 Jl. Jend.
Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190-
Indonesia
10 PT Wismilak Inti Makmur Jl. Buntaran No. 9A kel. Manukan Wetan
Kec. Tandes, Surabaya 60185
Sumber: Septiana (2017)

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan suatu kajian mengenai


rancangan pabrik pembuatan selulosa asetat dari bahan baku yang tersedia di
Indonesia. Tujuannya antara lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara
lain, menghemat devisa dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yaitu dengan
membangun industri-industri baru yang produknya dapat menggantikan peranan
bahan-bahan impor.
Salah satu bahan baku pembuatan selulosa asetat yang cukup diperhitungkan
adalah daun nanas. Daun nanas merupakan limbah dari hasil perkebunan nanas dan
jumlahnya melimpah. Tanaman nanas akan dibongkar setelah dua atau tiga kali
panen untuk diganti tanaman baru. Oleh karena itu limbah daun nanas terus
berkesinambungan sehingga cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai produk

I-3
tekstil yang dapat memberikan nilai tambah (Hidayat, 2008). Adapun komposisi
kering daun nanas ditunjukkan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Komposisi Daun Nanas


Komponen Kandugan (%)
Selulosa 69,5
Lignin 9,61
Zat ekstraktif 11,94
Air 8,95
Sumber : Novia, dkk., (2015) & Onggo dan Astuti, (2005)

Berdasarkan kandungan selulosa yang tinggi terdapat di daun nanas maka


dapat berpotensi dijadikan sebagai bahan baku pada prarancangan pabrik untuk
pembuatan selulosa asetat. Ketersediaan bahan baku yaitu buah nanas juga memadai
di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui data statistik produksi nanas di
Indonesia dari tahun 2010-2017 yang dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Data Jumlah Produksi Nanas di Indonesia


Tahun Jumlah Produksi
2010 1.406.446
2011 1.540.626
2012 1.781.894
2013 1.882.802
2014 1.835.483
2015 1.729.600
2016 1.396.153
2017 1.795.986
Sumber: Data BPS (2018)

Total luas area tanaman nanas di Indonesia saat ini diperkirakan lebih kurang
200.000 ha yang tersebar di seluruh nusantara. PT Great Giant Pineapple merupakan
perkebunan nanas terbesar di dunia dengan luas ±33.000 ha dan menjadi produsen
utama nanas olahan di Indonesia. Ekspor nanas dilakukan ke lebih dari 50 negara dan
menyuplai 15-20% total kebutuhan nanas dunia. Produk nanas kaleng PT Great
Giant Pineapple semuanya diekspor, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika
Utara dan 25% lainnya ke Asia Pasifik. Produksi hampir mencapai 500.000 ton
nanas segar per tahun (Purba, 2008).
Dengan tingginya jumlah angka ekspor nanas tersebut berakibat adanya
limbah, salah satunya yaitu daun nanas. Bila satu hektar jumlah tanaman nanas rata-

I-4
rata 45.000 pohon, maka jumlah bahan baku pasca panen yang berupa limbah daun
nanas mencapai 45.000 kg (asumsi 1 pohon nanas menghasilkan limbah daun nanas
1 kg), sehingga ketersediaan limbah daun nanas sangat melimpah (Subagyo, 2012).
Potensi pemanfaatan limbah yang dihasilkan secara melimpah oleh PT. Great Giant
Pineapple diharapkan dapat menjadi alternatif penyuplai bahan baku pembuatan
selulosa asetat dari daun nanas dan asetat anhidrid dengan bantuan katalis asam
sulfat yang berpotensi untuk dirancang agar didapatkan studi kelayakannya.

1.2 Perumusan Masalah


Sehubungan dengan semakin berkembangnya industri serat dan plastik, maka
kebutuhan akan selulosa asetat juga meningkat. Dengan potensi bahan baku
pembuatan selulosa asetat cukup besar di Indonesia diantaranya daun nanas, maka
perlu dilakukan kajian mengenai produksi selulosa asetat secara industrial dengan
melakukan pra rancangan pabrik pembuatan selulosa asetat dari daun nanas dan
asetat anhidrid dengan bantuan katalis asam sulfat.

1.3 Tujuan Rancangan


Tujuan pra rancangan pabrik pembuatan selulosa asetat ini adalah untuk
menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia, khususnya di bidang perancangan proses
dan operasi teknik kimia, sehingga memberikan gambaran kelayakan pabrik yang
akan dibuat.

1.4 Manfaat Rancangan


Manfaat Prarancangan pabrik pembuatan selulosa asetat dari daun nanas adalah
memberi gambaran kelayakan (feasibility) dari segi rancangan dan ekonomi pabrik
ini untuk dikembangkan di Indonesia. Gambaran ini akan digunakan sebagai patokan
untuk pengambilan keputusan terhadap pendirian pabrik tersebut. Proses pembuatan
selulosa asetat dimanfaatkan untuk menekan biaya impor dan menjaga ketersediaan
selulosa asetat yang selama ini merupakan salah satu komoditas yang harus
didatangkan dari luar Indonesia dapat mengurangi penggunaan bahan baku teksitil
yang berasal dari bahan sintesis yang seringkali menimbulkan berbagai masalah
lingkungan, dan juga kebutuhan bahan untuk membran yang semakin tinggi
sehingga kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi di masa yang akan datang.

I-5

Anda mungkin juga menyukai