Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SUMMERY

MENEJEMEN KEPERAWATAN

KOMONIKASI MENEGERIAL

AYU ARISTIA HARUN

105111101919

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
A. Komunikasi Manajerial

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin
selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan
rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Berikut merupakan definis
komunikasi manajemen menururut beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people manage their
communication processes through construing meanings about their relationships with
others in various setting. They are managing their communication and actions in a large
of relationship – some personal some professional. Bagaimana orang-orang mengelola
proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam setting atau konteks
komunikasi.

2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan


berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya
komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan
yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang dimaksud
disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional, governmental,
sosial, atau bahkan internasional.

Dari pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwakomunikasi manajerial atau


komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia untuk mencapai
tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.Komunikasi manajemen juga dapat diartikan
sebagaikomunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan
maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan
kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Proses Komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.


Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan, Pengorganisasian memerlukan
komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka, Pengarahan mengharuskan manejer
untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat tercapai. Jadi seorang
manajer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan
komunikasi dengan pihak lain.

A. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa juga
disebut komponen atau elemen komunikasi.

1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau


pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber
sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source,
sender, atau encoder.

2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).

3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra
selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud
dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah
kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang
melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan
adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media
publik,  kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan
biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan
semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka
berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan
dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi
(Hafied Cangara, 2008;123-126).

4. Penerima, Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber.  Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai
atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience  ataureceiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena
adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen
penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan.

B. Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan olehStephen


P. Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmakasebagai berikut:

1. Kendali

Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi

2. Motivasi
Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para
karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa yang
dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar.

3. Pengungkapan emosional

Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi
sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme
fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas
mereka.

4. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk


mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-
pilihan alternatif.

C. Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang baik, dapat
memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat menjadi kajian dan
sarana informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang sebagai sarana investasi
yang merupakan aspekyang sangat penting dalam Manajemen Komunikasidalam upaya
mengembangakan hubungan yang profesional”membentuk goodwill, toleransi (tolerance),
saling kerjasama (mutual understanding) dan saling menghargai (mutual appreciation) serta
memperoleh opini public yang favorable, image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip
hubungan yang haronis baik hubungan kedalam (internal relations) maupun hubungan keluar
(external relations).

Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa komunikasi terjadi di


dalam organisasi atau perusahaan:

1. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)

Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri jika mereka di
beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju informasi tersebut.

2. Persuade Others  (mempengaruhi orang lain)

Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan


menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku.
3. Help Others  (menolong orang lain)

Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian nasihat kepada
para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah, ataupun memotivasi orang
lain dalam mencapai tujuan karier mereka.

4. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)

Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan
mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka lakukan.

D. Strategi Komunikasi Manajerial

Dalammelakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu strategi agar


proses komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan seminimal mungkin. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan dalam strategi berkomunikasi dalam organisasi, yaitu pola
komunikasi dan gaya kemunikasi.

Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan komunikasi. Poa
komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah dan fungsinya.

1. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik.
Dalam komuniksi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk
petunjuk,informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada bawahannya.
Sementara bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan
kepada pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para
karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi yang lancar, terbuka dan
saling mengisi merupakanmencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis.

b. Downward Communication (komunikasi kebawah)

Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada


yang lebih sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi dalam sebuah
organisasi. Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak,
pernyataan kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat
perubahan-perubahan lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan,
sasaran, dan pernyataan misi. Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat
memo, email, catatan,dan saluran individu ke grup atau dari individu ke individu; atau
mereka mungkin saja dapat disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam
hirarki. Selama proses pengiriman, pesan asli dapat di edit, ditambah, dikurangi,
dijelaskan, atau bahkan diubah.

Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan dengan tugas


pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga membawa informasi tentang
kebijakan dan prosedur, serta bisa jadi digunakan untuk feedback yang bersifat
motivasional pada karyawan. Komunikasi kebawah terjadi jika manajer atau penyelia
mengirimkan pesan kepada satu orang bawahan atau lebih.

Komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi atau


penjelasan bagaimana seorang atasan menginginkan suatu tugas diselesaikan para
atasan mengirimkan informasi mengenai peraturan, kebijakan, dan standar minimum.
Para atasan juga memberikan informasi untuk menilai prestasi bawahan atau
memotivasi seorang bawahan. Komunikasi ke bawah menetapkan suatu organisasi
bisnis. Apabila sebagian besar dalam organisasi dalam bisnis berasal daripuncak
(vertikal ke bawah) dan biasanya berupa instruksi, gaya organisasi cenderung
otokrasi. Apabila sebagian besar komunikasi ke bawah bersifat mendukung dan
memiliki unsur perhatian yang besar terhadap bawahan, rangkasian sifat akan lebih
bersifat mendukung. Komunikasi seperti itu akan mendorong pembentukan kolaborasi
antara pimpinan dan pegawai. Lebih jauh lagi, komuniaksi akan mendorong rangkaian
penuh komunikasi ke atas.

c. Upward Communication (komunikasi keatas) 

Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting dari downward


communication. Saluranupward communication membawa data dari pelanggan
mengenai produksi barang dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan
untuk operasi organisasi dari hari ke hari. Keterangan ini dapat digunakan bila orang-
orang yang berada di level atas di suatu organisasi adalah orang-orang yang memiliki
keterampilan mendengar, mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak
ada komitmen untuk melakukan pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan terjadi
”culture of silence” atau budaya diam dan atau ”culture of silos” yang mungkin
berlaku, yang akan membawa konsekuensi dampak yang serius untuk organisasi-
dengan tanpa peringatan awal untuk menanggulangi bencana, ini mungkin akan
membawa krisis yang besar. Dalam beberapa situasi, tidak ada berita merupakan
berita yang sangat buruk, dan berita buruk adalah tiada berita; staff pada level bawah
akan segan untuk memberikan berita buruk, yang mungkin vital bagi kehidupan
organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat memancing kritik- sebuah
budaya ”shoot the messenger” .

Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide baru dan


penyelesaian masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang di bagian bawah
hirarki dekat dengan masalah-masalah spesifik dan dapat lebih waspada kepada solusi
praktis daripada orang-orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi
keatas membawa informasi dari tingkat bawah ke tingkat atas organisasi. Informasi
itu mungkin concern pada aktivitas lingkungan luar atau internal pada tingkat bawah
organisasi.

Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas keputusan


yang telah diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai kesempatan untuk
menginformasikan dan mengajukan keluhan, dan memberikan saran untuk
pengembangan. Komunikasi keatas terjadi jika pesan mengalir dari bawahan ke
manajer atau atasan. Para pegawai harus melaporkan kemajuan mereka dalam
penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-tugas apa yang menyebabkan masalah bagi
mereka; saran-saran bagi peningkatan produk atau peningkatan prosedur; dan yang
terpenting adalah perasaan mereka mengenai bagaiaman asegala sesuatu berjalan.
Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting- para manajer memerlukan umpan
balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka apakah telah dipahami atau
bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima setelah masalah-masalah apa yang
dikembangkan.

d. Komunikasi Horizontal

Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota staff,


karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali berlangsung
tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang
bekerja, melainkan pada saat istirahat atau waktu pulang kerja. Dalam situasi
komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan
seringkali mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang
merugikan mereka.

e. Komunikasi Eksternal

Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan komunikasi


dilakukan oleh pihak organisasi/perusahaan melalui kesepakatan manajemen untuk
melakukan kegiatan komunikasi dengan pihak luar atau publik yang berada diluar
organisasi tentunya menjadi perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik
luar ini, keberhasilan suatu organisasi sulit tercapai. Hal tersebut memberikan
konsekuensi bagi pihak organisasi untuk dapat meraih perhatian publik luar dan
menarik simpati publik luar tehadap organisasi, sehingga mereka mau bekerja sama
dengan pihak organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi dapat
dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari tingkatan
pimpinan tertinggi sampai dengan karyawan operasional sampai merupakan
repersantasi publik organisasi pada saat mereka melakukan kegiatan komunikasi
dengan publik luar. Oleh karenanya segala prilaku mereka atau prilaku manajemen
suatu organisasi akan memberikan warna bagi efektivitas komunikasi.
Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika
kegiatan komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada publik luar, maka
dapat dilakukan dalam bentuk misalnya ;

1) Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat dilakukan
kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi, publisitas,pameran,dsb
2) Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui ,press conference
press interview,press tour

Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak organisasi
dapat dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.

Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan


umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak
merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini
dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel
surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster;
konferensi pers.
2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada
organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi
yang dilakukan oleh organisasi.

1. Pola Komunikasi berdasarkan Fungsi

a. Pola Komunikasi dalam Planning

Planningberarti menentukan tujuan dan sasaran utama perusahaan agar berhasil,


termasuk diantaranya : mengembangkan strategi, menetapkan kebijakan,
merencanakan anggaran dan petunjuk-petunjuk umum untuk menggiatkan jalannya
perusahaan.
Untuk melakukan hal tersebut di dalam sebuah organisasi, diperlukan dimensi
komunikasi vertikal dan horizontal. Karena dalam melakukan perencanaan atau
planning harus melibatkan pemimpin dan anggota lainnya. Agar dapat mengetahui
keadaan perusahaan dan strategi dari seluruh bagian dari organisasi tersebut.Contoh
kasus: Sebuah perusahaan melakukan rapat untuk membahas strategi agar perusahaan
tersebut dapat lebih berkembang. Maka perusahaan tersebut harus mengundang
seluruh kepala bagian. Maka dalam rapat tersebut akan terjadi komunikasi untuk
membicarakan hal dalam perusahaan. Disitulah terjadi pola komunikasi horizontal,
karena komunikasi dilakukan antar kepala bagian yang mempunyai jabatan yang
sama.
Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam suatu perusahaan, maka
dalam rapat tersebut di undang direksi, kepala bagian dan beberapa karyawan lainnya.
Hal itu menyebabkan terjadinya komunikasi secara vertikal karena dilakukan dari
atasan kebawahan dan sebaliknya.

f. Pola Komunikasi Dalam Organizing

Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau kebutuhan untuk


mencapai sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan. Dalam praktiknya,
diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi sebagai garis komando dalam
menjalankan fungsi dan peran anggota organisasi/perusahaan.Karena
diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi, maka dalam organizing
dilakukan pola komunikasi vertikal. Hal tersebut disebabkan dalam membentuk
struktur organisasi dan memberikan komando dilakukan oleh seorang pimpinan
sebuah perusahaan ke bawahannya untuk mengisi sebuah posisi dan menjalankan
tugas di bagian yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.

g. Pola Komunikasi Dalam Directing

Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah ditetapkan


perusahaan serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain pekerjaan.Directing itu
memerlukan pola komunikasi vertikal, karena adanya pengarahan yang diberikan oleh
atasa (pimpinan perusahaan) kepada bawahan hatau karyawannya untuk mencapai
sebuah konsep kebutuhan atau perencanaan dalam perusahaan.

h. Pola Komunikasi Dalam Controlling

Mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai dengan perencanaan


dan dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh manajer atau pimpinan yang
bertanggung jawab langsung atas anggota organisasi/perusahaan. Contoh kasus :
seorang manajer akan mengawasi cara dan hasil kerja karyawannya dan jika cara dan
hasil kerja karyawan tersebut dianggap kurang maka manajer akan menegur dan
memberi arahan kepada karyawan tersebut.
Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi manajemen
Controling itu menggunakan pola komunikasi Vertikal, karena adanya arahan dari
atasan (manajer) ke bawahan (karyawan).

  Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada


kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka
melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Gaya komunikasi didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari
pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss :


1. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan adanya


satu    kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,  pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang
memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untukberharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk     berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik
atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatirdengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan
terhadap suatu permasalahan yang kompleks.

3. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal


secara    tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
lebihmemberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain denganjalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut.

4. The Dynamic style


Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannyaberorientasipada tindakan (action-oriented). The dynamic style
of communicationini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang
membawapara wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya
komunikasiyang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan
untukbekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup
efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis,
namundengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan
yang   cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima


saran,pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberiperintah dan
mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akanefektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-  orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untukbertanggung jawab atas
semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya


tindak     komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya
ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

E. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan

Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip komunikasi manajemen ini pula yang
harus diterapkan dalam manajemen keperawatan. Secara umum, berikut prinsip komunikasi
manajemen:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa yang
akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.

2. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.


Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah
CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan/tulisan)
dengan teman sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur diatas. Profil
perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing,
minimal bahasa inggris.

1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara akurat,
salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah disampaikan.

2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan orang lain
dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

F. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi

1. Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin


berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media
komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis
hambatan teknis dari komunikasi :

a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas

b. Kurangnya informasi atau penjelasan

c. Kurangnya ketrampilan membaca

d.  pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

7. Hambatan Semantik

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau


idea secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan
lewat bahasa Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
[komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya
hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan
sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus
memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

8. Hambatan Manusiawi

Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan
atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang

Anda mungkin juga menyukai