Anda di halaman 1dari 196

ANALISA LENTUR DAN TORSI PADA CORE-WALL

TERBUKA DAN TERTUTUP DENGAN TEORI THIN-WALLED

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian


Pendidikan sarjana Teknik Sipil

FRANS SUBRATA
09 0404 068

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA LENTUR DAN TORSI PADA CORE-WALL TERBUKA DAN
TERTUTUP DENGAN TEORI THIN-WALLED

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


dalam menempuh Colloqium Doctum/ Ujian Sarjana Teknik Sipil

Dikerjakan oleh:

FRANS SUBRATA
09 0404 068

Pembimbing

Ir. Besman Surbakti, MT


NIP:19541012 198003 1 004

Penguji I Penguji II

Ir. Sanci Barus, M.T M. Agung P. Handana,ST.MT


NIP: 19520901 198112 1 001 NIP:19821206 201012 1 005

Mengesahkan:
Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan


NIP: 19561224 198103 1 002

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan anugrah, berkat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya tugas akhir ini

dengan judul “Analisa Lentur Dan Torsi Pada Core-wall Terbuka dan Tertutup

dengan Teori Thin-walled”.

Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana

teknik sipil bidang studi struktur pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara

Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak

kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu

dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis cintai yang dalam

keadaan sulit telah memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Ir.Besman Surbakti, MT. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan

2. Bapak Ir. Sanci Barus, MT. selaku dosen pembanding yang telah memberikan

kritikan dan nasehat yang membangun

3. Bapak M. Agung P. Handana, ST. MT. selaku dosen pembanding yang telah

memberikan kritikan dan nasehat yang membangun

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik USU

5. Bapak Ir. Syahrizal, MT. selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik USU

6. Kedua orang tua penulis yang turut mendukung segala kegiatan akademis

penulis

7. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dan kemudahan

dalam penyelesaian administrasi

8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan semangat kepada penulis,

stambuk 09, Loliandy, Benny, Leslie, serta senior-senior 07 Martin,Effendy, 08,

Felix dan adik-adik yang memberikan dukungan serta info mengenai kegiatan

sipil.

Walaupun dalam menyusun Tugas akhir ini penulis telah berusaha untuk

mengkaji dan menyampaikan materi secara sistematis dan terstruktur, tetapi tentunya

Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun

tentulah sangat penulis harapkan di kemudian hari.

Medan, Maret 2014

Frans Subrata
09 0404 068

Universitas Sumatera Utara


STRAK

Pada jaman sekarang ini, pembangunan struktur bangunan tinggi


seperti apartemen, mall, plaza, dll semakin sering terjadi di kota-kota besar.
Penggunaan jenis konstruksi core-wall ini akan membuat suatu struktur yang
bersifat lebih ekonomis (dimensi struktur lain akan lebih kecil) terhadap
bagian lain seperti konstruksi portal terbuka.
Pada umumnya, core-wall tertutup sangat jarang ditemukan di dalam
dunia konstruksi. Core-wall tertutup bersifat kurang efektif dan efisien karena
terdapatnya suatu space waste (ruangan kosong yang tidak berguna) pada
tengah core-wall yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan lift,
tangga darurat, dll Sedangkan core-wall terbuka lebih sering dipakai dan
sangat berkembang saat ini karena bersifat lebih efektif dan efesien serta
ekonomis untuk bangunan bertingkat tinggi
Struktur Core-wall yang memikul gaya-gaya luar akan menimbulkan
suatu tegangan lentur dan geser yang nilainya bergantung pada beberapa
faktor yaitu ukuran penampang, jenis perletakkan, serta sifat material yang
akan digunakan untuk struktur core-wall. Akibat dari adanya suatu
pembebanan gaya luar dari struktur core-wall akan menyebabkan terjadinya
momen torsi dan bimoment. Oleh karena itu, terjadinya perpuntiran
disepanjang core-wall yang menimbulkan suatu torsi dan tegangan geser
warping.
Dengan menggunakan thin-walled theory antara core-wall terbuka
dan core-wall tertutup yang dianalisis dengan beban lentur yang sama,
volume penampang yang sama dan material yang sama. Perolehan hasil dari
beban lentur sejajar sumbu x, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar
19% dan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 137%. Akibat beban
lentur sejajar sumbu y, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 71%
dan tegangan geser diperoleh perbandingan 54%. Akibat torsi pada sumbu z,
tegangan torsi di sayap core-wall diperoleh perbandingan sebesar 626% dan
tegangan torsi di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 262%.
Akibat tegangan geser warping pada sumbu z, tegangan geser warping di
sayap core-wall diperoleh perbandingan sebesar 1208% dan , tegangan geser
warping di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 2169%.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh tegangan torsi, tegangan geser
warping, dan tegangan lentur core-wall terbuka lebih besar dibandingkan
core-wall tertutup, hal ini menunjukan bahwa core-wall terbuka jauh lebih
lemah terhadap gaya yang bekerja disepanjang core-wall dibandingkan
dengan core-wall tertutup. Hal ini disebabkan karena pengaruh bentuk benda
yang tidak simetris pada core-wall terbuka.

Kata Kunci : Corewall. Thin-walled theory. Core-wall terbuka, Core-wall


tertutup

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ............................................................................................ i

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii

Abstrak ............................................................................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................. v

Daftar Tabel ........................................................................................................ viii

Daftar Gambar .................................................................................................... x

Daftar Notasi ....................................................................................................... xv

Daftar Lampiran................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Umum ........................................................................................ 1

1.2. Latar Belakang Masalah ............................................................. 5

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................... 7

1.4. Metodologi ................................................................................. 7

1.5. Pembatasan Masalah ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................... 9

2.1. Core-wall Tertutup dan Core-wall Terbuka ................................. 9

2.1.1 Umum ........................................................................... 9

2.1.2 Perbandingan Core-wall Tertutup dan Terbuka ............... 9

2.2. Teori Struktur dengan Metode Thin-Walled ................................ 11

2.3. Teori Tegangan Geser Balok pada Core-wall Terbuka ................. 14

2.4. Teori Tegangan Geser Balok pada Core-wall Tertutup ................ 16

2.5. Teori Torsi Saint Venant dengan Metode Thin_walled ................ 18

2.6. Teori Bimoment dan Momen Torsi dengan Metode Thin-walled . 23

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Teori Dasar Komponen Bimoment dan Torsi.................. 23

2.6.2 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Sendi-Sendi 1 .... 25

2.6.3 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Sendi-Sendi 2 .... 27

2.6.4 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Jepit-Jepit.......... 29

2.6.5 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Jepit-Bebas ....... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 32

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 32

3.3. Metode Analisa Data .................................................................. 32

3.4. Langkah – langkah Perhitungan ................................................. 50

3.5. Bagan Aliran Penelitian .............................................................. 53

BAB IV APLIKASI .......................................................................................... 54

4.1. Distribusi Core-wall Terbuka Penampang I ................................. 54

4.1.1. Data-data Core-wall Terbuka Penampang I……………..55

4.1.2. Beban Lentur pada Core-wall Terbuka Penampang I...... 56

4.1.3. Beban Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang I….….73

4.1.4. Bimoment pada Perletakan Jepit-Bebas pada Core-wall

Terbuka Penampang I………………………………… 83

4.1.5. Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Terbuka

Penampang I ................................................................. 92

4.2. Distribusi Core-wall Terbuka Penampang II ................................ 93

4.2.1. Data-data Core-wall Terbuka Penampang II………..…..93

4.2.2. Beban Lentur pada Core-wall Terbuka Penampang II.... 94

4.2.3. Beban Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang II.....111

Universitas Sumatera Utara


4.2.4. Bimoment pada Perletakan Jepit-Bebas pada Core-wall

Terbuka Penampang II .................................................. 121

4.2.5. Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Terbuka

Penampang II ................................................................ 130

4.3. Distribusi pada Core-wall Tertutup .............................................. 131

4.3.1. Data-data Core-wall tertutup………………..………….. 132

4.3.2. Beban Lentur pada Core-wall Tertutup........................ 132

4.3.3. Beban Torsi pada Core-wall Tertutup........................... 147

4.3.4. Bimoment pada Perletakan Jepit-Bebas pada Core-wall

Tertutup ........................................................................ 155

4.3.5. Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Tertutup ..... 165

4.4. Hasil Perbandingan antara Core-wall Tertutup dan Terbuka ........ 166

4.5. Pemabahasan hasil Penelitian ...................................................... 169

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 171

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 171

5.2 Saran ............................................................................................. 173

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 174

Lampiran …………………………………………………………………………...175

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1 Tabel Integral Volume………………………………………………... 40


Tabel 3.3.2 Nilai Bimoment untuk Jenis-jenis Perletakan..……………………….. 46
Tabel 3.3.3 Perbandingan Perumusan Core-wall Terbuka dan Core-wall
Tertutup..……………………………………………………………. 48
Tabel 4.1.1 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wx pada Core-wall Terbuka I. 61
Tabel 4.1.2 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wx pada Core-wall Terbuka I.. 62
Tabel 4.1.3 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wy pada Core-wall Terbuka I. 69
Tabel 4.1.4 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wy pada Core-wall Terbuka I.. 70

Tabel 4.1.5 Variasi Nilai Mds dan Mw pada Core-wall Terbuka I……………….. 84
Tabel 4.1.6 Variasi Nilai Tegangan Geser warping pada Core-wall Terbuka I.….. 88
Tabel 4.1.7 Variasi Nilai Torsi pada Core-wall Terbuka………………………….. 89
Tabel 4.2.1 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wx pada Core-wall Terbuka II 99
Tabel 4.2.2 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wx pada Core-wall Terbuka II.. 100
Tabel 4.2.3 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wy pada Core-wall Terbuka II. 107

Tabel 4.2.4 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wy pada Core-wall Terbuka II.. 108
Tabel 4.2.5 Variasi Nilai Mds dan Mw pada Core-wall Terbuka II……..………… 122
Tabel 4.2.6 Variasi Nilai Tegangan Geser warping pada Core-wall Terbuka II…... 126
Tabel 4.2.7 Variasi Nilai Torsi pada Core-wall Terbuka II………………………... 127
Tabel 4.3.1 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wx pada Core-wall Tertutup… 136
Tabel 4.3.2 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wx pada Core-wall Tertutup….. 137

Tabel 4.3.3 Variasi Nilai Tegangan Lentur Akibat Wy pada Core-wall Tertutup…. 143
Tabel 4.3.4 Variasi Nilai Tegangan Geser Akibat Wy pada Core-wall Tertutup….. 144
Tabel 4.3.5 Variasi Nilai Mds dan Mw pada Core-wall Tertutup………..………… 156
Tabel 4.3.6 Variasi Nilai Tegangan Geser warping pada Core-wall Tertutup……... 160
Tabel 4.3.7 Variasi Nilai Torsi pada Core-wall Tertutup…………………………... 161

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4.1 Perbandingan Nilai Tegangan antara Core-wall Tertutup dan
Core-wall Terbuka I………………………………….……………...... 166
Tabel 4.4.2 Perbandingan Nilai Tegangan antara Core-wall Tertutup dan
Core-wall Terbuka II………………………………….……………...... 167
Tabel 4.4.3 Perbandingan Nilai Tegangan antara Core-wall Terbuka I dan
Core-wall Terbuka II………………………………….……………...... 168

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 Perletakan Shear-wall…………………………………………........... 3


Gambar 1.1.2 Perletakan Core-wall…………………………………………............ 5
Gambar 2.1.1.a Core-wall Terbuka…………………………………………............ 10
Gambar 2.1.1.b Core-wall Tertutup …………………………………………. 10

Gambar 2.2.1 Contoh dari Saint Venant dan Torsi Warping…….…………………. 11


Gambar 2.2.2 Bimoment Balok dan Momen Torsi Puntir………………………….. 13
Gambar 2.3.1 Tegangan Geser pada Balok…………………………………………. 14
Gambar 2.4.1 Tegangan Geser pada Profil Berongga………………………………. 16
Gambar 2.4.2 Profil dengan Kotak Lebih dari Satu………………………………… 17
Gambar 2.5.1 Tegangan Geser pada Balok Satu Sumbu Simetri…………………… 18

Gambar 2.6.1 Pembebanan Gaya pada Balok Menyebabkan Timbul Bimoment….. 23


Gambar 2.6.2 Perletakan Sendi-Sendi dengan Bimoment di Salah Satu Ujung
Perletakan…………………………………………………………..... 25
Gambar 2.6.3 Perletakan Sendi-Sendi dengan Bimoment di Sepanjang Perletakan.. 27

Gambar 2.6.4 Perletakan Jepit-Jepit dengan Bimoment di Sepanjang Perletakan…. 29


Gambar 2.6.5 Perletakan Jepit-Jepit dengan Bimoment di Salah Satu Ujung
Perletakan …………………...………………….............................. 31
Gambar 3.3.1 Beban Torsi yang Bekerja pada Balok Berdinding Tipis……………. 33

Gambar 3.3.2 Kordinat Sistem Asal, Lanjutan dan Utama…………………………. 36

Gambar 3.3.3 Aliran geser T= t merupakan Penjumlahan untuk Profil Terbuka


dan C yang Konstan Sepanjang Profil ……..………………………. 43

Gambar 3.3.4 Bimoment pada Perletakan Jepit- Jepit…..…………………………. 44


Gambar 3.3.5 Core-wall Tertutup dan Core-wall Terbuka.………………………… 48
Gambar 3.3.6 Bagan Aliran Penelitian…………………...………………………… 53
Gambar 4.1.1 Beban Lentur pada Core-wall Terbuka I…………………………… 54
Gambar 4.1.2 Beban Torsi pada Core-wall Terbuka I.………………………...….. 54
Gambar 4.1.3 Tampang Core-wall Terbuka I..………………………………..…… 55

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1.4 Titik Tinjau pada Core-wall Terbuka I.…………………………….. 55

Gambar 4.1.5 Beban yang Bekerja pada Tampang Core-wall Terbuka I.………… 56
Gambar 4.1.6 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Terbuka I........................................................................... 63
Gambar 4.1.7 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Terbuka I..…..................................................................... 63
Gambar 4.1.8 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wx pada Core-wall
Terbuka I..…………………………………………………………… 64
Gambar 4.1.9 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Terbuka I..………………………………………………... 71
Gambar 4.1.10 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Terbuka I.………………………………………………… 71
Gambar 4.1.11 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wy pada Core-wall
Terbuka I..……………….................................................................. 72

Gambar 4.1.12 Titik Tinjau Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang I..………… 73
Gambar 4.1.13 Perubahan Fungsi Ws dengan Titik Kordinat Asal pada Core-wall
Terbuka I..…………………………………………………………… 76
Gambar 4.1.14 Section Propeties Sistem Kordinat 1 pada Core-wall Terbuka I…... 77

Gambar 4.1.15 Section Propeties Sistem Kordinat 2 pada Core-wall Terbuka I…… 78
Gambar 4.1.16 Section Propeties Sistem Kordinat Asal pada Core-wall Terbuka I. 82
Gambar 4.1.17 Bimoment pada Perletakan Jepit Bebas pada Core-wall Terbuka I… 83
Gambar 4.1.18 Grafik Nilai Mw terhadap Ketinggian pada Core-wall Terbuka I. … 85
Gambar 4.1.19 Grafik Nilai Md terhadap Ketinggian pada Core-wall Terbuka I.….. 85
Gambar 4.1.20 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketingian pada
Sumbu x Core-wall Terbuka I…………………………..................... 90
Gambar 4.1.21 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketinggian
pada Sumbu y pada Core-wall Terbuka I.….……………………...... 90
Gambar 4.1.22 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketingian pada Sumbu x Core-wall
Terbuka I………………………….................................................... 91
Gambar 4.1.23 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketingian pada Sumbu y Core-wall
Terbuka I………………………….................................................... 91
Gambar 4.1.24 Distribusi Torsi dan Tegangan Geser Warping pada Core-wall
Terbuka I…………………………………………………………….. 92

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2.1 Tampang Core-wall Terbuka II..………………………………..…… 93

Gambar 4.2.2 Titik Tinjau pada Core-wall Terbuka II.…………………………….. 93


Gambar 4.2.3 Beban yang Bekerja pada Tampang Core-wall Terbuka II………… 94
Gambar 4.2.4 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Terbuka II.......................................................................... 101

Gambar 4.2.5 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Terbuka II.…..................................................................... 101
Gambar 4.2.6 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wx pada Core-wall
Terbuka II..…………...……………………………………………… 102
Gambar 4.2.7 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Terbuka II.………………………………………………... 109
Gambar 4.2.8 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Terbuka II………………………………………………… 109
Gambar 4.2.9 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wy pada Core-wall
Terbuka II.……………….................................................................. 110
Gambar 4.2.10 Titik Tinjau Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang II.………… 111
Gambar 4.2.11 Perubahan Fungsi Ws dengan Titik Kordinat Asal pada Core-wall
Terbuka II.…………………………………………………………… 114

Gambar 4.2.12 Section Propeties Sistem Kordinat 1 pada Core-wall Terbuka II...... 115
Gambar 4.2.13 Section Propeties Sistem Kordinat 2 pada Core-wall Terbuka II..… 116
Gambar 4.2.14 Section Propeties Sistem Kordinat Awal pada Core-wall Terbuka II 120
Gambar 4.2.15 Bimoment pada Perletakan Jepit Bebas pada Core-wall Terbuka II.. 121
Gambar 4.2.16 Grafik Nilai Mw terhadap Ketinggian pada Core-wall Terbuka II.… 123
Gambar 4.2.17 Grafik Nilai Md terhadap Ketinggian pada Core-wall Terbuka II….. 123

Gambar 4.2.18 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketingian pada
Sumbu x Core-wall Terbuka II..………………………..................... 128
Gambar 4.2.19 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketinggian
pada Sumbu y pada Core-wall Terbuka II……………….………...... 128
Gambar 4.1.20 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketingian pada Sumbu x Core-wall
Terbuka II………………………….................................................... 129

Gambar 4.1.21 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketingian pada Sumbu y Core-wall
Terbuka II...………………………..................................................... 129

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1.22 Distribusi Torsi dan Tegangan Geser Warping pada Core-wall
Terbuka II…………………………………………………………….. 130
Gambar 4.3.1 Beban Lentur pada Core-wall Tertutup ……………………….…… 131
Gambar 4.3.2 Beban Torsi pada Core-wall Tertutup ……………………….…….. 131
Gambar 4.3.3 Tampang Core-wall Tertutup ……………………………………… 131

Gambar 4.3.4 Titik Tinjau pada Core-wall Tertutup……………………………… 132


Gambar 4.3.5 Beban yang Bekerja pada Tampang Core-wall Tertutup…............ 132
Gambar 4.3.6 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Tertutup........................................................................... 138
Gambar 4.3.7 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wx pada
Core-wall Tertutup …...................................................................... 138
Gambar 4.3.8 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wx pada Core-wall
Tertutup ……………………………………………………………. 139
Gambar 4.3.9 Grafik Hubungan Tegangan Lentur dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Tertutup ………………………………………………… 145
Gambar 4.3.10 Grafik Hubungan Tegangan Geser dan Ketinggian Akibat Wy pada
Core-wall Tertutup …………………………………………………. 145
Gambar 4.3.11 Distribusi Tegangan Lentur dan Geser Akibat Wy pada Core-wall
Tertutup ……………….................................................................. 146
Gambar 4.3.12 Titik Tinjau Torsi pada Core-wall Tertutup.………………………. 147
Gambar 4.3.13 Section Propeties Sistem Kordinat 1 pada Core-wall Tertutup…… 148
Gambar 4.3.14 Section Propeties Sistem Kordinat 2 pada Core-wall Tertutup…… 149
Gambar 4.3.15 Section Propeties Sistem Kordinat Awal pada Core-wall Tertutup. 153
Gambar 4.3.16 Bimoment pada Perletakan jepit Bebas pada Core-wall Tertutup… 155

Gambar 4.3.17 Grafik Nilai Mw terhadap Ketinggian pada Core-wall Tertutup…. 157
Gambar 4.3.18 Grafik Nilai Md terhadap Ketinggian pada Core-wall Tertutup….. 157
Gambar 4.3.19 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketingian
sumbu x pada Core-wall Tertutup …….…………………………. 162

Gambar 4.3.20 Grafik Hubungan Tegangan Geser Warping terhadap Ketinggian


Sumbu y pada Core-wall Tertutup ……………………………..... 162
Gambar 4.3.21 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketinggian Sumbu x pada Core-
wall Tertutup …………………………………………………….. 163

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3.22 Grafik Hubungan Torsi terhadap Ketinggian Sumbu y Core-wall
Tertutup………………………………………………………….. 163
Gambar 4.3.23 Distribusi Tegangan Warping dan Teori Dasar pada Core-wall
Tertutup ……………………………………………………………. 164
Gambar 4.4.1 Core-wall Tertutup dan Core-wall Terbuka I……………………… 166
Gambar 4.4.2 Core-wall Tertutup dan Core-wall Terbuka II …………………….. 167
Gambar 4.4.1 Core-wall Terbuka II dan Core-wall Terbuka I…………………….. 167

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

: panjang tampang corewall, mm

: lebar tampang corewall, mm

: Luas Penampang yang tertutup profil, mm2

: diameter, mm

ℎ, : tinggi, mm

: jari-jari, mm

: tebal, mm

: regangan geser

� : regangan

� : sudut putar, m-1

: poisson ratio

: tegangan langsung, N/mm2

: tegangan geser, N/mm2

: aliran geser, N/mm

: aliran geser pada teori warping, N/mm2

: kutub (pole) sebagai acuan perhitungan fungsi warping,

: titik awal (starting point),

: fungsi warping, N/mm2

: modulus Elastisitas, N/mm2

� : gaya , N

: modulus Geser, N/mm2

: Strain energi

Universitas Sumatera Utara


: luasan penampang pada teori warping, mm2

: momen inersia polar, mm4

, , : section properties dalam teori warping

: momen torsi, Nmm/mm

, , : momen lentur dan momen puntir, Nmm

: momen torsi warping, Nmm

: bimoment, Nmm2

: momen torsi Saint Vennant, Nmm

s : jarak dari titik awal, mm

ẋ, ẏ, ż : koordinat sistem asal, mm

ẍ, ӱ, ż : koordinat sistem lanjutan, mm

, , : koordinat sistem utama, mm

,ψ : sudut diantara sumbu koordinat sistem, m-1

λ : load factor, mm-1

: beban terbagi rata arah x, /

: beban terbagi rata arah y, /

ỳ : jarak titik pusat elemen ke titik berat profil, mm

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I : Tabel Integral Volume

2. Lampiran II : Tabel Bimoment Pada Jenis – Jenis Perletakan

Universitas Sumatera Utara


STRAK

Pada jaman sekarang ini, pembangunan struktur bangunan tinggi


seperti apartemen, mall, plaza, dll semakin sering terjadi di kota-kota besar.
Penggunaan jenis konstruksi core-wall ini akan membuat suatu struktur yang
bersifat lebih ekonomis (dimensi struktur lain akan lebih kecil) terhadap
bagian lain seperti konstruksi portal terbuka.
Pada umumnya, core-wall tertutup sangat jarang ditemukan di dalam
dunia konstruksi. Core-wall tertutup bersifat kurang efektif dan efisien karena
terdapatnya suatu space waste (ruangan kosong yang tidak berguna) pada
tengah core-wall yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan lift,
tangga darurat, dll Sedangkan core-wall terbuka lebih sering dipakai dan
sangat berkembang saat ini karena bersifat lebih efektif dan efesien serta
ekonomis untuk bangunan bertingkat tinggi
Struktur Core-wall yang memikul gaya-gaya luar akan menimbulkan
suatu tegangan lentur dan geser yang nilainya bergantung pada beberapa
faktor yaitu ukuran penampang, jenis perletakkan, serta sifat material yang
akan digunakan untuk struktur core-wall. Akibat dari adanya suatu
pembebanan gaya luar dari struktur core-wall akan menyebabkan terjadinya
momen torsi dan bimoment. Oleh karena itu, terjadinya perpuntiran
disepanjang core-wall yang menimbulkan suatu torsi dan tegangan geser
warping.
Dengan menggunakan thin-walled theory antara core-wall terbuka
dan core-wall tertutup yang dianalisis dengan beban lentur yang sama,
volume penampang yang sama dan material yang sama. Perolehan hasil dari
beban lentur sejajar sumbu x, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar
19% dan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 137%. Akibat beban
lentur sejajar sumbu y, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 71%
dan tegangan geser diperoleh perbandingan 54%. Akibat torsi pada sumbu z,
tegangan torsi di sayap core-wall diperoleh perbandingan sebesar 626% dan
tegangan torsi di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 262%.
Akibat tegangan geser warping pada sumbu z, tegangan geser warping di
sayap core-wall diperoleh perbandingan sebesar 1208% dan , tegangan geser
warping di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 2169%.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh tegangan torsi, tegangan geser
warping, dan tegangan lentur core-wall terbuka lebih besar dibandingkan
core-wall tertutup, hal ini menunjukan bahwa core-wall terbuka jauh lebih
lemah terhadap gaya yang bekerja disepanjang core-wall dibandingkan
dengan core-wall tertutup. Hal ini disebabkan karena pengaruh bentuk benda
yang tidak simetris pada core-wall terbuka.

Kata Kunci : Corewall. Thin-walled theory. Core-wall terbuka, Core-wall


tertutup

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan – bangunan tinggi disebabkan

oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi

suatu bangunan, aksi gaya lateral akan menjadi semakin berpengaruh sehingga

ayunan lateral dari suatu bangunan akan menjadi sedemikian besar. Oleh karena itu,

pertimbangan akan kekakuan dan kekuatan struktur akan sangat menentukan dalam

perancangan suatu bangunan.

Derajat kekakuan struktur sangat bergantung pada jenis sistem struktur yang

dipilih. Oleh karena itu, efisiensi dari suatu sistem struktur yang dipilih akan sangat

bergantung dengan jenis bahan yang akan digunakan. Pemilihan jenis system struktur

yang akan digunakan haruslah menghasilkan kekakuan maksimum, yang dirancang

dengan menggunakan massa bangunan yang seminimal mungkin. Dengan demikian

system struktur yang dihasilkan akan lebih ringan dan kuat terutama dalam menahan

gaya-gaya lateral yang terjadi pada bangunan terutama akibat gaya gempa dan angin.

Struktur bangunan bertingkat tinggi dapat menggunakan berbagai macam

sistem struktur dalam perencanaannya. Setiap jenis sistem akan memberikan perilaku

struktur yang berbeda–beda. Pada perkembanganya, sistem bangunan yang sering

digunakan adalah sistem rangka kaku murni (3D frame building system) yang terdiri

dari kolom dan balok. Seiring dengan perkembangan jaman, struktur bangunan ini

Universitas Sumatera Utara


sudah mulai banyak menggunakan system dinding gerser (shear-wall), alasannya

karena sistem dinding geser memiliki banyak kelebihan terutama dalam menahan

gaya-gaya lateral pada bangunan. Bentuk dan penempatan dinding geser dapat

disesuaikan dengan bentuk dan denah bangunan. Pada denah bangunan tertentu,

dinding geser dapat dirangkai dan diletakkan pada inti bangunan. Sistem penempatan

dinding geser seperti ini sering juga disebut dengan dinding inti (core-wall).

Pada umumnya Dinding (wall) adalah suatu struktur padat yang membatasi

dan melindungi suatu area pada konstruksi seperti rumah, gedung bertingkat, dan

jenis konstruksi lainnya. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan

menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-

ruangan serta melindungi suatu daerah di alam terbuka maupun tertutup. Ada 3 jenis

utama dinding struktural yaitu dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta

dinding penahan (retaining wall).

Dinding bangunan memiliki beberapa fungsi seperti menyangga atap dan

langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi ruangan daripada cuaca maupun

pengaruh luar lainnya. Dinding pembatas terdiri dari dinding privasi, dinding

penanda batas, serta dinding kota. Sedangkan dinding penahan berfungsi sebagai

penahan gerakan dari tanah, batuan, air yang berasal dari luar maupun dalam

bangunan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan kemampuan menahan gaya yang terjadi pada dinding gedung

bertingkat tinggi maka dinding dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. Dinding Geser (Shear-wall), adalah struktur berupa dinding vertikal yang

berfungsi menahan pengaruh-pengaruh beban lateral dan beban gravitasi

serta memberikan stabilitas lateral kepada bangunan. Shear-wall berperan

sebagai bagian struktur pada bangunan yang dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik. Pada umumnya shear-wall ditempatkan diujung

bangunan ataupun ditengah, memanjang pada ketingggian bangunan

sehingga beban angin ataupun beban gempa dapat dipikul ke dinding

melalui portal ataupun lantai. Kekakuan shear-wall lebih besar di banding

elemen-elemen struktur lainnya sehingga beban-beban lateral dan

gravitasi yang terjadi akan lebih banyak dipikul oleh shear-wall maka

dimensi daripada elemen-elemen struktur lain dapat diperkecil.

Column

Shear wall

Gambar 1.1.1 Perletakan Shear-wall

Universitas Sumatera Utara


2. Dinding inti (core-wall), adalah merupakan sistem dinding pendukung

linear yang cukup sesuai untuk bangunan tinggi yang juga dapat menahan

gaya-gaya lateral yang terjadi pada bangunan. Core-wall ini sering

digunakan pada konstruksi seperti pada jembatan beton, ruang lift, shaft,

service duct, dll. Core-wall dikonstruksikan memanjang pada ketinggian

bangunan tertentu dapat memikul beban angin atau beban gempa yang

bekerja padanya melalui portal maupun lantai.

Keuntungan memakai core-wall adalah strukturnya dapat memikul

gaya torsi yang timbul akibat adanya eksentrisitas beban ataupun

eksentrisitas dari struktur bangunannya. Sedangkan struktur yang

menggunakan shear wall tidak dapat memikul torsi.

Struktur core-wall biasanya ditempatkan searah dengan tinggi bangunan

sehingga bisa dianggap sebagai balok besar yang terkantilever pada salah

satu ujungnya. Dinding core-wall disebut juga sebagai dinding tipis yang

terhubung pada masing-masing ujungnya dimana ukuran tampangnya

adalah lebih kecil dan tipis dibandingkan dengan jenis-jenis penampang

struktur lainnya. Biasanya core-wall dapat dilihat dalam bentuk box

girders, plate girders,box columns,dll.

Universitas Sumatera Utara


kolom

Core-wall

Gambar 1.1.2 Perletakan Core-wall

1.2 Latar Belakang Masalah

Pada jaman sekarang ini, pembangunan struktur bangunan tinggi seperti

apartemen, mall, plaza, dll semakin sering terjadi di kota-kota besar. Penggunaan

jenis konstruksi core-wall ini akan membuat suatu struktur yang bersifat lebih

ekonomis (dimensi struktur lain akan lebih kecil) terhadap bagian lain seperti

konstruksi portal terbuka. Semakin tinggi suatu bangunan maka gaya lateral yang

terjadi akan menjadi semakin besar. Oleh karena itu, deformasi pada ketinggian

tertentu yang di akibatkan oleh gaya lateral akan semakin besar sehingga

menyebabkan adanya keharusan untuk mempertimbangkan kesimetrisan struktur,

kekakuan struktur, jenis material yang akan digunakan untuk mempengaruhi

kemampuan bangunan tersebut untuk dapat menahan gaya-gaya yang terjadi.

Bangunan yang dibangun dengan sistem struktur yang simetris cenderung akan lebih

tahan terhadap gaya lateral yang terjadi sehingga dapat mencegah terjadinya torsi

Universitas Sumatera Utara


yang besar. Semakin simetris suatu bangunan maka kemungkinan nilai torsi yang

dihasilkan akan lebih kecil sehingga dapat sepenuhnya dihindarkan. Tingkat

kekakuan suatu struktur bergantung pada sistem struktur yang dipilih. Selain itu,

jenis daripada material yang digunakan seperti baja ataupun beton harus seminimal

mungkin kuantitasnya untuk mengurangi berat dari massa bangunan dan tidak

mengurangi kekuatan bangunan untuk menahan gaya-gaya luar yang tejadi. Setiap

lantai akan menerima beban-beban lateral berbeda yang disalurkan melalui setiap

elemen bangunan tersebut dimana pada bagian atas core-wall akan terjadi rotasi

terbesar sedangkan pada bagian dasar core-wall akan terjadi gaya geser.

Persamaan umum Torsi yang digunakan adalah :


= (1.2.1)


= (1.2.2)

= � (1.2.3)


= = (1.2.4)

Persamaa umum Torsi untuk benda bertampang segi empat adalah :

�= 3
(1.2.5)

3
= 2
(1.2.6)

= (1.2.7)

Universitas Sumatera Utara


Dimana : Ms = Momen torsi murni (Saint-Vennant’s Torsion)

θ = Kelengkungan Torsi

r = Jari- jari kelengkungan benda putar

G = Modulus elastisitas geser

J = Konstanta Torsi

γ = Regangan geser

= Tegangan geser

= Tegangan Lentur

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam tugas akhir ini, penulis bertujuan untuk menghitung tegangan lentur

dan torsi yang terjadi akibat beban angin pada luar bangunan dengan perhitungan

secara analitis menggunakan teori Thin-Walled pada core-wall terbuka dibandingkan

dengan core-wall tertutup yang diumpamakan sebagai balok jepit bebas yang mampu

menahan gaya-gaya lateral yang terjadi dan memiliki tampang tipis segi empat yang

berdiri sejajar dengan ketinggian bangunan.

1.4 Metodologi

Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah

membandingkan hasil perhitungan secara analitis dengan teori Thin-Walled pada

core-wall terbuka dengan core-wall tertutup.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Pembatasan Masalah

Sebagai pembatas permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Beban luar yang ditinjau hanya beban angin

b. Analisa perhitungan struktur dengan teori thin-walled

c. Material pelat core-wall terbuka terbuat dari beton dengan tampang ukuran 4

m x 8 m tebal 20 cm dan 40 cm sedangkan material pelat core-wall tertutup

terbuat dari beton dengan tampang ukuran 4 m x 8 m tebal 20 cm

d. Bahan yang ditinjau bersifat homogen, isotropis dan berlaku Hukum Hooke

e. Tampang core-wall yang ditinjau adalah pelat tipis bertampang segi empat

yang terbuka di salah satu sisinya serta tampang tertutup

f. Balok dan pelat lantai tidak diperhitungkan

g. Core-wall kaku sempurna sehingga lateral buckling sepenuhnya dipikul oleh

lantai

h. Sudut perputaran tidak ditinjau

i. Akibat warping tampang tidak berubah bentuk

j. Gaya-gaya yang bekerja dan jumlah lantai ditentukan

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Core-wall Tertutup dan Core-wall Terbuka

2.1.1 Umum

Konstruksi core-wall memiliki bentuk penampang yang bermacam-macam,

ada yang berbentuk kotak tunggal, kotak banyak, serta bentuk penampang lainnya

seperti τ, , , dll. Pada umumnya struktur core-wall dapat terbuat dari material

seperti baja, beton bertulang, dan juga komposit. Core-wall bisa bersifat massif dan

bisa juga bersifat tidak massif karena terjadinya perlemahan struktur oleh pembuatan

lubang pada salah satu sisi core-wall untuk suatu fungsi tertentu seperti pembuatan

lubang pintu lift, tangga, dll. Kedua jenis core-wall ini memiliki keuntungan dan

kelemahan masing-masing yang penggunaannya harus disesuaikan dengan

kebutuhan. Pemilihan jenis core-wall yang nantinya akan berperan sebagai daya

dukung suatu konstruksi harus dapat dikombinasikan dengan balok, kolom, pelat

lantai, dll sehingga perencanaan bangunan tinggi akan memiliki tata letak yang

teratur untuk mencapai penggunaan struktur yang paling hemat dan efisien.

2.1.2 Perbandingan Core-wall Tertutup dengan Core-wall Terbuka

Pada umumnya, core-wall tertutup sangat jarang ditemukan di dalam dunia

konstruksi. Core-wall tertutup bersifat kurang efektif dan efisien karena terdapatnya

suatu space waste (ruangan kosong yang tidak berguna) pada tengah core-wall yang

seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan lift, tangga darurat, dll.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan core-wall terbuka lebih sering dipakai dan sangat berkembang

saat ini karena bersifat lebih efektif dan efesien serta ekonomis untuk bangunan

bertingkat tinggi. Pembuatan lubang pada dinding core-wall untuk fungsi tertentu

akan berpengaruh pada distribusi tegangan yang nantinya tegangan dari bagian yang

dibuat lubang tesebut akan menyebar ke daerah lain. Dengan adanya suatu lubang

pada dinding core-wall tertutup maka hasil dari kekakuan bidang yang tadinya utuh

akan berkurang. Kehilangan kekakuan akibat adanya pembuatan lubang pada dinding

core-wall tertutup tidak akan berpengaruh begitu besar apabila jumlah lubang yang

dibuat masih dalam jumlah yang kecil. Penurunan nilai kekuatan pada core-wall

memberikan nilai yang relatif karena disesuaikan terhadap jumlah lubang yang

terdapat pada dinding core-wall itu sendiri dan biasanya penurunan kekuatan ini

masih dalam batas yang diizinkan karena sudah dianalisis terlebih dahulu.

Gambar 2.1.1.a Core-wall tertutup Gambar 2.1.2.b Core-wall terbuka

Jika suatu profil yang tertutup diubah menjadi terbuka seperti gambar diatas

maka akan terjadi perubahan nilai kekuatan dimana sumbu kuat dan sumbu lemah

akan mengalami penurunan yang drastis karena sudah menjadi profil terbuka yang

memiliki nilai konstanta warping yang besar.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Teori Struktur dengan Metode Thin-walled

Pada gambar (2.2.1), dapat dilihat bahwa ketika sebuah balok berdinding tipis

dikekang terhadap puntir, maka timbul tambahan tegangan dalam arah memanjang

dan melintang.

a. Balok I dengan momen torsi M

b. Tegangan geser Saint Vennant

c. Tegangan geser warping

Gambar 2.2.1 Contoh dari Saint Vennant dan Torsi warping

Universitas Sumatera Utara


Dalam Teori balok dinding tipis(thin-walled), tegangan geser dan lentur

balok dinding tipis relatif lebih besar dari tegangan geser dan lentur suatu balok

persegi padat seperti yang diilustrasikan pada gambar (2.2.1), Pada gambar tersebut

dijelaskan bahwa ketika struktur dinding tipis dipuntir maka timbul sebuah tegangan

yang disebut sebagai “Warping of the Cross Section”. Teori ini melibatkan hasil dari

sebuah hipotesis Bernoulli yang dimana menjelaskan bahwa hasil bentuk yang

dikerjakan oleh suatu bidang torsi pada bidang Cross Section yang di tinjau langsung

dari beberapa arah sumbu yang berbeda. Stuktur dari dinding tipis ini dirancang

sedemikian rupa biasanya akan sangat rentan terhadap “local buckling”. Oleh karena

itu, tegangan puntir yang terjadi pada suatu bidang akan lebih besar dari tegangan

puntir (bending). Tegangan puntir suatu bidang dalam sumbu kordinat ( x, y )

ditunjukkan pada persamaan :


= + + + (2.2.1)

Mw adalah Bi moment (Nmm2)

Fw adalah Konstanta warping dari bidang (mm6)

W adalah Fungsi warping (mm2)

Hubungan antara Bimoment dan momen puntir dianggap sebagai suatu

persamaaan yang mempunyai sifat simplitik dari suatu bidang. Suatu elemen kecil

dari dz dari suatu balok atau kolom seperti yang telah diilustrasikan pada gambar

(2.2.2).

Universitas Sumatera Utara


dZ
e

M V

M V+dV

V M+dM
M

V+dV

Gambar 2.2.2 Bimoment balok dan momen torsi puntir

Disebelah kiri telah bekerja sebuah bimoment Mw diikuti oleh sepasang momen M

yang dimana masing - masing dipisahkan oleh sebuah jarak sebesar e, maka :

= . (2.2.2)

Di sisi ujung lain dari sebuah elemen terdapat Bimoment yang perumusan untuk

menyelesaikan momen tersebut disesuaikan dengan persamaan :

+ = + (2.2.3)

Hasil dari perubahan momen yang diturunkan sebagai suatu gaya geser (gaya

geser) dimana gaya tersebut bekerja disetiap sayap untuk mempertahankan kestabilan

rotasi.

Sehingga rumus tersebut dapat ditulis sebagai :

= atau = (2.2.4)

Maka, nilai dari momen torsi puntir (MDS) dapat ditulis sebagai :

( )
MDS = = = = (2.2.5)

Universitas Sumatera Utara


2.3 Teori Tegangan Geser Balok pada Core-wall Terbuka

Pada gambar (2.3.1) telah digambarkan dengan suatu elemen kecil dari balok

dinding tipis dimana elemen kecil tipis diambil berdasarkan pada sumbu axis x-x.

A
M
dZ

dF=Area of element

D Y C
M+dM
X X

N
A
B

N+dN

Gambar 2.3.1 Tegangan geser pada balok

Pada umumnya momen puntir berubah disepanjang elemen dari bentangan

tersebut. Pada ujung arah kiri telah bekerja sebuah tegangan langsung yang

dirumuskan sebagai berikut:

= (2.3.1)

Dimana adalah momen kedua dari luasan pada sumbu bidang x-x.

Universitas Sumatera Utara


Penyelesaian dari gaya tersebut yang bekerja pada bidang sebuah elemen dF dapat

diintegrasikan yaitu sebesar

= (2.3.2)

= (2.3.3)

Maka total Gaya N yang bekerja pada ujung CD adalah

= = (2.3.4)

Elemen yang bekerja harus stabil dan seimbang terhadap gaya geser dengan

tengangan geser sebesar yang bekerja pada permukaan BD yaitu sebesar

= (2.3.5)

Dimana,

1
= (2.3.6)

= (2.3.7)

Gelombang geser yang terjadi ditulis dengan persamaan :

(ȳ )
= (2.3.8)

Universitas Sumatera Utara


2.4.Teori Tegangan Geser Balok pada Core-wall Tertutup

Sebuah bagian dari balok dengan profil kotak tunggal yang berdinding tipis

tertutup (berongga) dilenturkan terhadap sumbu x-x dan diberi beban geser

melintang F yang bekerja langsung pada titik pusar geser pada gambar (2.4.1).

Gambar 2.4.1 Tegangan geser pada profil berongga

Kasus seperti ini dapat diubah menjadi kasus dengan tampang yang terbuka

dengan mengadakan pemotongan secara memanjang gambar (2.4.1.a,b) sehingga

teori yang dikembangkan sebelumnya dapat diaplikasikan pada kasus tersebut.

Tegangan geser yang terjadi pada setiap penampang balok dapat dicari dengan

menggunakan persamaan (2.3.6). Pada titik ini regangan geser yang terjadi adalah

/G dan ketika sebuah bagian kecil dengan lebar ds ditinjau maka terlihat bahwa

pergerakan dalam arah axial antara kedua permukaan adalah sebesar ds/G. τleh

karena itu, total perpindahan relatif dalam arah axial antar D dan C adalah

� =∮ (2.4.1)

Perpindahan ini yang disebut juga dengan dislokasi dapat dihilangkan dengan

menambahkan aliran geser C o pada gambar (2.4.1.c) ketika terjadi pemotongan

secara memanjang pada balok. Seperti sebelumnya, dimana aliran geser seperti C o

Universitas Sumatera Utara


adalah konstan yang melingkari suatu profil. Oleh karena itu, jika suatu profil yang

tidak diizinkan terjadinya dislokasi pada D dan C maka perumusannya adalah

sebagai berikut :

∮( + ) =0 (2.4.2)

Dimana,

= −∮ ds ∮ ds/t (2.4.3)

Gambar 2.4.2 Profil dengan kotak lebih dari satu

Ketika suatu profil yang memiliki lebih dari 1 kotak pada gambar (2.4.2)

dengan teknik penyelesaian yang sama juga dapat digunakan. Setelah mengubah

profil dari tertutup menjadi terbuka dengan mengadakan pemotongan dalam arah

memanjang profil, sehingga aliran geser diberikan pada setiap kotak (i=1,…,n).

Dislokasi pada setiap daerah pemotongan dalam setiap kotak adalah sama dengan nol

seperti sebelumnya (G yang telah dihilangkan).

∮( +Ci/t) ds – Σ ∫web Ci/t ds = 0 (2.4.4)

dimana rumus terakhir menunjukkan kontribusi dari kotak yang bersebelahan

terhadap distorsi pada badan profil yang terjadi secara umum pada profil dengan

penampang lebih dari satu kotak. Persamaan (2.5.6) menunjukkan aliran geser Ci

sampai Cn dengan perletakan sembarang pada profil yang memiliki lebih dari satu

kotak (berongga/hollow).

Universitas Sumatera Utara


2.5 Teori Torsi dengan Metode Thin-walled

Suatu balok bebas yang dipuntir dengan torsi sebesar M pada kedua ujung

balok tersebut dinyatakan sebagai suatu nilai torsi yang seragam. Bentuk

sembarangan dari sebuah bidang yang mengalami suatu tes pembebanan, maka

tegangan yang akan dihasilkan adalah merupakan suatu tegangan geser.

Gambar 2.5.1 Tegangan geser pada balok satu sumbu simetris

Gambar (2.5.1) menggambarkan bahwa suatu elemen tipis yang kecil bekerja

disepenjang balok dengan permukaan yang berbentuk lingkaran. Hal ini menunjukan

bahwa untuk menganalisi berbagai cross section yang terdapat pada penampang

terbuka dan penampang tertutup dengan satu kelompok penampang atau lebih pada

penampang terbuka maupun penampang yang tertutup.

Dalam kasus tabung silinder Gambar (2.5.1) dengan radius R, panjang L dan

sebuah torsi M dapat diperoleh suatu rumusan pada tegangan geser maksimum ,

maximum shear strain dan sudut ø dari satu ujung ke ujung lain.

Universitas Sumatera Utara


= (2.5.1)

= (2.5.2)

Ø= (2.5.3)

2
� =
2
Untuk tabung padat (2.5.4)

Untuk profil tertutup dengan satu kelompok bidang ditulis dengan rumusan

1 1 = 2 2 (2.5.5)

1 = 2 (2.5.6)

Dimana 1 dan 2 adalah gelombang geser dari nilai maka penurunan nilai momen

dari gaya elemen yang bekerja adalah sebesar

= � (2.5.7)

Dengan mengintegrasikan persamaan tersebut maka didapat

M=2 , dimana A adalah luas penampang bidang

Sudut putaran didapat di persamaan :

1 2 �
∅= ∮ = ∮ ds (2.5.8)
2 2 2

Universitas Sumatera Utara


Maka didapat :

∅ ∅ 1 ∮
= =
2
∮ ds = 4 2
(2.5.9)

Untuk penampang tertutup dengan satu kelompok bidang akan didapat suatu nilai

momen polar inersia sebesar :

4 2
� = (2.5.10)
∮�

Distribusi dari tegangan geser diasumsikan linear dengan sehingga didapat suatu

persamaan silinder dari suatu persamaan elemen dengan nilai tengangan sebesar:

2
= (2.5.11)

Maka,

8
=2 .2 +2 − = 2
+2 − (2.5.12)

8 � 2 3
=

2
( 2
+ 2 3
− 2
) = − (2.5.13)
3 12

Untuk pelat tipis,persamaan diatas dapat diabaikan sehingga didapat

1 2
= (2.5.14)
3

Universitas Sumatera Utara


Pada kasus penampang tertutup, sudut putaran dapat dihasilkan dengan menyamakan

nilai energi internal dan energi eksternal.

1 /2 2
∅= ∮ s (2.5.15)
2 2

Dengan mengsubsitusikan persamaan diatas dan hasil dari integral elemen dengan

nilai 2a, didapat

∅ 1 3
= G
3
(2.5.16)

Konstanta torsi dari sebuah pelat tipis tertutup adalah

1 3
� = (2.5.17)
3

Untuk penampang terbuka didapat konstanta torsi sebesar

= 1 + 3
(2.5.18)
� 3

Hasil nilai teori dari pelat single terbuka atau tertutup didapat dari

.( �) � �
M terbuka = ; M tertutup = (2.5.19)
� �

Kestabilan untuk setiap tititk sumbu adalah

= , − ,−1 (2.5.20)

Universitas Sumatera Utara


Maka didapat suatu persamaan

� =2 � � (2.5.21)

Sudut putaran untuk i didapat dari

∅ 1
= ;
2

1
=
2
− �−1 + � ∮ − �+1 (2.5.22)

Apabila nilai d∅ / dz didalam suatu kondisi kelompok yang sama, maka didapat

persamaan sebagai berikut :


Ψi = ∅ (2.5.23)

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan mensubsitusikan nilai ψ ke dalam

persamaan maka didapat


M=G 2 � � (2.5.24)

Konstanta torsi untuk penampang berkelompok banyak adalah

� =2 � � (2.5.25)

Untuk penampang yang hanya memiliki satu kelompok,

2
Ψ = = (2.5.26)
∅.1 ∮

Universitas Sumatera Utara


2.6 Teori Bimoment dan Momen Torsi dengan Metode Thin-walled

2.6.1 Teori Dasar Komponen Bimoment dan Torsi

Pada bagian ini menunjukan aplikasi dari teori struktur thin-wall. Pada

gambar (2.6.1) menunjukan bahwa sebuah gaya P yang bekerja di sepanjang sumbu

axis balok menyebabkan sebuah bimoment Mw.

Mz(0) m(z)

Z
Y Mz(z)
Wp
P

Gambar 2.6.1. Pembebanan gaya P pada balok menyebabkan timbul bimoment

− �′ = � (2.6.1)

Dimana

=� (2.6.2)

Sehingga didapat persamaan

�′ − � ′′ = + ′
− −

+ ( − ) (2.6.3)

Persamaan torsi warping dengan beban aksial sebesar qx dapat ditulis dengan

persamaan

− �2 � ′′ ( ) =
( )
�′ (2.6.4)

Universitas Sumatera Utara


Dimana

�2 = (2.6.5)

Persamaan bimoment luar diturunkan dari perubahan momen total torsi dimana

( )
( )= (2.6.6)

Persamaan sudut warping adalah sebagai berikut

sinh � 0 0
� = �0 + �1 + � − sinh � + (1 − cosh � )
� �

1
− � − − sinh � − ( ) (2.6.7)
� 0

=− � ′′ ( ) (2.6.8)

0
= −�1 sinh � + sinh � + 0 (cosh � )
� �
1
− � sinh � − ( ) (2.6.9)
� 0


= ( ) (2.6.10)

= −�1 cosh � + 0 cosh � + 0 � (sinh � )

− 0
cosh � − ( ) (2.6.11)

= �′ (2.6.12)

= �1 cosh � + 0 1 − cosh � − 0 � (sinh � )

− 0
1 − cosh � − ( ) (2.6.13)

Momen Total

= + = 0 − 0
( ) (2.6.14)

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Sendi-Sendi 1

Sebuah bimoment bekerja di salah satu ujung pada sebuah balok seperti yang

diilustrasikan pada gambar (2.6.2)

Mw1

z
L

Sudut Putar (Ø)


+
Momen Torsi
Saint Venant
+ (Mst)

Bimoment
(Mw)
+

Momen Torsi
+ Warping
(Mds)

Gambar 2.6.2. Perletakan sendi- sendi dengan bimoment pada salah satu ujung
perletakan

Kondisi Kesetimbangan

Pada z = 0 maka, � = =0

Pada z = L maka, � = 0 dan = 1 (2.6.15)

Dimana �0 = 0 = 0 Substitusikan persamaan (2.6.15) ke persamaan (2.6.7)

dan persamaan (2.6.9)

Universitas Sumatera Utara


Maka didapat

sinh � 0
�1 + � − sinh � =0
� �

0
−�1 sinh � + sinh � = 1 (2.6.16)
� �

Dimana,

1 (� − sinh � )
�1 =
sinh �

1
0 = (2.6.17)

Dengan Mensubstitusikan persamaan(2.6.16) ke persamaan (2.6.7) dan persamaan

(2.6.9)

Maka didapat,

1 sinh �
�= −
sinh �

sinh �
( )= 1
sinh �

cosh �
( )= 1�
sinh �

1 cosh �
( )= 1� −
� sinh �

1
( )= (2.6.18)

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Momen Torsi Balok dengan Perletakan Sendi-Sendi 2

Sebuah bimoment bekerja di sepanjang bentang sebuah balok seperti yang

diilustrasikan pada gambar (2.6.3)

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)


+
Mz
Momen Torsi
Saint Venant
+ (Mst)
-

Bimoment
(Mw)
+

Mz
Momen Torsi
Warping
+ (Mds)
-

Gambar 2.6.3 Perletakan sendi- sendi dengan bimoment disepanjang perletakan

Kondisi Kesetimbangan

Pada z = 0 maka, � = =0

Pada z = L maka, � = =0 (2.6.19)

0 =
2

Universitas Sumatera Utara


Substitusikan persamaan (2.6.19) ke persamaan (2.6.7) dan persamaan (2.6.9)

Maka didapat,

� 1−cosh �
�1 = + (2.6.20)
� 2 sinh �

Dengan mensubstitusikan persamaan(2.6.20) ke persamaan (2.6.7) dan persamaan

(2.6.9)

Maka didapat,

2
� sinh � + sinh �( − )
�= 2 − 2 −1+
� 2 sinh �

sinh � + sinh �( − )
( )= 1−
�2 sinh �

cosh � − cosh �( − )
=−
� sinh �

cosh � − cosh �( − )
= � −
� 2 sinh �

( )= − (2.6.21)
2

Universitas Sumatera Utara


2.6.4 Momen Torsi Balok dengan perletakan Jepit-Jepit

Sebuah bimoment bekerja di sepanjang bentang sebuah balok seperti yang

diilustrasikan pada gambar(2.6.4)

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)


+
Momen Torsi
Saint Venant
+ (Mst)
-

- - Bimoment
(Mw)
+

Momen Torsi
Warping
+ (Mds)
-

Gambar 2.6.4 Perletakan Jepit- Jepit dengan bimoment disepanjang perletakan

Kondisi Kesetimbangan

Pada z = 0 maka, � = =0

Pada z = L maka, � = =0 (2.6.22)

� sinh �
0 = +1 (2.6.23)
�2 2(1−cosh � )

Universitas Sumatera Utara


Substitusikan persamaan (2.6.22) ke persamaan (2.6.7) dan persamaan (2.6.9)

Maka, didapat

2 � sinh � (1 − cosh � )
�= � − 2 − � sinh � +
2�
2 1 − cosh �

� � sinh � (cosh � )
( )= sinh � + +1
�2 2 2(1 − cosh � )

sinh � (sinh � )
( )= cosh � +
2 (1 − cosh � )

L sinh � (sinh � )
( )= −z − cosh � +
2 2 2(1 − cosh � )

( )= − (2.6.24)
2

Universitas Sumatera Utara


2.6.5 Momen Torsi Balok dengan perletakan Jepit-Bebas

Sebuah bimoment bekerja di salah satu ujung bentang sebuah balok seperti

yang d2lustrasikan pada gambar(2.6.5)

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)


+
Momen Torsi
Saint Venant
+ (Mst)
-

- Bimoment
(Mw)
+

Momen Torsi
Warping
+ (Mds)
-

Gambar 2.6.5 Perletakan jepit- bebas dengan bimoment disalah satu ujung
perletakan

sinh � − sinh �( − )
�= � −
� cosh �

sinh �( − )
=−
� cosh �

cosh �( − )
=−
cosh �

cosh �( − )
= 1−
cosh �

( )= (2.6.25)

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi literatur perbandingan analisis. Studi literatur

perbandingan analisis merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan

hasil dari suatu analisis dengan hasil analisis yang dilakukan orang lain. Analisis ini

menggunakan metode yang sama dengan bentuk sistematis yang berbeda.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa jenis data pendukung diantaranya

merupakan data yang diperoleh dari studi literatur bacaan buku, refrensi, jurnal,

skripsi, dan bahan bacaan lain yang mendukung.

3.3 Metode Analisa Data

Dalam Penelitian ini akan dilakukan perbandingan analisa lentur dan torsi

antara core-wall terbuka dan core-wall tertutup dengan metode thin-walled. Oleh

karena itu pada bagian ini akan dibahas tentang cara menggunakan metode thin-

walled. Adapun sifat dari sebuah balok lurus berpenampang tipis (thin-walled) yang

kemudian diberikan beban lentur dan beban torsi yang terbagi rata pada

permukaannya yang ditimbulkan akibat beban luar yang diberikan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3.1 Beban torsi yang bekerja pada balok berdinding tipis

Tegangan-tegangan ini tidak akan muncul pada kasus torsi seragam (Saint

Vennant). C.Bach (1909) adalah orang yang pertama mengeluarkan pendapat ini

setelah melakukan percobaan menggunakan balok kantilever dengan penampang

kanal. Percobaan pertama adalah dengan memberikan beban terpusat pada ujung

balok tepat pada titik berat penampang yang kemudian menimbulkan lentur dan

perputaran penampang dalam arah memanjang. Percobaan ini menunjukkan bahwa

bidang penampang tidak lagi datar dan mengalami tegangan warping keluar dari

bidang. Kemudian dilakukan percobaan dengan mengubah-ubah posisi pembebanan

sampai ditemukan titik pusat geser dan tambahan tegangan menjadi hilang.

Pada bagian ini, persamaan umum didapat dengan terlebih dahulu

menentukan koordinat sistem asal, kemudian koordinat sistem lanjutan

(intermediate), dan terakhir adalah koordinat sistem utama. Koordinat dari titik

dalam ketiga sistem ini harus dinotasikan dengan lambang yang berbeda. Selanjutnya

akan didapatkan fungsi warping w, yang dihitung dengan acuan terhadap kutub B

pada kedua koordinat sistem pertama dan dihitung terhadap titik pusat geser M pada

koordinat sistem utama serta memperhatikan posisi dari titik awal V.

Universitas Sumatera Utara


Ketiga bagian koordinat sistem yang digunakan adalah

1. Koordinat sistem asal A(ẋ,ẏ,ż). Kutub B dan titik mulai V untuk menghitung

fungsi warping diambil secara sembarang yaitu

ẇ = ẇ ≠ 0, (3.3.1)

2. Koordinat sistem intermediate S (ẍ,ӱ,ż). Sumbu ini sejajar dengan sumbu (ẋ,ẏ,ż).

Kutub B tetap tidak berubah dari posisi awal tetapi titik awal V berubah sehingga

ẅ = ẅ = 0, (3.3.2)

3. Koordinat sistem utama S(x,y,z). Sumbu x dan y membentuk sudut ψ terhadap

sumbu ẍ dan ӱ dan kemudian kutub B berpindah ke M.

Sifat-sifat bagian untuk masing-masing perubahan koordinat sistem adalah

1. Koordinat sistem asal (ẋ,ẏ,ż)

ẋ = ẋ = momen pertama dari luasan terhadap sumbu ẏ (3.3.3)

ẏ = ẏ = momen pertama dari luasan terhadap sumbu ẋ

ẇ = ẇ = ẇ = Luas bidang momen pertama terhadap kutub B

ẋẋ = ẋ2 = momen kedua dari luasan terhadap sumbu ẏ

ẏẏ = ẏ2 = momen kedua dari luasan terhadap sumbu ẋ

ẋẏ = ẋ ẏ = hasil kali momen dari luasan dari profil (ẋ,ẏ,ż)

ẇẋ = ẇ ẋ = ẇ ẋ = hasil kali bidang dari luas

ẇẏ = ẇ ẏ = ẇ ẏ = hasil kali bidang dari luas

Universitas Sumatera Utara


ẇẇ = ẇ ẇ = ẇ2 = konstanta warping terhadap kutub B

2. Koordinat sistem lanjutan (ẍ,ӱ,ż)

ẍ = ẍ = momen pertama dari luasan terhadap sumbu ӱ (3.3.4)

ӱ = ӱ = momen pertama dari luasan terhadap sumbu ẍ

ẅ = ẅ = ẅ = Luas bidang momen pertama terhadap kutub B

ẍẍ = ẍ2 = momen kedua dari luasan terhadap sumbu ӱ

ӱӱ = ӱ2 = momen kedua dari luasan terhadap sumbu ẍ

ẍӱ = ẍ ӱ = hasil kali momen dari luasan dari profil (ẍ,ӱ,ż)

ẅẍ = ẅ ẍ = ẅ ẍ = hasil kali bidang dari luas

ẅӱ = ẅ ӱ = ẅ ӱ = hasil kali bidang dari luas

ẅẅ = ẅ ẅ = ẅ2 = konstanta warping terhadap kutub B

3. Koordinat sistem asal (x,y,z)

= = momen pertama dari luasan terhadap sumbu y (3.3.5)

= = momen pertama dari luasan terhadap sumbu x

= = = Luas bidang momen pertama terhadap kutub M

2
= = momen kedua dari luasan terhadap sumbu y

2
= = momen kedua dari luasan terhadap sumbu x

= = hasil kali momen dari luasan dari profil (x,y,z)

Universitas Sumatera Utara


= = = hasil kali bidang dari luas

= = = hasil kali bidang dari luas

2
= = = konstanta warping terhadap kutub M

Gambar 3.3.2 Koordinat sistem asal, lanjutan,dan utama

Fungsi warping untuk profil tersebut adalah sebesar



ẇ = 0
[ − ] (3.3.6)
( )

Nilai dari fungsi warping ini tergantung kepada letak kutub B dan titik mulai

V dari profil dimana pengintegrasian dilakukan. Dengan terjadinya perubahan posisi

dari B dan V maka akan mengakibatkan perubahan fungsi warping sedangkan

perpindahan keluar akan keluar dari bidang penampang. Fungsi warping yang

memiliki hasil nilai negatif apabila bergerak berlawanan arah jarum jam dan bernilai

positif jika bergerak searah jarum jam.

Universitas Sumatera Utara


Persamaan yang digunakan untuk perhitungan nilai keseimbangan rotasi

terhadap sumbu ẋ dan sumbu ẏ adalah

cos ᾱ = ẋ (3.3.7)

sin ᾱ = ẏ

dengan memproyeksikan panjang ds dari suatu elemen profil pada masing-masing

sumbu maka akan didapatkan nilai ẋ dan ẏ.

Untuk dapat berubah dari koordinat sistem asal menjadi koordinat sistem lanjutan

maka digunakan persamaan

ẍ=ẋ−ẋ (3.3.8)

ӱ=ẏ−ẏ

ż=ż

ẅ = ẇ − ẇ0

dimana :


ẋ = (3.3.9)


ẏ =


ẇ0 =

Universitas Sumatera Utara


Pada koordinat sistem lanjutan, kutub B tetap tidak berubah sedangkan titik

asal V berpindah untuk memenuhi ẅ = ẅ = 0. Setelah itu, kemudian di

lakukan perpindahan dari koordinat sistem lanjutan ke koordinat sistem utama

dengan persamaan

= ẍ cos + ӱ sin (3.3.10)

= −ẍ sin + ӱ cos

dimana

2 ẍӱ
tan 2 = (3.3.11)
ẍẍ − ӱӱ

Pada koordinat sistem utama ini, titik kutub B sudah berpindah ke titik pusat geser M

sehingga perhitungan untuk koordinat titik pusat geser adalah

ẅ ӱ . ẍẍ − ẅ ẍ. ẍӱ
ẍ −ẍ = 2 (3.3.12)
ẍẍ . ӱӱ − ẍӱ

ẅ ӱ ẍӱ − ẅ ẍ. ӱӱ
ӱ −ӱ =
ӱӱ − ẍӱ
2
ẍẍ .

Persamaan yang kemudian digunakan untuk menentukan fungsi warping untuk

koordinat sistem utama adalah

= ẅ + ӱ −ӱ ẍ− ẍ −ẍ ӱ (3.3.13)

Evaluasi dari nilai section properties hasil rumusan trapezoidal adalah sebagai

berikut :

Universitas Sumatera Utara


= = � (3.3.14)
�=1


= = ( + )�
2
�=1


= = ( + )�
2
�=1


= = ( + )�
2
�=1

Hasil dari integral tersebut adalah:

1
= = (2 +2 + + )� � (3.3.15)
6
�=1

1
= = (2 +2 + + )� �
6
�=1

1
= = (2 +2 + + )� �
6
�=1

1
= 2
= ( 2
+ 2
+ )� �
3
�=1

1
= 2
= ( 2
+ 2
+ )� �
3
�=1

1
= 2
= ( 2
+ 2
+ )� �
3
�=1

Universitas Sumatera Utara


Untuk mempermudah menyelesaikan hasil integral tersebut maka digunakan

tabel (3.3.1)

Tabel 3.3.1 Tabel integral volume

F1(x) a a a b
F2(x)
L L L

( + )
c 2 2
L

(2 + )
c 2 3 6
L

( +2 )
c
2 6 6
L

( + ) (2 + ) 2 + + ( +2 )
c d
2 6 6
L

Parabolic
d ( +4 + ) ( +2 ) +2 + (2 + )
c e 6 6 6

L
Sumber : Murray,N., Introduction to the theory of thin-walled structures,Oxford
University Press, New York, 1984 halaman 93

2

ẍẍ = ẋẍ − (3.3.16)

2

ӱӱ = ẏẏ −

2

ẅẅ = ẇẇ −

Universitas Sumatera Utara


ẋ ẏ
ẍӱ = ẋẏ −

ẋ ẇ
ẍẅ = ẋẇ −

ẏ ẇ
ӱẅ = ẏẇ −

Jika = 0 maka nilai ẍ dan ӱ dari koordinat sistem lanjutan akan mempunyai nilai

yang sama dengan x dan y dari koordinat sistem utama.

1 1 2
= = ( ẍẍ + ӱẏ ) ± 2 ( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ (3.3.17)
2

= ẅẅ + ӱ −ӱ ẅẍ − (ẍ − ẍ ) ẅӱ (3.3.18)

Nilai yang lebih kecil pada hasil atau merupakan momen kedua dari luas

untuk masing-masing sumbu lemah dan sumbu kuat pada kondisi pembebanan

lentur. merupakan konstanta warping untuk suatu jenis profil dengan

penampang tertentu yang nilainya konstan pada setiap ketinggian.

Dalam menganalisa torsi dari balok lebih baik menggunakan hubungan di

antara tegangan-tegangan dan total tegangan. Itu adalah di antara tegangan warping

memanjang dan bimomen yang didapat dengan mengeliminasi persamaan

, =− � ′′ (3.3.19)

Dan

= − � ′′ 2
= − � ′′ (3.3.20)

Universitas Sumatera Utara


menjadi

, = (3.3.21)

Sehingga total tegangan langsung arah memanjang adalah

= + + + (3.3.22)

Distribusi tegangan geser pada profil terbuka kemudian didapatkan. Untuk profil

terbuka, persamaan tegangan gesernya adalah

1 1
, =− −
0 0

1
− 0
(3.3.23)

dimana pengintegrasian dilakukan dari ujung bebas menuju suatu titik tertentu s.

Karena dan adalah turunan dari dan sehingga persamaan di atas dapat

ditulis menjadi

( ) ( ) ( )
, =− − − (3.3.24)

Untuk satu kelompok dengan penampang tipis tertutup, pemisalan

pemotongan dalam arah memanjang dapat dilakukan pada titik tertentu sehingga

bagian pertama 0 dari tegangan geser adalah nol pada titik pemotongan dan bagian

berikutnya 1 mengalami kenaikan nilai tegangan geser akibat aliran geser

C(z)= . 1 pada sekeliling profil.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3.3 Aliran geser T= t merupakan penjumlahan untuk
profil terbuka dan C yang konstan sepanjang profil

Persamaan untuk aliran geser yang timbul akibat tegangan geser warping adalah

, = 0 , + ( ) (3.3.25)

dimana

( ) ( )
0 , =− (3.3.26)

= 0
(3.3.27)

( )
( )∮ ( )
= (3.3.28)
∮ ( )

kemudian persamaan T menjadi

, = 0 , +
( )
( ) ∮
, = ( )
− (3.3.29)
∮( )

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan distribusi aliran geser dan tegangan warping longitudinal yang terjadi:
( )
( ) ∮

( )
, = (3.3.30)
. ∮ ( )

dan,

( )
( )= (3.3.31)

Persamaan yang berada di dalam kurung hanya merupakan fungsi dari

pengukuran terhadap penampang sehingga tegangan geser warping hanya berubah

terhadap ( ) . Pada analisis di atas, perlu diketahui bahwa 0 ,

mempertahankan keseimbangan longitudinal dari sebuah elemen yang mendapat

tegangan warping longitudinal , . Aliran geser yang konstan pada setiap profil

dengan ketinggian z tidak memberikan pengaruh terhadap keseimbangan

longitudinal melainkan memberikan pengaruh terhadap nilai .

Penting untuk disadari bahwa nilai aliran geser C sedikit berbeda dari aliran

geser Saint Vennant. Selain itu, perlu diketahui bahwa walaupun peninjauan pertama

pada pemotongan yang dilakukan pada suatu profil akan menghasilkan hasil dari

, , ,titik pusat geser M tetap mengikuti peninjauan bentuk profil yang pertama.

Sedangkan untuk nilai bimoment dan momen torsi yang bekerja adalah

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)

Gambar 3.3.4 Bimoment pada perletakan jepit bebas

Universitas Sumatera Utara


� = (3.3.32)
(0)

(0) =
ℎ�

Persamaan umum

0
= −�1 �
sinh � + �
sinh � + 0 (cosh � ) (3.3.33)

1
− � sinh � − ( )
� 0

Pada saat z = -L maka �1 = 0 dan 0 =0

Maka didapat persamaan sebagai berikut:

0 1
− = sinh −� − � sinh � − ( )
� � 0

Kemudian substitusikan nilai dari Mz(0)

(0) =
ℎ�

Maka persamaan yang didapat adalah

1
− =− sinh � − � sinh � − (3.3.34)
� ℎ� � 0 �

− =− sinh � − (1 − cos � )
� ℎ� �2 ℎ�

− =− sinh � − +
� ℎ� �2 ℎ� �2

Universitas Sumatera Utara


Penurunan perumusan tersebut dapat diambil langsung melalui tabel (3.3.2)

Tabel 3.3.2 Nilai Bimoment untuk jenis-jenis perletakan

Sumber : Murray,N., Introduction to the theory of thin-walled structures,Oxford


University Press, New York, 1984 halaman 168

Universitas Sumatera Utara


Didapat harga Mw untuk perletakan jepit bebas

cosh � −� sinh � −1
= . (3.3.35)
�2 cosh �

=− sinh � − +
� cosh � �2 ℎ� �2

Turunan penurunan sama dengan hasil dari tabel (3.3.2) bimoment, yaitu

=− sinh � − +
� cosh � �2 ℎ� �2

Persamaan awal adalah sebagai berikut:

0
= −�1 sinh � + sinh � + 0 (cosh � )
� �
1
− � sinh � − ( )
� 0

Dengan Mensubstitusikan hasil dari Mz(0) maka didapat persamaan sebagai berikut:

0 1
= �
sinh � − � sinh � − ( )
� 0

=− sinh � − (1 − cos � )
� ℎ� �2 ℎ�

sinh � cos �
=− − + (3.3.36)
� ℎ� �2 ℎ� � 2 cos �

Penurunan nilai Mw yang merupakan hasil dari Mds pada persamaan dibawah ini,


=

cosh � Sin �
= − − (3.3.37)
ℎ� �cos �

Universitas Sumatera Utara


Adapun perbandingan perumusan antara core-wall terbuka dan tertutup

Gambar 3.3.5. Core-wall tertutup dan Core-wall terbuka

Berikut terlampir tabel yang berisikan perbandingan perumusan core-wall

terbuka dan tertutup. Adapun dari perbandingan tersebut mempunyai persamaan dan

perbedaan perumusan diantata kedua core-wall tersebut.

Tabel 3.3.3 Perbandingan Perumusan Core-wall Terbuka dan Core-wall Tertutup

No Rumusan Core-wall tertutup Core-wall terbuka


1 Modulus Geser
2(1 + �) 2(1 + �)
2 Titik Berat Sumbu x 1 1
2 2

3 Titik Berat Sumbu y 1 2

2 ( +2 )
4 Inersia Sumbu x 2 1 3 2
( +3 ) 2. + 2. . .
6 12

5 Inersia Sumbu y 2 1 1 2
3
( +3 ) + 2. ( )
6 12 2
6 Beban Lentur sb x . .

7 Beban Lentur sb y . .

8 ds
∮ 2 +2 2 +2
t
9 Momen Inersia Polar Jp 2 1
4 3
3

Universitas Sumatera Utara


10 Sudut Rotasi ᴪ 2 2
∮ ∮
11 Kombinasi Kordinat 3 unit 5 unit
Sistem Asal
12 tan 2 2 ẍӱ 2 ẍӱ
ẍẍ − ӱӱ ẍẍ − ӱӱ

13 Gaya Section Properties 1 1


Warping = ẍẍ + ӱẏ ± ẍẍ + ӱẏ ±
2 2
1 2 1 2
( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ ( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ
2 2
14 Gaya Section Properties ẅẅ + ӱ −ӱ ẅẍ − ẅẅ + ӱ −ӱ ẅẍ −
warping
(ẍ − ẍ ) ẅӱ (ẍ − ẍ ) ẅӱ

15 Tegangan Geser
( , ) . .
( )
∮ ∮ ( )
− ( ) − ( )
∮ ∮ ( )

16 Tegangan Langsung ( ). ( ) ( ). ( )
( )
17 Mw Jepit Bebas sinh � sinh �
− −
� ℎ� � ℎ�
− −
ℎ��2 ℎ� �2
cos � cos �
+ 2 + 2
� cos � � cos �
18 Mds Jepit Bebas cosh � cosh �
− −
� ℎ� � ℎ�
Sin � Sin �
− 2 − 2
� cos � � cos �
19 Faktor Pembebanan �
. .
. .

Universitas Sumatera Utara


3.4 Langkah – langkah Perhitungan

Langkah – langkah yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai


berikut:

1. Analisa tegangan lentur


a. Menentukan modulus elastisitas dan poisson rasio bahan
Modulus Elastisitas E = 20000 N/mm2

Poisson Ratio ν = 0,2

b. Meghitung nilai modulus geser


G=
2(1+�)
c. Menghitung nilai momen disepanjang bentang
. 2
=
2

d. Menghitung nilai titik berat tampang core-wall

 core-wall terbuka
2
.
=
( . +2 . )

1
y=
2

 core-wall tertutup
2
=
( +2 )
1
y=
2

e. Menghitung nilai inersia tampang core-wall


 core-wall terbuka
1 1
= . . 3 + 2. . . ( )2
12 2

1 1
= 2. . . 3
+ . . 2
+ 2. . .( − )2
12 2

Universitas Sumatera Utara


 core-wall tertutup
2
= ( +3 )
6
2
= ( +3 )
6

f. Menghitung nilai tegangan lentur


 Sumbu x
.
=

 Sumbu y
.
=

2. Analisa tegangan geser


a. Menghitung gaya geser disepanjang bentang

= = .

b. Menghitung tegangan geser pada titik yang ditinjau

c. Menghitung tegangan geser teori warping

∮ τds
0 =
∮( )

d. Menghitung distribusi tegangan geser setiap titik


= − 0

3. Analisa tegangan torsi dan warping


a. Menghitung momen inersia polar
 Core-wall Terbuka
1 3
=
3
 Core-wall Tertutup
4 2
Jp =

b. Menghitung sudut rotasi
2
ᴪ=

Universitas Sumatera Utara


c. Menghitung fungsi warping setiap titik
d. Menghitung section propeties 1 dan 2
e. Manghitung sudut putar antara sumbu lanjutan
2 ẍӱ
tan 2 =
ẍẍ − ӱӱ

f. Menghitung kordinat sistem titik pusat geser


ẅ ӱ . ẍẍ − ẅ ẍ. ẍӱ
ẍ −ẍ =
ẍẍ . ӱӱ − ẍӱ
2

ẅ ӱ ẍӱ − ẅ ẍ. ӱӱ
ӱ −ӱ =
ӱӱ − ẍӱ
2
ẍẍ .

g. Menentukan section properties sistem kordinat asal


h. Menghitung nilai bimoment dan momen torsi warping
 Bimoment
sinh � cos �
=− − 2 + 2
� ℎ� � ℎ� � cos �

 Momen torsi warping

cosh � Sin �
= − −
ℎ� �cos �

i. Menghitung tegangan torsi


( ). ( )
( )=

j. Menghitung tegangan geser warping


( )
( ) ∮ ( )
( , )= − ( )
( ). ∮ ()

Universitas Sumatera Utara


3.5 Bagan Alir Penelitian

MULAI

PENGUMPULAN
DATA

ANALISIS DATA

1. Analisa tegangan geser dan


lentur
2. Analisa bimoment
3. Analisa tegangan warping dan
torsi

ANALISA HASIL
PERHITUNGAN

Membandingkan hasil perhitungan


torsi pada core-wall terbuka dan
core-wall tertutup dengan metode
thin-walled

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 3.3.6 Bagan aliran penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

APLIKASI

4.1 Distribusi Core-wall Terbuka Penampang 1

x x
Y Y

z z
Wx

Torsi

z=32m z=32m

Wy
8m

8m
a=

a=

b=4m b=4m

Gambar 4.1.1 Beban lentur Gambar 4.1.2 Beban torsi

Universitas Sumatera Utara


4.1.1 Data-data Core-wall Terbuka Penampang 1
Wx
ta=200mm

tb=200mm

b=4m Y Wy

a=8m

Gambar 4.1.3 Tampang Core-wall terbuka penampang I

3 2 1

4
X a=8m

5 6 7
b=4m

Gambar 4.1.4 Titik tinjau pada core-wall terbuka penampang I


Diketahui :

Modulus Elastisitas E = 20000 N/mm2

Poisson Ratio ν = 0,2

20000
Modulus Geser G =
2(1+� )
= = 8333,33 N/mm2
2(1+0,2)

Universitas Sumatera Utara


4.1.2 Beban Lentur pada Core-wall Terbuka Penampang 1

Wy=100N/mm

3 2 1

4
X a=8m
Wx =100N/mm

t=200mm

5 6 7
b=4m

Gambar 4.1.5 Beban yang bekerja pada tampang core-wall terbuka penampang 1

 Beban Lentur Sejajar Sumbu x (z = 32000 mm)

2
.
=
2

2
100.
=
2

2
= 50.

2
=
( +2 )

40002
=
(8000 + (2. 4000))

= 1000

Universitas Sumatera Utara


1 1
= 2. . . 3
+ . . 2
+ 2. . . ( − )2
12 2

1
= 2. 200. 40003 + 8000.200. 10002 + 2.4000.200. 10002
12

= 3,2. 1012 4

.
=

50 2 . 1000
=
3,2. 1012

= 1,563. 10−8 . 2

= 1,563. 10−8 . 320002

2
= 16 /

 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

100
=
3,2. 1012

2
1 =0 /

Universitas Sumatera Utara


2000.200.4000 100
2 = 0+
200 3,2. 1012

= 2,5. 10−4 .

= 2,5. 10−4 . 32000

2
=8 /

4000.200.4000 100
3 =
200 3,2. 1012

= 5. 10−4 .

= 5. 10−4 . 32000

2
= 16 /

4000.200.4000 4000.200.2000 100


4 = +
200 200 3,2. 1012

= 7,5. 10−4 .

= 7,5. 10−4 . 32000

2
= 24 /

4000.200.4000 100
5 =
200 3,2. 1012

= 5. 10−4 .

= 5. 10−4 . 32000

2
= 16 /

Universitas Sumatera Utara


4000.200.4000 2000.200.4000 100
6 = −
200 200 1,6. 1012

= 2,5. 10−4 .

= 2,5. 10−4 . 32000

2
=8 /

2
7 =0 /

∮ ds

4000
1-3: 0 + 4 8 + 16 = 32000
6

8000
3-5: 16 + 4 24 + 16 = 170666
6

4000
5-7: 32 + 4 16 + 0 = 32000
6

Total ∮ ds = 32000 + 170666 + 32000 = 234666 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

234666
=− = −1956 N/mm
120

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan geser

1956
Pada titik 1 : =0− = −9,78 / 2
200

1956
Pada titik 2 : =8− = −1,78 / 2
200

1956
Pada titik 3 : = 16 − = 6,22 / 2
200

1956
Pada titik 4 : = 24 − = 14,22 / 2
200

1956
Pada titik 5 : = 16 − = 6,22 / 2
200

1956
Pada titik 6 : =8− = −1,78 / 2
200

1956
Pada titik 7 : =0− = −9,78 / 2
200

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.1 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wx

z(mm) σz
0 0.00
1000 0.02
2000 0.06
3000 0.14
4000 0.25
5000 0.39
6000 0.56
7000 0.77
8000 1.00
9000 1.27
10000 1.56
11000 1.89
12000 2.25
13000 2.64
14000 3.06
15000 3.52
16000 4.00
17000 4.52
18000 5.06
19000 5.64
20000 6.25
21000 6.89
22000 7.56
23000 8.27
24000 9.00
25000 9.77
26000 10.56
27000 11.39
28000 12.25
29000 13.14
30000 14.06
31000 15.02
32000 16.00

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.2 Variasi nilai tegangan geser akibat Wx

z(mm) τ1 τ2 τ3 τ4 τ5 τ6 τ7
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 -0.31 -0.06 0.19 0.44 0.19 -0.06 -0.31
2000 -0.61 -0.11 0.39 0.89 0.39 -0.11 -0.61
3000 -0.92 -0.17 0.58 1.33 0.58 -0.17 -0.92
4000 -1.22 -0.22 0.78 1.78 0.78 -0.22 -1.22
5000 -1.53 -0.28 0.97 2.22 0.97 -0.28 -1.53
6000 -1.83 -0.33 1.17 2.67 1.17 -0.33 -1.83
7000 -2.14 -0.39 1.36 3.11 1.36 -0.39 -2.14
8000 -2.44 -0.44 1.56 3.56 1.56 -0.44 -2.44
9000 -2.75 -0.50 1.75 4.00 1.75 -0.50 -2.75
10000 -3.06 -0.56 1.94 4.44 1.94 -0.56 -3.06
11000 -3.36 -0.61 2.14 4.89 2.14 -0.61 -3.36
12000 -3.67 -0.67 2.33 5.33 2.33 -0.67 -3.67
13000 -3.97 -0.72 2.53 5.78 2.53 -0.72 -3.97
14000 -4.28 -0.78 2.72 6.22 2.72 -0.78 -4.28
15000 -4.58 -0.83 2.92 6.67 2.92 -0.83 -4.58
16000 -4.89 -0.89 3.11 7.11 3.11 -0.89 -4.89
17000 -5.19 -0.94 3.31 7.56 3.31 -0.94 -5.19
18000 -5.50 -1.00 3.50 8.00 3.50 -1.00 -5.50
19000 -5.81 -1.06 3.69 8.44 3.69 -1.06 -5.81
20000 -6.11 -1.11 3.89 8.89 3.89 -1.11 -6.11
21000 -6.42 -1.17 4.08 9.33 4.08 -1.17 -6.42
22000 -6.72 -1.22 4.28 9.78 4.28 -1.22 -6.72
23000 -7.03 -1.28 4.47 10.22 4.47 -1.28 -7.03
24000 -7.33 -1.33 4.67 10.67 4.67 -1.33 -7.33
25000 -7.64 -1.39 4.86 11.11 4.86 -1.39 -7.64
26000 -7.94 -1.44 5.06 11.56 5.06 -1.44 -7.94
27000 -8.25 -1.50 5.25 12.00 5.25 -1.50 -8.25
28000 -8.56 -1.56 5.44 12.44 5.44 -1.56 -8.56
29000 -8.86 -1.61 5.64 12.89 5.64 -1.61 -8.86
30000 -9.17 -1.67 5.83 13.33 5.83 -1.67 -9.17
31000 -9.47 -1.72 6.03 13.78 6.03 -1.72 -9.47
32000 -9.78 -1.78 6.22 14.22 6.22 -1.78 -9.78

Universitas Sumatera Utara


a (N/mm2) z (N/mm2)

0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00

10.00
12.00
14.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00

16.00
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000

z (mm)
15000 15000
z (mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000

akibat Wx
20000 20000
21000 21000
ketinggian akibat Wx

22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
Gambar 4.1.6 Grafik hubungan tegangan lentur dan

30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1.7 Grafik hubungan tegangan geser dan ketinggian
Distribusi tegangan lentur

16
16 +
- 16

+
16
-
16
+
16

Distribusi tegangan geser

6,22
6,22 +
- 9,77

14,22
+
9,77
-
6,22
6,22
+

Gambar 4.1.8 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wx

Universitas Sumatera Utara


 Beban Lentur Sejajar Sumbu y (z = 32000 mm)

2
.
=
2

2
100.
=
2

2
= 50.

1
=
2

1
= 8000
2

= 4000

1 3
1 2
= . . + 2. . . ( )
12 2

1 1
= 200. 80003 + 2. 4000.200. ( 8000)2
12 2

= 3,413. 1013 4

.
=

50 2 . 4000
=
3,413. 1013

= 5,86. 10−9 . 2

= 5,86. 10−9 . 320002

2
=6 /

Universitas Sumatera Utara


 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

100
=
3,413. 1013

2
1 =0 /

2000.200.4000 100
2 = 0+
200 3,413. 1013

= 2,34. 10−5 .

= 2,34. 10−5 . 32000

2
= 0,75 /

4000.200.4000 100
3 =
200 3,413. 1013

= 4,68. 10−5 .

= 2,68. 10−5 . 32000

2
= 1,5 /

Universitas Sumatera Utara


4000.200.4000 4000.200.2000 100
4 = +
200 200 3,413. 1013

= 7,03. 10−5 .

= 7,03. 10−5 . 32000

2
= 2,25 /

4000.200.4000 100
5 =
200 3,413. 1013

= 4,68. 10−5 .

= 4,68. 10−5 . 32000

2
= 1,5 /

4000.200.4000 2000.200.4000 100


6 = −
200 200 3,413. 1013

= 2,34. 10−5 .

= 2,34. 10−5 . 32000

2
= 0,75 /

2
7 =0 /

Universitas Sumatera Utara


∮ ds

4000
1-3: 0 + 4 0,75 + 1,5 = 3000
6

8000
3-5: 1,5 + 4 2,25 + 1,5 = 16000
6

4000
5-7: 1,5 + 4 0,75 + 0 = 3000
6

Total ∮ ds = 3000+16000+3000= 22000 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

22000
=− = −183 N/mm
120

Distribusi tegangan geser

183
Pada titik 1 : =0− = −0,92 / 2
200

183
Pada titik 2 : = 0,75 − = −0,17 / 2
200

183
Pada titik 3 : = 1,5 − = 0,58 / 2
200

183
Pada titik 4 : = 2,25 − = 1,33 / 2
200

183
Pada titik 5 : = 1,5 − = 0,58 / 2
200

Universitas Sumatera Utara


183
Pada titik 6 : = 0,75 − = −0,17 / 2
200

183
Pada titik 7 : =0− = −0,92 / 2
200

183
Pada titik 1 : =0− = −0,92 / 2
200

Tabel 4.1.3 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wy

z(mm) σz
0 0.00
1000 0.01
2000 0.02
3000 0.05
4000 0.09
5000 0.15
6000 0.21
7000 0.29
8000 0.38
9000 0.47
10000 0.59
11000 0.71
12000 0.84
13000 0.99
14000 1.15
15000 1.32
16000 1.50
17000 1.69
18000 1.90
19000 2.12
20000 2.34
21000 2.58
22000 2.84
23000 3.10
24000 3.38
25000 3.66
26000 3.96
27000 4.27
28000 4.59
29000 4.93
30000 5.27
31000 5.63
32000 6.00

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.4 Variasi nilai tegangan geser akibat Wy

z(mm) τ1 τ2 τ3 τ4 τ5 τ6 τ7
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 -0.03 -0.01 0.02 0.04 0.02 -0.01 -0.03
2000 -0.06 -0.01 0.04 0.08 0.04 -0.01 -0.06
3000 -0.09 -0.02 0.05 0.13 0.05 -0.02 -0.09
4000 -0.11 -0.02 0.07 0.17 0.07 -0.02 -0.11
5000 -0.14 -0.03 0.09 0.21 0.09 -0.03 -0.14
6000 -0.17 -0.03 0.11 0.25 0.11 -0.03 -0.17
7000 -0.20 -0.04 0.13 0.29 0.13 -0.04 -0.20
8000 -0.23 -0.04 0.15 0.33 0.15 -0.04 -0.23
9000 -0.26 -0.05 0.16 0.38 0.16 -0.05 -0.26
10000 -0.29 -0.05 0.18 0.42 0.18 -0.05 -0.29
11000 -0.31 -0.06 0.20 0.46 0.20 -0.06 -0.31
12000 -0.34 -0.06 0.22 0.50 0.22 -0.06 -0.34
13000 -0.37 -0.07 0.24 0.54 0.24 -0.07 -0.37
14000 -0.40 -0.07 0.25 0.58 0.25 -0.07 -0.40
15000 -0.43 -0.08 0.27 0.63 0.27 -0.08 -0.43
16000 -0.46 -0.08 0.29 0.67 0.29 -0.08 -0.46
17000 -0.49 -0.09 0.31 0.71 0.31 -0.09 -0.49
18000 -0.52 -0.09 0.33 0.75 0.33 -0.09 -0.52
19000 -0.54 -0.10 0.35 0.79 0.35 -0.10 -0.54
20000 -0.57 -0.10 0.36 0.83 0.36 -0.10 -0.57
21000 -0.60 -0.11 0.38 0.88 0.38 -0.11 -0.60
22000 -0.63 -0.11 0.40 0.92 0.40 -0.11 -0.63
23000 -0.66 -0.12 0.42 0.96 0.42 -0.12 -0.66
24000 -0.69 -0.13 0.44 1.00 0.44 -0.13 -0.69
25000 -0.72 -0.13 0.45 1.04 0.45 -0.13 -0.72
26000 -0.74 -0.14 0.47 1.08 0.47 -0.14 -0.74
27000 -0.77 -0.14 0.49 1.13 0.49 -0.14 -0.77
28000 -0.80 -0.15 0.51 1.17 0.51 -0.15 -0.80
29000 -0.83 -0.15 0.53 1.21 0.53 -0.15 -0.83
30000 -0.86 -0.16 0.55 1.25 0.55 -0.16 -0.86
31000 -0.89 -0.16 0.56 1.29 0.56 -0.16 -0.89
32000 -0.92 -0.17 0.58 1.33 0.58 -0.17 -0.92

Universitas Sumatera Utara


b (N/mm2) z (N/mm2)

0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00

0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
15000

z (mm)
15000
z (mm)

16000 16000
17000
17000 18000
18000 19000
19000 20000
20000
ketinggian akibat Wy

ketinggian Akibat Wy
21000
21000 22000
22000 23000
23000 24000
24000 25000
25000 26000
26000 27000
27000 28000
28000
Gambar 4.1.9 Grafik hubungan tegangan lentur dan

Gambar 4.1.10 Grafik hubungan tegangan geser dan

29000
29000 30000
30000 31000
31000 32000
32000

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan lentur

6
6 +
- 6

+
6
-
6
+
6

Distribusi tegangan geser

0,58
0,58 +
- 0,92

1,33
+
0,92
-
0,58
0,58
+

Gambar 4.1.11 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wy


akibatakb

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Beban Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang 1

3 2 1

B,V

4
T X a=8m

t=200mm

5 6 7
b=4m

Gambar 4.1.12 Titik tinjau torsi pada core-wall terbuka penampang 1

1 3
=
3

1
= 8000 + 4000 + 4000 . 2003
3

= 4,266. 1010

2
ᴪ=

2(8000 4000)
ᴪ= = 533333,33 2
8000 4000
2 + 2( )
2000 200

Universitas Sumatera Utara


Titik B dan V ditempatkan pada sembarang titik (di ambil titik 3) untuk perhitungan

fungsi warping, yaitu :

a. Fungsi warping (ẇ )

1-3:ẇ =0

3-5:ẇ =0

5-7:ẇ = − 0
8000

= −8000 4000

= −3,2 . 107

b. Fungsi linear warping

1 - 3 : ẇ = 4000 4000 = 1,6 . 107

3 - 5 : ẇ = 1000 8000 = 0,8 . 107

5 - 7 : ẇ = 1,6 . 107 − 0,8 . 107 = 0,8 . 107

c. Warping akibat V

1 - 3 : ẇ = −1000 4000 = −0,4 . 107

3 - 5 : ẇ = −0,4. 107 + 1,6. 107 = 1,2 . 107

5 - 7 : ẇ = 1000 4000 = 0,4. 107

Universitas Sumatera Utara



d. ẇ ( ) = 0
[ − ]

4000 533333 ,33


1 : ẇ1 = 0
[0 − 200
] = −2666,67 4000 = −1,066. 107

8000 533333 ,33


7 : ẇ7 = −1,066. 107 + 0
[4000 − 200 ] =0

8000 533333 ,33


5 : ẇ5 = 0 + 0
[8000 − ] = 2,134 . 107
200

8000 533333 ,33


3 : ẇ3 = 2,134 . 107 + 0
[0 − 200 ] =0

e. Fungsi warping (ẇ 1 )
4000 533333 ,33
1 : ẇ1 = 0
[4000 − 200 ] = 0,534. 107

8000 533333 ,33


7 : ẇ7 = 0,534. 107 + 0
[2000 − 200 ] =0

4000 533333 ,33


5 : ẇ5 = 0 + 0
[4000 − 200 ] = 0,534 . 107

8000 533333 ,33


3 : ẇ3 = 0,534 . 107 + 0
[2000 − 200 ] =0

f. Fungsi warping (ẇ 2 )
4000 533333 ,33
3 : ẇ3 = 0
[2000 − 200 ] = −0,266. 107

2000 533333 ,33


5 : ẇ5 = −0,266. 107 + 0
[4000 − 200 ] =0

8000 533333 ,33


7 : ẇ7 = 0 + 0
[2000 − 200 ] = −0,532 . 107

4000 533333 ,33


1 : ẇ1 = −0,532 . 107 + 0
[4000 − ] =0
200

Universitas Sumatera Utara


7
0,4.10
+ 7
--
B,V V 1,6.10 7
0,4.10
+ 1,2.10 7

B B V

7 +
- 3,2.10
+ 0,8.10
7
0,4.10
7
+ 7
0,8.10
7
0,4.10
7 - 0,4.10

(a) (b) (c)

7
0,534.10
7 7 7
B,V 1,066.10 V + 0,534.10 0,266.10
- 1,066.107 + 0,266.10
7 -

B V B

7
+ + - 0,532.10
7 7 7
2,134.10
7 + 0,534.10
0,534.10
7 + 0,532.10
2,134.10
(d) (e) (f)

Gambar 4.1.13 Perubahan fungsi ẇ dengan titik kordinat asal

Syarat-syarat untuk perhitungan section properties adalah

1. Koordinat sistem asal A(ẋ,ẏ,ż).

ẇ = ẇ ≠ 0,

2. Koordinat sistem lanjutan S (ẍ,ӱ,ż).

ẅ = ẅ = 0,

Universitas Sumatera Utara


+ 4000

+ 4000 + 8000

~
8000
~
- 3,2.10
7
X Y ~
w

Gambar 4.1.14 Section Propeties sistem kordinat 1

Penyelesaian selanjutnya dihitung dengan mengunakan bantuan tabel (3.3.1) maka,

= 8000 200 + 2 4000 200 = 3,2. 106 2

4000 200 4000 4000 200 4000


ẋ = 1ẋ = + = 3,2. 109 3
2 2

8000 200 8000


ẏ = 1ẏ = + 4000.200.8000 = 1,28. 1010 3
2

4000 200 3,2. 107


ẇ = 1ẇ =− = −1,28. 1013 4
2

Lokasi titik berat (sentroid) dari penampang dicari dengan

ẋ 3,2. 109
ẋ = = = 1000
3,2. 106

ẏ 1,28. 1010
ẏ = = = 4000
3,2. 106

ẇ −1,28. 1013
ẇ0 = = = −0,4. 107 2
3,2. 106

Universitas Sumatera Utara


1000 + 3000 4000 0,4.10
7
-1000 + 0,4.10
7
- - 4000

+ 3000 + + 4000 0,4.10


7
+
- 4000
- 2,8.10
7
1000 ~ ~ ~
X Y w

Gambar 4.1.15 Section Propeties sistem kordinat 2

Maka,

4000 200 4000 4000 4000 200 4000 4000


ẋẋ = 1ẋ2 = +
3 3

= 8,532. 1012 4

8000 200 8000 8000


ẏẏ = 1ẏ2 = + 4000 200 8000 8000
3

= 8,532. 1013 4

2
4000 200 −3,2. 107 −3,2. 107
ẇẇ = 1ẇ =
3

= 2,73. 1020 6

4000 200 4000 8000


ẋẏ = ẋẏ = = 1,28. 1013 4
2

4000 200 4000 (−3,2. 107 )


ẋẇ = ẋẇ = = −3,412. 1014 5
3

Universitas Sumatera Utara


4000 200 8000 (−3,2. 107 )
ẏẇ = ẏẇ = = −1,024. 1017 5
2

Maka didapat,

ẋ ẏ 3,2. 109 . 1,28. 1010


ẍӱ = ẋẏ − = 1,28. 10 13
− =0 4
3,2. 106

ẋ ẇ 3,2. 109 . (−1,28. 1013 )


ẋẇ − = −3,412. 1016 − = −2,132. 1016 5
ẍẅ =
3,2. 106

ẏ ẇ 1,28. 1010 . (−1,28. 1013 )


ӱẅ = ẏẇ − = −1,024. 1017 − = −5,12. 1016 5
3,2. 106

2
ẋ (3,2. 109 )2
ẍẍ = ẋẍ − = 8,532. 10 12
− = 5,332. 1012 4
3,2. 106

2
ẏ (1,28. 1010 )2
ӱӱ = ẏẏ − = 8,532. 10 13
− = 3,412. 1013 4
3,2. 106

2
ẇ (−1,28. 1013 )2
ẇẇ − = 2,73. 1020 − = 2,218. 1020 6
ẅẅ =
3,2. 106

Sudut putar antara sumbu lanjutan (intermediate) dan sumbu utama kemudian dicari

dengan rumus

2 ẍӱ
tan 2 =
ẍẍ − ӱӱ

2 (0)
tan 2 =
5,332. 1012 − 3,412. 1013

tan 2 =0

= 00

Universitas Sumatera Utara


sehingga

= ẍ cos + ӱ sin

= ẍ cos 0 + ӱ sin 0

=ẍ

= −ẍ sin + ӱ cos

= −ẍ sin 0 + ӱ cos 0

Koordinat sistem dari titik pusat geser M kemudian dihitung dengan

ẅ ӱ . ẍẍ − ẅ ẍ. ẍӱ
ẍ −ẍ =
ẍẍ . ӱӱ − ẍӱ
2

−5,12. 1016 5,332. 1012 − 0


=
5,332. 1012 3,412. 1013 − 02

= −1500

ẅ ӱ ẍӱ − ẅ ẍ. ӱӱ
ӱ −ӱ =
ӱӱ − ẍӱ
2
ẍẍ .

0 − −2,132. 1016 3,412. 1013


=
5,332. 1012 3,412. 1013 − 02

= 4000

= ẅ + ӱ −ӱ ẍ− ẍ −ẍ ӱ

= ẅ + 4000 ẍ + 1500 ӱ

Universitas Sumatera Utara


Setelah didapat kordinat titik sentroid (M) maka kordinat titik asal berpindah ke titik

S (1000,4000), maka

Titik 1 : ẍ = 3000mm ӱ = -4000mm

Titik 2 : ẍ = 1500mm ӱ = -4000mm

Titik 3 : ẍ = -1000mm ӱ = -4000mm

Titik 4 : ẍ = -1000mm ӱ= 0mm

Titik 5 : ẍ = -1000mm ӱ = 4000mm

Titik 6 : ẍ = 1500mm ӱ = 4000mm

Titik 7 : ẍ = 3000mm ӱ = 4000mm

Persamaan = ẅ + 4000 ẍ + 1500 ӱ , maka

Titik 1 : = 0,4. 107 + 4000 3000 + 1500 (−4000) = 1,0. 107 mm2

Titik 2 : = 0,4. 107 + 4000 1500 + 1500 (−4000) = 0,2. 107 mm2

Titik 3 : = 0,4. 107 + 4000 −1000 + 1500 (−4000) = −0,6. 107 mm2

Titik 4 : = 0,4. 107 + 4000 −1000 + 1500 (0) = 0 mm2

Titik 5 : = 0,4. 107 + 4000 −1000 + 1500 (4000) = 0,6. 107 mm2

Titik 6 : = −1,2. 107 + 4000 1500 + 1500 (4000) = −0,2. 107 mm2

Titik 7 : = −2,8. 107 + 4000 3000 + 1500 (4000) = −1,0. 107 mm2

Universitas Sumatera Utara


+ 3000 7
--
1000 4000 0,6.10
-1000 + 1,0.10 7
- - 4000

S S S
-

+ 3000 + + 4000
0,6.10 +
7 - 1,0.10
7
- 4000 +
1000
~ ~ ~
X Y w

Gambar 4.1.16 Section Propeties Sistem kordinat asal

1 1 2
= = ( ẍẍ + ӱẏ ) ± ( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ
2 2

1 1
= (5,332. 1012 ± 3,412. 1013 ) ± (5,332. 1013 − 3,412. 1013 )2 + 0
2 2

= 1,973. 1013 ± 1,439. 1013

= 3,412. 1013 mm2 0,534. 1013 mm2

dimana 3,412. 1013 mm2 adalah merupakan sumbu kuat dan 0,534. 1013 mm2

merupakan sumbu lemah untuk lentur yang terjadi.

= ẅẅ + ӱ −ӱ ẅẍ − (ẍ − ẍ ) ẅӱ

= 2,218. 1020 + 4000 (−2,132. 1016 ) − (−1500) (−5,12. 1016 )

= 2,218. 1020 − 0,853. 1020 − 0,768. 1020

= 0,597. 1020 mm6

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Bimoment pada Perletakan Jepit Bebas pada Core-wall Terbuka

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)

Gambar 4.1.17 Bimoment pada perletakan jepit bebas

Nilai bimoment untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

sinh � cos �
=− − 2 +
� ℎ� � ℎ� �2 cos �

Nilai momen torsi warping untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

cosh � Sin �
= − −
ℎ� �cos �

. 8,33. 103 4,266. 1010


�= = = 1,725. 10−5 −1
. 2. 104 0,597. 1020

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.5 Variasi nilai MDS dan Mw

z(mm) Mw (Nmm2) MDS (Nmm)


13
1000 -2,72.10 -2,85.1010
2000 -5,36.1013 -2,94.1010
3000 -7,92.1013 -3,03.1010
4000 -1,04.1014 -3,12.1010
5000 -1,28.1014 -3,21.1010
6000 -1,51.1014 -3,30.1010
7000 -1,73.1014 -3,39.1010
8000 -1,94.1014 -3,49.1010
9000 -2,15.1014 -3,58.1010
10000 -2,35.1014 -3,68.1010
11000 -2,54.1014 -3,77.1010
12000 -2,72.1014 -3,87.1010
13000 -2,89.1014 -3,97.1010
14000 -3,06.1014 -4,07.1010
15000 -3,22.1014 -4,17.1010
16000 -3,37.1014 -4,28.1010
17000 -3,51.1014 -4,38.1010
18000 -3,65.1014 -4,48.1010
19000 -3,78.1014 -4,59.1010
20000 -3,90.1014 -4,70.1010
21000 -4,01.1014 -4,81.1010
22000 -4,12.1014 -4,92.1010
23000 -4,22.1014 -5,03.1010
24000 -4,31.1014 -5,14.1010
25000 -4,39.1014 -5,26.1010
26000 -4,47.1014 -5,38.1010
27000 -4,54.1014 -5,49.1010
28000 -4,60.1014 -5,61.1010
29000 -4,65.1014 -5,74.1010
30000 -4,70.1014 -5,86.1010
31000 -4,74.1014 -5,98.1010
32000 -4,77.1014 -6,11.1010

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1.18 Grafik nilai Mw terhadap ketinggian
0.00E+00

-1.00E+14

-2.00E+14
Mw (Nmm2)

-3.00E+14

-4.00E+14

-5.00E+14

-6.00E+14
2000
1000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0

15000

28000
29000
10000
11000
12000
13000
14000
16000
17000
18000
19000
20000
21000
22000
23000
24000
25000
26000
27000

30000
31000
32000
z(mm)

Gambar 4.1.19 Grafik nilai Mds terhadap


0.00E+00
ketinggian

-1.00E+10
MDs (Nmm)

-2.00E+10

-3.00E+10

-4.00E+10

-5.00E+10

-6.00E+10

-7.00E+10
0

14000

19000

24000
10000
11000
12000
13000
15000
16000
17000
18000
20000
21000
22000
23000
25000
26000
27000
28000
29000
30000
31000
32000
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000

z(mm)

Untuk mendapatkan nilai ( ), digunakan tabel (3.3.1) integral volume dan

nilai w diambil dari nilai koordinat sistem utama. Profil yang tertutup dibuka dengan

pemotongan secara memanjang searah sumbu z pada titik tertentu (titik 1 dipilih dan

mulai dilakukan perhitungan ke titik 2 dan seterusnya)

Universitas Sumatera Utara


4
1 =0

2000 200
2 =0+ (1,0. 107 + 0,2. 107 ) = 2,4. 1012 4
2

4000 200
3 = 0,2. 107 + 0,6. 107 = −1,6. 1012 4
2

4000 200
4 = 1,6. 1012 + −0,6. 107 + 0 = −4. 1012 4
2

4000 200
5 = 0 + 0,6. 107 = 2,4. 1012 4
2

2000 200
6 = 2,4. 1012 + 0,6. 107 ± −0,2. 107 = 3,2. 1012 4
2

4
7 = 0

( )
( )

4000
1-3:
6.200
0 + 4 2,4. 1012 − 1,6. 1012 = 2,67. 1013 4

8000
3-5:
6.200
−1,6. 1012 − 4 4. 1012 + 2,4. 1012 = −10,13. 1013 4

4000
5-7: 2,4. 1012 + 4 (3,2. 1012 ) + 0 = 5,07. 1013 4
6.200

( )
Total ∮ = 2,67. 1013 − 10,13. 1013 + 5,07. 1013 = −2,39. 1013 4
( )

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

Universitas Sumatera Utara


sehingga

( )
∮ ( ) −2,39. 1013
= = −2. 1011 4
120
∮ ( )

Diambil beberapa titik (misalkan 1,2) untuk mendapatkan tegangan geser warping

dan tegangan torsi dengan ketinggian 32000 mm dengan = −6,11. 1010 Nmm

dan = −4,77. 1014 Nmm2

( )
( ) ∮ ( )
( , )= − ( )
( ).
∮ ( )

−6,11. 1010
(32000,1) = −2. 1011 − 0
200 0,597. 1020

2
= 1,02 /

−6,11. 1010
(32000,2) = −2. 1011 − 2,4. 1012
200 0,597. 1020

2
= 13,31 /

. ( )
( )=

−4,77. 1014 . (1,0. 107 )


(1) =
0,597. 1020

= −79,92 / 2

Universitas Sumatera Utara


−4,77. 1014 . 0,2. 107 )
(2) =
0,597. 1020

= −15,98 / 2

Tabel 4.1.6 Variasi nilai tegangan geser warping (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7
1000 0.48 6.22 -3.35 -9.08 6.22 8.13 0.48
2000 0.49 6.41 -3.45 -9.36 6.41 8.38 0.49
3000 0.51 6.60 -3.55 -9.65 6.60 8.63 0.51
4000 0.52 6.79 -3.66 -9.93 6.79 8.89 0.52
5000 0.54 6.99 -3.76 -10.22 6.99 9.14 0.54
6000 0.55 7.19 -3.87 -10.51 7.19 9.40 0.55
7000 0.57 7.39 -3.98 -10.80 7.39 9.67 0.57
8000 0.58 7.60 -4.09 -11.10 7.60 9.93 0.58
9000 0.60 7.80 -4.20 -11.40 7.80 10.20 0.60
10000 0.62 8.01 -4.31 -11.71 8.01 10.47 0.62
11000 0.63 8.22 -4.43 -12.01 8.22 10.75 0.63
12000 0.65 8.43 -4.54 -12.32 8.43 11.03 0.65
13000 0.67 8.65 -4.66 -12.64 8.65 11.31 0.67
14000 0.68 8.87 -4.77 -12.96 8.87 11.59 0.68
15000 0.70 9.09 -4.89 -13.28 9.09 11.88 0.70
16000 0.72 9.31 -5.01 -13.61 9.31 12.17 0.72
17000 0.73 9.54 -5.13 -13.94 9.54 12.47 0.73
18000 0.75 9.76 -5.26 -14.27 9.76 12.77 0.75
19000 0.77 10.00 -5.38 -14.61 10.00 13.07 0.77
20000 0.79 10.23 -5.51 -14.95 10.23 13.38 0.79
21000 0.81 10.47 -5.64 -15.30 10.47 13.69 0.81
22000 0.82 10.71 -5.77 -15.65 10.71 14.00 0.82
23000 0.84 10.95 -5.90 -16.01 10.95 14.32 0.84
24000 0.86 11.20 -6.03 -16.37 11.20 14.65 0.86
25000 0.88 11.45 -6.17 -16.74 11.45 14.97 0.88
26000 0.90 11.71 -6.30 -17.11 11.71 15.31 0.90
27000 0.92 11.96 -6.44 -17.48 11.96 15.64 0.92
28000 0.94 12.22 -6.58 -17.87 12.22 15.98 0.94
29000 0.96 12.49 -6.72 -18.25 12.49 16.33 0.96
30000 0.98 12.76 -6.87 -18.64 12.76 16.68 0.98
31000 1.00 13.03 -7.02 -19.04 13.03 17.04 1.00
32000 1.02 13.31 -7.16 -19.45 13.31 17.40 1.02

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.7 Variasi nilai tegangan torsi (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7
1000 -4.56 -0.91 2.74 0.00 -2.74 0.91 4.56
2000 -8.98 -1.80 5.39 0.00 -5.39 1.80 8.98
3000 -13.26 -2.65 7.96 0.00 -7.96 2.65 13.26
4000 -17.40 -3.48 10.44 0.00 -10.44 3.48 17.40
5000 -21.40 -4.28 12.84 0.00 -12.84 4.28 21.40
6000 -25.25 -5.05 15.15 0.00 -15.15 5.05 25.25
7000 -28.98 -5.80 17.39 0.00 -17.39 5.80 28.98
8000 -32.56 -6.51 19.54 0.00 -19.54 6.51 32.56
9000 -36.01 -7.20 21.61 0.00 -21.61 7.20 36.01
10000 -39.33 -7.87 23.60 0.00 -23.60 7.87 39.33
11000 -42.51 -8.50 25.51 0.00 -25.51 8.50 42.51
12000 -45.56 -9.11 27.34 0.00 -27.34 9.11 45.56
13000 -48.48 -9.70 29.09 0.00 -29.09 9.70 48.48
14000 -51.27 -10.25 30.76 0.00 -30.76 10.25 51.27
15000 -53.93 -10.79 32.36 0.00 -32.36 10.79 53.93
16000 -56.46 -11.29 33.87 0.00 -33.87 11.29 56.46
17000 -58.86 -11.77 35.32 0.00 -35.32 11.77 58.86
18000 -61.13 -12.23 36.68 0.00 -36.68 12.23 61.13
19000 -63.28 -12.66 37.97 0.00 -37.97 12.66 63.28
20000 -65.30 -13.06 39.18 0.00 -39.18 13.06 65.30
21000 -67.20 -13.44 40.32 0.00 -40.32 13.44 67.20
22000 -68.97 -13.79 41.38 0.00 -41.38 13.79 68.97
23000 -70.62 -14.12 42.37 0.00 -42.37 14.12 70.62
24000 -72.14 -14.43 43.29 0.00 -43.29 14.43 72.14
25000 -73.54 -14.71 44.13 0.00 -44.13 14.71 73.54
26000 -74.82 -14.96 44.89 0.00 -44.89 14.96 74.82
27000 -75.97 -15.19 45.58 0.00 -45.58 15.19 75.97
28000 -77.01 -15.40 46.20 0.00 -46.20 15.40 77.01
29000 -77.92 -15.58 46.75 0.00 -46.75 15.58 77.92
30000 -78.71 -15.74 47.22 0.00 -47.22 15.74 78.71
31000 -79.37 -15.87 47.62 0.00 -47.62 15.87 79.37
32000 -79.92 -15.98 47.95 0.00 -47.95 15.98 79.92

Universitas Sumatera Utara


τb N/mm2 τb N/mm2

0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
-25.00
-20.00
-10.00
0.00

-15.00

10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
-5.00

0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
z(mm)

z(mm)
15000 15000

z(mm)
z(mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000

ketinggian pada sumbu y


ketinggian pada sumbu x

21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
Gambar 4.1.21 Grafik hubungan tegangan geser warping dan
Gambar 4.1.20 Grafik hubungan tegangan geser warping dan

30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


τw N/mm2 w (σ/mm2)

0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00

0.00
2.00
6.00
8.00

4.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
0
0 1000
1000 2000
2000 3000
3000 4000
4000 5000
5000 6000
6000 7000
7000 8000
8000 9000
9000 10000
10000 11000
11000 12000
12000 13000
13000 14000
14000 15000

z(mm)
15000

z(mm)
16000
z(mm)

sumbu y
16000
17000 17000
18000 18000
pada sumbu x

19000 19000
20000 20000
21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
30000 30000
31000 31000
Gambar 4.1.22 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian

Gambar 4.1.23 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian pada

32000 32000

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan torsi Distribusi tegangan geser warping
13,31

47,95
15,98
- 79,92 7,16
- + 1,02
++47,95
-
19,45

- + 79,92 + 1,02
47,95 - 13,31
15,98 +
17,9

Gambar 4.1.24 Distribusi tegangan torsi dan distribusi tegangan geser warping

4.1.5 Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Terbuka

Kombinasi tegangan antara lentur dan torsi pada core-wall adalah sebagai

berikut:

1. Tegangan lentur dan Torsi searah sumbu z

total max = 16 + 6 + 79,92 = 101,92 N/mm2

2. Tegangan geser searah sumbu x dan y

a) Tegangan geser searah sumbu x

tot max= 1,33 + 14,22 = 15,55 N/mm2

b) Tegangan geser searah sumbu y

tot max = 0,58 – 9,78 = -9,2 N/mm2

Universitas Sumatera Utara


4.2 Distribusi Core-wall Terbuka Pernampang II

4.2.1 Data-data Core-wall Terbuka Penampang II

ta=200mm

T
b=4m Y Wy

tb=400mm tb=400mm
X

a=8m

Gambar 4.2.1 Tampang core-wall terbuka penampang II

3 2 1

B,V

tb=400mm

4
T X a=8m

ta=200mm

tb=400mm

5 6 7
b=4m

Gambar 4.2.2 Titik tinjau pada core-wall terbuka penampang II

Modulus Elastisitas E = 20000 N/mm2

Poisson Ratio ν = 0,2

20000
Modulus Geser G =
2(1+� )
= = 8333,33 N/mm2
2(1+0,2)

Universitas Sumatera Utara


4.2.2 Beban Lentur pada Core-wall Terbuka Penampang II

Wy=100N/mm

3 2 1

tb=400mm

4
X a=8m
Wx =100N/mm

ta=200mm

tb=400mm

5 6 7
b=4m

Gambar 4.2.3 Beban yang bekerja pada tampang core-wall terbuka penampang II

 Beban Lentur Sejajar Sumbu x (z = 32000 mm)

2
.
=
2

2
100.
=
2

2
= 50.

2
.
=
( . +2 . )

40002
=
(8000.200 + 2. 4000.400)

= 333,33

Universitas Sumatera Utara


1 1
= 2. . . 3
+ . . 2
+ 2. . .( − )2
12 2

1
= 2. 400. 40003 + 8000.200. (333,33)2 + 2.4000.400. (2000 − 333,33)2
12

= 1,33. 1013 4

.
=

50 2 . 333,33
=
1,33. 1013

= 1,253. 10−9 . 2

= 1,253. 10−9 . 320002

2
= 1,28 /

 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

100
=
1,33. 1013

2
1 =0 /

Universitas Sumatera Utara


2000.400.4000 100
2 = 0+
400 1,33. 1013

= 6. 10−5 .

= 6. 10−5 . 32000

2
= 1,92 /

4000.400.4000 100
3 =
400 1,33. 1013

= 1,2. 10−4 .

= 1,2. 10−4 . 32000

2
= 3,84 /

4000.400.4000 4000.200.2000 100


4 = +
400 200 1,33. 1013

= 1,8. 10−4 .

= 1,8. 10−4 . 32000

2
= 5,76 /

4000.200.4000 100
5 =
200 1,33. 1013

= 1,2. 10−4 .

= 1,2. 10−4 . 32000

2
= 3,84 /

Universitas Sumatera Utara


4000.400.4000 2000.400.4000 100
6 = −
400 400 1,33. 1013

= 6. 10−5 .

= 6. 10−5 . 32000

2
= 1,92 /

2
7 =0 /

∮ ds

4000
1-3: 0 + 4 1,92 + 3,84 = 7680
6

8000
3-5: 3,84 + 4 5,76 + 3,84 = 40960
6

4000
5-7: 3,84 + 4 1,92 + 0 = 7680
6

Total ∮ ds = 7680 + 40960 + 7680 = 56320 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 400

= 100

56320
=− = −563 N/mm
100

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan geser

563
Pada titik 1 : =0− = −1,41 / 2
400

563
Pada titik 2 : = 1,92 − = 0,51 / 2
400

563
Pada titik 3 : = 3,84 − = 2,43 / 2
400

563
Pada titik 4 : = 5,76 − = 2,94 / 2
200

563
Pada titik 5 : = 3,84 − = 2,43 / 2
400

563
Pada titik 6 : = 1,92 − = 0,51 / 2
400

563
Pada titik 7 : =0− = −1,41 / 2
400

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2.1 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wx

z(mm) σz
0 0.00
1000 0.00
2000 0.01
3000 0.01
4000 0.02
5000 0.03
6000 0.05
7000 0.06
8000 0.08
9000 0.10
10000 0.13
11000 0.15
12000 0.18
13000 0.21
14000 0.25
15000 0.28
16000 0.32
17000 0.36
18000 0.41
19000 0.45
20000 0.50
21000 0.55
22000 0.61
23000 0.66
24000 0.72
25000 0.78
26000 0.85
27000 0.91
28000 0.98
29000 1.05
30000 1.13
31000 1.20
32000 1.28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2.2 Variasi nilai tegangan geser akibat Wx

z(mm) τ1 τ2 τ3 τ4 τ5 τ6 τ7
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 -0.04 0.02 0.08 0.09 0.08 0.02 -0.04
2000 -0.09 0.03 0.15 0.18 0.15 0.03 -0.09
3000 -0.13 0.05 0.23 0.28 0.23 0.05 -0.13
4000 -0.18 0.06 0.30 0.37 0.30 0.06 -0.18
5000 -0.22 0.08 0.38 0.46 0.38 0.08 -0.22
6000 -0.26 0.10 0.46 0.55 0.46 0.10 -0.26
7000 -0.31 0.11 0.53 0.64 0.53 0.11 -0.31
8000 -0.35 0.13 0.61 0.74 0.61 0.13 -0.35
9000 -0.40 0.14 0.68 0.83 0.68 0.14 -0.40
10000 -0.44 0.16 0.76 0.92 0.76 0.16 -0.44
11000 -0.48 0.18 0.84 1.01 0.84 0.18 -0.48
12000 -0.53 0.19 0.91 1.10 0.91 0.19 -0.53
13000 -0.57 0.21 0.99 1.20 0.99 0.21 -0.57
14000 -0.62 0.22 1.06 1.29 1.06 0.22 -0.62
15000 -0.66 0.24 1.14 1.38 1.14 0.24 -0.66
16000 -0.70 0.26 1.22 1.47 1.22 0.26 -0.70
17000 -0.75 0.27 1.29 1.56 1.29 0.27 -0.75
18000 -0.79 0.29 1.37 1.66 1.37 0.29 -0.79
19000 -0.84 0.30 1.44 1.75 1.44 0.30 -0.84
20000 -0.88 0.32 1.52 1.84 1.52 0.32 -0.88
21000 -0.92 0.34 1.60 1.93 1.60 0.34 -0.92
22000 -0.97 0.35 1.67 2.02 1.67 0.35 -0.97
23000 -1.01 0.37 1.75 2.12 1.75 0.37 -1.01
24000 -1.06 0.38 1.82 2.21 1.82 0.38 -1.06
25000 -1.10 0.40 1.90 2.30 1.90 0.40 -1.10
26000 -1.14 0.42 1.98 2.39 1.98 0.42 -1.14
27000 -1.19 0.43 2.05 2.48 2.05 0.43 -1.19
28000 -1.23 0.45 2.13 2.58 2.13 0.45 -1.23
29000 -1.28 0.46 2.20 2.67 2.20 0.46 -1.28
30000 -1.32 0.48 2.28 2.76 2.28 0.48 -1.32
31000 -1.36 0.50 2.36 2.85 2.36 0.50 -1.36
32000 -1.41 0.51 2.43 2.94 2.43 0.51 -1.41

Universitas Sumatera Utara


b (N/mm2) z (N/mm2)

0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40

0.00
0.50
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50

1.00
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
15000

z (mm)
15000
z (mm)

16000 16000
17000
17000 18000
18000 19000
19000

akibat Wx
20000
20000
ketinggian akibat Wx

21000
21000 22000
22000 23000
23000 24000
24000 25000
25000 26000
26000 27000
27000 28000
28000
Gambar 4.2.4 Grafik hubungan tegangan lentur dan

29000
29000 30000
30000 31000
31000 32000
32000
Gambar 4.2.5Grafik hubungan tegangan geser dan ketinggian

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan lentur

1,28
1,28 +
- 1,28

+
1,28
-
1,28
+
1,28

Distribusi tegangan geser

2,43
2,43 +
- 1,41

2,94
+
9,77
-
2,43
2,43
+

Gambar 4.2.6 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wx

Universitas Sumatera Utara


 Beban Lentur Sejajar Sumbu y (z = 32000 mm)

2
.
=
2

2
100.
=
2

2
= 50.

1
=
2

1
= 8000
2

= 4000

1 3
1 2
= . . + 2. . .( )
12 2

1 1
= 200. 80003 + 2. 4000.400. ( 8000)2
12 2

= 5,973. 1013 4

.
=

50 2 . 4000
=
5,973. 1013

= 3,35. 10−9 . 2

= 3,35. 10−9 . 320002

2
= 3,43 /

Universitas Sumatera Utara


 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

100
=
5,973. 1013

2
1 =0 /

2000.400.4000 100
2 = 0+
400 5,973. 1013

= 1,34. 10−5 .

= 1,34. 10−5 . 32000

2
= 0,43 /

4000.400.4000 100
3 =
400 5,973. 1013

= 2,68. 10−5 .

= 2,68. 10−5 . 32000

2
= 0,86 /

Universitas Sumatera Utara


4000.400.4000 4000.200.2000 100
4 = +
400 200 5,973. 1013

= 0,4. 10−5 .

= 0,4. 10−5 . 32000

2
= 1,28 /

4000.400.4000 100
5 =
400 5,973. 1013

= 2,68. 10−5 .

= 2,68. 10−5 . 32000

2
= 0,86 /

4000.400.4000 2000.400.4000 100


6 = −
400 400 5,973. 1013

= 1,34. 10−5 .

= 1,34. 10−5 . 32000

2
= 0,43 /

2
7 =0 /

Universitas Sumatera Utara


∮ ds

4000
1-3: 0 + 4 0,43 + 0,86 = 1720
6

8000
3-5: 0,86 + 4 1,28 + 0,86 = 16000
6

4000
5-7: 0,86 + 4 0,43 + 0 = 1720
6

Total ∮ ds = 1720+9120+1720= 12560 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 400

= 100

12560
=− = −125 N/mm
100

Distribusi tegangan geser

125
Pada titik 1 : =0− = −0,31 / 2
200

125
Pada titik 2 : = 0,43 − = 0,12 / 2
200

125
Pada titik 3 : = 0,86 − = 0,54 / 2
200

125
Pada titik 4 : = 1,28 − = 0,65 / 2
200

125
Pada titik 5 : = 0,86 − = 0,54 / 2
200

Universitas Sumatera Utara


125
Pada titik 6 : = 0,43 − = −0,12 / 2
200

125
Pada titik 7 : =0− = −0,31 / 2
200

125
Pada titik 1 : =0− = −0,31 / 2
200

Tabel 4.2.3 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wy

z(mm) σz
0 0.00
1000 0.00
2000 0.01
3000 0.03
4000 0.05
5000 0.08
6000 0.12
7000 0.16
8000 0.21
9000 0.27
10000 0.34
11000 0.41
12000 0.48
13000 0.57
14000 0.66
15000 0.75
16000 0.86
17000 0.97
18000 1.09
19000 1.21
20000 1.34
21000 1.48
22000 1.62
23000 1.77
24000 1.93
25000 2.09
26000 2.26
27000 2.44
28000 2.63
29000 2.82
30000 3.02
31000 3.22
32000 3.43

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2.4 Variasi nilai tegangan geser akibat Wy

z(mm) τ1 τ2 τ3 τ4 τ5 τ6 τ7
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 -0.01 0.00 0.02 0.02 0.02 0.00 -0.01
2000 -0.02 0.01 0.03 0.04 0.03 0.01 -0.02
3000 -0.03 0.01 0.05 0.06 0.05 0.01 -0.03
4000 -0.04 0.01 0.07 0.08 0.07 0.01 -0.04
5000 -0.05 0.02 0.09 0.10 0.09 0.02 -0.05
6000 -0.06 0.02 0.10 0.12 0.10 0.02 -0.06
7000 -0.07 0.03 0.12 0.14 0.12 0.03 -0.07
8000 -0.08 0.03 0.14 0.16 0.14 0.03 -0.08
9000 -0.09 0.03 0.15 0.18 0.15 0.03 -0.09
10000 -0.10 0.04 0.17 0.20 0.17 0.04 -0.10
11000 -0.11 0.04 0.19 0.22 0.19 0.04 -0.11
12000 -0.12 0.04 0.20 0.24 0.20 0.04 -0.12
13000 -0.13 0.05 0.22 0.27 0.22 0.05 -0.13
14000 -0.14 0.05 0.24 0.29 0.24 0.05 -0.14
15000 -0.15 0.05 0.26 0.31 0.26 0.05 -0.15
16000 -0.16 0.06 0.27 0.33 0.27 0.06 -0.16
17000 -0.17 0.06 0.29 0.35 0.29 0.06 -0.17
18000 -0.18 0.06 0.31 0.37 0.31 0.06 -0.18
19000 -0.19 0.07 0.32 0.39 0.32 0.07 -0.19
20000 -0.20 0.07 0.34 0.41 0.34 0.07 -0.20
21000 -0.21 0.08 0.36 0.43 0.36 0.08 -0.21
22000 -0.22 0.08 0.37 0.45 0.37 0.08 -0.22
23000 -0.23 0.08 0.39 0.47 0.39 0.08 -0.23
24000 -0.24 0.09 0.41 0.49 0.41 0.09 -0.24
25000 -0.25 0.09 0.43 0.51 0.43 0.09 -0.25
26000 -0.25 0.09 0.44 0.53 0.44 0.09 -0.25
27000 -0.26 0.10 0.46 0.55 0.46 0.10 -0.26
28000 -0.27 0.10 0.48 0.57 0.48 0.10 -0.27
29000 -0.28 0.10 0.49 0.59 0.49 0.10 -0.28
30000 -0.29 0.11 0.51 0.61 0.51 0.11 -0.29
31000 -0.30 0.11 0.53 0.63 0.53 0.11 -0.30
32000 -0.31 0.12 0.54 0.65 0.54 0.12 -0.31

Universitas Sumatera Utara


b (N/mm2) z (N/mm2)

0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00

0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000

z (mm)
15000 15000
z (mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
ketinggian

19000 19000
20000 20000
21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
Gambar 4.2.7 Grafik hubungan tegangan lentur dan

30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2.8 Grafik hubungan tegangan geser dan ketinggian
Distribusi tegangan lentur

3,43
3,43 +
- 3,43

+
3,43
-
3,43
+
3,43

Distribusi tegangan geser

0,55
0,55 +
- 0,31

0,65
+
0,31
-
0,55
0,55
+

Gambar 4.2.9 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wy


akibatakb

Universitas Sumatera Utara


4.2.3 Beban Torsi pada Core-wall Terbuka Penampang II

3 2 1

B,V

4
T X a=8m

t=200mm

5 6 7
b=4m

Gambar 4.2.10 Titik tinjau torsi pada core-wall terbuka penampang II

1 3
=
3

1
= 8000. 2003 + 4000. 4003 + 4000. 4003
3

= 1,92. 1011

2
ᴪ=

2(8000 4000)
ᴪ= = 640000 2
8000 4000
2 + 2( )
200 400

Universitas Sumatera Utara


Titik B dan V ditempatkan pada sembarang titik (di ambil titik 3) untuk perhitungan

fungsi warping, yaitu :

a. Fungsi warping (ẇ )

1-3:ẇ =0

3-5:ẇ =0

5-7:ẇ = − 0
8000

= −8000 4000

= −3,2 . 107

b. Fungsi linear warping

1 - 3 : ẇ = 4000 4000 = 1,6 . 107

3 - 5 : ẇ = 333,33 8000 = 0,27 . 107

5 - 7 : ẇ = 1,6 . 107 − 0,27 . 107 = 1, 33 . 107

c. Warping akibat V

1 - 3 : ẇ = −333,33 4000 = −0,13 . 107

3 - 5 : ẇ = −0,13. 107 + 1,6. 107 = 1,47 . 107

5 - 7 : ẇ = 333,33 4000 = 0,13. 107

Universitas Sumatera Utara



d. ẇ ( ) = 0
[ − ]

4000 640000
1 : ẇ1 = 0
[0 − 200
] = −1600 4000 = −0,64. 107

8000 640000
7 : ẇ7 = −0,64. 107 + 0
[4000 − 400 ] = 1,28. 107

8000 640000
5 : ẇ5 = 1,28. 107 + 0
[8000 − ] = 6,4 . 107
400

8000 640000
3 : ẇ3 = 6,7 . 107 + 0
[0 − 400
] = 5,4. 107

e. Fungsi warping (ẇ 1 )
4000 640000
1 : ẇ1 = 0
[4000 − 400 ] = 0,96. 107

8000 640000
7 : ẇ7 = 0,96. 107 + 0
[2000 − 400 ] = 1,28. 107

4000 640000
5 : ẇ5 = 1,28. 107 + 0
[4000 − 400 ] = 2,24 . 107

8000 640000
3 : ẇ3 = 2,24 . 107 + 0
[2000 − 400 ] = 2,56. 107

f. Fungsi warping (ẇ 2 )
4000 640000
3 : ẇ3 = 0
[2000 − 400 ] = 0,16. 107

2000 640000
5 : ẇ5 = 0,16. 107 + 0
[4000 − 400 ] = 0,64. 107

8000 640000
7 : ẇ7 = 0,64. 107 + 0
[2000 − 400 ] = 0,96 . 107

4000 640000
1 : ẇ1 = 0,96 . 107 + 0
[4000 − ] = 1,92. 107
400

Universitas Sumatera Utara


7
0,13.10
+ 7
--
B,V V 1,6.10 7
0,13.10
+ 1,47.107

B B V

7 +
- 3,2.10
+ 1,33.10
7
0,13.10
7
+
0,27.10
7
0,13.10
7 - 0,13.10
7

(a) (b) (c)

7 7
5,4.10 7 2,56.10 7 7 7
B,V 0,64.10 V + 0,96.10 0,16.10 + 1,92.10
- 0,64.10 7 0,16.10
7 -

B B
+ +
V +

+ + +
6,4.10
7
+ 1,28.10
7
2,24.10
7
7 + 0,64.10
7 + 0,96.10
7
7 2,24.10
6,4.10
(d) (e) (f)
Gambar 4.2.11 Perubahan fungsi ẇ dengan titik kordinat asal

Syarat-syarat untuk perhitungan section properties adalah

1. Koordinat sistem asal A(ẋ,ẏ,ż).

ẇ = ẇ ≠ 0,

2. Koordinat sistem lanjutan S (ẍ,ӱ,ż).

ẅ = ẅ = 0,

Universitas Sumatera Utara


+ 4000

+ 4000 + 8000

~
8000
~
- 3,2.10
7
X Y ~
w

Gambar 4.2.12 Section Propeties sistem kordinat 1

Penyelesaian selanjutnya dihitung dengan mengunakan bantuan tabel (3.3.1) maka,

= 8000 200 + 2 4000 400 = 4,8. 106 2

4000 400 4000 4000 400 4000


ẋ = 1ẋ = + = 6,4. 109 3
2 2

8000 200 8000


ẏ = 1ẏ = + 4000.400.8000 = 1,92. 1010 3
2

4000 400 3,2. 107


ẇ = 1ẇ =− = −2,56. 1013 4
2

Lokasi titik berat (sentroid) dari penampang dicari dengan

ẋ 6,4. 109
ẋ = = = 1333
4,8. 106

ẏ 1,92. 1010
ẏ = = = 4000
4,8. 106

ẇ −4,56. 1013
ẇ0 = = = −0,95. 107 2
4,8. 106

Universitas Sumatera Utara


1333 + 2667 4000 0,95.10
7
-1333 + 0,95.10
7
- - 4000

- +

+ 2667 + + 4000 0,95.10


7
+
- 4000
- 7
2,25.10
1333 ~ ~ ~
X Y w

Gambar 4.2.13 Section Propeties sistem kordinat 2

Maka,

4000 400 4000 4000 4000 400 4000 4000


ẋẋ = 1ẋ2 = +
3 3

= 1,706. 1013 4

8000 200 8000 8000


ẏẏ = 1ẏ2 = + 4000 400 8000 8000
3

= 1,365. 1014 4

2
4000 400 −3,2. 107 −3,2. 107
ẇẇ = 1ẇ =
3

= 5,46. 1020 6

4000 400 4000 8000


ẋẏ = ẋẏ = = 2,56. 1013 4
2

4000 400 4000 (−3,2. 107 )


ẋẇ = ẋẇ = = −6,82. 1016 5
3

Universitas Sumatera Utara


4000 400 8000 (−3,2. 107 )
ẏẇ = ẏẇ = = −2,04. 1017 5
2

Maka didapat,

ẋ ẏ 6,4. 109 . 1,92. 1010


ẍӱ = ẋẏ − = 2,56. 10 13
− =0 4
4,8. 106

ẋ ẇ 6,4. 109 . (−2,56. 1013 )


ẋẇ − = −6,82. 1016 − = −3,41. 1016 5
ẍẅ =
4,8. 106

ẏ ẇ 1,92. 1010 . (−2,56. 1013 )


ӱẅ = ẏẇ − = −2,04. 1017 − = −1,02. 1017 5
4,8. 106

2
ẋ (6,4. 109 )2
ẍẍ = ẋẍ − = 1,706. 10 13
− = 8,52. 1012 4
4,8. 106

2
ẏ (1,92. 109 )2
ӱӱ = ẏẏ − = 1,365. 10 14
− = 1,36. 1014 4
4,8. 106

2
ẇ (−2,56. 1013 )2
ẇẇ − = 5,46. 1020 − = 4,09. 1020 6
ẅẅ =
4,8. 106

Sudut putar antara sumbu lanjutan (intermediate) dan sumbu utama kemudian dicari

dengan rumus

2 ẍӱ
tan 2 =
ẍẍ − ӱӱ

2 (0)
tan 2 =
0,52. 1012 − 1,36. 1014

tan 2 =0

= 00

Universitas Sumatera Utara


sehingga

= ẍ cos + ӱ sin

= ẍ cos 0 + ӱ sin 0

=ẍ

= −ẍ sin + ӱ cos

= −ẍ sin 0 + ӱ cos 0

Koordinat sistem dari titik pusat geser M kemudian dihitung dengan

ẅ ӱ . ẍẍ − ẅ ẍ. ẍӱ
ẍ −ẍ =
ẍẍ . ӱӱ − ẍӱ
2

−1,02. 1017 8,52. 1012 − 0


=
8,52. 1012 1,36. 1014 − 02

= −750

ẅ ӱ ẍӱ − ẅ ẍ. ӱӱ
ӱ −ӱ =
ӱӱ − ẍӱ
2
ẍẍ .

0 − −3,41. 1016 1,36. 1014


=
8,52. 1012 1,36. 1014 − 02

= 4000

= ẅ + ӱ −ӱ ẍ− ẍ −ẍ ӱ

= ẅ + 4000 ẍ + 750 ӱ

Universitas Sumatera Utara


Setelah didapat kordinat titik sentroid (M) maka kordinat titik asal berpindah ke titik

S (333,4000), maka

Titik 1 : ẍ = 2667mm ӱ = -4000mm

Titik 2 : ẍ = 667mm ӱ = -4000mm

Titik 3 : ẍ = -1333mm ӱ = -4000mm

Titik 4 : ẍ = -1333mm ӱ= 0mm

Titik 5 : ẍ = -1333mm ӱ = 4000mm

Titik 6 : ẍ = 667mm ӱ = 4000mm

Titik 7 : ẍ = 2667mm ӱ = 4000mm

Persamaan = ẅ + 4000 ẍ + 750 ӱ , maka

Titik 1 : = 0,95. 107 + 4000 2667 + 750 (−4000) = 1,72. 107 mm2

Titik 2 : = 0,95. 107 + 4000 667 + 750 (−4000) = 0,92. 107 mm2

Titik 3 : = 0,95. 107 + 4000 −1333 + 750 (−4000) = 0,12. 107 mm2

Titik 4 : = 0,95. 107 + 4000 −1333 + 750 (0) = 0,42. 107 mm2

Titik 5 : = 0,95. 107 + 4000 −1333 + 750 (4000) = 0,72. 107 mm2

Titik 6 : = −0,65. 107 + 4000 667 + 750 (4000) = −0,83. 107 mm2

Titik 7 : = −2,25. 107 + 4000 2667 + 750 (4000) = 0,88. 107 mm2

Universitas Sumatera Utara


1000 + 3000 4000 0,12.10
7
-1000 + 1,72.10
7
- - 4000

S S S
-
+
7
0,83.10
+ 3000 + + 4000
-
- 4000 0,72.10
7 + 0,88.10
7
1000
~ ~ ~
X Y w

Gambar 4.2.14 Section Propeties Sistem kordinat asal

1 1 2
= = ( ẍẍ + ӱẏ ) ± ( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ
2 2

1 1
= (8,52. 1012 ± 1,36. 1014 ) ± (8,52. 1013 − 1,36. 1014 )2 + 0
2 2

= 7,23. 1013 ± 6,38. 1013

= 13,61. 1013 mm2 0,85. 1013 mm2

dimana 13,61. 1013 mm2 adalah merupakan sumbu kuat dan 0,85. 1013 mm2

merupakan sumbu lemah untuk lentur yang terjadi.

= ẅẅ + ӱ −ӱ ẅẍ − (ẍ − ẍ ) ẅӱ

= 4,09. 1020 + 4000 (−3,41. 1016 ) − (−750) (−1,02. 1017 )

= 4,09. 1020 − 1,36. 1020 − 0,765. 1020

= 1,965. 1020 mm6

Universitas Sumatera Utara


4.2.4 Bimoment pada Perletakan Jepit Bebas pada Core-wall Terbuka

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)

Gambar 4.2.15 Bimoment pada perletakan jepit bebas

Nilai bimoment untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

sinh � cos �
=− − 2 +
� ℎ� � ℎ� �2 cos �

Nilai momen torsi warping untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

cosh � Sin �
= − −
ℎ� �cos �

. 8,33. 103 4,266. 1010


�= = = 6,225. 10−6 −1
. 2. 104 4,585. 1020

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2.5 Variasi nilai MDS dan Mw

z(mm) Mw (Nmm2) MDS (Nmm)


13
1000 -2,59.10 -2,71.1010
2000 -5,10.1013 -2,80.1010
3000 -7,53.1013 -2,88.1010
4000 -9,88.1013 -2,97.1010
5000 -1,21.1014 -3,06.1010
6000 -1,43.1014 -3,14.1010
7000 -1,65.1014 -3,23.1010
8000 -1,85.1014 -3,33.1010
9000 -2,05.1014 -3,42.1010
10000 -2,24.1014 -3,51.1010
11000 -2,42.1014 -3,61.1010
12000 -2,59.1014 -3,70.1010
13000 -2,76.1014 -3,80.1010
14000 -2,92.1014 -3,90.1010
15000 -3,08.1014 -4,00.1010
16000 -3,22.1014 -4,11.1010
17000 -3,36.1014 -4,21.1010
18000 -3,49.1014 -4,32.1010
19000 -3,62.1014 -4,43.1010
20000 -3,74.1014 -4,54.1010
21000 -3,85.1014 -4,65.1010
22000 -3,96.1014 -4,76.1010
23000 -4,06.1014 -4,88.1010
24000 -4,15.1014 -5,00.1010
25000 -4,24.1014 -5,12.1010
26000 -4,32.1014 -5,24.1010
27000 -4,39.1014 -5,36.1010
28000 -4,46.1014 -5,49.1010
29000 -4,52.1014 -5,62.1010
30000 -4,57.1014 -5,75.1010
31000 -4,62.1014 -5,88.1010
32000 -4,66.1014 -6,02.1010

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2.16 Grafik nilai Mw terhadap ketinggian
0.00E+00
-5.00E+13
-1.00E+14
-1.50E+14
Mw (Nmm2)

-2.00E+14
-2.50E+14
-3.00E+14
-3.50E+14
-4.00E+14
-4.50E+14
-5.00E+14
0

22000

25000

28000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
18000
19000
20000
21000
23000
24000
26000
27000
29000
30000
31000
32000
5000

8000
1000
2000
3000
4000
6000
7000
9000

z(mm)

Gambar 4.2.17 Grafik nilai Mds terhadap ketinggian


0.00E+00

-1.00E+10

-2.00E+10
MDs (Nmm)

-3.00E+10

-4.00E+10

-5.00E+10

-6.00E+10

-7.00E+10
0

14000

19000

24000
10000
11000
12000
13000
15000
16000
17000
18000
20000
21000
22000
23000
25000
26000
27000
28000
29000
30000
31000
32000
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000

z(mm)

Untuk mendapatkan nilai ( ), digunakan tabel (3.3.1) integral volume dan

nilai w diambil dari nilai koordinat sistem utama. Profil yang tertutup dibuka dengan

pemotongan secara memanjang searah sumbu z pada titik tertentu (titik 1 dipilih dan

mulai dilakukan perhitungan ke titik 2 dan seterusnya)

Universitas Sumatera Utara


4
1 =0

2000 400
2 =0+ (1,72. 107 + 0,92. 107 ) = 10,56. 1012 4
2

4000 400
3 = (0,92. 107 + 0,12. 107 ) = 8,32. 1012 4
2

4000 200
4 = 8,32. 1012 + (0,12. 107 + 0,42. 107 ) = 10,48. 1012 4
2

4000 400
5 = 0,42. 107 + 0,72. 107 = 9,12. 1012 4
2

2000 400
6 = 9,12. 1012 + 0,72. 107 − 0,83. 107 = 8,86. 1012 4
2

4
7 = 0

( )
( )

4000
1-3:
6.400
0 + 4 10,56. 1012 + 8,32. 1012 = 8,43. 1013 4

8000
3-5:
6.200
8,32. 1012 − 4 10,48. 1012 + 9,12. 1012 = 39,5. 1013 4

4000
5-7: 9,12. 1012 + 4 (8,68. 1012 ) + 0 = 7,31. 1013 4
6.200

( )
Total ∮ = 8,43. 1013 + 39,5. 1013 + 7,31. 1013 = 55,24. 1013 4
( )

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 400

= 100

Universitas Sumatera Utara


sehingga

( )
∮ ( ) 55,24. 1013
= = 55,24. 1011 4
100
∮ ( )

Diambil beberapa titik (misalkan 1,2) untuk mendapatkan tegangan geser warping

dan tegangan torsi dengan ketinggian 32000 mm dengan = −6.02. 1010 Nmm

dan = −4,66. 1014 Nmm2

( )
( ) ∮ ( )
( , )= − ( )
( ).
∮ ( )

−6,02. 1011
(32000,1) = 55,24. 1011 − 0
200 1,965. 1020

= −4,23 / 2

−6,02. 1011
(32000,2) = 55,24. 1011 − 10,56. 1012
200 1,965. 1020

2
= 3,86 /

. ( )
( )=

−4,66. 1014 . (1,72. 107 )


(1) =
1,965. 1020

= −40,79 / 2

Universitas Sumatera Utara


−4,66. 1014 . (0,92. 107 )
(2) =
1,965. 1020

= −21,82 / 2

Tabel 4.2.6 Variasi nilai tegangan geser warping (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7
1000 -1.91 1.74 0.97 3.42 1.24 1.09 -1.91
2000 -1.97 1.79 1.00 3.53 1.28 1.12 -1.97
3000 -2.03 1.85 1.03 3.64 1.32 1.16 -2.03
4000 -2.09 1.90 1.06 3.74 1.36 1.19 -2.09
5000 -2.15 1.96 1.09 3.85 1.40 1.23 -2.15
6000 -2.21 2.01 1.12 3.97 1.44 1.26 -2.21
7000 -2.27 2.07 1.15 4.08 1.48 1.30 -2.27
8000 -2.34 2.13 1.18 4.19 1.52 1.34 -2.34
9000 -2.40 2.19 1.22 4.31 1.56 1.37 -2.40
10000 -2.47 2.25 1.25 4.43 1.61 1.41 -2.47
11000 -2.54 2.31 1.28 4.55 1.65 1.45 -2.54
12000 -2.60 2.37 1.32 4.67 1.70 1.49 -2.60
13000 -2.67 2.44 1.35 4.80 1.74 1.53 -2.67
14000 -2.74 2.50 1.39 4.92 1.79 1.57 -2.74
15000 -2.81 2.57 1.42 5.05 1.83 1.61 -2.81
16000 -2.89 2.63 1.46 5.18 1.88 1.65 -2.89
17000 -2.96 2.70 1.50 5.31 1.93 1.69 -2.96
18000 -3.04 2.77 1.54 5.45 1.98 1.73 -3.04
19000 -3.11 2.84 1.58 5.58 2.03 1.78 -3.11
20000 -3.19 2.91 1.61 5.72 2.08 1.82 -3.19
21000 -3.27 2.98 1.65 5.86 2.13 1.87 -3.27
22000 -3.35 3.05 1.69 6.01 2.18 1.91 -3.35
23000 -3.43 3.13 1.74 6.15 2.23 1.96 -3.43
24000 -3.51 3.20 1.78 6.30 2.29 2.01 -3.51
25000 -3.60 3.28 1.82 6.45 2.34 2.05 -3.60
26000 -3.68 3.36 1.86 6.61 2.40 2.10 -3.68
27000 -3.77 3.44 1.91 6.76 2.45 2.15 -3.77
28000 -3.86 3.52 1.95 6.92 2.51 2.20 -3.86
29000 -3.95 3.60 2.00 7.09 2.57 2.26 -3.95
30000 -4.04 3.68 2.05 7.25 2.63 2.31 -4.04
31000 -4.13 3.77 2.09 7.42 2.69 2.36 -4.13
32000 -4.23 3.86 2.14 7.59 2.75 2.42 -4.23

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2.7 Variasi tegangan torsi (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7
1000 -2.27 -1.21 -0.16 -0.55 -0.95 1.09 -1.16
2000 -4.46 -2.39 -0.31 -1.09 -1.87 2.15 -2.28
3000 -6.59 -3.52 -0.46 -1.61 -2.76 3.18 -3.37
4000 -8.65 -4.62 -0.60 -2.11 -3.62 4.17 -4.42
5000 -10.63 -5.69 -0.74 -2.60 -4.45 5.13 -5.44
6000 -12.55 -6.72 -0.88 -3.07 -5.26 6.06 -6.42
7000 -14.41 -7.71 -1.01 -3.52 -6.03 6.95 -7.37
8000 -16.20 -8.66 -1.13 -3.95 -6.78 7.82 -8.29
9000 -17.92 -9.58 -1.25 -4.38 -7.50 8.65 -9.17
10000 -19.58 -10.47 -1.37 -4.78 -8.19 9.45 -10.02
11000 -21.17 -11.32 -1.48 -5.17 -8.86 10.22 -10.83
12000 -22.70 -12.14 -1.58 -5.54 -9.50 10.95 -11.61
13000 -24.17 -12.93 -1.69 -5.90 -10.12 11.66 -12.36
14000 -25.57 -13.68 -1.78 -6.24 -10.70 12.34 -13.08
15000 -26.92 -14.40 -1.88 -6.57 -11.27 12.99 -13.77
16000 -28.20 -15.08 -1.97 -6.89 -11.80 13.61 -14.43
17000 -29.42 -15.74 -2.05 -7.18 -12.32 14.20 -15.05
18000 -30.58 -16.36 -2.13 -7.47 -12.80 14.76 -15.65
19000 -31.69 -16.95 -2.21 -7.74 -13.26 15.29 -16.21
20000 -32.73 -17.51 -2.28 -7.99 -13.70 15.79 -16.75
21000 -33.72 -18.03 -2.35 -8.23 -14.11 16.27 -17.25
22000 -34.64 -18.53 -2.42 -8.46 -14.50 16.72 -17.72
23000 -35.51 -19.00 -2.48 -8.67 -14.87 17.14 -18.17
24000 -36.33 -19.43 -2.53 -8.87 -15.21 17.53 -18.58
25000 -37.08 -19.83 -2.59 -9.05 -15.52 17.89 -18.97
26000 -37.78 -20.21 -2.64 -9.22 -15.81 18.23 -19.33
27000 -38.42 -20.55 -2.68 -9.38 -16.08 18.54 -19.66
28000 -39.00 -20.86 -2.72 -9.52 -16.33 18.82 -19.96
29000 -39.53 -21.15 -2.76 -9.65 -16.55 19.08 -20.23
30000 -40.01 -21.40 -2.79 -9.77 -16.75 19.31 -20.47
31000 -40.42 -21.62 -2.82 -9.87 -16.92 19.51 -20.68
32000 -40.79 -21.82 -2.85 -9.96 -17.07 19.68 -20.87

Universitas Sumatera Utara


τb N/mm2 τb N/mm2

0.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00

-4.50
-4.00
-3.50
-3.00
-2.50
-1.50
-0.50

-2.00
-1.00
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
z(mm)

z(mm)
15000 15000

z(mm)
z(mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000

ketinggian pada sumbu y


ketinggian pada sumbu x

21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
Gambar 4.2.19 Grafik hubungan tegangan geser warping dan
Gambar 4.2.18 Grafik hubungan tegangan geser warping dan

30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


σw N/mm2 σw N/mm2

-45.00
-40.00
-30.00
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
0.00
-18.00
-14.00
-12.00
-10.00
0.00

-35.00
-16.00

-5.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00

0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000

z(mm)
z(mm)
15000 15000
sumbu x

z(mm)
z(mm)

sumbu y
16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000
21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
30000 30000
Gambar 4.2.20 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian pada

Gambar 4.2.21 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian pada

31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan torsi Distribusi tegangan geser warping

3,86
21,82
2,14 + - 4,23 2,85 - 40,79

-
19,45 9,96
+

- 4,23
2,75 + 17,07
- 20,82
2,42 19,68

Gambar 4.2.22 Distribusi tegangan torsi dan tegangan geser warping

4.2.5 Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Terbuka Penampang II

Kombinasi tegangan antara lentur dan torsi pada core-wall adalah sebagai

berikut:

1. Tegangan lentur dan torsi searah sumbu z

total max = 1,28 + 3,43 - 40,79 = 36,08 N/mm2

2. Tegangan geser searah sumbu x dan y

a) Tegangan geser searah sumbu x

tot max= 2,94 + 0,65 = 3,48 N/mm2

b) Tegangan geser searah sumbu y

tot max = -1,41 + 0,54 = -0,87 N/mm2

Universitas Sumatera Utara


4.3 Distribusi pada Core-wall Tertutup

x
x
Y
Y

z
z
Wx Torsi

z=32m
z=32m

Wy
8m

8m
a=

a=
b=4m b=4m

Gambar 4.3.1 Beban lentur Gambar 4.3.2 Beban torsi

Wx
t=200mm

T
b=4m Y Wy

a=8m

Gambar 4.3.3 Tampang core-wall tertutup

Universitas Sumatera Utara


4.3.1 Data-data Core-wall Tertutup

1 2 3

T 4
8 Y

7 6 5

Gambar 4.3.4 Titik tinjau pada core-wall tertutup

Diketahui :

Modulus Elastisitas E = 20000 N/mm2

Poisson Ratio ν = 0,2

20000
Modulus Geser G = = = 8333,33 N/mm2
2(1+� ) 2(1+0,2)

4.3.2 Beban Lentur pada Core-wall Tetutup

Wx = 100N/mm

1 2 3

T 4
b=4m 8 Y Wy=100N/mm

7 6 5
a=8m

Gambar 4.3.5 Beban yang bekerja pada tampang core-wall tertutup

Universitas Sumatera Utara


 Beban Lentur Sejajar Sumbu x (z = 32000 mm)

2
= 50.

= 2000

2
= ( +3 )
6

= 1,4933. 1013 4

.
=

= 6,6966. 10−9 . 2

 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

2
1 =0 /

2 = −5,3573. 10−5 .

3 = −1,0714. 10−4 .

4 = −1,2053. 10−4 .

Universitas Sumatera Utara


5 = −1,0714. 10−4 .

6 = −5,3567. 10−5 .

7 =0

8 = 1,3393. 10−5 .

2
1 =0 /

∮ ds

8000
1-3: 0 − 4 1,71 − 3,43 = −13714,29
6

4000
3-5:
6
−3,43 − 4 3,86 − 3,43 = −14857,14

8000
5-7: −3,43 − 4 1,71 + 0 = −13714,29
6

4000
7-1: 0 + 4 0,43 + 0 = 1142,86
6

Total ∮ ds = – 13714,29 – 14857,14 + 13714,86 + 1142,86 = -41142,86 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

(−41142 ,86)
=− 120
= 342,86 N/mm

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan geser

342 ,86 2
Pada titik 1 : =0+ = 1,71 /
200

342 ,86
Pada titik 2 : = −1,71 + =0 / 2
200

342 ,86
Pada titik 3 : = −3,43 + = −1,71 / 2
200

342 ,86
Pada titik 4 : = −3,86 + = −2,14 / 2
200

342 ,86
Pada titik 5 : = −3,43 + = −1,71 / 2
200

342 ,86
Pada titik 6 : = −1,71 + =0 / 2
200

342 ,86 2
Pada titik 7 : =0+ = 1,71 /
200

342 ,86 2
Pada titik 8 : = 0,43 + = 2,14 /
200

342 ,86 2
Pada titik 1 : =0+ = 1,71 /
200

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.1 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wx

z(mm) z
0 0
1000 0.01
2000 0.03
3000 0.06
4000 0.11
5000 0.17
6000 0.24
7000 0.33
8000 0.43
9000 0.54
10000 0.67
11000 0.81
12000 0.96
13000 1.13
14000 1.31
15000 1.51
16000 1.71
17000 1.94
18000 2.17
19000 2.42
20000 2.68
21000 2.95
22000 3.24
23000 3.54
24000 3.86
25000 4.19
26000 4.53
27000 4.88
28000 5.25
29000 5.63
30000 6.03
31000 6.44
32000 6.86

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.2 Variasi nilai tegangan geser akibat Wx

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 1
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 0.05 0.00 -0.05 -0.07 -0.05 0.00 0.05 0.07 0.05
2000 0.11 0.00 -0.11 -0.13 -0.11 0.00 0.11 0.13 0.11
3000 0.16 0.00 -0.16 -0.20 -0.16 0.00 0.16 0.20 0.16
4000 0.21 0.00 -0.21 -0.27 -0.21 0.00 0.21 0.27 0.21
5000 0.27 0.00 -0.27 -0.33 -0.27 0.00 0.27 0.33 0.27
6000 0.32 0.00 -0.32 -0.40 -0.32 0.00 0.32 0.40 0.32
7000 0.38 0.00 -0.38 -0.47 -0.38 0.00 0.38 0.47 0.38
8000 0.43 0.00 -0.43 -0.54 -0.43 0.00 0.43 0.54 0.43
9000 0.48 0.00 -0.48 -0.60 -0.48 0.00 0.48 0.60 0.48
10000 0.54 0.00 -0.54 -0.67 -0.54 0.00 0.54 0.67 0.54
11000 0.59 0.00 -0.59 -0.74 -0.59 0.00 0.59 0.74 0.59
12000 0.64 0.00 -0.64 -0.80 -0.64 0.00 0.64 0.80 0.64
13000 0.70 0.00 -0.70 -0.87 -0.70 0.00 0.70 0.87 0.70
14000 0.75 0.00 -0.75 -0.94 -0.75 0.00 0.75 0.94 0.75
15000 0.80 0.00 -0.80 -1.00 -0.80 0.00 0.80 1.00 0.80
16000 0.86 0.00 -0.86 -1.07 -0.86 0.00 0.86 1.07 0.86
17000 0.91 0.00 -0.91 -1.14 -0.91 0.00 0.91 1.14 0.91
18000 0.96 0.00 -0.96 -1.21 -0.96 0.00 0.96 1.21 0.96
19000 1.02 0.00 -1.02 -1.27 -1.02 0.00 1.02 1.27 1.02
20000 1.07 0.00 -1.07 -1.34 -1.07 0.00 1.07 1.34 1.07
21000 1.13 0.00 -1.13 -1.41 -1.13 0.00 1.13 1.41 1.13
22000 1.18 0.00 -1.18 -1.47 -1.18 0.00 1.18 1.47 1.18
23000 1.23 0.00 -1.23 -1.54 -1.23 0.00 1.23 1.54 1.23
24000 1.29 0.00 -1.29 -1.61 -1.29 0.00 1.29 1.61 1.29
25000 1.34 0.00 -1.34 -1.67 -1.34 0.00 1.34 1.67 1.34
26000 1.39 0.00 -1.39 -1.74 -1.39 0.00 1.39 1.74 1.39
27000 1.45 0.00 -1.45 -1.81 -1.45 0.00 1.45 1.81 1.45
28000 1.50 0.00 -1.50 -1.88 -1.50 0.00 1.50 1.88 1.50
29000 1.55 0.00 -1.55 -1.94 -1.55 0.00 1.55 1.94 1.55
30000 1.61 0.00 -1.61 -2.01 -1.61 0.00 1.61 2.01 1.61
31000 1.66 0.00 -1.66 -2.08 -1.66 0.00 1.66 2.08 1.66
32000 1.71 0.00 -1.71 -2.14 -1.71 0.00 1.71 2.14 1.71

Universitas Sumatera Utara


b (N/mm2) z (N/mm2)

-2.50
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00

0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000

z (mm)
15000 15000
z (mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000

Akibat Wx
ketinggian akibat Wx

20000 20000
21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
Gambar 4.3.6 Grafik hubungan tegangan lentur dan

28000 28000
29000 29000
30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3.7 Grafik hubungan tegangan geser dan ketinggian
Distribusi tegangan lentur

2
6,86 /

+
+ +

- -
-
2
6,86 /

Distribusi tegangan geser

2
1,71 /
2
1,71 /
+ -

2 2
2,14 / + - 2,14 /

+ -
2
1,71 / 2
1,71 /

Gambar 4.3.8 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wx

Universitas Sumatera Utara


 Beban Lentur Sejajar Sumbu y (z = 32000 mm)

2
= 50.

= 4000

2
= ( +3 )
6

= 4,2667. 1013 4

.
=

= 4,6875. 10−9 . 2

 Distribusi gaya geser (z =32000 mm)

2
.
=
2

= = .

sehingga = 100.

2
1 =0 /

2 = −1,875. 10−5 .

3 =0

4 = −1,875. 10−5 .

5 = 3,75. 10−5 .

Universitas Sumatera Utara


6 = 5,625. 10−5 .

7 = 3,75. 10−5 .

8 = 1,875. 10−5 .

1 =0

∮ ds

8000
1-3: 6
0 − 4 0,6 + 0 = −3200

4000
3-5: 0 + 4 0,6 + 1,2 = 2400
6

8000
5-7: 1,2 + 4 1,8 + 1,2 = 12800
6

4000
7-1: 1,2 + 4 0,6 + 0 = 2400
6

Total ∮ ds = −3200+2400+12800+2400= 14400 N/mm

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

14400
=− = −120 N/mm
120

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan geser

120
Pada titik 1 : =0− = −0,6 / 2
200

120
Pada titik 2 : = −0,6 − = −1,2 / 2
200

120
Pada titik 3 : =0− = −0,6 / 2
200

120
Pada titik 4 : = 0,6 − =0 / 2
200

120
Pada titik 5 : = 1,2 − = 0,6 / 2
200

120
Pada titik 6 : = 1,8 − = 1,2 / 2
200

120
Pada titik 7 : = 1,2 − = 0,6 / 2
200

120
Pada titik 8 : = 0,6 − =0 / 2
200

120
Pada titik 1 : =0− = −0,6 / 2
200

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.3 Variasi nilai tegangan lentur akibat Wy

z(mm) z
0 0
1000 0.00
2000 0.02
3000 0.04
4000 0.08
5000 0.12
6000 0.17
7000 0.23
8000 0.30
9000 0.38
10000 0.47
11000 0.57
12000 0.68
13000 0.79
14000 0.92
15000 1.05
16000 1.20
17000 1.35
18000 1.52
19000 1.69
20000 1.88
21000 2.07
22000 2.27
23000 2.48
24000 2.70
25000 2.93
26000 3.17
27000 3.42
28000 3.68
29000 3.94
30000 4.22
31000 4.50
32000 4.80

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.4 Variasi nilai tegangan geser akibat Wy

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 1
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1000 -0.02 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.02 0.00 -0.02
2000 -0.04 -0.08 -0.04 0.00 0.04 0.08 0.04 0.00 -0.04
3000 -0.06 -0.11 -0.06 0.00 0.06 0.11 0.06 0.00 -0.06
4000 -0.08 -0.15 -0.08 0.00 0.08 0.15 0.08 0.00 -0.08
5000 -0.09 -0.19 -0.09 0.00 0.09 0.19 0.09 0.00 -0.09
6000 -0.11 -0.23 -0.11 0.00 0.11 0.23 0.11 0.00 -0.11
7000 -0.13 -0.26 -0.13 0.00 0.13 0.26 0.13 0.00 -0.13
8000 -0.15 -0.30 -0.15 0.00 0.15 0.30 0.15 0.00 -0.15
9000 -0.17 -0.34 -0.17 0.00 0.17 0.34 0.17 0.00 -0.17
10000 -0.19 -0.38 -0.19 0.00 0.19 0.38 0.19 0.00 -0.19
11000 -0.21 -0.41 -0.21 0.00 0.21 0.41 0.21 0.00 -0.21
12000 -0.23 -0.45 -0.23 0.00 0.23 0.45 0.23 0.00 -0.23
13000 -0.24 -0.49 -0.24 0.00 0.24 0.49 0.24 0.00 -0.24
14000 -0.26 -0.53 -0.26 0.00 0.26 0.53 0.26 0.00 -0.26
15000 -0.28 -0.56 -0.28 0.00 0.28 0.56 0.28 0.00 -0.28
16000 -0.30 -0.60 -0.30 0.00 0.30 0.60 0.30 0.00 -0.30
17000 -0.32 -0.64 -0.32 0.00 0.32 0.64 0.32 0.00 -0.32
18000 -0.34 -0.68 -0.34 0.00 0.34 0.68 0.34 0.00 -0.34
19000 -0.36 -0.71 -0.36 0.00 0.36 0.71 0.36 0.00 -0.36
20000 -0.38 -0.75 -0.38 0.00 0.38 0.75 0.38 0.00 -0.38
21000 -0.39 -0.79 -0.39 0.00 0.39 0.79 0.39 0.00 -0.39
22000 -0.41 -0.83 -0.41 0.00 0.41 0.83 0.41 0.00 -0.41
23000 -0.43 -0.86 -0.43 0.00 0.43 0.86 0.43 0.00 -0.43
24000 -0.45 -0.90 -0.45 0.00 0.45 0.90 0.45 0.00 -0.45
25000 -0.47 -0.94 -0.47 0.00 0.47 0.94 0.47 0.00 -0.47
26000 -0.49 -0.98 -0.49 0.00 0.49 0.98 0.49 0.00 -0.49
27000 -0.51 -1.01 -0.51 0.00 0.51 1.01 0.51 0.00 -0.51
28000 -0.53 -1.05 -0.53 0.00 0.53 1.05 0.53 0.00 -0.53
29000 -0.54 -1.09 -0.54 0.00 0.54 1.09 0.54 0.00 -0.54
30000 -0.56 -1.13 -0.56 0.00 0.56 1.13 0.56 0.00 -0.56
31000 -0.58 -1.16 -0.58 0.00 0.58 1.16 0.58 0.00 -0.58
32000 -0.60 -1.20 -0.60 0.00 0.60 1.20 0.60 0.00 -0.60

Universitas Sumatera Utara


a (N/mm2) z (N/mm2)

0.00
0.50
1.00
1.50
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00

2.00

-1.40
-1.20
-1.00
-0.80
-0.60
-0.40
-0.20
0.00
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
15000 z (mm) 15000
16000

z (mm)
16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000
ketinggian akibat Wy

21000

ketinggian akibat Wy
21000 22000
22000 23000
23000 24000
24000 25000
25000 26000
26000 27000
27000 28000
28000
Gambar 4.3.9 Grafik hubungan tegangan lentur dan

29000
Gambar 4.3.10 Grafik hubungan tegangan geser dan

29000 30000
30000 31000
31000 32000
32000

Universitas Sumatera Utara


Distribusi tegangan lentur
2
4,8 /

+ -

+ -

+ -
2
4,8 /

Distribusi tegangan geser


2
1,2 /
2
0,6 /
2
0,6 / - -

- -

+ +

2 + + 2
0,6 / 0,6 /
2
1,2 /

Gambar 4.3.11 Distribusi tegangan lentur dan geser akibat Wy

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Beban Torsi pada Core-wall Tertutup

Wx = 100N/mm

1 2 3

B,V

T 4
b=4m 8 Y Wy=100N/mm

7 6 5
a=8m

Gambar 4.3.12 Titik tinjau torsi pada core-wall tertutup

2
4
=

= 3,41. 1013 2

2
ᴪ=

ᴪ = 533333,33 2

Titik B dan V ditempatkan pada sembarang titik (di ambil titik 1) untuk perhitungan

fungsi warping, yaitu :


ẇ ( )= [ − ]
0

Universitas Sumatera Utara


Sehingga :

Koordinat Sistem Original (ẋ,ẏ,ẇ)

ẋ 8.103 mm
+
y
B,V

+
8.103 mm
x

y
B,V

+ +
4.103 mm
+

4.103 mm
x

ẇ 2,13.107 mm2
-
y
B,V -

1,07.107 mm2
x

Gambar 4.3.13 Section Propeties Sistem Kordinat 1

Universitas Sumatera Utara


Kemuadian Koordinat sistem intermediate (ẍ,ӱ,ẅ) menjadi

4.103 mm 4.103 mm
ẍ - +
B

S
+
- y
x

- +
4.103 mm
4.103 mm

2.103 mm 2.103 mm
ӱ -
- B -

S
y
x
+ +

+
2.103 mm
3
2.10 mm

ẅ 2,67.106 mm2
2,13.107 mm2
-
+
B -
S
y
+
x
+
+
1,33.107 mm2 2,67.106 mm2

Gambar 4.3.14 Section Propeties Sistem Kordinat 2

Universitas Sumatera Utara


Pada titik ini, perhitungan untuk ẍ, ӱ, ẅ adalah nol. Selanjutnya dilakukan

perhitungan untuk perubahan dari koordinat sistem lanjutan ke koordinat sistem

utama.

2
(1,92. 1010 )2
= − = 1,19. 10 14
− = 4,27. 1013 4
4,8. 106

2
ẏ (9,6. 109 )2
= − = 3,41. 10 13
− = 1,49. 1013 4
4,8. 106

2
ẇ (−1,28. 1013 )2
ẅẅ = ẇẇ − = 4,55. 10 20
− = 4,21. 1020 6
4,8. 106

ẋ ẏ 1,92. 1010 . 9,6. 109


ẋẏ − = 3,84. 1013 − 4
ẍӱ = =0
4,8. 106

ẋ ẇ 1,92. 1010 . −1,28. 1013


ẅ = ẇ − = −1,37. 10 17
− = 8,53. 1016 5
4,8. 106

ẏ ẇ 9,6. 109 . −1,28. 1013


ẇ− = 3,41. 1016 − = 5,97. 1016 5
ẅ =
4,8. 106

Sudut putar antara sumbu lanjutan (intermediate) dan sumbu utama kemudian dicari

dengan rumus

2 ẍӱ
tan 2 =
ẍẍ − ӱӱ

2.0
tan 2 =
1,49. 1013 − 4,27. 1013

tan 2 =0

= 0 (tidak ada perputaran sudut)

Universitas Sumatera Utara


sehingga

= ẍ cos + ӱ sin

= ẍ cos 0 + ӱ sin 0

=ẍ

= −ẍ sin + ӱ cos

= −ẍ sin 0 + ӱ cos 0

Koordinat sistem dari titik pusat geser M menjadi

ӱ − ӱ = 2000

ẍ − ẍ = 4000

Maka

= ẅ + ӱ −ӱ ẍ− ẍ −ẍ ӱ

= ẅ + 4000 ẍ − 2000 ӱ

Universitas Sumatera Utara


dimana :

Titik 1 : 4000(2000)-2000(4000)= 0 mm2

Titik 2 : 4000(2000)-2000(0)= 8.106 mm2

Titik 3 : 4000(2000)-2000(-4000)= 1,6.107 mm2

Titik 4 : 4000(0)-2000(-4000)= 8.106 mm2

Titik 5 : 4000(-2000)-2000(-4000)= 0 mm2

Titik 6 : 4000(-2000)-2000(0)= -8.106 mm2

Titik 7 : 4000(-2000)-2000(4000)= -1,6.107 mm2

Titik 8 : 4000(0)-2000(4000)= -8.106 mm2

Universitas Sumatera Utara


Koordinat sistem utama (x,y,w) menjadi

4.103 mm 4.103 mm
x - +

S,M
+
- y
x

- +
4.103 mm
3
4.10 mm

2.103 mm 2.103 mm
y -
- -

S,M
y
x
+ +

+
2.103 mm
3
2.10 mm

w 2,67.106 mm2
2,67.106 mm2
+ -
-
+
S,M
y

x +
-
- +
2
7
1,33.10 mm 2,67.106 mm2

Gambar 4.3.15 Section Propeties Sistem Kordinat Asal

Universitas Sumatera Utara


1 1 2
= = ( + )± ( ẍẍ − ӱẏ )
2 +4 ẍӱ
2 2

1 1
= (4,27. 1013 ± 1,49. 1013 ) ± (1,49. 1013 − 4,27. 1013 )2 + 4(0)2
2 2

= 2,855. 1013 ± 1,365. 1013

= 4,27. 1013 mm2 1,49. 1013 mm2

dimana 4,27. 1013 mm2 adalah merupakan sumbu kuat dan 1,49. 1013 mm2

merupakan sumbu lemah untuk lentur yang terjadi.

= ẅẅ + ӱ −ӱ ẅ − (ẍ − ẍ ) ẅ

= 4,21. 1020 − 4000 5,97. 1016 − (2000)((8,53. 1016 ))

= 4,21. 1020 − 2,392. 1020 − 1,696. 1020

= 1,14. 1019 mm6

Untuk mendapatkan nilai tegangan geser warping dan tegangan torsi maka

digunakan rumus sebagai berikut:

( )
( ) ∮ ()
( , )= − ( )
( ). ∮()

dan

( ). ( )
( )=

Universitas Sumatera Utara


4.3.4 Bimoment pada Perletakan Jepit Bebas pada Core-wall Tertutup

Md

z
L

Sudut Putar (Ø)

Gambar 4.3.16 Bimoment pada perletakan jepit bebas

Nilai bimoment untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

sinh � cos �
=− − 2 +
� ℎ� � ℎ� �2 cos �

Nilai momen torsi warping untuk jepit bebas adalah sebagai berikut:

cosh � Sin �
= − −
ℎ� �cos �

.
�= = 1,12. 10−3 −1
.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.5 Variasi nilai MDS dan Mw

z(mm) Mw (Nmm2) MDS (Nmm)


1000 0 0
2000 -3,94.1011 -6,44.108
3000 -1,12.1012 -7,79.108
4000 -1,93.1012 -8,45.108
5000 -2,80.1012 -8,76.108
6000 -3,68.1012 -8,88.108
7000 -4,57.1012 -8,92.108
8000 -5,46.1012 -8,94.108
9000 -6,36.1012 -8,94.108
10000 -7,25.1012 -8,94.108
11000 -8,14.1012 -8,94.108
12000 -9,04.1012 -8,94.108
13000 -9,93.1012 -8,94.108
14000 -1,08.1013 -8,94.108
15000 -1,17.1013 -8,94.108
16000 -1,26.1013 -8,94.108
17000 -1,35.1013 -8,94.108
18000 -1,44.1013 -8,94.108
19000 -1,53.1013 -8,94.108
20000 -1,62.1013 -8,94.108
21000 -1,71.1013 -8,94.108
22000 -1,80.1013 -8,94.108
23000 -1,89.1013 -8,94.108
24000 -1,98.1013 -8,94.108
25000 -2,07.1013 -8,94.108
26000 -2,16.1013 -8,94.108
27000 -2,25.1013 -8,94.108
28000 -2,33.1013 -8,94.108
29000 -2,42.1013 -8,94.108
30000 -2,51.1013 -8,94.108
31000 -2,60.1013 -8,94.108
32000 -2,69.1013 -8,94.108

Universitas Sumatera Utara


MDs (Nmm) Mw (Nmm2)
0

-3E+13
-2E+13
-1E+13
-5E+12

-2.5E+13
-1.5E+13

0.00E+00

-1.00E+09
-9.00E+08
-8.00E+08
-7.00E+08
-6.00E+08
-5.00E+08
-4.00E+08
-3.00E+08
-2.00E+08
-1.00E+08
0
0 1000
1000 2000
2000 3000
3000 4000
4000 5000
5000 6000
6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
z(mm) 15000

z(mm)
15000
16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000
21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
Gambar 4.3.17 Grafik nilai Mw terhadap ketinggian

Gambar 4.3.18 Grafik nilai Mds terhadap ketinggian

27000 27000
28000 28000
29000 29000
30000 30000
31000 31000

Universitas Sumatera Utara


32000 32000
Untuk mendapatkan nilai ( ), digunakan tabel dari integral volume dan

nilai w diambil dari nilai koordinat sistem utama. Profil yang tertutup dibuka dengan

pemotongan secara memanjang searah sumbu z pada titik tertentu (titik 1 dipilih dan

mulai dilakukan perhitungan ke titik 2 dan seterusnya)

2 = 1,07. 1012 4

4
3 =0

4 = −5,33. 1011 4

4
5 = 0

6 = 1,07. 1012 4

4
7 = 0

8 = −5,33. 1011 4

4
1 =0

( )
( )

8000
1-3: 0 + 4 1,07. 1012 + 0 = 2,84. 1013 4
6.200

4000
3-5:
6.200
0 − 4 5,33. 1011 + 0 = −7,11. 1012 4

8000
5-7: 0 + 4 1,07. 1012 + 0 = 2,84. 1013 4
6.200

4000
7-1: 0 − 4 5,33. 1011 + 0 = −7,11. 1012 4
6.200

Universitas Sumatera Utara


( )
Total ∮ = 2,84. 1013 − 7,11. 1012 + 2,84. 1013 − 7,11. 1012 =
( )

4,27. 1013 4

ds 8000 4000
∮ =2 +2
t 200 200

= 120

sehingga

( )
∮ ( ) 4,27. 1013
= = 3,56. 1011 4
120
∮ ( )

Diambil beberapa titik (misalkan 1,2) untuk mendapatkan tegangan geser warping

dan tegangan torsi dengan ketinggian 32000 mm dengan = −8.94. 108 Nmm

dan = 2,69. 1013 Nmm2

( )
( ) ∮ ( )
( , )= − ( )
( ).
∮ ( )

(32000,1) = −0,14 / 2

(32000,2) = −0,28 / 2

. ( )
( )=

(1) = −6,52 / 2

2
(2) = 0 /

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.6 Variasi nilai tegangan geser warping (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7 8
1000 0 0 0 0 0 0 0 0
2000 -0.10 0.20 -0.10 -0.25 -0.10 0.20 -0.10 -0.25
3000 -0.12 0.24 -0.12 -0.30 -0.12 0.24 -0.12 -0.30
4000 -0.13 0.26 -0.13 -0.33 -0.13 0.26 -0.13 -0.33
5000 -0.14 0.27 -0.14 -0.34 -0.14 0.27 -0.14 -0.34
6000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
7000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
8000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
9000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
10000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
11000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
12000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
13000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
14000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
15000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
16000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
17000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
18000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
19000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
20000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
21000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
22000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
23000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
24000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
25000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
26000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
27000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
28000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
29000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
30000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
31000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35
32000 -0.14 0.28 -0.14 -0.35 -0.14 0.28 -0.14 -0.35

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.7 Variasi tegangan torsi (N/mm2)

z(mm) 1 2 3 4 5 6 7 8
1000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2000 -0.09 0.00 0.09 0.00 -0.09 0.00 0.09 0.00
3000 -0.26 0.00 0.26 0.00 -0.26 0.00 0.26 0.00
4000 -0.45 0.00 0.45 0.00 -0.45 0.00 0.45 0.00
5000 -0.66 0.00 0.66 0.00 -0.66 0.00 0.66 0.00
6000 -0.86 0.00 0.86 0.00 -0.86 0.00 0.86 0.00
7000 -1.07 0.00 1.07 0.00 -1.07 0.00 1.07 0.00
8000 -1.28 0.00 1.28 0.00 -1.28 0.00 1.28 0.00
9000 -1.49 0.00 1.49 0.00 -1.49 0.00 1.49 0.00
10000 -1.70 0.00 1.70 0.00 -1.70 0.00 1.70 0.00
11000 -1.91 0.00 1.91 0.00 -1.91 0.00 1.91 0.00
12000 -2.12 0.00 2.12 0.00 -2.12 0.00 2.12 0.00
13000 -2.33 0.00 2.33 0.00 -2.33 0.00 2.33 0.00
14000 -2.54 0.00 2.54 0.00 -2.54 0.00 2.54 0.00
15000 -2.75 0.00 2.75 0.00 -2.75 0.00 2.75 0.00
16000 -2.96 0.00 2.96 0.00 -2.96 0.00 2.96 0.00
17000 -3.17 0.00 3.17 0.00 -3.17 0.00 3.17 0.00
18000 -3.38 0.00 3.38 0.00 -3.38 0.00 3.38 0.00
19000 -3.59 0.00 3.59 0.00 -3.59 0.00 3.59 0.00
20000 -3.80 0.00 3.80 0.00 -3.80 0.00 3.80 0.00
21000 -4.01 0.00 4.01 0.00 -4.01 0.00 4.01 0.00
22000 -4.21 0.00 4.21 0.00 -4.21 0.00 4.21 0.00
23000 -4.42 0.00 4.42 0.00 -4.42 0.00 4.42 0.00
24000 -4.63 0.00 4.63 0.00 -4.63 0.00 4.63 0.00
25000 -4.84 0.00 4.84 0.00 -4.84 0.00 4.84 0.00
26000 -5.05 0.00 5.05 0.00 -5.05 0.00 5.05 0.00
27000 -5.26 0.00 5.26 0.00 -5.26 0.00 5.26 0.00
28000 -5.47 0.00 5.47 0.00 -5.47 0.00 5.47 0.00
29000 -5.68 0.00 5.68 0.00 -5.68 0.00 5.68 0.00
30000 -5.89 0.00 5.89 0.00 -5.89 0.00 5.89 0.00
31000 -6.10 0.00 6.10 0.00 -6.10 0.00 6.10 0.00
32000 -6.52 0.00 6.52 0.00 -6.52 0.00 6.52 0.00

Universitas Sumatera Utara


τb N/mm2 τa N/mm2

0.05
0.15
0.25
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1

0
0

0.2
0.3

0.1
-0.25
-0.15
-0.05

-0.35
0 0
1000 1000
2000 2000
3000 3000
4000 4000
5000 5000
6000 6000
7000 7000
8000 8000
9000 9000
10000 10000
11000 11000
12000 12000
13000 13000
14000 14000
z(mm)

z(mm)
15000 15000

z(mm)
z(mm)

16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000

ketinggian pada sumbu y


ketinggian pada sumbu x

21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
Gambar 4.3.20 Grafik hubungan tegangan geser warping dan
Gambar 4.3.19 Grafik hubungan tegangan geser warping dan

30000 30000
31000 31000
32000 32000

Universitas Sumatera Utara


w (σ/mm2) w (σ/mm2)

Gambar 4.3.22 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian

7
0

7
0

Gambar 4.3.21 Grafik hubungan tegangan torsi dan ketinggian


0 1000
1000 2000
2000 3000
3000 4000
4000 5000
5000 6000
6000 7000
7000 8000
8000 9000
9000 10000
10000 11000

pada sumbu y
11000 12000
12000 13000
z(mm)
z(mm)

pada sumbu x
13000

z(mm)
14000 14000
15000 15000
16000 16000
17000 17000
18000 18000
19000 19000
20000 20000
Universitas Sumatera Utara

21000 21000
22000 22000
23000 23000
24000 24000
25000 25000
26000 26000
27000 27000
28000 28000
29000 29000
30000 30000
31000 31000
32000 32000
Distribusi tegangan torsi

2
6,52 /

- +
- +

+ -
+ -
2
6,52 /

Distribusi tegangan geser warping

2
0,28 / 2 0,14 /
2
0,14 /
- -
+ 2
- - 0,35 /

2
0,35 /
- -
+
-
2 2
0,14 / 0,28 / 2 0,14 /

Gambar 4.3.23 Distribusi tegangan torsi dan tegangan geser warping

Universitas Sumatera Utara


4.3.5 Kombinasi Tegangan Total pada Core-wall Tertutup

Kombinasi tegangan antara lentur dan torsi pada core-wall adalah sebagai

berikut:

1. Tegangan lentur dan torsi searah sumbu z

total max = 4,8 + 6,86 + 6,52 = 18,18 N/mm2

2. Tegangan geser searah sumbu x dan y

a) Tegangan geser searah sumbu x

tot max= 2,14 + 0,35 = 2,49 N/mm2

b) Tegangan geser searah sumbu y

tot max = 1,2 + 0,28 = 1,48 N/mm2

Universitas Sumatera Utara


4.4 Hasil Perbandingan antara Core-wall Tertutup dan Terbuka

Berikut ini adalah hasil perbandingan antara core-wall tertutup dengan core-

wall terbuka dengan metode thin-walled:

a) Perbandingan antara core-wall tertutup dan core-wall terbuka penampang I

Wx Wx
t=200mm t=200mm

T T
b=4m Y Wyb=4m Y Wy

X X

a=8m a=8m

Gambar 4.4.1 Core-wall tertutup dan core-wall terbuka penampang I

Berikut terlampir tabel hasil perbandingan antara kedua core-wall tersebut:

Tabel 4.4.1 Perbandingan nilai tegangan antara core-wall tertutup dan terbuka penampang I

Jenis Tegangan Core-wall Tertutup Core-wall terbuka I Perbandingan


z (Tegangan Letur
6,86 N/mm2 16 N/mm2 233 %
Akibat Wx)
(Tegangan Geser
2,14 N/mm2 14,22 N/mm2 664 %
Akibat Wx)
z(Tegangan Lentur
4,8 N/mm2 6 N/mm2 125 %
Akibat Wy)
(Tegangan Geser
1,2 N/mm2 1,33 N/mm2 111 %
Akibat Wy)
z (Tegangan Torsi
6,52 N/mm2 79,92 N/mm2 1225 %
di sayap core-wall)
(Tegangan geser
warping sayap 0,35 N/mm2 17,4 N/mm2 4971 %
core-wall)
z (Tegangan Torsi
6,52 N/mm2 47,95 N/mm2 735 %
di badan core-wall)
(Tegangan geser
warping di badan 0,35 N/mm2 19,45 N/mm2 5557 %
core-wall)

Universitas Sumatera Utara


b) Perbandingan antara core-wall tertutup dan core-wall terbuka penampang II

Wx Wx
t=200mm ta=200mm

T T
b=4m Y Wy Y Wy
b=4m
tb=400mm tb=400mm
X X

a=8m a=8m

Gambar 4.4.2 Core-wall tertutup dan core-wall terbuka penampang II

Berikut terlampir tabel hasil perbandingan antara kedua core-wall tersebut:

Tabel 4.4.2 Perbandingan nilai tegangan antara core-wall tertutup dan terbuka penampang II

Jenis Tegangan Core-wall Tertutup Core-wall terbuka II Perbandingan


z (Tegangan Letur
6,86 N/mm2 1,28 N/mm2 19 %
Akibat Wx)
(Tegangan Geser
2,14 N/mm2 2,94 N/mm2 137 %
Akibat Wx)
z(Tegangan Lentur
4,8 N/mm2 3,43 N/mm2 71 %
Akibat Wy)
(Tegangan Geser
1,2 N/mm2 0,65 N/mm2 54 %
Akibat Wy)
z (Tegangan Torsi
6,52 N/mm2 40,79 N/mm2 626 %
di sayap core-wall)
(Tegangan geser
warping sayap 0,35 N/mm2 4,23 N/mm2 1208 %
core-wall)
z (Tegangan Torsi
6,52 N/mm2 17,07 N/mm2 262 %
di badan core-wall)
(Tegangan geser
warping di badan 0,35 N/mm2 7,59 N/mm2 2169 %
core-wall)

Universitas Sumatera Utara


c) Perbandingan antara core-wall terbuka penampang I dan core-wall terbuka

penampang II

Wx Wx
t=200mm ta=200mm

T T
b=4m Y Wy b=4m Y Wy

tb=400mm tb=400mm
X X

a=8m a=8m

Gambar 4.4.3 Core-wall terbuka penampang I dan core-wall terbuka penampang II

Berikut terlampir tabel hasil perbandingan antara kedua core-wall tersebut:

Tabel 4.4.3 Perbandingan nilai tegangan antara core-wall tebuka penampang I dan II

Jenis Tegangan Core-wall Terbuka I Core-wall terbuka II Perbandingan


z (Tegangan Letur
16 N/mm2 1,28 N/mm2 8%
Akibat Wx)
(Tegangan Geser
14,22 N/mm2 2,94 N/mm2 21 %
Akibat Wx)
z(Tegangan Lentur
6 N/mm2 3,43 N/mm2 57 %
Akibat Wy)
(Tegangan Geser
1,33 N/mm2 0,65 N/mm2 49 %
Akibat Wy)
z (Tegangan Torsi
79,92 N/mm2 40,79 N/mm2 51 %
di sayap core-wall)
(Tegangan geser
warping sayap 17,4 N/mm2 4,23 N/mm2 24 %
core-wall)
z (Tegangan Torsi
47,95 N/mm2 17,07 N/mm2 36 %
di badan core-wall)
(Tegangan geser
warping di badan 19,45 N/mm2 7,59 N/mm2 39 %
core-wall)

Universitas Sumatera Utara


Analisis yang tepat pada profil terbuka yang terdiri dari satu kotak atau lebih

biasanya sangat rumit dan masih diragukan solusi yang dapat digunakan untuk

menyelesaikannya. Pada teori Thin-Walled terdapat dua teori yaitu teori pendekatan

torsi dan teori torsi untuk profil tertutup oleh Benscoter. Pada kasus tertentu dimana

tegangan torsi sangat besar dan berubah dengan cepat maka teori pendekatan

sudah tidak akurat karena asumsi yang mengikuti teori Saint Vennant dimana

sangat kecil yang juga mengakibatkan kecilnya nilai . Teori pendekatan ini sangat

mendekati teori dari profil terbuka yang dikembangkan oleh Vlasov(1961). Teori

yang lebih akurat kemudian dikembangkan oleh Benscoter untuk mengatasi masalah

ini. Dalam teori Benscoter ini diungkapkan cara yang lebih akurat dalam mencari

nilai tegangan geser warping .

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Ada beberapa hasil yang terlihat pada hasil penelitian yang diaangap perlu

untuk mendapatkan pembahasan antara lain sebagai berikut,

1. Suatu bidang core-wall terbuka dan core-wall tertutup yang diberi

pembebanan akan mengalami suatu tegangan yang terjadi disepanjang

bentang . Adapun tegangan yang terjadi adalah tegangan lentur, tegangan

geser, serta tegangan geser warping dan tegangan torsi. Tegangan ini terjadi

akibat adanya gaya lintang, momen lentur serta momen torsi yang bekerja

disepanjang bidang core-wall tersebut.

2. Tegangan lentur yang terjadi pada bidang core-wall tersebut diakibatkan oleh

momen lentur yang bekerja yang dihasilkan oleh pembebanan pada bidang

core-wall tersebut. Arah dari tegangan lentur yang bekerja tegak lurus

Universitas Sumatera Utara


terhadap bidang penampang potongan dari core-wall tersebut. Tegangan

lentur ini menyebabkan pelenturan core-wall disepanjang sumbu yang

menyebabkan sebagian sisinya menimbulkan sebuah tegangan tarik dan sisi

yang lain bekerja tegangan tekan.

3. Tegangan geser yang terjadi pada bidang core-wall tersebut diakibatkan oleh

gaya geser atau gaya vertikal yang terjadi akibat pembebanan pada bidang

core-wall. Arah dari tegangan geser yang bekerja sejajar terhadap bidang

penampang potongan dari core-wall tersebut. Bentuk distribusi dari tegangan

geser tergantung dari bentuk penampang potongan dan arah dari suatu

pembebanan yang bekerja

4. Tegangan geser warping yang terjadi pada bidang core-wall tersebut

diakibatkan oleh suatu momen putir yang terjadi akibat pembebanan yang

menyebabkan terjadi puntiran (warping) pada bagian core-wall tersebut

5. Perbandingan selisih yang terbesar antara core-wall tertutup dan core-wall

terbuka terletak pada tegangan torsi dan tegangan geser warping yang terjadi

di bagian badan dan sayap core-wall. Hal ini disebabkan oleh adanya

beberapa faktor yang menyebabkan perbandingan selisih yang signifikan

antara dua core-wall tersebut antara lain nilai titik berat yang menyebabkan

momen inersia polar berbeda secara signifikan pada core-wall terbuka. Hal

ini tentu saja akan mempengaruhi terhadap hasil dari nilai momen torsi serta

bimoment antara core-wall terbuka dan tertutup yang kemudian akan

mempengaruhi hasil dari tegangan torsi dan tegangan geser warping antara

kedua core-wall tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dengan metode thin-walled theory antara core-wall terbuka

dan core-wall tertutup diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Core-wall tertutup dengan core-wall terbuka penampang I

1. Beban sejajar sumbu x, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 233%

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 664%.

2. Beban sejajar sumbu y, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 125%,

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 110%.

3. Beban torsi pada sumbu z, tegangan torsi di sayap core-wall diperoleh

perbandingan sebesar 1225% sedangkan tegangan torsi di badan core-wall

perbandingan sebesar 735%

4. Beban tegangan geser warping pada sumbu z, tegangan geser warping di sayap

core-wall diperoleh perbandingan sebesar 4971% sedangkan tegangan geser

warping di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 5557%

2. Core-wall tertutup dengan core-wall terbuka penampang II

a) Beban sejajar sumbu x, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 19%

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 137%.

b) Beban sejajar sumbu y, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 71%,

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 54%.

Universitas Sumatera Utara


c) Beban torsi pada sumbu z, tegangan torsi di sayap core-wall diperoleh

perbandingan sebesar 626% sedangkan tegangan torsi di badan core-wall

perbandingan sebesar 262%

d) Beban tegangan geser warping pada sumbu z, tegangan geser warping di sayap

core-wall diperoleh perbandingan sebesar 1208% sedangkan tegangan geser

warping di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 2169%

3. Core-wall terbuka penampang I dengan core-wall terbuka penampang II

a) Beban sejajar sumbu x, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 8%

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 21%.

b) Beban sejajar sumbu y, tegangan lentur diperoleh perbandingan sebesar 57%,

sedangkan tegangan geser diperoleh perbandingan sebesar 49%.

c) Beban torsi pada sumbu z, tegangan torsi di sayap core-wall diperoleh

perbandingan sebesar 51% sedangkan tegangan torsi di badan core-wall

perbandingan sebesar 36%

d) Beban tegangan geser warping pada sumbu z, tegangan geser warping di sayap

core-wall diperoleh perbandingan sebesar 24% sedangkan tegangan geser warping

di badan core-wall diperoleh perbandingan sebesar 39%

4. Hasil dari nilai, tegangan geser warping, tegangan torsi dan tegangan lentur core-

wall terbuka lebih besar dibandingkan core-wall tertutup, hal ini menunjukan

bahwa core-wall terbuka lebih lemah terhadap gaya yang bekerja disepanjang core-

wall dibandingkan dengan core-wall tertutup.

Universitas Sumatera Utara


5. Hasil dari perbandingan yang signifikan antara kedua core-wall terletak pada

tegangan torsi dan tegangan geser warping di bagian badan dan sayap core-wall.

Hal ini menunjukan core-wall terbuka jauh lebih lemah terhadap tegangan torsi dan

tegangan geser warping yang bekerja yang disebabkan karena pengaruh bentuk

core-wall terbuka yang tidak simetris.

5. 2 Saran

Berdasarkan penulisan tugas akhir ini, beberapa saran yang penulis dapat berikan

adalah sebagai berikut:

1. Diperlukan perhitungan yang sangat teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat

2. Perhitungan yang dibuat hanya untuk satu kelompok core-wall saja, apabila

struktur yang memiliki core-wall berkelompok banyak maka diperlukan studi

khusus yang lebih lanjut

3. Perhitungan yang dibuat tidak memperhitungkan beban gempa, sehingga

diperlukan suatu kajian perumusan lebih lanjut untuk perihal tersebut

4. Perhitungan yang saya gunakan tidak memperhitungkan kekakuan balok dan lantai

akibat dari pengekangan setiap lantai dari core-wall tersebut maka diperlukan

analisa lebih lanjut untuk mempertimbankan efek dari kekakuan balok dan lantai

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Timoshenko,S and Woinowasky-Krieger.1970. Theory of Plates and Shells. McGraw-

Hill Company. New York.

2. Szilard,R.. 1974. Teori dan Analisis Plat. Erlangga. Jakarta.

3. Murray,N.1984.Introduction to the theory of thin-walled structures.Oxford

University Press. New York.

4. Case,J and Chilver.1961.Strength of materials and structures. Edward Arnold

Limited. London.

5. Surbakti, Besman.2008. Lentur Dan Torsi Pada Corewall Tampang Tertutup Tidak

Berlubang. Program Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara.

6. Winardi. Felix.2012. Analisa Lentur dan Torsi Pada Corewall Tidak Berlubang

dengan Teori Thin-Walled. Program S1 Sarjana Universitas Sumatra Utara

7. Cook Robert D.1981.Concepts And Applications Of Finite Element Analysis. PT

Eresco. Bandung.

8. Weaver,William and Johnston Paul. 1989. Finite Elements For Structural Analysis.

PT Eresco. Bandung.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Tabel Integral Volume

F1(x) a a a b
F2(x)
L L L

( + )
c 2 2
L

(2 + )
c 2 3 6
L

( +2 )
c
2 6 6
L

( + ) (2 + ) 2 + + ( +2 )
c d
2 6 6
L

Parabolic
d ( +4 + ) ( +2 ) +2 + (2 + )
c e 6 6 6
L

Sumber : Murray,N., Introduction to the theory of thin-walled structures,Oxford


University Press, New York, 1984 halaman 93

Universitas Sumatera Utara


Tabel Bimoment pada Jenis- Jenis Perletakan

Sumber : Murray,N., Introduction to the theory of thin-walled structures,Oxford


University Press, New York, 1984 halaman 168

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai