1. MAKANAN ORAL
Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien
secara langsung melalui mulut. Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral
adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasien. Dalam pemberian makanan secara oral
harus memperhatikan kondisi pasien dalam kesanggupan mengkonsumsi
makanannya,misalnya bentuk atau tekstur makanan disesuaikan dengan kondisi
pasien.Bentuk atau tekstur makanan oral berprinsip pada bentuk makanan rumah
sakit.Bentuk-betuk makanan rumah sakit disesuaikan dengan keadaan pasien.
Menurut Almatsier (2004) makanan orang sakit dibedakan dalam : makanan biasa,
makanan lunak, makanan saring dan makanan cair.
a. Makanan Biasa
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk, tekstur dengan aroma yang normal. Susunan
makanan mengacu pada pola makanan seimbang dan angka kecukupan gizi
(AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan
kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus berhubungan dengan
penyakitnya, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah cerna,
dan tidak merangsang saluran cerna.
b. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan dan dicerna, makanan ini cukup kalori, protein dan zat-zat gizi lainnya.
Menurut keadaan penyakitnya makanan lunak dapat Diberikan langsung
kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan
biasa. Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi.
c. Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih
halus dari makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Makanan
saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada
infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta pada pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan. Menurut keadaan penyakit, makanan
saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau perpindahan dari
makanan cair kental ke makanan lunak.
d. Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
mengunyah, menelan dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh
menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah. Pasca pendarahan
saluran cerna, serta pra dan pasca bedah makanan dapat diberikan secara
oral atau parenteral (Almatsier, 2007).
2. MAKANAN ENTERAL
Makanan enteral merupakan pemberian makan kepada pasien dengan kondisi
pencernaan yang masih baik namun sulit untuk mengasup makanan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi secara oral. Makanan enteral biasanya diberikan pada
pasien yang tidak bisa makan melalui oral seperti dalam kondisi penurunan
kesadaran, gangguan menelan (disfagia), dan kondisi klinis lainnya atau pada pasien
dengan asupan makan via oral yang tidak adekuat. Pemberian gizi enteral pada pasien
dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan fungsi hati/liver, mengurangi kejadian
komplikasi infeksi, jumlah/frekuensi masuk rumah sakit dan lama hari rawat di rumah
sakitPemberian enteral melibatkan kerongkongan, lambung, dan usus kecil dan besar.
Pemilihan tipe nutrisi enteral ditentukan berdasarkan kemampuan formula dalam
mencukupi kebutuhan gizi, yang dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lain :
• Kandungan/densitas energi dan protein dalam formula (dinyatakan dalam
kkal/ml, g/ml, atau ml fluid/L)
• Fungsi saluran cerna
• Kandungan mineral seperti Natrium, Kalium, Magnesium, dan Posfor dalam
formula terutama bagi pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, dan
gangguan liver
• Bentuk dan jumlah protein, lemak, karbohidrat, dan serat dalam formula
• Efektivitas biaya, cost to benefit ratio
Jenis formula enteral dikelompokkan berdasarkan bentuk & komposisi zat gizi
makronya. Terdapat beberapa tipe nutrisi enteral dasar diantaranya formula enteral
polimerik, formula enteral modular, formula enteral elemental, dan formula enteral
spesifik.
a. Formula Polimerik
Disebut juga formula utuh karena mengandung protein utuh dan zat gizi lain dalam
bentuk kompleks. Formula polimerik mengandung zat gizi yang lengkap yang baik
untuk sistem digestif fungsional normal, dapat digunakan di rumah sakit maupun
perawatan di rumah (home care). Komposisi formula polimerik yaitu protein utuh
sebagai sumber nitrogen, karbohidrat (dari oligosakarida, maltodekstrin, atau pati),
lemak dari minyak nabati, mineral, dan vitamin. Formula polimerik tidak
mengandung laktosa dan gluten. Densitas kalori bervariasi dari 0,5 – 2 kkal/ml.
Densitas 0,5 – 1 kkal/ml digunakan untuk inisiasi formular enteral sedangkan
densitas 1,5 – 2 kkal/ml untuk pasien yang kebutuhan energinya meningkat atau
restriksi cairan. Karena zat gizi tidak dihidrolisis, osmolalitas formula polimerik
sekitar 300 mOsm/L yang toleransinya dapat ditingkatkan.
b. Formula Modular
Mengandung makronutrien sebagai komponen zat gizi tunggal (1 makronutrien)
ataupun kombinasi. Formula ini dapat dicampur untuk membuat formulasi enteral
spesifik atau dapat ditambahkan menjadi formula baru.Tujuan pemberian formula
modular yaitu digunakan sebagai suplemen yang dapat menambah densitas kalori
atau protein. Zat gizi tunggal dapat digunakan untuk memodifikasi kandungan
protein, lemak, atau karbohidrat serta kualitasnya. Formulasi enteral modular
membutuhkan penanganan intensif untuk menurunkan risiko kontaminasi
mikrobiologi.
c. Formula Elemental
diberikan bagi pasien dengan kapasitas digestif terbatas seperti gangguan
absorpsi pada usus, Crohn disease, short bowel syndrome. Formula elemental
tidak mengandung serat, laktosa, dan gluten, residu rendah, mengandung banyak
zat gizi dalam bentuk sederhana sehingga memiliki nilai osmotik tinggi. Harga
formula elemental lebih tinggi dibanding formula polimerik karena zat gizinya telah
terhidrolisis menjadi komponen lebih kecil sehingga dapat diabsorpsi secara cepat.
Rasa serta aroma formula elemental tidak enak karena diberikan lewat pipa.
Formula oligomerik dan monomerik mengandung makronutrien yang dihidrolisis
enzimatik sehingga mudah diabsorbsi oleh tubuh.
Formula monomerik tidak mengandung asam amino, glukosa, oligosakarida dan
lemak dalam jumlah sedikit, biasanya digunakan lemak rantai medium atau asam
lemak esensial. Formula monomerik mengandung mikronutrien esensial (mineral,
vitamin, trace element, dan asam lemak esensial). Pada formula oligomerik,
sumber nitrogen sebagian besar teridiri dari dipeptida dan tripeptida dengan jumlah
asam amino yang bervariasi. Formula oligomerik menganndung dosis yang
direkomendasikan untuk semua mikronutrien dan zat gizi lengkap.
d. Formula Spesifik
Formulasi spesial diberikan pada pasien dengan kebutuhan gizi penyakit spesifik
atau organ spesifik. Formula enteral spesifik dapat diberikan pada pasien dengan
penyakit hati, ginjal, kanker, diabetes, gagal jantung, disfungsi gastrointestinal,
stres metabolik seperti trauma dan stres. Formula ini lebih mahal dibanding
formula enteral standar dan dapat menyebabkan komplikasi jika digunakan tidak
sesuai.
Kasus Obesitas Pada Anak
Resa adalah putri dari Tn. Rino dan Ny. Nia. Resa berusia 8 tahun dengan TB 155 cm dan
BB 35 kg. Tn. Rino adalah seorang dosen di suatu universitas swasta dan Ny. Nia adalah
seorang ibu rumah tangga.Tiap hari Resa pulang sekolah pukul 13.00 WIB dan setelah itu
langsung makan siang Bersama ibunya. Aktivitas Resa sehari-hari adalah : 2x seminggu les
Bahasa inggris dan dihari lainnya Resa isi dengan meonton TV dan game ( playstation )
dikamarnya. Resa sangat senang makan makanan bersantan, goreng-gorngan dan sangat
tidak menyukai sayuran dan seminggu sekali Resa Bersama ayah dan ibunya makan
direstaurant padang favorit mereka.
Audit Gizi
Pagi : Nasi goreng + teluur ceplok (1P) + susu (1 gelas)
Snack : 1 mangkok bakso + es the (1gelas)
siang : Nasi (2P) + Nugget ayam (2P) + 1 buah jeruk
Snack : Tempe mendoan (2 potong) + susu (1 gelas)
Malam : Nasi (1 ½ P) + ayam goreng tepung (1P) + susu (1 gelas)
A. SKRENING GIZI
No. Pertanyaan Skrining Skor
1. Apakah pasien tampak kurus? 0
2. Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu bulan 0
terakhir?
(berdasarkan penilaian objektif data berat badan bila ada atau
penilaian subjektif orang tua pasien atau untuk bayi < 1 tahun berat
badan tidak naik selama 3 bulan terakhir)
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi tersebut? (diare ≥ 5 kali / 0
hari dan muntah > 3 kali / hari dalam seminggu terakhir atau
asupan makanan.
a. Berkurang selama 1 minggu terakhir)
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan 0
pasien beresiko mengalami malnutrisi?
Total Skor 0
B. ASSESMEN GIZI
- Antropometri
BB : 35 kg
TB : 155 cm
Tiap hari Resa pulang sekolah pukul 13.00 WIB dan setelah itu langsung
makan siang Bersama ibunya. Aktivitas Resa sehari-hari adalah : 2x
seminggu les Bahasa inggris dan dihari lainnya Resa isi dengan meonton
TV dan game ( playstation ) dikamarnya. Resa sangat senang makan
makanan bersantan, goreng-gorngan dan sangat tidak menyukai sayuran
dan seminggu sekali Resa Bersama ayah dan ibunya makan direstaurant
padang favorit mereka.
Audit Gizi :
Kesimpulan :
Dari hasil diagnosa gizi dapat disimpulakan bahwa nn.R mengalami
kelebihan asupan energi, dibuktikan dengan hasil perhitungan IMT = 26,46
yang menandakan bahwa Nn.R mengalami gemuk tingkat
ringan/overweight. Oleh karena itu , Nn.Rsangat disarankan untuk
makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. Mengurangi konsumsi
makanan sumber kalori/energi yaitu karhohidrat, lemak, protein, merubah
poola makan menjadi sehat dan meneruskan kebiasaan tersebut.
D. INRVENSI GIZI
1. Rute : Pemebrian makanan dan minuman melalui oral
2. Frekuensi : 3x menu utama dan 2x menu seligan
3. Bentuk Makanan : Makanan Biasa
4. Tujuan Diet :
a) Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur,
gender dan kebutuhan fisik.
b) Mencapai IMT normal yaitu 18,5 – 25.
c) Mengurangi asupan energi sehingga tercapai penurunan berat
badan sebanyak ½ -1 kg/minggu.
5. Jenis Diet
Diet Rendah Energi dan Tinggi Serat,karena pasien overweight yang
ditandai berat baban yang tidak ideal berdasarkan perhitungan IMT.
6. Perhitungan Zat Gizi
- Kecukupan Energi
AKG = BBA / BB Standar AKG x Kalori berdarkan AKG
= 35 kg / 27 kg x 1.650 kkal
= 1,29 x 1.650 = 2.128,5 kkal = 2.128 kkal
- Kebutuhan Energi
a) Menentukan AMB
Perempuan ; 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 35) + (1,8 x 155) – (4,7 x 8)
= 655 + 336 + 279 – 37,6
= 1.232,4 kkal = 1.232 kkal
b) Kebutuhan Energi Berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik
Diketahui Aktivitas Fisik Nn.R sedang (1,70) dengan nilai AMB
1.232 kkal,maka kebutuhan energinya :
Aktivitas Fisik x Nilai AMB = 1,70 x 1.232 kkal = 2.094,4 kkal = 2.094
kkal (kebutuhan energi sehari)
7. Prinsip Diet
- Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
- Mengurangi konsumsi makanan sumber kalori/energi yaitu, karbohidrat,
lemak, protein
- Mengubah pola makan menjadi sehat
- Diet dilakukan secara bertahap , dengan menurunkan berat badan sekitar
0,5 kg/minggu.
8. Syarat Diet
a) Energi rendah,ditunjukan untuk menurunkan berat badan.
Pengurangan dilakukan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kulaitas maupun
kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak 1 kg/minggu
energi dikurangi sebanyak 100-1000 kkal/hari dari kebutuhan
normal.
b) Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-10 %
energi total.
c) Lemak sedang yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total. Usahakan
lemak berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh
ganda yang kadarnya tinggi.
d) Karbohidrat sedikit rendah, yaitu 55-65 % dari kebutuhan energi
total. Gunakan lebih banyak sumuer karbohidrat kompleks untuk
memberi rasa kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai
alterative, bisa digunakan gula buatan pengganti gula sederhana.
e) Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
f) Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan.
g) Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.
9. Edukasi Gizi
• Topik : Penerapan Gizi Seimbang Untuk Anak
Obesitas
• Sasaran : Orang tua Nn.R
• Waktu : ± 30 menit
• Bentuk Edukasi : Diskusi dan Tanya Jawab
• Materi :
➢ Pengertian obesitas
➢ Tipe-tipe obesitas
➢ Penyebab obesitas
➢ Penyakit akibat obesitas
➢ Prinsip gizi seimbang untuk penderita obesitas pada anak