RANGKUMAN
Norlia : 200101070480
BANJARMASIN
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 6
B. Saran ............................................................................................................................. 7
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
negara Barat. Diketika negara-negara itu mulai memasuki masa kemajuan, Kerajaan
Usmani sebaliknya mulai memasuki masa kemunduran. Sebagai akibat dari perubahan
itu, Kerajaan Usmani, yang biasanya menang dalam peperangan, akhirnya mengalami
kekalahan-kekalahan di tangan Barat.
Hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani menyelidiki rahasia kekuatan Eropa
yang baru muneul itu. Menurut perkiraan, rahasianya terletak dalam kekuatan militer
modern yang dimiliki Eropa. Oleh karena itu usaha pembaharuan dipusatkan dalam
lapangan militer Kerajaan Usmani. Bantuan ahli-ahli Eropa diminta dan pada permulaan
abad kedelapan belas Masehi datanglah ke Istambul ahli-ahli seperti De Rochefort dari
Perancis, Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Scotlandia dan Comte de Bonneval juga
dari Perancis. Yang tersebut akhir ini kemudian masuk Islam dengan memakai nama
Humbaraci Pasya.
Pembaharuan yang diusahakan permuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas
tidak banyak artinya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian
yang membawa kepada perubahan besar di Turki.
Keinginan untuk mengadakan perubahan di masa sebelum Periode Modern, juga
timbul di Arabia. Keinginan itu dicetuskan oleh Muhammad Ibn Abd Al-Wahhab (1703-
1787 M). Keinginan itu lahir bukan sebagai pengaruh kemajuan Barat, tetapi sebagai
reaksi terhadap paham tauhid yang dianut kaum awam di waktu itu. Kemurnian paham
tauhid mereka telah dirusak oleh kebiasaan kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh
tarekat-tarekat seperti pujaan dan kepatuhan yang berlebih-lebihan pada syekh-syekh
tarekat. ziarah ke kuburan-kuburan wali dengan maksud meminta syafa'ah atau
pertolongan dari mereka dan sebagainya. Menurut pendapat Muhammad Abd Al-Wahhab
kebiasaan-kebiasaan itu mengandung arti syirk atau politeisme dan harus dibanteras.
Semua itu adalah bid'ah (sesuatu yang asing) yang dibawa orang dari luar masuk ke
dalam Islam. Bid'ah itu mesti dibuang dan orang harus kembali kepada tauhid dan Islam
yang sebenarnya. Tauhid dan Islam yang murni terdapat pertama-tama pada Nabi
Muhammad dan kemudian pada Sahabat, imam-imam dan ulama-ulama besar. Mereka
ini disebut salaf. Islam sesuda zaman salaf banyak dimasuki bid'ah. Untuk memumikan
Islam semua bid'ah itu mesti dibuang.
3
Oleh karena itu gerakan yang dipelopori oleh Muhammad Abd Al-Wahab ini dan
yang kemudian dikenal dengan nama Wahabiah kurang tepat kalau disebut gerakan
pembaharuan. La lebih tepat diberi nama pemurnian. Sungguhpun demikian gerakan ini
mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran dan gerakan pembaharuan yang timbul di
Periode Modern.1
B. Tokoh-Tokoh Pembaharu Dalam Islam
1. Muhammad Ali Pasya (1765-1848)
Seorang perwira Turki yang merebut kekuasaan di daerah ini setelah tentara Perancis
kembali ke Eropa di tahun 1801 M. Muhammad Ali Pasya seperti raja-raja islam
lainnya yang ada di zaman itu berkeyakinan bahwa ketinggian dan kemajuan Eropa
didasarkan atas militernya. Tetapi disamping iitu kelihatannya sadar bahwa di
belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup mempelajari
biaya pembaharuuan dalam lapangan militer. Pembaharuan dalam lapangan militter
dan ekonomi kemudian ternyata memerlukan ahli-ahli. Untuk itu, selain dari
mendatangkan ahli-ahli Eropa, ia mendirikan sebuah sekolah-sekolah, sekolah militer
di tahun 1815, sekolah teknik di tahun 1816 M, Sekolah Kedokteran di tahun 1827 M,
sekolah pertambangan tahun 1834 M, dan sekolah pertanian di tahun 1836 M.
2. Rifa’ah Badawi Rafi’ Al Tahtawi (1801-1873)
Al-Tahtawi dalam kedudukannya sebagai ulama dari Al-Azhar dikirim oleh
Muhammad Ali Pasya ke Paris pada tahun 1826 M untuk menjadi imam bagi pelajar.
Pelajar Mesir yang ada disana. Selain dari mengajar dan menerjemahkan buku-buku
Al-Tahtawi juga mengarang. Diantara karangan-karangannya terdapat buku-buku
mengenai pengalaman di Paris. Di antara pemikiran-pemikiran yang diajukan Al-
Tahtawi adalah:
a. Ajaran islam bukan hanya mementingkan soal alhirat tetapi juga soal hidup
didunia.
b. Kekuasaan absulot raja harus dibatasi oleh syari’at, dan raja harus bermusyawarah
dengan ulama dan kaum terpelajar.
c. Syari’at islam harus disesuaikan dengan perkembangan modern
d. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan modern
1Dari Buku : Prof.Dr. Harun Nasution, “ISLAM DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEKNYA” JILID II, Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta, selasa, 23 November 2021.
4
e. Pendidikan harus bersifat universal dan sama bentuknya untuk semua golongan
f. Umat islam harus bersifat dinamis dan meninggalkan sifat statisnya.
3. Muhammad Abduh (1849-1905) dan Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935)
Muhammmad Abduh adalah ulama keluaran Al-Azhar. Di masa mudanya ia
berkenalan dengan Jamaluddin Al-Afghani dan banyak ipengetahui pemikiran-
pemikirannya. Ide-ide yang dibawa Tahtawi telah mula dikenal dalam masyarakat
Mesir. Bersama-sama dengan Jamaluddin, Muhammad Abduh memasuki politik di
Mesir, kemudian di tangkap dan diasingkan keluar negeri di tahun 1882 M.
kemudian di tahun 1886 M ia diizinkan kembali ke Mesir.
Sama dengan Muhamad Abd Al-Wahhab ia berpendapat bahwa islam yang di
anut umat bukan lagi islam yang sebenarnya, ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hidup
kemasyarakatan tidak banyak dan inipun hanya memberikan garis-garis besar. Sikap
taklid, harus dihapuskan dan ijtihad dihidupkan kembali. Muhammad Abduh
memang memberi peghargaan yang tertinggi pada akal. Islam dalam pendapatnya
adalah agama yang rasional. Muhammad Abduh juga menentang jumud statis yang
terdapat dalam kalangan umat islam. Sifat jumud membuat mereka berhenti berpikir
dan berusaha. Umat islam harus memiliki sifat dinamis, islam tidak bertentangan
dengan ilmu pengetahuan modern.
Murid dan pengikut yang banyak menulis tentang Muhammad Abduh dan ide-
idenya adalah Rasyid Ridha (1865-1935). Oleh karena itu ide dan pembaharuannya
dan pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh terdapat sedikit perbedaan. Guru
mempunyai sikap lebih liberal dari Murid. Guru melepaskan diri dari aliran-aliran
mazhab, sedang murid terikat pada aliran dan mazhab.
4. Toha Husain (1889-1973)
Beliau adalah sejarawan dari filusuf yang sangat mendukung gagasan Muhammad Ali
Pasya. Ia merupakan pendukung modernism yang gigih. Pengadopsian terhadap ilmu
pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut nilai praktis (kegunaan)nya saja,
tetapi juga sebagai perwujudan suatu kebudayaan yang amat tinggi. Pandangannya
dianggap sekularis karena mengunggulkan ilmu pengetahuan.
5. Sayyid Qutub (1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi
5
Al qardawi menekankan perbedaan modernasasikan dan pembarataan. Jika
modernesasi yang dimaksud bukan berarti upaya pemberataan dan memiliki batasan
pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penarapan teknologinya, islam
tidak menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan al Qardawi ini cukup mewakili
pandangan mayoritas kaum muslim. Secara umum dunia islam relative terbuka dan
mau menerima ilmu pengetahuan dan teknologi sejauh memperhitungkan manfaat
praktisnya,
6. Sirsayid Ahmad Khan (1881-1898)
Sirsayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti Al-Afghani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu
pengetahuan modern. Kekuatan pembebas itu antara lain, penjelasan mengenai suatu
peristiwa dengan sebab-sebab yang bersifat fisik meteriil. Di barat nilai-nilai ini telah
membebaskan orang dari tahayul dan cengkraman kekuasaan gereja. Kini dengan
semangat yang sama Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslimin
dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al-Qur’an2.
C. Tujuan Pembaharuan Dalam Islam
Purifikasi ajaran islam, yaitu mengembalikan semua bentuk kehidupan keagamaan
pada jaman awal islam sebagaimana dipraktekkan pada masa Nabi. Jaman Nabi
sebagaimana digambarkan oleh Sayyid Qutub sebagai periode yang hebat, suatu
puncak yang luar biasa dan cemerlang dan merupakan masa yang dapat terulang.
Terjadinya banyak penyimpangan dari ajaran pokok islam pasca Nabi bukan karena
kurang sempurnanya islam.
Menjawab tantangan jaman. Islam diyakini sebagai agama universal, yaitu agama
yang didalamnya terkandung sebagai konsep tuntutan dan pedoman bagi segala aspek
kehidupan umat manusia, sekaligus bahwa islam sesuai dengan semangat jaman. 3
2
Dari Buku : Prof.Dr. Harun Nasution, “ISLAM DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEKNYA” JILID II, Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press)
3
Hafiz “Aspek Pembaharuan Islam”, https://id.scribd.com/doc/308097193/Makalah-Aspek-Pembaharuan-Islam
diakses pada tanggal 26 November 2021 pada pukul 10.46
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaharuan dalam Islam mempunyai tujuan yang sama. Tetapi dalam pada itu perlu
diingat bahwa dalam Islam ada ajaran-ajaran yang bersifat mutlak yang tak dapat diubah-
ubah. Yang dapat diubah hanyalah ajaran-ajaran yang tidak bersifat mutlak, yaitu
penafsiran atau dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Dengan kata lain
pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tak dapat diadakan.
Pembaharuan dapat dilakukan mengenai interpretasi atau penafsiran dalam aspek-aspek
teologi, hukum, politik dan seterusnya dan mengenai lembaga-lembaga. Perkataan pemba
haruan atau modernisasi Islam kurang dapat dipakai; yang tepat ialah "pembaharuan atau
modernisasi dalam Islam.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta kritikan dan
sasaran yang sifatnya membangun demi perbaikan karya kami berikutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA