Anda di halaman 1dari 14

MEMUTUS RANTAI INFEKSI

OLEH KELOMPOK VI:

Nama : SRY DJULIANTY

: WAHYUNI

:NURAISYAH R.

Kelas : 2B Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARAPALU

TAHUN AJARAN 2019/202


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisiatau teknisi yang
memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja
keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena
infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,meningkatnya
pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja
resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan
penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap
klien.

B.     Tujuan
 Mengetahui definisi infeksi
 Mengetahui rantai dan proses infeksi
 Mengetahui cara memutus rantai infeksi

C.    Rumusan Masalah
Mengetahui lebih detail tentang rantai infeksi dan memutus rantai infeksi
BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Rantai Infeksi


Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi.
Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portalkeluar dari reservoir, cara penularan,
dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat
membuat perawat merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah
kesadaran siklus ini juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang metode
perlindungan diri.

2.        Bagan Rantai Infeksi

1.     INFECTIOUS AGENT/agen Infeksi


Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
Semakin besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak),
invasi(kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas (kemampuan
untuk menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa organisme
akanmenyebabkan infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit.2.

2.      RESERVOIR 
Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai
contoh,mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti
air, permukaan meja, dan gagang pintu.3.
3.      PORTAL OF EXIT/portal keluar dari reservoir 
Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai
contoh,mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut
ketikaseseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja, juga
dapatmeninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.4.

4.      MODE OF TRANSMISSION/Cara Penularan


            Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa cara. 
1.    Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact)\
a.     Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dan
orang yang ditulari. Misalnya penularan penyakit kelamin seperti Sypilis, Gonorhoe,
dan penyakit kulit scabies (kudis).
b.    Kontak Tidak Langsung
 Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi
karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari
penderita yang mengandung bibit penyakit seperti feces, urina, darah, muntahan, dan
sebagainya.
2.      Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang
telah  terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi, dalam perjalanan
sebelum siap dikonsumsi antara lain:
 a.  Dari sumbernya:misalnya susu berasal dari sapi yang menderita
b.  Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut yang tidak
seharusnya.
c.  Tempat penyimpanan: misalnya makanan terkontaminasi oleh kotoran tikus atau
kotoran kecoa karena makanannya tidak tertutup baik.
d.  Pengolahan:misalkan makanan diolah oleh petugas yang sedang saki
e.  Penyajian: misalnya makanan dihinggapi lalat (Musca domestica). Penyakit–
penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera, thypus abdomalis,
Dysentri.
3.    Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)
Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda). Dalam hal
iniserangga pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakit ataupun sebagai
(transmiter) saja. Misalnya:
a.    Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp, (protozoa) ditularkan oleh
nyamukAnopheles sp.
b.    Demam berdarah (Dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus Dengue,
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
4.    Melalui udara (Air Bone Infection)
                Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit saluran pernapasan
seperti:
a.  Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit. Misalnya
penularan penyakit Tuberculosa paru-paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
b.  Melalui tetes ludah halus (Droplet infections) 
Bibit penyakit  yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada penderita
batuk atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.
Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat
ketempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke
orang lain.5

5.      PORTAL OF ENTRY
Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke
dalamhost/penderita.Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit.
Portal juga hasil daritabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter urin, atau
dari tusukan yangdihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian cairan intravena.6.

6.      SUSCEPTIBLE HOST
Seseorang/Individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam
tubuhnyadan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang kekebalan
atauketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.
3. Memutus rantai infeksi
Sahabat, pernahkah anda berkunjung ke rumah sakit atau mengunjungi teman yang sedang
sakit di rumahnya? Jika pernah,apakah sahabat bidancare selalu mencuci tangan sebagai
perlindungan diri yang paling pertama ketika anda selesai mengunjungi teman sakit? Tanpa kita
sadari hal sepele seperti mencuci tangan kadang terluput dari  perhatian kita. Padahal tangan yang
kotor dan tercemar kuman merupakan salah satu dari sekian banyak faktor penyebab timbulnya
suatu penyakit. Tangan yang tampaknya bersih bila dilihat dengan mata telanjang, belum tentu
bebas dari kuman. WHO sebagai badan Organisasi kesehatan sedunia menyampaikan pesan
kesehatan untuk mencuci tangan  di bawah air mengalir selama  40 sampai 60 detik, dengan
tehnik 10 langkah mencuci tangan (akan saya lampirkan  pada artikel selanjutnya) Pada
prinsipnya adalah mencuci dan membersihkan tangan mulai dari ujung kuku sampai dengan siku
di air mengalir . Dengan waktu 40 - 60 detik, tidak lama bukan?  Tentu kita semua  bisa
melakukannya. Mengingat manfaatnya yang sangat besar maka anjuran kesehatan dari WHO ini
hendaknya menjadi salah satu perhatian kita bersama.Kesehatan diri merupakan tanggung jawab
setiap pribadi, kecuali anak -anak yang belum mampu untuk menjaga kesehatannya secara
mandiri. Bagi anak - anak, kita juga dapat memberi pendidikan kesehatan sejak dini. Sebagai
contoh ada lagu anak - anak yang diciptakan berjudul memotong kuku. Awal syairnya begini.."
Setiap hari Minggu kami memotong kuku, nasehat ibu guru kuku bersih selalu..dst..Lalu apa
kaitannya dengan judul di atas? Saya tidak akan membahas secara teoritis mengenai kuman -
kuman dan infeksi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit. Justru kita harus perhatikan hal -
hal sederhana antara lain kebersihan tangan.Bidancare berusaha menyusun beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian khusus sebagai salah satu upaya memutuskan mata rantai penularan
penyakit. Mengapa? Karena setiap orang berpotensi ( berpeluang ) menularkan maupun tertular
penyakit, baik itu dokter, bidan, perawat, petugas kebersihan lingkungan, dan semua orang yang
saling berkontak satu sama lain. Apa saja ya yang perlu kita perhatikan untuk meminimalkan
penularan penyakit atau memutuskan mata rantai penularan penyakit ini? 
1.Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin
dan harus diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan
standar/universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa
darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi:
a. Kebersihan tangan.
b. APD : sarung tangan, masker, goggle, face shield , gaun.
c. Peralatan perawatan pasien.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan Linen.
f. Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.
g. Penempatan pasien
h. Hygiene respirasi/Etika batuk
i. Praktek menyuntik aman
j. Praktek pencegahan infeksi unt prosedur lumbal pungsi
Berdasarkan Association for Professionals in Infection Control and
Epidemiology (APIC) kepatuhan kewaspadaan standard terdapat 8 indikator yang
terdiri dari:
a. Mencuci tangan sebelum memberikan perawatan kepada pasien.
b. Gunakan sarung tangan apabila kontak dengan darah/cairan tubuh, membrane
mukosa atau kulit yang tidak utuh pada semua pasien.
c. Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan area perawatan pasien.
d. Mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan.
e. Buang jarum pada tempat pembuangan tanpa menutup kembali.
f. Gunakan gaun, kacamata atau pelindung wajah ketika adanya percikan atau
semprotan dari cairan tubuh.
g. Ketika menggunakan sarung tangan kotor jangan menyentuh area bersih dari
ruangan/pasien.
h. Needleboxes tidak terisi dengan penuh.
2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based Precautions).
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk kewaspadaan
standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan setelah jenis
infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib et al, 2008). Tujuannya untuk memutus
mata rantai penularan mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada
pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara,
droplet, kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014). Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008,
jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Kewaspadaan transmisi kontak
Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering
menimbulkan HAIs. Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan untuk menurunkan
resiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi ditransmisikan melalui kontak
langsung atau tidak langsung.
1) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi. Misal perawat
membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter
bedah dengan luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung tangan
merawat oral pasien HSV atau scabies.
2) Transmisi kontak tidak langsung
Terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau
sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang
lainnya, dan melalui mainan anak. Kontak dengan cairan sekresi pasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati
dilingkungan pasien. Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata,
hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun
tanpa sarung tangan. Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang
tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol
lampu, telepon.
b. Kewaspadaan transmisi droplet
Diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien dengan
infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui
droplet ( > 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan
jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva
atau mukus membran hidung/mulut , orang rentan dengan droplet partikel besar
mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier dikeluarkan saat batuk,
bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhoskopi. Transmisi droplet
langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau terinhalasi. Transmisi
droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan
ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membran. Transmisi jenis ini lebih sering
terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold, respiratory syncitial
virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi
endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.
c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions )
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi
mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara.
Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara.
Ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik
yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari
droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba
penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,
dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber
mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi
yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit
luka terkontaminasi (S. aureus).
3. Jenis-Jenis APD
a. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan oleh petugas kesehatan dianjurkan untuk dua alasan
utama, yaitu: 1) untuk mengurangi resiko kontaminasi tangan petugas kesehatan
dengan darah dan cairan tubuh pasien; 2) untuk mengurangi resiko penyebaran kuman
ke lingkungan dan transmisi dari petugas kesehatan ke pasien dan sebaliknya, serta
dari satu pasien ke pasien lain (WHO, 2009). Sarung tangan steril digunakan untuk
intervensi bedah dan beberapa perawatan non-bedah, seperti kateter pembuluh darah
pusat serta saat akan memegang atau kontak dengan peralatan steril atau luka (Kozier,
2002; WHO, 2009). Sarung tangan tidak perlu digunakan saat tindakan ambulasi
klien, tindakan yang kontak dengan kulit utuh, mengganti cairan infus, memeriksa
tanda-tanda vital, atau mengganti linen, kecuali terdapatnya tumpahan cairan tubuh
kontaminasi (Kozier, 2002). Gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap
pasien, saat menggunakan sarung tangan hindari kontak pada benda-benda yang tidak
berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan, serta tidak dianjurkan
menggunakan sarung tangan rangkap bila tidak benar-benar diperlukan, kecuali dalam
tindakan yang memerlukan waktu yang lama dan tindakan yang berhubungan dengan
jumlah darah atau cairan tubuh yang banyak (KEMENKES, 2010).

b. Goggle atau Kacamata


Perawat menggunakan kacamata pelindung, masker, atau pelindung wajah
saat ikut serta dalam prosedur invasif yang dapat menimbulkan adanya percikan atau
semprotan darah atau cairan tubuh lainnya meliputi pembersihan luka, membalut luka,
mengganti kateter atau dekontaminasi alat bekas pakai. Kacamata harus terpasang
dengan pas sekeliling wajah sehingga cairan tidak dapat masuk antara wajah dan
kacamata (Potter & Perry, 2005).
d. Gown atau Gaun pelindung
Gaun digunakan untuk melindungi seragam atau baju petugas dari
kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, serta
digunakan untuk menutupi pakaian atau seragam saat merawat pasien yang atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui udara d. Gown atau Gaun pelindung
Gaun digunakan untuk melindungi seragam atau baju petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, serta digunakan untuk
menutupi pakaian atau seragam saat merawat pasien yang atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara
e. Penutup kepala atau Topi
Penutup kepala atau topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga mencegah mikroorganisme yang terdapat di 20 rambut dan kulit kepala tidak
masuk atau jatuh ke daerah atau alat yang steril. Topi digunakan untuk melindungi
petugas kesehatan dari darah atau cairan tubuh yang menyemprot atau terpercik
(KEMENKES, 2010).
f. Sepatu Pelindung (Pelindung Kaki)
Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang
bekerja diruangan tertentu misalnya ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi,
ruang pemulasaran, dan petugas sanitasi, tidak boleh dipakai ke ruangan lainnya.
Tujuannya untuk melindungi kaki petugas dari tumpahan atau percikan darah atau
cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
kejatuhan alat kesehatan (KEMENKES, 2010)
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memutus rantai infeksi :
 a. Kesadaran untuk menjaga kebersihan diri. Misalnya dengan mandi teratur, keramas
yang bersih, dan lain - lain. Membersihkan diri berarti kita telah menghindarkan diri
dan orang lain dari penyakit menular. Bisa dibayangkan akibatnya apabila kita
berkontak dengan orang sakit menular lalu kita tidak rajin menjaga kebersihan diri.
Selain kita sendiri akan sakit, kasihan orang lain yang kontak dengan kita akan
tertular penyakit.
 b. Mencuci tangan - Tenaga kesehatan wajib mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan setiap pekerjaan pelayanan kesehatan. - Setelah mengunjungi teman sakit
di rumah sakit maupun di rumah terutama dengan penyakit menular - Setiap kali
akan makan. Gunakan sendok yang bersih. Atau bila akan makan tanpa 
menggunakan sendok pastikan bahwa anda sudah mencuci tangan. - Untuk para ibu
biasakan selalu mencuci tangan setiap kali akan merawat bayi dan anak. 
c. Kebersihan pakaian Biasakan mengganti pakaian setelah anda bepergian ataupun
setelah berkunjung ke rumah sakit. Jangan menyentuh bayi atau anak sebelum
mencuci tangan dan berganti pakaian. Juga bila anda usai melakukan perjalanan
jauh. 
d. Lindungi orang lain dari resiko tertular Bila kita sedang sakit batuk  usahakan untuk
menutup mulut anda dengan saputangan agar orang lain di sekitar kita tidak tertular.
Perhatikan juga untuk tidak membuang dahak, ingus dan ludah di sembarangan
tempat.  Bagi ibu menyusui yang sedang batuk pilek sebaiknya mengenakan masker
atau saputangan untuk menutup hidung saat menyusui bayi.
 e. Jangan jajan sembarangan tempat Cara pencucian alat makan perlu mendapat
perhatian. Sebagian besar dari kita pasti menyukai juga jajan makanan. Sebagai
peringatan kesehatan alat makan yang digunakan banyak orang tentu beresiko untuk
menularkan penyakit terutama hepatitis B. Sebaiknya berusaha sedapat mungkin
agar tidak jajan di sembarangan tempat. 6. Lakukan upaya meningkatkan daya tahan
tubuh. Menjaga daya tahan tubuh dengan olahraga teratur, gisi yang seimbang dan
istirahat yang cukup. Bila daya tahan tubuh kuat maka penyakit tidak mudah
menyerang. 
f.  Ibu rumah tangga memperhatikan kebersihan makanan Memperhatikan kebersihan
dari makanan disajikan mulai dari proses pencucian, pengolahan, maupun cara
menghidangkan. Mengapa? Buah segar atau sayur yang dimakan mentah ( lalapan)
tentu sudah berpindah dari tangan ke tangan dan dari tempat ke tempat. Bisa di
bayangkan berapa tangan yang memegang buah dan sayur mayur yang akan kita
hidangkan mulai dari kebun sampai pedagang di pasar dan para pembeli. Kita tidak
tahu kuman apa saja yang kemungkinan terdapat dalam buah dan sayur yang
tampaknya bersih itu. Maka  sebagai upaya pemutusan rantai penularan penyakit,
cucilah buah dan sayur pada air mengalir sebelum dihidangkan di meja makan. 
g. Alat mandi pribadi Jangan bergantian sikat gigi, handuk ataupun alat mandi lainnya.
Terutama bila ada anggota keluarga yang sedang menderita penyakit kulit menular.
Gunakan sabun yang terpisah dari anggota keluarga lainnya. Tampaknya hal ini
sederhana namun penyakit infeksi maupun penyakit kulit bisa tertular melalui cara -
cara seperti ini. 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi dapat masuk ke
tubuh manusia melalui beberapa tahap. Adapun tanda dan gejala yang diakibatkan infeksi
tersebut berbeda-beda, tergantung dari penyebab dari infeksi yang mengakibatkannya serta
sebelum terjadinya ada kalanya kita mencegah penularan infeksi sebelum terkena kita dan
orang sekitar kita

B.     Saran
Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih menjaga kesehatan diri diantaranya dengan
menjaga personal hygiene agar dapat terhindar dari penyakit yang
diakibatkan olehmikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/39385574/Pengaruh-Politik-Thd-Penetapan-Kebijakan-
Kesehatan\
http://fidhiaaulia.blogspot.com/2012/09/cara-penularan-infeksi.html
https://www.kompasiana.com/bidancare/54fff65a813311275efa7124/memutuskan-rantai-
penularan-penyakit

Anda mungkin juga menyukai