DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 6
Liyuzza ( 200440040 )
Sriulina ( 200440039 )
Suci Febrianti ( 200440048 )
Eksternalitas adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi
karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin dalam harga pasar. Sedangkan
efisiensi pasar adalah suatu keadaan apabila suatu pasar sudah dapat mengalokasikan seluruh
sumber-sumber daya yang pada umumnya secara efisien. Pada bagian ini kita akan memakai
perangkat-perangkat analisis yang menelaah bagaimana eksternalitas mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi. Analisis yang kita lakukan di sini akan menunjukkan secara jelas,
mengapa eksternalitas menyebabkan pasar mengalokasikan sumber-sumber secara tidak
efisien.Untuk memperjelas gambarannya, kita perlu mengambil sebuah pasar tertentu, sebagai
contoh kasus. Kita ambil saja pasar aluminium. Kita mengingat kembali, bahwa kurva
penawaran dan kurva permintaan mengandung informasi-informasi penting tentang biaya dan
keuntungan (cost and benefit). Kurva permintaan aluminium mencerminkan nilai aluminium
bagi para pembelinya, dan nilai itu dihitung berdasarkan harga yang mau mereka bayarkan. Pada
setiap kuantitas, ketinggian kurva permintaan menunjukkan kesediaan membayar para konsumen
marginal. Dengan kata lain, kurva-kurva tersebut menunjukkan biaya yang dipikul produsen
marginal. Dengan kata lain, kurva tersebut menunjukkan nilai atas unit terakhir aluminium yang
dijual.Jika sama sekali tidak ada intervensi pemerintah, maka harga aluminium akan bergerak
secara bebas menyesuaikan diri dalam rangka menyeimbangkan permintaan dan penawarannya.
Kuantitas yang diproduksi dan dikonsumsi pada ekuilibrium pasar dapat dikatakan efisien,
karena kuantitas tersebut memaksimalkan surplus produsen dan surplus konsumen. Dalam
kondisi tersebut, pasar mampu mengalokasikan segenap sumber daya sedemikian rupa, sehingga
memaksimalkan nilai total konsumen yang membeli dan memakai aluminium minus biaya total
produsen yang membuat dan menjual aluminium tersebut.
jenis-jenis ekternalitas yang dapat terjadi dalam interaksi ekonomi (Pearee dan Nash, 1991; Bohm,
1991)
1. Produsen dan produsen : seorang produsen dapat menimbulkan externalitas positif maupun
negatif. Misalnya : seorang produsen (A) melatih tenaga kerjanya, produsen (B) menerima
externalitas positif karena memperoleh tenaga terdidik tanpa harus memberikan pelatihan.
2. Konsumen dan produsen : aktivitas produsen dapat pula menimbulkan efek terhadap utilitas
individu tanpa mendapat kompensasi apapun. Misalnya : suatu pabrik mengeluarkan asap yang
menyebabkan polusi udara, udara kotor pabrik terpaksa dihirup oleh masyarakat.
3. Konsumen dan produsen : Misalnya setiap hari seseorang membuang sisa makanannya ke
sungai, aliran sungai masuk ke kolam-kolam sehingga ikan dikolam cepat besar tanpa diberi
makan oleh pemiliknya. Dalam hal ini pemilik kolam menerima eksternalitas positif dari tindak
konsumen yang membuang sisa makannya.
4. Konsumen dan konsumen : dampak yang timbul karena tingkat utilitas seseorang
mempengaruhi tingkat utilitas orang lain. Misalnya seorang pengendara sepeda motor yang
mengeluarkan asap tebal dan menyebabkan orang-orang disekitarnya menjadi sesak napas.
Eksternalitas negatif:
Dalam melangsungkan kegiatan produksinya, pabrik-pabrik aluminium menimbulkan polusi.
Untuk setiap aluminium yang mereka produksi, sejumlah asap kotor yang mengotori atmosfer tersembur
dari tanur pabrik-pabrik tersebut. Karena asap itu membahayakan kesehatan siapa saja yang
menghirupnya, maka asap itu merupakan eksternalitas negatif dalam produksi aluminium.
Eksternalitas positif:
Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah pasar robot industri (robot yang khusus dirancang untuk
melakukan kegiatan atau fungsi tertentu di pabrik-pabrik). Robot adalah ujung tombak kemajuan
teknologi yang mutakhir. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot, akan berkesempatan besar
menemukan rancangan-rancangan rekayasa baru yang serba lebih baik. Rancangan ini tidak hanya akan
menguntungkan perusahaan yang bersangkutan, namun juga masyarakat secara keseluruhan karena
pada akhirnya rancangan itu akan menjadi pengetahuan umum yang bermanfaat. Eksternalitas positif
seperti ini biasa disebut “imbasan teknologi” (technology spillover).
Eksternalitas positif:
Contohnya adalah konsumsi pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau
pemerintahnya akan diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap,
sehingga pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
Kebijakan publik dalam mengatasi eksternalitas
Setiap kali eksternalitas muncul sehingga mengakibatkan alokasi sumber daya yang dilakukan pasar
tidak efisien, pemerintah dalam melakukan salah satu dari dua pilihan tindakan yang ada. Pilihan pertama
adalah menerapkan kebijakan-kebijakan atau pendekatan komando dan kontrol (command-and-control
policies), atau menerapkan kebijakan-kebijakan berdasarkan pendekatan pasar (market-base policies).
Bagi para ekonom, pilihan kedua lebih baik, karena kebijakan berdasarkan pendekatan pasar akan
mendorong para pembuat keputusan di pasar swasta, untuk secara sukarela memilih mengatasi
masalahnya sendiri.
Barang-barang public
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public
good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama
terhadap seluruh anggota masyarakat.
Terdapat lima jenis barang publik yang dibagi menurut karakteristik barang dan jasa, yaitu:
1. Barang publik murni (disediakan pemerintah dan swasta yang harus melakukan dan mengatur
distribusi barang tersebut): barang yang dari aspek penggunaanya non rivalry yaitu tidak ada
persaingan dan non exclusive yaitu tidak ada pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya :
pertahanan, peradilan, dan perlindungan.
2. Barang semi publik (disediakan oleh pemerintah maupun swasta): barang yang dari aspek
penggunaanya non rivalry tetapi biaya namun ketika konsumen mengkonsumsi secara
berlebihan maka akan timbul kebosanan, misalnya : laut, padang gembala taman, klub olah
raga.
3. Barang publik semi privat (disediakan oleh pemerintah maupun swasta): barang yang
penggunaannya bersifat rivalry, tetapi pemanfataan tidak bersifat exlusive. Misalnya : rumah
sakit, pemancar radio, rumah sakit swasta, sekolah swasta, dan siaran televisi khusus.
4. Barang privat (disediakan oleh swasta murni): bersifat rivalry yaitu adanya persaingan
penggunaan (konsumsi) dan exlusive yaitu adanya pengorbanan untuk mendapatkannya.
Misalnya : mobil, pakaian, kesehatan untuk orang miskin.
5. Barang merit (sebenarnya negara berkewajiban untuk memenuhinya): komoditi atau jasa yang
menjadi kebutuhan individu atau masyarakat tanpa berkaitan dengan kemampuan untuk
membayar ataupun kemauan untuk membayar. Misalnya : tempat tinggal untuk orang miskin,
pendidikan dan kesehatan.
Dalam penyediaan barang publik juga terdapat tiga teori besar yang menjelaskan darimana
pemerintah menentukan jumlah barang publik diproduksi untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Teori-teori tersebut ialah:
1. Teori Pigou : pengadaan barang publik harus dibiayai dari pajak. Tersedianya barang yang
dibutuhkan tentu menimbulkan kepuasan, tetapi pajak pada umumnya tidak disukai, sehingga
menimbulkan ketidak puasan. Pajak itu akan efisien dalam penyediaan barang publik ketika
kepuasan atas tersedianya barang itu sama dengan ketidakpuasan atas pembayaran pajaknya.
2. Teori Bowen dan Samoelson : dasar penetapan jumlah barang publik yang harus diproduksi
didasarkan pada harga barang itu. Meskipun hak mengkonsumsi barang publik masing-masing
individu adalah sama, tetapi tingkat kebutuhan masing-masing individu itu berbeda. Sehingga
konsumen akan membayar pajak sesuai dengan kebutuhan yang ia perlukan.
3. Teori Erick Lindhal dan Wicksell : berpendapat harus ada sebuah badan nasional yang akan
menentukan banyaknya barang publik yang akan disediakan. Penyediaan barang publik itu nanti
didasarkan oleh seberapa besar kebutuhan masyarakat akan barang tersebut dan dengan
diketahuinya seberapa besar jumlah produksi barang maka badan ini akan menentukan
seberapa besar jumlah pajak yang harus dibayar. Teori ini menghubungkan antara pajak yang
dibayar dan manfaat yang diperolah.
Permasalahan yang timbul dari barang publik ini yaitu adanya free rider (penumpang gratis/pengendara
bebas) yaitu seseorang yang mengkonsumsi sumber daya tanpa membayar atau tidak membayar secara
penuh/ kurang. Salah satu contohnya yaitu, seseorang yang tidak membayar pajak, dengan membayar
pajak berarti ikut membantu membayar untuk barang-barang publik. Karena semua warga negara
mendapatkan keuntungan dari, seperti jalan, pabrik pengolahan air.
Keberadaan sumber daya bersama–SDB (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya
tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik diatas. Sumber-sumber daya milik
bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel. Sumber-sumber daya ini terbuka
bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan Cuma-Cuma. Namun tidak seperti barang publik,
sumber daya milik bersama memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan
mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber daya
milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang
efisien. Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus SDB ini adalah seperti yang
diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang dikenal dengan istilah Tragedi Barang Umum (the Tragedy of the
Commons).
1. Ekternalitas