TUGAS AKHIR
Oleh:
IRWANTO
07 0404 086
TUGAS AKHIR
Dikerjakan oleh:
IRWANTO
07 0404 086
Pembimbing
Mengesahkan:
Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugrah, berkat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya tugas akhir ini
dengan judul “Perhitungan Plat dengan Metode Yield Line Plastis Dibandingkan
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana teknik
sipil bidang studi struktur pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak kekurangannya. Hal ini
penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis cintai yang dalam keadaan
1. Bapak Ir. Besman Surbakti, MT selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku dosen pembanding yang telah
memberikan kritikan dan nasehat yang membangun serta selaku ketua Departemen
4. Bapak Ir. Chainul Mahni selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritikan
5. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
USU
6. Kedua orang tua penulis yang turut mendukung segala kegiatan akademis penulis
07, Hermanto sang juara 07, Rudy Salim, Kelvin, Coandra, Ivanfebraja, Darwin,
Dewi, Tiffany, Rily, Gina dan lainya serta adik-adik stambuk 08, 09, dan 10 yang
8. Para pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU atas ketersediannya
Walaupun dalam menyusun Tugas akhir ini penulis telah berusaha untuk
mengkaji dan menyampaikan materi secara sistematis dan terstruktur, tetapi tentunya
Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun tentulah
Penulis
Penyusunan tugas akhir ini, merupakan pencarian nilai momen daripada plat
dengan metode Yield Line, dimana dalam hal ini teori Yield Line merupakan metode
yang menggunakanan analisis secara pendekatan untuk menentukan kapasitas beban
ultimate ataupun untuk mengetahui besarnya momen pada plat.
Alasan memilih Yield Line sebagai pembahasan dalam tugas akhir ini adalah
karena Yield Line merupakan metode yang dapat memperhitungkan suatu plat yang
kompleks dalam hal ini plat yang memiliki batas – batas yang berbeda dan berbagai
jenis pembebanan menjadi lebih sederhana untuk dapat diperhitungkan.
Metode ini memberikan cara yang lebih mudah dan lebih cepat dalam
mendesain, merancang suatu plat, lebih simpel dan ekonomis, serta merupakan
rancangan yang kuat dan telah terrbukti secara teknis.
Kata Kunci: Plat, Yield Line plastis, FEM elemen segiempat, SAP 2000
Gambar.2.3 : Pola Yield Line yang memungkinkan untuk plat sederhana ..... 9
Gambar.2.5 : Akibat dari Corner Levers pada plat dengan perletakan sederhana
lifting ........................................................................................ 12
M = Momen (KNm)
l = Panjang (m)
θ = Rotasi (m-1)
= Angka Poisson
Penyusunan tugas akhir ini, merupakan pencarian nilai momen daripada plat
dengan metode Yield Line, dimana dalam hal ini teori Yield Line merupakan metode
yang menggunakanan analisis secara pendekatan untuk menentukan kapasitas beban
ultimate ataupun untuk mengetahui besarnya momen pada plat.
Alasan memilih Yield Line sebagai pembahasan dalam tugas akhir ini adalah
karena Yield Line merupakan metode yang dapat memperhitungkan suatu plat yang
kompleks dalam hal ini plat yang memiliki batas – batas yang berbeda dan berbagai
jenis pembebanan menjadi lebih sederhana untuk dapat diperhitungkan.
Metode ini memberikan cara yang lebih mudah dan lebih cepat dalam
mendesain, merancang suatu plat, lebih simpel dan ekonomis, serta merupakan
rancangan yang kuat dan telah terrbukti secara teknis.
Kata Kunci: Plat, Yield Line plastis, FEM elemen segiempat, SAP 2000
PENDAHULUAN
I.1. UMUM
terjadi pada suatu struktur masih terletak dalam batas elastis, dan defleksinya kecil.
Dengan analisis ini, sebagian besar dari struktur tersebut akan bertegangan rendah,
plastis pada tahun 1930. Karena relatif lebih sederhana, konsep ini banyak digunakan.
Beban kerja dihitung dan dikalikan dengan faktor keamanan tertentu dan elemen
struktur direncanakn berdasarkan kekuatan runtuh, nama lain dari metode ini adalah
Plastisitas dan Desain Plastisitas. Teori Plastisitas sering disebut dengan Analisis
Plastisitas. Dalam Teori Plastisitas, yang ditentukan adalah beban ultimate ( beban
plastis ) untuk struktur tertentu dimana momen plastis penampangnya telah diketahui
atau sebaliknya. Sedangkan dalam Desain Plastisitas, beban – beban yang bekerja telah
diketahui dan yang akan ditentukan adalah ukuran elemen – elemen struktur agar
keruntuhan, jika kondisi keruntuhan telah dicapai akan dipenuhilah tiga keadaan
berikut:
deformasi plastis, dimana pada saat runtuh, momen dalam dari suatu
sendi plastis dalam struktur telah cukup untuk mengubah sebagian atau
Dalam Tugas Akhir ini, akan membahas perhitungan suatu plat dengan
metode Yield Line Plastis. Metode Yield line ini merupakan metode yang
suatu plat, Metode ini juga memperhitungkan suatu plat yang kompleks dalam hal ini
plat yang memiliki kondisi batas yang berbeda dan juga berbagai jenis pembebanan
yang diberikan menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dan juga metode ini erat
Metode ini memberikan cara yang lebih mudah dan lebih cepat dalam
mendesain, ,merangcang suatu plat, lebih simpel dan ekonomis, hal ini dikarenakan
metode ini memperhitungkan beban ultimate. Perencanaan plat dengan metode Yield
line ini merupakan rancangan yang kuat dan telah terbukti secara teknis.
1. Mengitung beban ultimate yang dapat dipikul oleh plat dengan metode
2. Gaya yang diperhitungkan adalah gaya – gaya vertikal yang bekerja pada
plat
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur
berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan-masukan dari
dosen pembimbing.
garis besar isi setiap bab yang dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah,
Bab ini berisi uraian tentang teori Yield Line, FEM, dan SAP 2000 dalam
Bab ini berisi jenis – jenis plat yang akan ditinjau, dan perhitungannya dengan
metode plastis secara manual dan dengan FEM dalam hal ini dibantu dengan
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh pengerjaan
tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada perhitungan plat jika dihitung dengan
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 PENDAHULUAN
Yield line adalah suatu pemecahan yang dapat digunakan dalam plat beton
dimana terjadinya tegangan leleh dan rotasi secara plastis muncul. Teori ini dapat
digunakan dalam berbagai jenis pola tergantung dari kondisi pembebanan, kondisi
perletakan dan dimensinya. Teori Yield line ini dapat menganalisa mekanisme
Metode Yield Line telah lama digunakan dalam menganalisa plat. Hal ini telah
menjadi perhatian umum sejak tahun 1990 oleh beberapa peneliti seperti Graf dan
Kwiecinski dan masih banyak lagi, menggabungkan dan mengembangkan konsep asli
dari Johansen sehingga membuat teori Yield Line ini menjadi sebuah teori yang sangat
Seperti yang diketahui teori Yield Line dirintis pada tahun 1940an oleh seorang
tahun 1960 sampai 1980 dilaporkan bahwa secara teoritis aplikasi dari teori Yield Line
ini telah mempermudah dalam perhitungan struktur plat dan plat – beam. Untuk
menunjang hasil perkejaan ini, pengetesan secara intesif dilakukan untuk membuktikan
yang dibandingkan antara teoritis dan percobaan. Di dalam percobaanya dimana sendi
disimulasikan menjadi suatu konstruksi yang menerus, dan hasilnya beban ultimate
Teori Yield Line merupakan analisis beban secara ultimate. Teori ini
menetapkan bahwa momen yang ditimbulkan seperti pembebanan pada plat dimana
Teori ini dapat membuat suatu desain konstruksi menjadi lebih sederhana dan
Teori ini dapat dengan mudah diterapkan di dalam berbagai jenis plat, baik
dengan ataupun tanpa beam. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 yang
pembebanan reaksi yang terjadi pada plat adalah elastic dengan tegangan maksimum
dan defleksi yang terjadi di titik pusat plat. Pada saat ini memungkinkan terjadinya
retak seperti rambut yang akan muncul dimana kekuatan lentur dari beton telah
selanjutnya retakannya akan semakin besar dari titik defleksi maksimumnya, dan
penambahan terus dilakukan maka keretakan akan berpindah ke bagian yang bebas dari
plat dimana pada waktu yang sama semua tegangan lenturnya akan melalui garis leleh
Retakan halus
Pada keadaan ultimate seperti ini, plat akan mengalami keruntuhan. Seperti
yang digambarkan pada gambar 2.2 plat dibagi menjadi daerah A, B , C, dan D. Daerah
– daerah ini juga berputar pada sumbu rotasinya yang biasanya sepanjang batas plat
tersebut, yang akan berdampak pada pada pergeseran beban yang diberikan. Di titik
inilah beban yang diberikan akan di salurkan pada garis sumbu rotasi di garis lelehnya
yang disamakan dengan beban bergerak yang diberikan pada daerahnya. Inilah yang
Ketika suatu plat dibebani sampai terjadinya keruntuhan, garis leleh yang terjadi
akan membentuk suatu daerah dimana terjadi tekanan maksimum dan selanjutya akan
menjadi sendi plastis. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sendi plastis ini akan
berkembang menjadi suatu mekanisme yang membentuk pola dari garis leleh (Yield
Line). Teori ini akan membagi plat menjadi daerah tersendiri, dimana sesuai dengan
arah rotasinya.
Untuk dapat mengidentifikasi dari pola yang sah dan solusi dari teori Yield line
• Pada perletakan menerus akan bernilai negatif dan untuk perletakan simpel
bernilai positif.
Setelah pola dari Yield Line telah ditentukan maka sekarang hal yang perlu
maksimumnya) dimana semua rotasi yang terjadi dapat ditentukan, hal ini dapat
Gambar 2.3 Pola Yield Line yang memungkinkan untuk plat sederhana
menentukan salah satu pola yang dapat menghasilkan momen maksimum atau sekurang
– kurangnya sampai terjadi keruntuhan pada plat akibat beban yang diberikan. Ada
beberapa cara bagi seorang perencana dalam menentukan pola yang paling kritis atau
Bisa dilihat bahwa pola dari Yield Line memberikan hasil, baik itu benar
ataupun secara teoritis tidaklah aman. Tapi seperti yang telah dibahas sebelumnya,
secara teoritis hal ini dapat mudah diatasi dengan mencoba pola – pola berbeda yang
memungkinkan yang disertai dengan nilai toleransi, yang akan dijelaskan nantinya.
Pola dari Yield Line adalah terutama berasal dari sumbu rotasinya dan juga
harus dipastikan bahwa garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus, melalui
titilk persimpangan dari daerahnya masing – masing dan berakhir pada batas plat
tersebut. Beberapa contoh dari pola plat yang simpel akan diperlihatkan pada gambar
2.4. Mengingat bahwa plat seperti sebuah kue mungkin dapat membuat para perencana
dapat lebih mudah untuk menvisualisasikan pola dari Yield Line yang sesuai atau yang
paking cocok.
Tujuan dari menginvestigasi dari pola Yield Line ini adalah untuk dapat
menentukan pola yang dapat memberikan nilai momen yang paling kritis ( nilai momen
yang palig maksimum ). Namun analisa yang secara menyeluruh jarang diperlukan dan
memilih beberapa pola yang lebih simpel dan efisien umumnya dapat dijadikan solusi
Dibawah ini akan menunjukkan notasi yang sering digunakan dalam skripsi ini
adalah :
Corners Levers menjelaskan hal – hal yang terjadi pada plat dua arah dimana
garis Yield Line mengalami pemisahan pada di bagian sudut dalamnya. Pemisahan ini
terkait dengan pembentukan garis Yield Line yang bernilai negative yang melewati
Gambar 2.5 Akibat dari Corner Levers pada plat dengan perletakan sederhana
dimana di bagian sudutnya ditekan dan dicegah terjadinya lifting
Di dalam analisa, pola dari Yield Line biasanya diasumsikan bahwa garis yang
melewati di bagian sudut tidak ada terjadi pemisahan, dimana dalam hal ini corner
levers di abaikan sehingga membuat perhitungan menjadi lebih simpel. Hal ini dibuat
diselesaikan.
Di dalam skripsi hanyalah membahas pola garis Yield Line pada bagian sudut
merupakan suatu garis lurus yang tidak dipisah. Nilai momen yang didapatkan dari cara
ini hanya dapat digunakan jika penguatan yang diberikan pada sudut plat memiliki nilai
yang sama dengan rangka bajanya. Corner Lever dapat digunakan untuk plat sederhana
diman dampak yang dihasilkan tidak lebih dari batas toleransi aturan 10%.
Pemakaian aturan 10% di dalam mendesain momen yang ditimbulkan pada plat
sederhana dapat memberikan suatu kemudahan dimana adanya kesalahan dalam analisa
Yield Line dan memberikan suatu jaminan terhadap diabaikannya corner levers. Pada
plat yang mengalami tekanan yang relatif rendah, pemakaian aturan ini dapat
meningkatkan nilai momen sebesar 10%, hal ini sama dengan peningkatan 10%
Seorang perencana mungkin saja mencari solusi secara teliti, tetapi dengan
diterapkan aturan 10% ini,maka dalam hal analisa dapat menjadi lebih simpel dan
dalam desain mereka dapat berada dalam sisi yang aman tanpa terlalu konservatif
aturan 10% ini adalah pada kasus dimana suatu plat yang memiliki sudut yang sangat
rumit dan konfigurasi tertentu dari plat dengan beban terpusat ataupun beban merata
yang nilainya sangat besar. Aturan ini sangatlah penting di dalam penggunaanya di
dalam lapangan tetapi tidak sebagai referensi di dalam penggunaan secara akademis.
Dalam kasus yang paling umun yakni dalam susunan tulangan pada plat,
tulangan ini terdiri dari dua bagian yakni tulangan atas dan tulangan bawah yang
menyebabkan terjadinya garis leleh. Hal ini dapat memungkinkan bagi seorang
perancang untuk dapat menyelidiki berbagai jenis kemungkinan dan perletakan dari
tiap plat terutama plat dengan bentuk yang tidak beraturan dan memiliki sudut.
Namun di dalam pembuatan skripsi ini, hanya akan membahas dimana dimana
tulangannya:
Dalam hal ini plat dapat dikatakan sebagai isotropis. Dengan demikian, momen
yang dihasilkan oleh hal ini akan ditunjukkan dalam bentuk huruf, yakni m untuk
tulangan bagian bawah dan m’ untuk tulangan bagian atas, yang dapat ditunjukkan
pemnguatannya dalam dua arah. Biasanya tidak diperlukannya penguatan di dalam two
way slab haruslah sama dengan plat dua arah. Plat ini cenderung dalam jarak yang lebih
pendek dan arah ini dapat memberikan penguatan yang sangatlah besar, hal ini dapat
diilustrasikan dalam gambar 2.7, namun di dalam pembuatan skripsi ini hanya akan
yang terjadi (δmax) di dalam kondisi kesatuan yang terjadi pada setiap daerah di plat.
Ketika menghitung energi eksternal yang terjadi (W) penurunan yang terjadi
merupakan akibat adanya diberikan pembebanan pada daerah masing – masing plat
yang dapat ditunjukkan sebagai faktor L1/L2, dimana L1 merupakan jarak yang tegak
lurus terhadap arah sumbu rotasinya dan L2 merupakan jarak yang tegak lurus dengan
plat.
Arah Sumbu Rotasi dari setiap daerah biasanya bertepatan dengan batas plat
tersebut. Dimana L2 merupakan nilai konstan untuk semua beban pada semua daerah,
dan jarak L1 sangat tergantung pada lokasi pusat massa beban yang ada pada daerah
beban yang merata seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8 maka dapat digunakan
ketentuan:
• 1/3 untuk semua daerah berbentuk segitiga dimana puncak dari segitiga berada
Konsep dari Yield Line adalah menyamakan kerja yang disebabkan oleh
pembebanan pada plat dengan kerja yang disebabkan oleh gaya – gaya dalam yang
E = I
Dimana :
A = Luas daerah
M = momen
l = panjang
θ = rotasi
Dalam pembuatan Skripsi ini akan menggunakan metode elemen hingga sebagai
elemen segitiga dan segiempat sebagai perbangdingan dari perhitungan yang telah
dicari dengan menggunakan metode yield line dan dalam hal ini dibantu dengan
menggunakan program SAP 2000. Di dalam metode elemen hingga bila suatu
kontinum dibagi bagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, maka elemen kecil ini
bentuk geometri yang lebih sederhana dibanding dengan kontinumnya. Dengan metode
elemen hingga kita dapat mengubah suatu masalah dengan jumlah derajat kebebasan
Misalnya suatu batang yang panjang, bentuk fisiknya tidak lurus dipotong-
potong sependek mungkin sehingga terbentuk batang-batang pendek yang relatif lurus.
Maka pada bentang yang panjang tadi disebut kontinum dan batang yang pendek
disebut elemen hingga. Suatu bidang yang luas dengan dimensi yang tidak teratur,
dipotong-potong berbentuk segi tiga atau bentuk segi empat yang beraturan. Bidang
yang dengan dimensi tidak beraturan tadi disebut kontinum, bidang segitiga atau segi
empat beraturan disebut elemen hingga. Dan banyak lagi persoalan yang identik dengan
hal diatas. Maka dari sini dapat dikatakan bahwa elemen hingga pasti mempunyai lebih
pendekatan yang berdasarkan asumsi peralihan atau asumsi tegangan, bahkan dapat
nilai pendekatan ( bukan eksak ) tegangan dan peralihan yang terjadi pada suatu
sering sekali dipakai, maka langkah-langkah berikut ini dapat digunakan sebagai
2. Pada titik-titk pada elemen yang diperlakukan sebagai titik nodal, dimana syarat
nodalnya.
4. Pada setiap elemen khusus yang dipilih tadi harus dipenuhi persyaratan
5. Tentukan kekakuan dan beban titik nodal ekivalen untuk setiap elemen dengan
9. Tentukan reaksi perletakan pada titik nodal yang tertahan bila diperlukan.
Segi Empat
adalah sbb:
1 0
1 0
1 1 2
0 0
2
Matriks ini diperoleh dari hubungan tegangan dan regangan dari Hukum Hooke dua
&'
%& .
# #
, 1 0 0 0 &(
! & / , &
, 0 0 0 1 $ )-
#&* #
"&+ ,
Pada elemen CST derajat kebebasan atau DOF untuk satu elemen adalah 6 dapat dilihat
pada gambar diatas, sedangkan jumlah simpul adalah tiga dengan penomoran
berlawanan arah jarum jam. Pada persamaan displacement dapat dilihat bahwa hal itu
& 8'
01
0 0 0
4 7
( ( ( ' ' ( ' '
0 0 0
1 3 6
( (' '
8' 3 ( 0 '( 0 ' 0 6
2 3 0 ( ( 0 ( ' ' ( ' '6
3 0 ( 0 (' 0 ' 6
2 0 ( 0 '( 0 ' 5
x ij = x i – x j
y ij = y i –y j
/ 8'
09 : 01
Dimana, [G]=[N][A]-1
0 1 0 0 0 0
=0 0 0 0 0 1> & 1<
0 0 1 0 1 0
1 ; / 8'
01 1< ;? 01 1<
Dengan demikian
1 ( 0 (' 0 ' 0
;? = 0 0 0 '>
2 ( '(
( ( '( (' ' '
Maka : @ AC ;? B
;? D. 0
F ;? 09 1<
j 1 2 3 4 5 6 i
1 1Q 1Q 1 1 1
Q Q Q Q Q 1
P
( 2 (
2 ( ( (' (
2 '( ( '( (
2 ( (' ' (
2 ' ( ' (
2 ( '
T
O S
O 1Q 1 1 1 1 1 S
Q Q Q Q Q 2
O 2 ( ( (
2 ( ( ('
2 '( ( '( (
2 ( (' ( '
2 ' ( ' (
2 ' (
S
O S
O 1Q 1 1 1Q 1 1 S
O Q Q Q Q Q S 3
(' (
2 '( ( ( ('
2 '( ( (' 2 '( (
2 '( (' ' ('
2 '( ' ' ('
2 '( '
O S
O 1 1 1Q 1 1 1 S
O Q Q Q Q Q S 4
O
'( (
2 ( (' '( (
2 ( ('
2 '( (' '(
2 (' '( '
2 ' (' '( '
2 ' ('
S
O S
O 1 1 1 1 1 1Q S
Q Q Q Q Q 5
O
' (
2 ' ( ( '
2 ' ( ' ('
2 '( ' '( '
2 ' (' ' 2 '
2 ' '
S
O S
1 1 1 1 1Q 1
Q Q Q Q Q 6
N ' (
2 ( ' ' (
2 ' ( ' ('
2 '( ' '( '
2 ' ('
2 ' ' '
2 ' R
X ,
YZ
)[ '8\ ]
x ij = x i – x j , y ij = y i –y j
2 1 3 1 3 1 3 2 1 3
j 1 2 3 4 5 6 7 8 i
4^ Q 1Q 4^ Q 1 3 2^ 1Q 2^ 1 3 1
P ^ 2 2^ 2 2^ 2 ^ 2 T
O S
O 3 4 3 2 3 2 3 4
1Q Q2 1 ^ 1 3 2 1 ^ 1Q 1 ^ 1 3 Q 1 ^ S 2
O 2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^ S
O S
O 4^ Q 1 3
1 3 4^ Q
2 1 3
1Q 2^
2 1 3
1 3 2^
1 3
1Q S
3
O ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 S
O S
O 3 2 3 4 3 4 3 2 S
O 1 3 2 1 ^ 1Q Q2 1 ^ 1 3 Q 1 ^ 1Q 1 ^ S 4
2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^
O S
O 1 3 2 1 3 2 1 3 1 3 S
O 2^ ^ 2
1Q 2^
^ 2
1 3 4^ Q
^ 2
1Q 4^ Q
^ 2
1 3 S 5
O S
O 3 2 3 4 3 4 3 2 S
O 1Q 1 ^ 1 3 Q 1 ^ 1Q Q2 1 ^ 1 3 2 1 ^ S 6
O 2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^ S
O S
2 1 3 1 3 1 3 2 1 3
O 2^ 1 3 2^ 1Q 4^ Q 1 3 4^ Q 1Q S 7
O ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 S
O S
3 4 3 2 3 2 3 4
1 3 Q 1 ^ 1Q 1 ^ 1 3 2 1 ^ 1Q Q2 1 8
N 2 ^ 2 ^ 2 ^ 2 ^ R
b
X , ^
a
4 1 &
berikut ini.
Penomoran node ditentukan dalam arah lawan perputaran jarum jam (CCW).
Dua sumbu Koordinat Natural s dan t berpotongan tidak harus tegak lurus.
Dalam gambar diatas, akan ditentukan Koordinat Natural dari keempat node
dari elemen tersebut. Untuk itu diperhatikan Gambar 2.11 berikut ini.
(s,t) seperti Nampak pada gambar 3.12 diingatkan kembali bahwa kedua
u(s,t) = N1 u1 + N2 u2 + N3 u3 + N4 u4
v(s,t) = N1 v1 + N2 v2 + N3 v3 + N4 v4……………….(2.1)
x(s,t) = N1 x1 + N2 x2 + N3 x3 + N4 x4
y(s,t) = N1 y1 + N2 y2 + N3 y3 + N4 y4……………….(2.2)
Lagrange ) adalah
1 c . 1 D 1 c . 1 D
/' /
4 4
1 c . 1 D 1 c . 1 D
/( /) … … 2.3
4 4
Catatan: N1 + N 2 +N3 + N4 = 1
Gunakan kembali persamaan (2.1) dan (2.2) untuk menghitung Strain dari
Elemen Quadrilateral
e e e e e
Q
ec e ec e ec
e e e e e
Q … … … … … … … … … … … 2.4
eD e eD e eD
dapat ditulis
e e e e
% .
f ec g ec ec e … … … … … … … … … … … … . 2.4&
e e e $e -
ec eD eD "e ,
Maka :
e e e e
% . 1
e eD ec f ec g … … … … … … … … . . 2.4b
e
$ - |i| e e e
"e , eD ec eD
e e e e
j kj k j kj k
ec eD eD ec
)
e e/l
… … … … … … … … … … … 2.5
ec ec l
lm'
e e e
;1nopo& q & D p , , 0&
ec eD eD
)
e e/l
… … … … … … … … … … … 2.5&
ec ec l
lm'
)
e e/l
… … … … … … … … … … … 2.5b
eD ec l
lm'
)
e e/l
… … … … … … … … … … … 2.5r
eD ec l
lm'
e/ 1 e/ 1
1 D , 1 c
ec 4 ec 4
e/( 1 e/( 1
1 D , 1 c
ec 4 ec 4
e/) 1 e/) 1
1 D , 1 c … … … … … … … … 2.6
ec 4 ec 4
e e e e
|i| j kj k j kj k
ec eD eD ec
) ) ) )
e/l e/l e/l e/l
ec l
e l
eD l
ec l
lm' lm' lm' lm'
) )
e/l e/l e/l e/l
j k … … … … … … . . . . 2.7
l
eD ec ec eD s
l s
'
Dalam bentuk yang lebih terperinci, elemen matriks [a] masing – masing
adalah
e/' e/ e/' e/
&' j kj k j kj k
eD ec ec eD
1
1 D
8
Dengan seterusnya untuk semua elemen matriks [a] disimpulkan matriks [a]
adalah
0 1 D D c c 1
1 D 1 0 cQ1 DQc
& … … … … … 2.8
8 c D cQ1 0 DQ1
1 c cQD DQ1 0
Lihat kembali persamaan (2.4b) dari persamaan tersebut ditinjau pada bagian:
e 1 e e e e
! … … … … … … … … … … … … … … … … 2.9
e | i | eD ec ec eD
e e e e
F bDoD cop& : , , , p1 q1x&n&& 2.9 0oq1xy 1z:
ec eD eD ec
) )
e 1 e/l e/l e/l e/l
j k
e |i| l
eD ec ec eD s
lm' lm'
'
e 1
& f g |I … … … … … … … … . 2.10
e |i|
' ( )
(
)
e 1 e e e e
!
e | i | eD ec ec eD
'
e 1
& f g |I … … … … … … … … . 2.11
e |i|
' ( )
(
)
e e e e
% . 1
e eD ec f ec g … … … … … … … … … … … … … … . . 2.12
$e - |i| e e e
"e , eD ec eD
e 1 e e e e
!
e | i | eD ec ec eD
'
e 1
& f g |I … … … … … … … … … 2.13
e |i|
' ( )
(
)
e 1 e e e e
!
e | i | eD ec ec eD
'
e 1
& f g |I … … … … … … … … … 2.14
e |i|
' ( )
(
)
~• ~\
~J ~I
Ambil dari persamaan (2.11) dan ambil dari persamaan (2.13) kemudian
e e
}IJ Q
e e
'
1
& f g
|i|
' ( )
(
)
'
1
Q & f g
|i|
' ( )
(
)
'
% '
.
# #
|I # #
F1zo ww&: | G |J L € € • … … … … … … … … … . 2.15
}IJ $…-
#…#
# )#
" (,
Dari persamaan (2.10) berikut ini akan dihitung berapakah harga dari Bij?
)
1 l &ls , ‚ 1,2,3,4 … … … … … … … … … … … … . 5.16&
€', s8'
|i|
lm'
)
1 l &ls , ‚ 1,2,3,4 … … … … … … … … … … … … . . 5.16r
€ , s
|i|
lm'
€ ,s 0 D p ‚ 1,3,5,7 … … … … … … … … … … … . . . 5.160
xm,n = xm – xn dan
ym,n = ym - yn
1
€'' €( c Q D
8|i| ) )( (
1
€'( €() c Q D
8|i| (' () ')
1
€'* €)+ c Q D
8|i| ) ' (
1
€'‰ €(Š c Q D
8|i| '( ' (
1
€ €(' c Q D
8|i| ) () (
1
€ €(( c Q D
)
8|i| '( )( )'
1
€ €(* c Q D
+
8|i| ) ' ')
1
€ €(‰ c Q D … … … 5.16w
Š
8|i| (' ' (
0on& &,
0 1 D D c c 1 '
1 D 1 0 cQ1 DQc
|i| f g
8 c D cQ1 0 DQ1
' ( )
(
1 c cQD DQ1 0 )
beban dan analisa output sehingga konsep perancangan jauh lebih baik.
kita sudah melakukan input data dengan benar, maka proses analisa akan langsung
Secara garis besar, perhitungan analisa struktur rangka dengan SAP2000 ini akan
2. Mendefinisikan data-data.
c. Macam beban.
a. Data penampang.
b. Data beban.
dari plat yaitu besarnya momen yang ditimbulkan dengan menggunakan metode
elemen hingga elemen segiempat. Hasil yang dikeluarkan dari SAP2000 akan
Yield Line.
APLIKASI
LINE
Jenis plat yang akan di analisis dengan menggunakan teori yield line ini akan
ditunjukkan pada pembahasan di bab ini dengan mengasumsikan bahwa plat bersifat
isotropis ,direncanakan tebal plat 15cm, tebal spesi 2cm dan tebal tegel 2cm,maka:
DL = 4,5 KN/m2
Direncanakan LL= 2.5 KN/m2 (SKBI 1.3.5.3 1987 ) untuk plat lantai
perkamtoran
• Kombinasi (WU)
• Maka dalam perhitungan manual ini akan mengambil WU terbesar yakni 9,4
KN/m2.
1.Plat pertama
• 1a
I J 1/2
Kerja Internal ( I )
• ;&1x&z 4Œ Œ 4 Œ 1/2 = 8M
Kerja Eksterrnal ( E )
;&1x&z 4• Œ 4Œ 2 Œ
'
Œ Ž
' 16 •
•
( 3
Maka,
E = I
16 • 8
3 =
2 •
M = 3
M = 6,267 KNm
B B
Kerja Internal ( I )
• ;&1x&z 2Œ Œ 8 Œ 1/2 = 8M
4 &• Q 16 4 &
3
4 &• 12 &• Q 16
3 3
16 8 &•
3
;&1x&z € 2• Œ 4Œ & Œ
'
Œ Ž
' 4 &•
•
( 3
Maka,
E = I
4 4 &• 8 1 Q 1•&
3 =
4
C
( “
1 Q 1/& = 2M
•
)8
!
” –
' — '/C
M =
• Ž
” ‘ ' C 8 C] ’
(C — (
M =
• Ž
˜™ ” ' 8 C (C—( 8 ( ‘' C8 C] ’
˜I (C—( ]
0 3& 6& Q 36
&',
8š › √š] 8)C•
C
8 8+ › ž 8+ ] 8) 8( (+
8(
+ › √(+ —)(
8+
+ › √ )+Š
8+
+ › +√ '(
8+
= 10,6314 KNm
B B
Kerja Internal ( I )
4 &• Q 24 4 &
3
4 &• 12 &• Q 16
3 3
24 8 &•
3
;&1x&z € 2• Œ 4Œ & Œ
'
Œ Ž
' 4 &•
•
( 3
24 4 &• 4 ‘6 &• ’
3 3
Maka,
E = I
4 6 &• 4 3 Q 2•&
3 =
6
C
( “
3 Q 2/& = M
•
+8
–
!
( — /C
M = W
¡ 18& &2 ¢
M = W 9& Q 6
£
• Ž
˜™ ” 'Š8 C ¤C—+ 8 ¤ ‘'ŠC8C] ’
˜I ¤C—+ ]
&',
8š › √š] 8)C•
C
' › √ )<(
8'Š
' › )√ ‰
8'Š
= 12,822 KNm
• 2a
a a
A A
4m B
4m
Kerja Internal ( I )
Kerja Eksterrnal ( E )
;&1x&z 2• Œ 4Œ & Œ
'
Œ Ž
' 4 &•
• ( 3
4 &• Q 8 4 &
3
4 &• 12 &• Q 8
3 3
8 8 &•
3
8 4 &• 4 ‘2 &• ’
3 3
Maka,
E = I
4 2 &• 8• Q &•
3 = & 2
4 2
C
(¥
‘8•& Q &•2’
= M
¦§•
4 = –
¨¦©•]
>
j k
M =
]•
• Ž
Š” ‘ +C 8 C] ’
( '+— C]
M =
˜™ ˜™
˜C ˜C
M maksimum di dapat dengan , dimana = 0, maka:
• Ž
˜™ Š” +8 C ‘'+— C] ’8 ‘+C8 C] ’ C
˜C ( '+— C] ]
0 6& 32& Q 96
&',
8š › √š] 8)C•
C
8 8( › ž 8( ] 8) 8+ ¤+
8+
( › √ (( Š
8'
( › '+√ '(
8'
= 10,058 KNm
a a
A A
4m B
8m
Kerja Internal ( I )
Kerja Eksterrnal ( E )
;&1x&z 2• Œ 4Œ & Œ
'
Œ Ž
' 4 &•
• ( 3
4 &• Q 20 4 &
3
4 &• 16 &• Q 20
3 3
16 8 &•
3
16 4 &• 4 ‘5 &• ’
3 3
Maka,
E = I
4 4 &• 8• Q &•
3 = & 2
4 4
C
(¥
‘8•& Q &•2’
= M
¨]§•
4 = –
¨¦©•]
>
j k
M =
]•
• Ž
Š” ‘ ' C 8 C] ’
( '+— C]
M =
˜™ ˜™
˜C ˜C
M maksimum di dapat dengan , dimana = 0, maka:
• Ž
˜™ Š” ' 8 C ‘'+— C] ’8 ‘' C8 C] ’ C
˜C ( '+— C] ]
&',
8š › √š] 8)C•
C
8 8( › ž 8( ] 8) 8' '¤
8'
( › √ '< )<
8 )
( › ( √ '<
8 )
= 27,072 KNm
a a
A A
4m B
12m
Kerja Internal ( I )
Kerja Eksterrnal ( E )
;&1x&z 2• Œ 4Œ & Œ
'
Œ Ž
' 4 &•
• ( 3
4 &• Q 24 4 &
3
4 &• 24 &• Q 20
3 3
24 8 &•
3
24 4 &• 4 ‘6 &• ’
3 3
Maka,
E = I
4 6 &• 8• Q &•
3 = & 2
4 6
C
(¥
‘8•& Q &•2’
= M
¨ª§•
4 = –
¨¦©•]
>
j k
M =
]•
• Ž
Š” ‘ 'ŠC 8 C] ’
( '+— C]
M =
˜™ ˜™
˜C ˜C
M maksimum di dapat dengan , dimana = 0, maka:
• Ž
˜™ Š” 'Š8 C ‘'+— C] ’8 ‘'ŠC8 C] ’ C
˜C ( '+— C] ]
&',
8š › √š] 8)C•
C
8 8( › ž 8( ] 8) 8'Š ŠŠ
8'Š
( › √ '‰+<
8(+
( › '+√ Š*
8(+
= 45,214 KNm
• 3a
Asumsi
= Void
1m A
2m A A
1m A
1m 2m 1m
I J 1
Kerja Internal ( I )
• ;&1x&z 4Œ Œ 4Œ 1 = 16 M
• 4Œ Œ 4 2 Œ 1 =8M
Maka,
E = I
16/3W = 24 M
2 •
M = 9
M = 2,089 KNm
Asumsi
= Void
1m B
2m A A
1m B
3m 2m 3m
I 1/3
J 1
Kerja Internal ( I )
• 2Œ Œ 4 2 Œ 1/3 =4M/3
• ;&1x&z € 2Œ Œ8Œ1 = 16 M
• 2Œ Œ 8 2 Œ 1 = 12 M
Maka,
E = I
12W = 32 M
12 •
M = 32
M = 3,525 KNm
Asumsi
= Void
1m B
2m A A
1m B
5m 2m 5m
I 1/5
J 1
Kerja Internal ( I )
• 2Œ Œ 4 2 Œ 1/5 =4M/5
• ;&1x&z € 2Œ Œ 12 Œ 1 = 24 M
• 2Œ Œ 12 2 Œ 1 = 20 M
Maka,
E = I
56W / 3 = 232 M / 5
35 •
M = 87
M = 3,78 KNm
• 4a
Asumsi
= Kolom
5m
B
B B
B
5m
A
5m 5m
Kerja Internal ( I )
;&1x&z « Œ 10 Œ 1• 5 40 •
• & ¬Œ4 5 &
• - Œ 2& Œ 1•& ® Œ 4 8
40 •
5 & Q 16
Kerja Eksterrnal ( E )
4« Q & 5 & Q ¬
” *8C ] ”C]
( (
Maka,
E = I
4« Q & 5 & Q ¬ 4« Q4 ¬
” *8C ] ”C] '<™
( ( *8C
=
'<™—)™ Œ *8C
Q5 & & Q
*”8'<”C—”C] ”C]
( ( *8C
=
*”C— *” (<™8)™C
( *8C
=
*” *—C )™ ‰,*8C
( *8C
=
*” *—C *8C
)Œ(Œ ‰,*8C
=
*” *8C]
M
' ‰,*8C
=
• Ž
˜™ *” 8 C ‰,*8C 8 ‘ *8 C] ’ 8'
˜C ' ‰,*8C ]
0 & 15& Q 25
&',
8š › √š] 8)C•
C
'* › √ *8'<<
'* › √ ' *
'* › *√ *
= 14,965 KNm
Asumsi
= Kolom
5m
C
C C
C
5m
B
10 m 10 m
Kerja Internal ( I )
;&1x&z « Œ 10 Œ 1• 10 20 •
• & ¬Œ2 10 &
;&1x&z € « Œ 20 Œ 1• 5 40 •
• & ¬Œ2 5 &
• - Œ 2& Œ 1•& ® Œ 4 8
4 «5 • 10 & Q
10 •
5 & Q4 ¬
4 « ¬
*8*C—'<<8'<C—) *<8'*C—C]
'<8C *8C
4 « ¬
' *8'*C— <<8+<C—)C]
'<8C *8C
4 « ¬
)C] 8‰*C—' *
'<8C *8C
Kerja Eksterrnal ( E )
4
5 & 10 & Q 2 & 10 & Q2 & 5 & Q 8 & •3
3
4 « ¬ 4 ¡ ¢
'<<8(<C— C] —)*C8+C] —)C] '*C—'<<
+ +
E = I
4 ¡ ¢ 4 « ¬
'*C—'<< )C] 8‰*C—' *
+ '<8C *8C
=
¡ ¢¡ ¢
'*C—'<< '<8C *8C
+ )C] 8‰*C—' *
M =
¡ ¢
” ‰*<C8 *C] —'*C– —*<<8'*<<C—'<<C]
+ )C] 8‰*C—' *
M =
¡ ¢
” '*C– 8 *C] 8‰*<C—*<<<
+ )C] 8‰*C—' *
M =
˜™ ˜™
˜C ˜C
M maksimum di dapat dengan , dimana = 0, maka:
• Ž
˜™ ” ‘)*C] 8 *<C8‰*<’‘)C] 8‰*C—( *’8‘'*C– 8 *C] 8‰*<C—*<<<’ ŠC8‰*
˜C + )C] 8‰*C—' * ]
= 25,775 KNm
Asumsi
= Kolom
5m
C
C C
C
5m
B
15 m 15 m
Kerja Internal ( I )
;&1x&z « Œ 10 Œ 1• 15 20 •
• & ¬Œ2 15 &
;&1x&z € « Œ 30 Œ 1• 5 60 •
• & ¬Œ2 5 &
• - Œ 2& Œ 1•& ® Œ 4 8
4 «5 • 15 & Q
15 •
5 & Q4 ¬
4 « ¬
* *8*C— *8'<C—) ‰*8 <C—C]
'*8C *8C
4 « ¬
*<8 <C—(<<8Š<C—)C]
'*8C *8C
4 « ¬
)C] 8'<<C—**<
'*8C *8C
Kerja Eksterrnal ( E )
4
5 & 15 & Q 2 & 15 & Q2 & 5 & Q 8 & •3
3
4 « ¬ 4 ¡ ¢
‰*8 <C—C] —(<C8(C— C] '<C—‰*
( (
E = I
4 ¡ ¢ 4 « ¬
'<C—‰* )C] 8'<<C—**<
( '*8C *8C
=
¡ ¢¡ ¢
'<C—‰* '*8C *8C
( )C] 8'<<C—**<
M =
¡ ¢
” ‰*<C8 <<C] —'<C– —*+ *8'*<<C—‰*C]
+ C] 8*<C— ‰*
M =
¡ ¢
” '<C– 8' *C] 8‰*<C—*+ *
+ C] 8*<C— ‰*
M =
˜™ ˜™
˜C ˜C
M maksimum di dapat dengan , dimana = 0, maka:
• Ž
˜™ ” ‘(<C] 8 *<C8‰*<’‘ C] 8*<C— ‰*’8‘'<C– 8' *C] 8‰*<C—*+ *’ )C8*<
˜C + )C] 8'<<C—**< ]
= 28,849 KNm
Dalam menggunakan cara konvensional yang akan dibahas adalah hanya pada
plat pertama dan plat lainnya termasuk plat pertama akan dihitung dengan
• Plat 1a
a = 4m ; b = 4m
; 7541,88 @/n
Y² – *‰) ¤+<, <,'* –
' '8\ ] ' '8<, ]
~ ~
n n³ ³
³ ; ¡ ¢ Q ¡ ¢ ! n Œ co ¡ ¢ Œ co ¡ ¢
& b & b
µm' †m'
~ ~
n n³ ³
³ ; ¡ ¢ Q ¡ ¢ ! n Œ co ¡ ¢ Œ co ¡ ¢
b & & b
µm' †m'
Tabel Mx (KNm)
1 2 3
1 4.013 4.497 4.013
2 4.497 5.026 4.497
3 4.013 4.497 4.013
Tabel My (KNm)
1 2 3
1 4.013 4.497 4.013
2 4.497 5.026 4.497
3 4.013 4.497 4.013
a = 8m ; b = 4m
Tabel Mx (KNm)
2 4 6
1 3.853 5.277 3.853
2 5.277 7.705 5.277
3 3.853 5.277 3.853
Tabel My (KNm)
2 4 6
1 7.458 8.563 7.458
2 8.563 9.917 8.563
3 7.458 8.563 7.458
a = 12m ; b = 4m
Tabel Mx (KNm)
3 6 9
1 3.371 4.618 3.371
2 4.618 6.742 4.618
3 3.371 4.618 3.371
Tabel My (KNm)
3 6 9
1 9.076 10.172 9.076
2 10.172 11.153 10.172
3 9.076 10.172 9.076
IV.1 KESIMPULAN
Momen Momen
Plat Kedua Yield Line SAP 2000
KNm KNm
Plat 2a 10,058 7,9341
Momen Momen
Plat Ketiga Yield Line SAP 2000
KNm KNm
Plat 3a 2,089 1,021
menggunakan cara konvensioal dan metode FEM dalam hal ini dibantu
yakni pada plat pertama, sedangkan untuk plat lainnya akan menjadi sangat
rumit, sehingga dapat disimpulkan bahwa teori Yield Line dapat diterapkan
4. Hasil yang didapatkan berupa nilai momen baik pada plat pertama, kedua,
ketiga dan keempat membuktikan bahwa nilai momen yang dihitung secara
5. Data yang diinput pada SAP 2000 haruslah sesuai dengan data – data dan
batasan yang akan dibahas, kalau tidak maka hasil keluaran output tidaklah
Berdasarkan penulisan Tugas Akhir ini, beberapa saran yang penulis dapat
Kennedy, Gerard dan Goodchild, Charles. (2003). Pratical Yield Design, Berkshire :
Forlag
M, Yerri Susatio, Ir,. (2004). Dasar - dasar Metode Elemen Hingga. penerbit ANDI.
Suhud, Nor Faizal Bin. (2009).Yield Line Theory On Slab Design Using Microsoft
England:University of Leeds.
kedua. Erlangga,Jakarta
Wahyudi, Laurentius dan Rahim, Sjahril A. (1992). Metode Plastis Analisis dan