R DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUMAH
SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN
D
OLEH :
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar
Profesi di Akademi keperawatan Imelda medan.
Adapun judul laporan kasus ini adalah“ Asuhan Keperawatan Pada
Tn. E Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Rs Imelda
Pekerja Indonesia (Ipi) Medan 2021”
saya menyadari penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi, maupun penyusunannya. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Terwujudnya laporan kasus ini tidak terlepas dari bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami dari saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. H. Raja Imran Ritonga, MSc selaku ketua Yayasan Imelda Medan
2. Dr, dr. Imelda Liana Ritonga, S.Kp, MPd, MN selaku Retor Universitas
Imelda Medan
3. Edi Syah Putra, S.kep, Ns, M.Kep selaku Ka.Prodi Ners Imelda Medan
4. Hamonangan Damanik S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekpro Ners
5. Meriani Siahaan,S.KM,S.Kep,M.Biomed selaku pembimbing akademik
Praktik Keperawatan Dasar Profesi.
6. Syahrul Handoko, S.Kep.,Ns selaku preseptor klinik keperawatan dasar
profesi.
Akhir kata kami dari kelompok II mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus ini. Dan
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 15 November 2021
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara
lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko
TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien TB Paru adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah
jantung, hipertermia berhubungan dengan inflamasi, ketidakseimbangan nutrisi
berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dan resiko infeksi
berhubungan dengan organisme purulent (NANDA, 2016).
Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien TB Paru yaitu dengan cara batuk efektif, Gangguan
pertukaran gas dengan memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
hipertermia dengan memonitor suhu sesering mungkin, memonitor warna dan
suhu kulit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, dan resiko infeksi dengan
memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal (NANDA, 2016).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep TB Paru
2.1.1 Defenisi TB Paru
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai
kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah
penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat
penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).
2.1.2 Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini
bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
3
2.1.3 Manifestasi
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien
TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi sebagian paru-paru
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
4
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
2.1.4 Patofiologi
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian
menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri
bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan
area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang
mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6
minggu. Setelah terjadi peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya
penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya
suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang erdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
5
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian
lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014).
6
2.1.5 Pathways
Mycrobacterium Tuberculosis
Gangguan Ketidakefektifan
pertukaran bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan
gas
pola nafas
7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.7 Komplikasi
8
2.2. Teori Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
2.2.1 Defesnisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut Nurarif & Kusuma (2015),
ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas.
Bersihan jalan napas tidak efektif secara fisiologis disebabkan oleh spasme
jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam
jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding
jalan napas, proses infeksi, respon alergi, dan efek agen farmakologi (mis.
anastesi). Sedangkan penyebab secara situasional diantaranya merokok aktif,
merokok pasif, dan terpajan polutan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Penyebab bersihan jalan napas tidak efektif pada tuberkulosis paru adalah
hipersekresi pada percabangan trakeobronkial yang terakumulasi dan mengental
sehingga menyumbat jalan napas (Smeltzer & Bare, 2013). Sekresi trakeobronkial
ini berasal dari pencairan nekrosis kaseosa (pengkijuan) (Price & Wilson, 2006).
2.2.3 Patofisiologi
Terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien TB paru diawali
dengan penularan penyakit yang terjadi ketika penderita dengan BTA positif
bersin atau batuk tanpa menutup hidung atau mulutnya sehingga kuman akan
menyebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet (Widyanto &
Triwibowo, 2013). Penularan bakteri melalui udara disebut dengan istilah air-
bone infection. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi (Muttaqin, 2008). Gumpalan basil yang berukuran
besar cenderung tertahan di saluran hidung, trakea, atau bronkus dan akan segera
dikeluarkan oleh gerakan silia selaput lendir dalam saluran pernapasan
(Danusantoso, 2013). Basil yang berhasil melewati saluran napas dan mencapai
9
permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu
sampai tiga basil (Price & Wilson, 2006). Bakteri akan menyebar melalui jalan
napas menuju ke alveoli, tempat bakteri bertumbuh dan berkembang biak
(Smeltzer & Bare, 2013).
Tanda dan gejala klinis bersihan jalan napas tidak efektif dikelompokkan
menjadi tanda dan gejala mayor dan minor. Mayor adalah tanda/gejala yang
10
ditemukan sekitar 80%-100% untuk validasi diagnosis. Sedangkan minor
merupakan tanda/gejala yang tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat
mendukung penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Tabel 1 Tanda dan Gejala Mayor & Minor pada Pasien Tuberkulosis Paru
dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
11
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan
lain-lain
Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru
meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan,
yaitu :
a) Batuk Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering
dikeluhkan, apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif,
sputum bercampur darah.
b) Batuk Berdahak Seberapa banyak darah yang keluar atau
hanya blood streak, berupa garis atau bercak-bercak darah.
c) Sesak Nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal menyertai
seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d) Nyeri Dada Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di
pleural terkena TB
Keluhan Sistematis
a) Demam keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul
pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan influenza
b) Keluhan Sistematis Lain keluhan yang timbul antara lain :
keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum
Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja
dialami, cedera dan pembedahan
Kesehatan Keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita
empisema, asma, alergi dan TB.
12
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit
seperti hipertensi.
Breathing
Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru
biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat
adanya penurunan proporsi anterior-posterior bading
proporsi diameter lateral
b) Batuk dan sputum Batuk produktif disertai adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang
purulen
Palpasi : Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB
Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada
biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya
penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada
klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi : Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan
komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada
sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi : Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada
sisi yang sakit.
Brain: Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis, menangis,
merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya
13
didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan
ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
Bledder: Pengukuran volume output urin berhubungan dengan
intake cairan. Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal syok.
Bowel: Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan
Bone: Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru.
gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia,
pola hidup menetap.
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Kepala: Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak,
simetris/tidak
Rambut: Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
Wajah: Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
Sistem Penglihatan: Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva
anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )
Wicara: Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia) 2
THT:
- Inspeksi hidung: kaji adanya obtruksi/tidak,
simetris/tidak,ada secret/tidak.
- Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani,
ada secret/tidak
- Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan
penjalaran.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kebersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Pola Nafas Tidak Efektif
3. Gangguan Pertukaran Gas
14
2.3.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
15
Gejala tanda mayor - Posisikan semi-fowler atau fowler
Subjektif :- - Berikan minum hangat
Obektif : - Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
1. Batuk tidak efektif - Lakukan penghisapan lender
2. Tidak mampu batuk kurang dari 15 detik
3. Sputum berlebih - Berikan oksigen , jika perlu
4. Mengi,wheezing dan/atau ronkhi Edukasi :
kering - Anjurkan asupan cairan 2000
5. Mekonium di jalan nafas (pada ml/hari,jika tidak kontraindikasi
neonatus) - Ajarkan teknik batuk efektif
Gejala tanda minor Kolaborasi :
Subjektif : - Kolaborasi pemberian
1. Dispnea bronkodilator, ekspetoran,
2. Sulit bicara mukolitik, jika perlu
3. Ortopnea 2. Latihan Batuk Efektif
Objektif : Definisi : melatih pasien yang tidak
1. Gelisah memiliki kemampuan batuk efektif
2. Sianosis secara efetif untuk membersihkan laring,
3. Bunyi nafas menurun trakeadan brounklolus dari sekret atau
16
4. Frekuensi nafas berubah benda asing di jalan nafas.
5. Pola nafas berubah Tindakan :
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas
- Monitor input dan output cairan
(mis. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik ,ditahan
17
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu ( dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke - 3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
3 Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis
data untuk memastikan kepatenan jalan
nafas dan ke efektifan pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya nafas
18
- Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan ,
19
jika perlu
2 SDKI SLKI SIKI
Pola Napas Tidak Efektif Pola napas Manajemen jalan napas
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observai
yang tidak memberikan ventilasi adekuat selama 1x3 jam diharapkan inspirasi dan 1. Monitor pola napas
Penyebab : atau ekspirasi yang memberikan ventilasi 2. Monitor
1. Depresi pusat pernapasan adekuat membaik dengan kriteria hasil : 3. bunyi napas
2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri 1. Disspnea menurun 4. Monito
saat bernapas, kelemahan otot 2. Penggunaan otot bantu napas Terapeutik
pernapasan) menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Deformitas dinding dada. 3. Pemanjangan fase ekspirasi 2. Posisikan semi-fowler
4. Deformitas tulang dada. menurun 3. Berikan minum hangat
5. Gangguan neuromuskular. 4. Ortopnea menurun 4. Lakukan fisioterafi dada
6. Gangguan neurologis (mis 5. Pernapasanpursed-lip menurun 5. Lakukan penghisapan lender
elektroensefalogram [EEG]
6. Pernapasan cuping hidung 6. Lakukan hiperoksigenasi
positif, cedera kepala ganguan
kejang). menurun 7. Keluarkan sumbatan benda padat
7. Maturitas neurologis.
7. Ventilasi semenit meningkat dengan forsep
8. Penurunan energi.
9. Obesitas. 8. Kapasitas vital meningkat 8. Berikan oksigen jika perlu
10. Posisi tubuh yang menghambat
9. Diameter thorax anterior posterior Edukasi
ekspansi paru.
20
11. Sindrom hipoventilasi. meningkat 1. Anjurkan asupan cairan 2000
12. Kerusakan inervasi diafragma
10. Tekanan ekspirasi meningkat ml/hari
(kerusakan saraf CS ke atas).
13. Cedera pada medula spinalis. 11. Tekanan inspirasi meningkat 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
14. Efek agen farmakologis.
12. Frekuensinapas membaik Kolaborasi
15. Kecemasan.
Gejalan dan Tanda Mayor : 13. Kedalaman napas membaik 1. Kolaborasi pemberian
Subjektif : 14. Ekskursi dada membaik bronkodilator
1. Dispnea
Objektif:
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis.
takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
21
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun\
8. Ekskursi dada berubah
3 SDKI SLKI SIKI
Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Definisi : Kelebihan atau kekurangan Definisi: oksigenasi dan eliminasi Definisi: mengumpulkan dan
oksigenasi dan eliminasi karbondioksida karbondioksida pada membran alveolus- menganalisis data untuk memastikan
pada membran alveolus-kaviler kaviler dalam batas normal Setelah kepatenan jalan napas dan keefektifan
Penyebab: dilakukan tindakan keperawatan pertukaran gas.
1. Ketidakseimbangan ventilasi- diharapkan gangguan pertukaran gas Observasi
perfusi batas normal dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama,
2. Perubahan membran alveolus- 1. Dipnea menurun kedalaman dan upaya napas.
kapiler 2. Bunyi napas menurun 2. Monitor pola napas
gejala dan tanda mayor 3. PCO2 membaik 3. Monitor kemampuan batuk efektif
22
subjectif :- 4. PO2 membaik 4. Monitor adanya sumbatan jalan
objektif : 5. Takikardi membaik napas
1. PCO2 meningkat dan menurun 6. pH arteri membaik 5. Monitor saturasi oksigen
2. PO2 menurun Terapeutik
3. pH arteri meningkat/menurun 1. Atur intervensi pemantauan
4. Bunyi naps tambahan respirasi sesuai kondisi pasien
5. Takikardi 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
gejala dan tanda minor Edukasi
subjectif : 1. Jelaskan tujuan prosedur
1. Pusing pemantauan
2. Penglihatan Kabur
objectif :
1. Sianosis
2. Gelisah
3. Pola napas abnormal
(Cepat/lambat, reguler/ireguler,
dalam/dangkal)
4. Warna kulit abnormal ( mis. Pucat,
kebiruan)
23
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Resume
Tn R, berusia 41 tahun, agama Kristen, suku batak, pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan supir, status pernikahan sudah menikah, alamat jl sehati gg buntu
no 50 kab tegal rejo, pasien masuk dari IGD IPI Medan pada tanggal 03
November 2021 dengan diagnose susp TB Paru relap. Pasien mengatakan pernah
mengalami tb paru 10 tahun yang lalu dan obat yang dikonsumsi tidak tuntas.
Pasien mengalami batuk berdarah selama 2 hari sebelum dibawa ke rs dan batuk ±
10 hari. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, TD: 130/80 mmHg, RR:
24x/menit, Hr: 80x/menit, T : 36C, TB: 165cm, BB: 85. Yang bertanggung
jawab Tn E yaitu Ny N, pekerjaan ibu rumah tangga hubungan dengan keluarga
yaitu istri klien.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 November 2021 klien
mengatakan sesak masih ada, nyeri dada (-), batuk (+) kadang-kadang, sakit
kepala, klien mengeluh susah tidur terutama pada malam hari ± 4 jam, siang hari
± 1 jam, gelisah, nafsu makan bertambah, kondisi badan mulai. Berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan, TD: 120/80 mmHg, HR: 80x/i, RR: 24x/i, Temp:
360C. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu selain tb paru,
klien alergi pada makanan laut. Keluhan masuk kerumah sakit sesak nafas, batuk
disertai dengan sputum dan darah.
25
3.2 Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= klien
= meninggal
IMUNO
SEROLOGI
Covid-19 Non Reactive Non Reactive ICT
Anti covid Ig G
HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI
26
FOTO THORAX: tampak bercak infiltrate pada lapangan atas paru kiri dan
parahiler disertai kalsifikasi( TB Paru Lama)
27
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret
meningkat dan batuk darah , RR 24x/i, nadi 80x/i.
28
3.6 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
29
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
30
4. Memberikan Posisi semi fowler dan melakukan
pengukuran saturasi oksigen
5. Berikan minuman hangat
6. Mengajarkan teknik batuk efektif
7. Memonitor sputum
05 November 2021 1. Memonitor kembali status respirasi: ventilasi S: Klien mengatakan batuk sudah berkurang
2. Menganjurkan pasien munum air hangat - Klien mengatakan masih sesak nafas sudah sedikit
3. Mengatur Posisi Semi Fowler berkurang
4. Mengajarkan kembali tehnik batuk efektif O: Klien masih terdengar batuk berdahak
5. Memberikan terapi Oksigenasi nasal kanul 3 - Kl sesak
liter/menit - TD: 120/60 mmHg
- N: 80 x/i
- S: 36 C
- P: 23 x/i
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan
06 Novermber 1. Memonitor kembali status respirasi: ventilasi S: Klien mengatakan hanya batuk sekali-sekali
2021 menganjurkan pasien minum air hangat - Klien mengatakan sesak nafas sudah berkurang
2. Mengatur Posisi Semi Fowler O: Klien sudah jarang terdengar batuk berdahak
3. Mengajarkan kembali tehnik batuk efektif - Klien tampak sudah tidak sesak
31
4. Memberikan terapi Oksigenasi nasal kanul 3 - TD: 120/80 mmHg
liter/menit - N: 80 x/i
- S: 36 C
- P: 20 x/i
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
32
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam
dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak
tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam
hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis.
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan menjadi
perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien tb paru dengan
prioritas masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
33
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Dialih bahasakan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.
Tanggal diakses : 20 Maret 2011.
Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning,
individualizing, and documenting client care.
Philadelphia : F.A. Davis Company. NANDA International. 2002. Diagnosa
keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011. Dialih bahasakan oleh
Made Sumarwati, dkk. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit, dkk.
Jakarta : EGC.
34