Modul Pengantar Pengelolaan Keuangan Neg
Modul Pengantar Pengelolaan Keuangan Neg
KEUANGAN NEGARA
MILA MUMPUNI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengalirkan berkat
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar Pengantar
Pengelolaan Keaungan Negara. Bahan ajar ini ditujukan bagi mahasiswa Program Diploma
III Keuangan agar dapat memahami secara umum bagaimana pengelolaan keuangan
negara, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban.
Bahan Ajar ini dapat disusun dan disajikan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2. Para Reviewer bahan Ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara
3. Rekan-rekan Widyaiswara di lingkungan STAN khususnya Bapak Agung Widi Hatmoko
4. Pihak-pihak yang telah mendukung tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih memiliki beberapa keterbatasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga bahan ajar ini dapat lebih bermanfaat.
Penulis
LATAR BELAKANG
Bahan ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara ini khusus disusun untuk mahasiswa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Bahan ajar ini bertujuan sebagai bahan pemahaman awal
bagi mahasiswa mengenai Keuangan Negara.
DESKRIPSI SINGKAT
Dengan bergulirnya reformasi dalam Ketatanegaraan Indonesia, semakin jauh telah
menyentuh berbagai sendi kehidupan pemerintah. Sikap positif yang ditunjukkan pemerintah
dengan mengolah suatu tatanan kaidah hukum yang mengatur penyelenggaraan
pemerintah. Selain tatanan kaidah hukum, sebelumnya perlu menelaah kembali filosofi yang
mendasari tatanan tersebut. Adapun yang dimaksud adalah tatanan tentang Keuangan
Negara.
Keuangan Negara menjadi hal mendasar pada tatanan pemerintah dalam mengelola
Keuangan. Kita perlu mengetahui hal-hal yang menjadi alasan pemerintah dalam mengambil
berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang diambil mencakup penerimaan negara,
pengeluaran pemerintah, anggaran yang disusun berupa APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara), kebijakan fiskal, pengelolaan pendapatan, pengelolaan belanja pemerintah
serta pembiayaan, sampai dengan pengawasan sekaligus pertanggungjawaban APBN.
KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari bahan ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a) Memahami konsep keuangan negara sebagai ilmu
b) Memahami konsep keuangan negara dari sisi peraturan perundang-undangan
c) Memahami konsep keuangan negara dari sisi pengelolaan
d) Memahami konsep pengelolaan APBN
e) Memahami penerimaan negara
f) Memahami pengeluaran pemerintah dan pembiayaan
g) Memahami konsep kebijakan fiskal
h) Memahami hubungan keuangan pusat dan daerah
i) Memahami pengawasan dan pertanggungjawaban APBN
7. John F. Due, budget keuangan negara adalah suatu rencana keuangan untuk
suatu periode waktu tertentu. Government budget (anggaran belanja pemerintah)
adalah suatu pernyataan mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan
dan penerimaan untuk masa mendatang bersama dengan data pengeluaran dan
penerimaan yang sebenarnya untuk periode mendatang dan periode yang telah
lampau. John F. Due menyamakan pengertian keuangan negara dengan
anggaran (budget negara).
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. ***)
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ***)
1. Asas Tahunan
memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang
harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
2. Asas Universalitas (kelengkapan)
memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara
penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
3. Asas Kesatuan
mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua
pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah
jumlah brutonya.
b. Individu adalah subjek yang paling tertarik atas masalah mereka sendiri
Presiden
(Sebagai CEO)
Menteri Keuangan
Menteri Teknis
(Sebagai CFO)
(Sebagai COO)
Bendahara Umum Negara
Pengguna Anggaran (BUN)
Kepala Kantor
Kepala KPPN
(Selaku Kuasa COO)
(Selaku Kuasa CFO)
Kuasa Pengguna Anggaran
Kuasa BUN
(KPA)
Artinya, Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki
fungsi-fungsi antara lain:
1) Ilmu Keuangan Negara merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari tentang
kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi yang terkait dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di
dalam perekonomian tersebut.
2) Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
3) Asas-asas pengelolaan keuangan negara antara lain: asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan, asas spesialitas, asas akuntabilitas, asas
profesionalitas, proporsional, asas keterbukaan, dan asas pemeriksaan keuangan.
4) Tujuan pengelolaan keuangan negara karena mempenngaruhi pertumbuhan
ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi, merealokasi sumber-sumber ekonomi, dan
mendorong retribusi pendapatan.
5) Kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan negara didelegasikan kepada
Menteri Keuangan (sebagai CFO), dan Menteri Teknis (sebagai COO)
LATIHAN
Y = C + I + G + X-M.
b. Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh
masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati
barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD s.d. SMA membuat
masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling
tidak sampai tingkat SMA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan
masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan
datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut,
maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat
mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara
Pembelian barang dan jasa. Dengan membeli barang dan jasa dari perusahaan
swasta dan mempekerjakan para pekerja, pemerintah menyediakan berbagai
macam layanan, biasanya tanpa biaya eksplisit, ke seluruh masyarakat. Sifat dari
kegiatan atau barang-barang ini, yaitu mencakup barang-barang penting seperti jalan
raya, rudal, pendidikan, dan polisi. Di sini difokuskan dengan dua karakteristik
kesamaan dari semua program tersebut. Fakta bahwa barang dan jasa ini
melibatkan penggunaan dalam sumber daya pemerintah, dan bahwa jasa yang
dihasilkan diberikan kepada masyarakat baik secara gratis atau harga nominal.
Pekerjaan pemerintah pada sumber daya riil seperti tanah, tenaga kerja, bangunan,
1) Pengeluaran pemerintah dalam arti rill dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah, karena kegiatan pemerintah dibiayai dengan pengeluaran
pemerintah.
2) Macam-macam pengeluaran negara dibedakan menjadi 2 yaitu menurut
organisasi dan menurut sifat. Menurut organisasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
3) Pengaruh pengeluaran negara antara lain terhadap: sektor produksi, sektor
distribusi, sektor konsumsi masyarakat, dan sektor keseimbangan
perekonomian.
4) Efek ekonomi dari pengeluaran pemerintah antara lain terhadap pembelian
barang dan jasa, pembayaran transfer, pembelian tanah dan aset yang berjalan,
pinjaman langsung pada masyarakat dan pinjaman swasta.
LATIHAN
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak TA 2000, Indonesia
telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan
standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).
Belanja Negara. Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat,
dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum
diundangkannya UU No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan
atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003
mengintrodusing uniffied budget sehingga tidak lagi ada pembedaan antara
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas
dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK).
Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa
Aceh dan provinsi Papua.
Defisit dan Surplus. Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya,
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak TA 2000, Indonesia
menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis yang
B. Siklus APBN
Pengelolaan APBN secara keseluruhan dilakukan melalui 5 (lima) tahap, yaitu;
(2) Tahap 2
Pada tahap ini, Menteri Keuangan dalam rangka menyusun RKA-K/L
menetapkan Pagu Anggaran K/L dengan berpedoman kapasitas fiskal,
besaran Pagu Indikatif, Renja-K/L dan memperhatikan hasil evaluasi
kinerja kementerian/lembaga.
Pagu Anggaran K/L menggambarkan Arah Kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Presiden dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan
program. Pagu ini, harus disampaikan kepada kementerian/lembaga
paling lambat akhir bulan Juni. Jadi, menteri/pimpinan lembaga dalam
menyusun RKA-K/L berdasarkan:
a) pagu anggaran K/L,
b) Renja-K/L,
c) RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan
pendahuluan Rancangan APBN, dan
d) standar biaya.
(3) Tahap 3
RKA-K/L yang selesai disusun menjadi bahan penyusunan Rancangan
UU APBN setelah selesai ditelaah dalam forum penelaahan antara
kementerian/lembaga dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perencanaan. Apabila kementerian/lembaga melakukan pembahasan
RKA-K/L dengan DPR dalam rangka pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN maka difokuskan pada konsultasi atas usulan Inisiatif
Baru, sepanjang:
a) sesuai dengan RKP hasil kesepakatan pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN,
b) pencapaian sasaran kinerja kementerian/lembaga, dan
c) tidak melampaui pagu anggaran K/L
Menteri Keuangan sebagai koordinator dalam penelaahan RKA-K/L
dalam rangka penetapan pagu RKA-K/L yang bersifat final. Penelaahan
tersebut dilakukan secara terintregasi, yang meliputi:
a) kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan, dan
b) konsistensi sasaran kinerja kementerian/lembaga dengan RKP.
Batas waktu penelaahan sampai denga akhir bulan Juli.
(4) Tahap 4
Pada tahap ini, Menteri Keuangan menghimpun RKA-K/L hasil
penelaahan sebagai:
a) bahan penyusunan Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan
Rancangan Undang-Undang APBN, dan
b) dokumen pendukung pembahasan rancangan APBN.
Baik Nota Keuangan, Rancangan APBN maupun Rancangan UU APBN
akan dibahas dalam Sidang Kabinet yang hasilnya akan disampaikan
RANGKUMAN
1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, dan penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
2) Sejak Tahun 2004, format APBN tidak lagi T-Account melainkan I-Account, di
mana menerapkan anggaran defisit.
3) Siklus APBN: tahap perencanaan APBN, tahap penetapan UU APBN, tahap
pelaksanaan UU APBN, tahap pengawasan atas pelaksanaan UU APBN, dan
tahap pertanggungjawaban pelaksanaan UU APBN.
LATIHAN
Dari sudut regulasi, ketentuan yang mengatur pemungutan pajak dalam negeri
(pajak-pajak pusat) adalah:
Terkait dengan pemungutan PBB dan BPHTB, sesuai dengan semangat otonomi
daerah yang ditandai dengan berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008,
serta pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah melakukan revisi
UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi UU
Nomor 28 Tahun 2009, di mana Pemerintah mengalihkan pendapatan BPHTB dan
PBB sektor perdesaan dan perkotaan yang sebelumnya adalah pendapatan pajak
pusat menjadi pendapatan pajak daerah. BPHTB telah dialihkan pendapatannya
A. PENDAPATAN
Secara garis besar dibagi 3 yaitu:
(1) penerimaan perpajakan,
(2) penerimaan negara bukan pajak, dan
Selain hal-hal yang ditentukan sebagai obyek pajak ada juga yang ditentukan
tidak termasuk obyek pajak, yaitu:
a) bantuan atau sumbangan;
b) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, pemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan;
c) warisan;
d) harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh suatu badan sebagai
pengganti saham atau pengganti penyertaan modal;
e) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima dalam bentuk natural;
f) pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Bagi orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri,
penghasilan kena pajaknya dihitung dari penghasilannya sesudah dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar untuk diri wajib pajak tidak
kawin/kawin, isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
dan untuk setiap anggota keluarganya yang sedarah dan semenda.
Bagi badan hukum yang berupa bentuk usaha tetap, penghasilan kena
pajaknya dihitung dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan
usaha dan dari harta yang dimiliki, penghasilan kantor pusat dan badan lain
yang mempunyai hubungan erat dengan induk perusahaan tersebut
(penghasilan bruto) dikurangi dengan biaya, penyusutan, iuran dana pensiun,
kerugian karena penjualan, kerugian karena selisih kurs mata uang asing,
biaya penelitian, bea siswa magang dan pelatihan.
Subyek Pajak Penghasilan adalah orang pribadi atau perorangan dan badan
hukum di luar perusahaan minyak bumi tetapi tidak termasuk pejabat-pejabat
Perwakilan Diplomatik, Konsulat, dan pejabat negara asing serta orang yang
6) Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditentukan yang disebut
Barang Kena Cukai (BKC). Cukai diatur dalam Undang-undang No. 11 tahun
1995 tentang Cukai sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-undang No.
39 tahun 2008 tentang cukai. Yang dimaksud dengan BKC yaitu barang-
barang yang dalam pemakaiannya perlu dibatasi dan diawasi.
7) Pajak Lainnya
8) Bea Meterai
Bea Meterai diatur dalam UU Nomor 13 tahun 1985 yang dalam
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2000 tentang Bea Meterai. Bea Meterai merupakan pajak atas
dokumen. Satu dokumen hanya terutang satu bea Meterai dan tembusan
atau rangkap dari dokumen terutang Bea Meterai yang sama dengan Aslinya.
Menurut ketentuan dalam Peraturan pemerintah di atas ada dua macam tarif
Bea Meterai yaitu Rp.3.000,- dan Rp.6.000,-
Namun demikian ada dokumen yang tidak terutang Bea Meterai dan ada
dokumen lainnya yang tidak dikenai Bea Meterai. Pihak yang terutang Bea
Meterai adalah pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen
tersebut, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Saat terutangnya Bea Meterai tergantung pada pihak-pihak yang
bersangkutan atau pada tempat dibuatnya dokumen tersebut :
a) Dokumen yang dibuat oleh satu pihak maka saat terutangnya Bea
Meterai adalah pada saat dokumen diserahkan;
b) Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak saat terutangnya Bea
Meterai yaitu saat selesainya dokumen itu dibuat;
c) Dokumen yang dibuat di luar negeri saat terutangnya Bea Meterai adalah
saat digunakannya dokumen itu di Indonesia.
Benda Meterai terdiri dari Meterai tempel dan kertas Meterai. Bentuk, ukuran,
dan warna benda meterai ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b) Pertambangan Umum
Penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan umum meliputi iuran
tetap (land rent), serta iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty). Land rent
merupakan iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai imbalan atas
kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah
pertambangan. Iuran eksplorasi merupakan iuran yang dibayarkan kepada
negara atas kesempatan eksplorasi yang diberikan kepada perusahaan yang
bersangkutan. Iuran eksploitasi merupakan iuran produksi yang dibayarkan
kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan satu atau
lebih bahan galian.
c) Perikanan
Penerimaan negara dari SDA sektor perikanan berupa :
(1) Pungutan perusahaan perikanan;
(2) Pungutan hasil perikanan;
(3) Pungutan perikanan zone ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI)
LATIHAN
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal adalah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan. Umumnya masyarakat akan mengurangi
pengeluaran apabila penerimaannya menurun, sedangkan pemerintah tidak harus
melakukan hal sama pada kondisi yang sama seperti yang terjadi di masyarakat.
Apabila tindakan pemerintah mengurangi pengeluaran malah akan menggangu
memperburuk perekonomian. Mengapa ? Karena menurunnya pengeluaran
pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan masyarakat sebagai objek pajak,
dan tentunya akan memperkecil penerimaan pemerintah.
Sementara itu, kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai antara lain terdiri dari:
(1) ekstensifikasi barang kena cukai; dan
(2) penyesuaian tarif cukai hasil tembakau.
Belanja negara terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Arah
dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 difokuskan antara
lain pada upaya untuk:
(1) mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang efektif dan
efisien;
(2) mendukung pelaksanaan program pembangunan untuk mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan;
(3) mendukung peningkatan pertahanan dan keamanan;
(4) menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran serta pengembangan
energi baru dan terbarukan;
(5) melaksanakan pendidikan yang berkualitas serta meningkatkan kemudahan
akses pendidikan dan terjangkau bagi masyarakat;
(6) mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional; dan
(7) mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 yang lancar, demokratis, dan aman untuk
menjaga stabilitas nasional.
Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam
APBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja
(qualityof spending). Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur
belanja negara agar menjadi lebih produktif serta efisien dalam mendukung
pencapaian target secara optimal. Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan efisiensi di antaranya adalah:
(1) efisiensi subsidi BBM melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi,
peningkatan program konversi BBM, program pembangunan/pengembangan gas
kota, dan pemakaian bahan bakar nabati (BBN);
(2) efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta
(3) penerapan kebijakan flat policy belanja barang operasional.
RANGKUMAN
LATIHAN
Sebagai salah satu instrumen utama kebijakan fiskal, kebijakan dan alokasi
anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat,
menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan
yang inklusif, berkelanjutan dan berdimensi kewilayahan untuk mencapai dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja
negara, pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai
tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk
dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antarkegiatan, antarprogram,
antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta
menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.
Anggaran belanja pemerintah pusat setidaknya memiliki dua peran yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan nasional, terutama tujuan yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertama, besaran dan komposisi belanja
pemerintah pusat dalam operasi fiskal Pemerintah, memiliki dampak yang signifikan
pada permintaan agregat yang merupakan penentu output nasional, serta dapat
mempengaruhi alokasi dan efisiensi sumber daya ekonomi dalam perekonomian.
Kedua, berkaitan dengan ketersediaan dana untuk melaksanakan ketiga fungsi
ekonomi pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
Oleh karena itu, kualitas kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah
pusat, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai
Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Data pada
Nota Keuangan APBN 2014 tercatat bahwa meningkatnya alokasi dan
realisasi belanja pegawai dalam periode tersebut antara lain berkaitan
dengan langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini
terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja
perjalanan dinas. Data pada Nota Keuangan APBN 2014 disebutkan bahwa
secara umum, alokasi anggaran belanja barang tersebut, terutama diarahkan
untuk mendukung pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk
melayani kepentingan masyarakat luas, yaitu:
(1) menjaga kelancaran penyelenggaraan operasional pemerintahan dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat;
(2) meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja barang K/L melalui
pengendalian belanja barang operasional, dan melakukan efisiensi
belanja perjalanan dinas serta kegiatan seminar dan konsinyering sesuai
kebutuhan dan tugas fungsi masing-masing K/L; dan
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja
bukan untuk dijual.
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya
adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan
kapasitas dan kualitas aset.
5. Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi
kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis
6. Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau
jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya
dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan negara
lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi kemayarakatan serta
organisasi internasional. Hibah-hibah tersebut akan digunakan untuk
membiayai program-program yang dilaksanakan oleh K/L seperti pendidikan,
infrastruktur, kesehatan, pemberdayaan kaum wanita, konservasi lingkungan
hidup dan keaneka ragaman hayati, serta penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi, sesuai dengan perjanjian hibah yang dilakukan
antara negara/lembaga donor dengan K/L penerima hibah. Belanja hibah
merupakan belanja Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, atau jasa
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam
bentuk uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan
selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran di atas. Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
1. Dana Perimbangan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana bagi
hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk
keperluan pemerintah daerah.
(1) Dana Bagi Hasil (DBH)
merupakan bagian daerah yang bersumber dari penerimaan yang
dihasilkan oleh daerah, baik penerimaan perpajakan ataupun penerimaan
sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, penyaluran dana bagi hasil
didasarkan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan dan
ditujukan untuk mengoreksi ketimpangan vertikal. Dana Bagi Hasil
berasal dari penerimaan PPh Pasal 21, PPh Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri, dan penerimaan yang berasal dari sumber
daya alam. (Sebelum ada UU Nomor 28 Tahun 2009, PPB dan BPHTB
menjadi bagian Dana Bagi Hasil).
(2) Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan dana yang disediakan oleh Pusat untuk dialokasikan kepada
Daerah dengan tujuan untuk mengatasi ketimpangan horizontal antar
daerah, dan dialokasikan dalam bentuk block grant. Berdasarkan UU No
33 Tahun 2004 jumlah DAU sebanyak-banyaknya disediakan 26% dari
penerimaan dalam negeri bersih setelah dikurangi dengan dana bagi hasil
dan dana alokasi khusus. Penggunaan DAU sepenuhnya diserahkan
kepada Daerah dengan memperhatikan priorutas dan kebutuhan masing-
masing daerah.
(3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
merupakan dana yang disediakan oleh Pusat untuk dialokasikan kepada
Daerah yang penggunaan telah ditentukan. Kriteria kebutuhan khusus
tersebut meliputi:
E. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam hal anggaran
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua penerimaan
pembiayaan yang berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam negeri,
yang terdiri atas penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman,
saldo anggaran lebih, hasil pengelolaan aset, penerbitan surat berharga
negara neto, pinjaman dalam negeri, dikurangi dengan pengeluaran
pembiayaan, yang meliputi alokasi untuk Pusat Investasi Pemerintah,
penyertaan modal negara, dana bergulir, dana pengembangan pendidikan
nasional, dan kewajiban yang timbul akibat penjaminan Pemerintah.
2. Pengeluaran Pembiayaan
2. Pembiyaan Utang
Instrumen pembiayaan utang terdiri atas SBN, pinjaman luar negeri, dan
pinjaman dalam negeri.
Tabel 11 Pembiayaan Utang
RANGKUMAN
LATIHAN
RANGKUMAN
1) Hubungan keuangan pusat dan daerah terakhir diatur melalui UU 32 Tahun 2004
mencakup transfer ke Daerah.
2) Selain itu juga diatur pelaksanaan pajak dan retribusi daerah, diatur terakhir
dengan UU 28 Tahun 2009 terkait pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan terkait
Pedesaan dan Perkotaan (P2)
3) Kebijakan-kebijakan yang diatur antara lain tentang kebijakan pajak rokok,
kebijakan hibah ke daerah, kebijjakan pinjaman daerah, maupun kebijakan
investasi daerah.
LATIHAN
TujuanInstruksionalKhusus :
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan sistem
pengawasan eksternal dan internal pemerintah, sistem pertanggungjawaban dan
pelaporan baik dari sisi prosedur maupun bentuk isi laporan keuangan yang berlaku.
Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan
sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara
umum negara/daerah. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan
anggaran dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh
dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan
Realisasi Anggaran memuat anggaran dan realisasi.
c. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menggambarkan
posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari
aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
RANGKUMAN
1) Sistem pengawasan eksternal pemerintah dilakukan oleh pihak DPR, BPK, dan
masyarakat. Sedangkan sistem pengawasan internal pemerintah dilakukan oleh
BPKP dan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga.
2) Sistem pertanggungjawaban pelaksanaan APBN mencakup prosedur penyusunan
yang dimulai dari entitas akuntansi menyampaikan secara konsolidasian kepada
entitas pelaporan. Bentuk dan isi laporan keuangan: Laporan Realisasi Anggaran
Neraca, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
LATIHAN
Suparmoko. 2012. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik. Edisi Keenam. BPFE.
Jogjakarta
--------. Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UU Nomor 28 Tahun 2007.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42
Tahun 2009.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
http://kamusbahasaindonesia.org/