Anda di halaman 1dari 20

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN E-LEARNING BAGI GURU KELAS

RENDAH DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1


pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Oleh:
ETTY MARTHANINGRUM
A510160062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN E-LEARNING BAGI GURU KELAS
RENDAH DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada tiga (1) Untuk mengetahui
penerapan pembelajaran e-learning bagi guru kelas rendah di tengah pandemi
covid-19, (2) Untuk mengetahui problematika pembelajaran e-learning bagi guru
kelas rendah di tengah pandemi covid-19 (3) Untuk mendeskripsikan upaya atau
solusi dalam mengatasi problematika pembelajaran e-learning bagi guru kelas
rendah di tengah pandemi covid-19 di SD Negeri Jatibatur 1. Metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tekhnik pengumpulan data menggunakan
dokumentasi dan wawancara. Narasumber penelitian adalah kepala sekolah, guru
kelas rendah di SD Negeri Jatibatur 1 serta dokumen. Teknik analisis data adalah
Pengumpulan Data (Data Collection), Reduksi Data (Data Reduction), Display
Data, Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and
Verification). Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil
dari penelitian yakni (1) Guru telah menjalankan kegiatan pembelajaran e-learning
sesuai dengan Surat Edaran menteri pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia nomor 4 tahun 2020 namun disesuaikan dengan lingkungan agar tidak
terjadi kesenjangan. (2) Problematika berasal dari orang tua/ wali murid,
lingkungan, ekonomi, maupun dari siswa sendiri. (3) Solusi yakni, hasil jawaban
diberikan pada saat guru piket disekolah, guru memberikan tugas buku tematik,
dan tugas dari jauh hari sudah diberikan, guru belajar pembelajaran e-learning.
Kata kunci: problematika, pembelajaran e-learning, guru, pandemi covid-19.
Abstract
The objectives that want to be achieved in this study are three (1) To know the
application of e-learning for low-grade teachers in the midst of the covid-19
pandemic, (2) To find out the problem of e-learning learning for low-grade
teachers in the midst of the covid-19 pandemic (3) To describe efforts or solutions
in addressing the problematika of e-learning learning for low-grade teachers in the
midst of the covid-19 pandemic. Qualitative research method with descriptive
approach. The technique of data collection uses documentation and
interviews.The research speakers are principals, low grade teachers in SD Negeri
Jatibatur 1 as well as documents. The data analysis technique used in the research
is Data Collection, Data Reduction, Data Display, Verification and Confirmation
of Conclusions (Conclution Drawing and Verification). The validity of the data
uses triangulation of sources and techniques. The result of the research is (1)
Teachers have conducted e-learning activities in accordance with the Circular
Letter of the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia
number 4 in 2020 but adjusted to the environment so that there are no gaps.(2)
Problematic comes from parents / guardians, the environment, the economy, and
from the students themselves.(3) The solution is, the answer results are given
when the picket teacher is in the school, the teacher gives thematic book
assignment, and the task from afar has been given, the teacher learns e-learning.
Keywords: problematic, e-learning, teacher, covid-19 pandemic.

1
1. PENDAHULUAN
Saat ini pandemi covid-19 atau biasa disebut dengan virus korona sedang
mewabah seantero dunia tak terkecuali di Indonesia. Pandemi covid-19 ini
berasal dari kota Wuhan, Hubei yang berada di China telah memakan banyak
korban jiwa di seluruh dunia. Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
dari mana virus covid-19 ini muncul. Belum adanya vaksin pada virus ini
sebelumnya membuat publik resah dan was-was apabila ingin keluar dari rumah
karena takut terpapar virus berbahaya tersebut. Banyak kemunduran berbagai
sektor yang diakibatkan oleh mewabahnya virus ini. Salah satu sektor yang
paling terdampak adalah sektor pariwisata. Negara yang mempunyai penghasilan
besar dari sektor pariwisata ini mengalami banyak penurunan pendapatan dan
penghasilan yang dimiliki negara karena lumpuhnya pariwisata dan ditutupnya
penerbangan domestik dan internasional.
Menurut Kementerian Kesehatan (2020:67) Coronavirus (CoV) adalah
keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai
berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Banyak cara yang dilakukan oleh negara di dunia demi menekan
penyebaran virus covid-19 ini. Cara yang dilakukan mulai dari diterapkannya
pembatasan kegiatan sosial, PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar),
pembatasan jam malam hingga banyak negara yang melakukan pembatasan
kegiatan secara ketat sehingga penduduk dipaksa untuk sementara waktu berada
di rumah atau biasa disebut dengan lockdown.
Di Indonesia sendiri Pemerintah yang dibantu pihak-pihak terkait
melakukan berbagai macam langkah cepat demi meminimalisir dan memutus
penualaran virus covid-19 ini. Dari mulai diterapkannya physical distancing
hingga saat ini sudah banyak kepala daerah yang mengajukan dan menjalankan
PSBB di daerahnya demi menekan angka pertumbuhan dari virus covid-19 ini.

2
Banyak kegiatan umum maupun lembaga-lembaga yang harus ditutup atau
tidak boleh dilakukan untuk sementara waktu. Salah satu lembaga pendidikan
yang harus ditutup dan diganti dengan pembelajaran dari rumah yakni Sekolah
Dasar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membuat skema
pembelajaran yang berasal dari rumah dengan sistem pembelajaran e-learning
yang kemudian hasil pembelajaran akan dikirimkan lewat daring. Hal demikian
dilakukan karena mengingat berbahayanya virus ini pada anak-anak yang sangat
rentan tertular.
Berdasarkan laporan ABC News 7 Maret 2020 (dalam Purwanto, 2020:2),
penutupan sekolah terjadi di lebih dari puluhan negara karena wabah COVID-19.
Menurut data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB
(UNESCO), setidaknya ada 290,5 juta siswa di seluruh dunia yang aktivitas
belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah yang ditutup.
Banyak negara menjadikan pembelajaran e-learning salah satu alternatif
melanjutkan pembelajaran saat wabah covid-19 melanda negaranya tak terkecuali
di Indonesia. Karena pembelajaran e-learning dianggap saat ini efektif untuk
melanjutkan pembelajaran agar tetap berjalan selama pandemi covid-19 ini.
Menurut Radha (2020:1088), E-learning cukup sederhana untuk dipahami dan
diterapkan. Penggunaan desktop, laptop, atau smartphone dan internet merupakan
komponen utama dari metodologi pembelajaran ini. E-learning memberikan
pertumbuhan yang pesat dan terbukti menjadi yang terbaik di semua sektor,
terutama di bidang pendidikan selama lockdown ini.
E - learning pembelajaran atau pembelajaran jarak jauh merupakan suatu
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan
tekhnologi informasi saat ini sebagai salah satu penunjang terciptanya proses
pembelajaran yang sistematis tanpa harus bertatap muka secara langsung antara
pendidik dan peserta didik.
Peraturan atau himbauan darurat yang dibuat oleh pemerintah Indonesia
dalam melanjutkan pembelajaran yakni melalui Surat Edaran nomor 4 tahun 2020
tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona
virus disease (covid- 19) yang di dalamnya memuat himbauan dan proses belajar
mengajar agar tetap bisa berlangsung walaupun dilaksanakan dari rumah yang

3
memuat berbagai ketentuan peraturan dan ditanda tangani pada 24 Maret 2020
oleh Menteri Pendidiakan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya
adalah mengalihkan seluruh kegiatan belajar mengajar menjadi dari rumah.
Menurut Tarkar (2020:3814), Pengajaran bagi siswa tidak hanya diinterupsi
dengan penutupan sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Penguncian juga
memengaruhi penilaian siswa di seluruh dunia. Banyak ujian dan penilaian telah
dibatalkan atau ditunda karena penutupan lembaga pendidikan. Bagi siswa dan
guru, ini adalah era baru pendidikan.
Dengan keadaan yang demikian darurat pemerintah membuat aturan
dengan pemberhentian kegiatan belajar mengajar sementara tak terkecuali di
Sekolah Dasar karena anak-anak merupakan salah satu golongan yang rentan akan
tertular virus covid-19 ini. Sehingga seluruh kegiatan belajar mengajar yang
normalnya dilakukan secara bertatap muka kemudian dialihkan dan diubah
menjadi sistem pembelajaran e-learning yang dimana siswa mendapatkan
pembelajaran yang berasal dari televisi nasional TVRI dan didukung oleh tugas
dan pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui daring.
Kegiatan pembelajaran e-learning merupakan salah satu cara yang diambil
oleh pemerintah dalam mempertahankan kegiatan belajar mengajar agar tetap
terus bisa berjalan dengan semestinya walaupun tidak dapat berinteraksi secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Kegiatan pembelajaran e-learning
dapat mempermudah kegiatan pembelajaran saat massa pendemi covid-19
walaupun tidak bertatap muka secara langsung, sehingga pembelajaran tidak
terhenti begitu saja.
Onno W. Purbo (dalam Rusman, 2012:347), mengemukakan bahwa e-
learning merupakan istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha usaha pembelajaran lewat teknologi elektronik internet.
Internet, intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah
sebagian dari media elektronik yang digunakan. Sedangkan Menurut Vaughan
Waller dalam Munir (2009: 209) bahwa e-learning adalah proses belajar secara
efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi
pembelajaran secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.

4
Konsep digital menurut Waller tersebut mengisyaratkan bukan hanya internet,
namun semua perangkat elektronik yang dewasa ini sudah menggunakan sistem
digital.
Banyak aplikasi yang digunakan sebagai salah satu sarana kegiatan belajar
mengajar e-learning yang berlangsung dari rumah yakni whatsapp, zoom,
schoology dan yang lainnya namun untuk jenjang sekolah dasar masih
menggunakan sarana dan prasarana dasar contohnya dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari siswa sudah dijadwalkan televisi pendidikan yang tayang di TVRI
sesuai dengan kelas masing-masing. Yang kemudain hasil atau tugas yang berasal
dari pembelajaran televisi tersebut dikumpulkan kepada wali kelas masing-masing
untuk dinilai.
Guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk selalu mumpuni dalam
setiap kinerjanya dan fleksibel atau mengikuti sesuai dengan perkembangan arus
pendidikan dan keadaan yang ada. Yang dimana saat ini guru diminta untuk
melakukan kegiatan pembelajaran yang awalnya melalui tatap muka menjadi
kegiatan pembelajaran e-learning dengan menggunakan tekhnologi pembelajaran
yang canggih dan modern dengan menekankan pendidikan dengan menggunakan
tema covid-19 dan memasukkan pengetahuan akan covid-19 tersebut dalam
kegiatan pembelajaran.
Walaupun teknologi pembelajaran e-learning yang digunakan semakin
canggih, namun banyak problematika dan permasalahan muncul serta dirasakan
dan dialami oleh guru pada saat kegiatan pembelajaran sehingga membuat
kegiatan pembelajaran kurang optimal. Salah satunya tidak meratamya
kepemilikan smartphone pada siswa. Banyak siswa yang berasal dari kalangan
menengah ke bawah yang tidak memiliki smartphone, padahal smartphone
merupakan pokok salah satu pokok dalam pembelajaran e-learning.
Salah satu Sekolah Dasar yang dalam kegiatan pembelajaran e-learning
mengalami problematika yakni SD Negeri Jatibatur 1. Sekolah yang terdapat di
desa sehingga sangat rentan bermunculan masalah-masalah yang kaitannya
dengan penggunaan medai pembelajaran elektronik karena kurangnya berbagai
aspek-aspek vital dalam pembelajaran menggunakan e-learning. Yang dimana

5
tidak semua golongan sanggup dan mampu mendatangkan aspek tersebut dalam
kehidupannya.
Namun sejurus dengan penggunaan tekhnologi e-learning yang semakin
canggih, dari observasi awal ditemukan hasil yakni, banyak kendala dan
problematika yang dialami oleh guru pada saat pelaksaaan e-learning. Salah
satunya juga dialami oleh guru kelas rendah banyak mengalami kendala dalam
melakukan kegiatan e-learning. Dari siswa yang harus diberikan pembelajaran
yang harus sederhana dan dapat secara langsung dicerna, hingga pekerjaan orang
tua yang tidak memungkinkan untuk selalu mendampingi dan mengawasi anak
dalam masa kegiatan pembelajaran dengan e-learning yang diakibatkan oleh
wabah covid-19 ini.
2. METODE
Metode pada penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yakni
dokumentasi dan wawancara. Narasumber penelitian adalah kepala sekolah, guru
kelas rendah di SD Negeri Jatibatur 1 serta dokumentasi. Pada penelitian yang
dilakukan teknik analisis data yang dipergunakan adalah pengumpulan data (data
collection), reduksi data (data reduction), display data, verifikasi dan penegasan
kesimpulan (conclution Drawing and Verification). Dalam hal keabsahan data,
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Pembelajaran E-Learning bagi Guru Kelas Rendah Di
Tengah Pandemi Covid-19.
Pada saat pandemi covid-19 saat ini kegiatan belajar mengajar ditetapkan dan
diminta untuk dilakukan didalam rumah masing-masing dengan pembelajaran e-
learning, karena e-learning dirasa lebih aman digunakan karena tidak harus
bertatap langsung dengan yang lainnya dan dirasa saat ini lebih efektif. Hal
demikian sesuai dengan apa yang disampaikan Karwati (dalam Suharyanto &
Mailangkang, 2016: 18) yakni, E-learning merupakan proses belajar secara efektif
yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital
yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran e-learning, guru mengacu pada Surat
Edaran yang telah dikeluarkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan nomor

6
tahun 2020 tentang tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran corona virus disease (covid-19). Hal demikian sesuai dengan
kewajiban guru dalam undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 pasal
20 yang berbunyi “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
berkewajiban menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan estetika.”
Terdapat dua jalur pembelajaran E-learning yang didapat siswa, yakni tugas
yang berasal dari guru dan yang berasal dari pemerintah yang disiarkan melalui
stasiun televisi (TVRI). Bentuk kegiatan yang dilakukan pada saat pembelajaran
e-learnimg yakni apabila tugas berasal dari televisi channel TVRI biasanya siswa
diminta menyimak televisi dan memberikan hasil pekerjaannya kepada guru
melalui daring. Namun, apabila siswa tidak memiliki Smartphone maka siswa
atau walimurid memberikan hasil pekerjaan kepada guru secara langsung pada
saat hari piket. Tugas yang berasal dari guru berupa mengerjakan buku tematik
atau juga bisa praktik. Menurut Masruroh (2015:1) Teknologi informasi dalam
pembelajaran berperan sebagai penghubung dalam pelaksanaan transfer ilmu
pengetahuan tanpa sama sekali menghilangkan model awal pembelajaran yang
berlangsung secara tatap muka di dalam kelas.
Biasanya tugas akan dikirim lewat daring namun waktu fleksibel
dikarenakan beberapa siswa terkendala alat elektronik dan siswa telah menerima
tugas dari Televisi. Hal demikian sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 tahun
2020 tentang tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran corona virus disease (covid-19) yang berbunyi “ Aktivitas dan tugas
pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas
belajar di rumah.”
Kemudian Media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran e-learning
beragam yaitu televisi, laptop, handphone, kuota dan buku tematik yang
dipergunakan untuk menunjang proses belajar mengajar agar berjalan lancar.
Media harus benar-benar dikuasai oleh guru karena merupakan salah satu
penyampai materi pembelajaran kepada siswa. Hal demikian sesuai dengan
pernyataan Pernama (2015:135) yakni, Media merupakan suatu sarana, alat atau

7
perangkat yang memiliki fungsi menyampaikan pesan dari sumber untuk
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
Sebelum adanya pandemi covid-19 ini yaitu pembelajaran e-learning,
model pembelajaran yang digunakan di SD Negeri Jatibatur 1 yakni pembelajaran
secara tatap muka. Yang dimana siswa dan guru belajar bersama secara langsung
dalam satu kelas. Hal demikian sesuai dengan penelitian Putria, Maula &
Uswatun (2020:862) proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara
guru dan peserta didik di kelas. Dalam proses pembelajaran melibatkan kegiatan
belajar dan mengajar yang dapat menentukan keberhasilan siswa serta untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Adanya pembelajaran e-learning ini disebabkan adanya pandemi covid- 19
yang telah menjangkit diseluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Tujuan dari
pembelajaran e-learning selama pandemi covid-19 ini adalah untuk memenuhi
target pendidikan yang telah ada pada kurikulum dan agar siswa dapat tetap
mendapatkan pendidikan meskipun belajar di rumah dengan aman sekaligus
meminimalisir terpapar covid-19 sehingga proses belajar mengajar masih dapat
berjalan. Hal demikian sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Samino
dan Saring Marsudi (2012:19) belajar adalah proses yang harus dilalui manakala
seseorang ingin mencapai sesuatu yang diharapkan dapat berhasil dengan baik.
Sehingga tujuan yang ada pada kurikulum tetap bisa terus berjalan agar
tercapai juga tujuan pendidikan. Hal demikian sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Rusman (2009: 3) yakni kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sasaran yang ingin dicapai dari penerapan pembelajaran e-learning yakni
agar siswa dapat terus belajar dengan aman tanpa takut tertular covid-19 walaupun
tanpa tatap muka dan belajar menggunakan media elektronik sebagai medianya
pada saat pandemi covid-19 pada saat ini. Setiap hari siswa melaksanakan
pembelajaran e-learning dalam dua tahap yakni Televisi dan dari guru. Waktu
pembelajaran e-learning yang berasal dari televisi (TVRI) pukul 08.00-09.00 WIB
dan pembelajaran dari guru fleksibel namun biasanya sekitar jam 10.00 keatas

8
dikarenakan siswa juga mendapatkan tugas dari televisi (TVRI) dan waktu
pengumpulannya juga panjang jadi tidak langsung dikumpulkan.
3.2 Problematika Pembelajaran E-Learning bagi Guru Kelas Rendah di
Tengah Pandemi Covid-19 di SD Negeri Jatibatur 1.
Pada saat ini kemampuan penguasaan pembelajaran e-learning bagi guru
dirasakan masih kurang dan jauh dari baik, karena adanya pandemi yang
mendadak ini mengakibatkan kurangnya informasi yang diterima oleh guru dan
pelatihan yang dilakukan sebelumnya sehingga beberapa guru kurang siap. Hal
demikian sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna (2020: 4810) yakni,
semua jenjang pendidikan dari SD / ibtidaiyah, SMP / Madrasah Stanawiyah, dan
SMA / Madrasah Aliyah, hingga perguruan tinggi di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan yang berada di bawah Kementerian
Agama Indonesia terkena dampak penutupan sekolah. Tidak semua institusi
pendidikan siap untuk perubahan mendadak. Beberapa sekolah mungkin
dilengkapi dengan semacam teknologi yang disematkan dalam kelas tatap muka
reguler mereka. Meski begitu, mereka merasa cukup menantang untuk
meningkatkan kemampuan pemegang saham mereka dengan teknologi yang
diperlukan untuk pembelajaran dan pengajaran online jarak jauh dalam waktu
yang singkat. Namun, sebagian besar sekolah di Indonesia tidak memiliki
keistimewaan seperti itu dalam hal sumber daya dan fasilitas untuk pembelajaran
online. Kondisi tersebut menjadi tantangan ekstra bagi komunitas sekolahnya.
Tidak semua siswa terbiasa dengan pembelajaran online baik di kota besar
maupun daerah. Apalagi, masih banyak guru dan dosen yang belum mahir dalam
mengajar menggunakan teknologi internet, terutama di berbagai daerah di
Indonesia.
Padahal sebelum adanya perubahan pola pembelajaran, haruslah ada
pemberian pelatihan yang tepat bagi guru agar dalam proses kegiatan belajar
mengajar dapat mengikuti perkembangan yang ada dan berjalan dengan benar,
karena seorang guru merupakan mata tombak dalam sebuah pembelajaran. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Munir (2009:92) yakni “Sumber
daya manusia merupakan faktor yang penting. Misalnya seorang pengajar yang
mengajar melalui internet, sebelumnya pernah belajar melalui internet dan
menguasai internet tersebut, sehingga jika timbul masalah yang dialami oleh

9
pembelajar pada saat melakukan proses pembelajaran dapat mengatasi masalah
tersebut.”
Kebijakan pemerintah yang diikuti dan dijadikan patokan pembelajaran oleh
guru dalam pembelajaran e-learning yakni mengacu pada Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2020 pada 24
Maret 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran corona virus disease (covid-19).
Keefektifan pembelajaran e-learning masih kurang karena guru tidak
langsung bisa mengawasi dan berinteraksi dalam proses belajar siswa dan tidak
mengetahui apakah siswa paham atau dengan materi karena terbatasnya materi
elektronik yang dimiliki oleh guru dan juga apabila tidak diawasi dan dibimbing
oleh guru sendiri apakah siswa mengerjakan sendiri tugas yang telah diberikan.
Hal demikian sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Hadisi dan Muna (dalam
Putria, Maula & Uswatun 2020:864) yakni “ pembelajaran daring mengakibatkan
kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar mengajar. Pembelajaran saat ini menjadi hal baru yang dirasakan oelh guru
maupun peserta didik.”
Padahal pada dasarnya guru mempunyai tugas untuk menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran. Hal demikian sesuai dengan undang-undang
republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20a yang
berbunyi “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.”
Berbagai macam masalah timbul pada saat pembelajaran e-learning
diberlakukan saat ini. Berbagai masalah timbul baik berasal dari sarana dan
prasarananya maupun dari individu sendiri. Kemampuan penguasaan
pembelajaran e-learning bagi guru masih kurang karena waktu terlalu mendesak,
kurangnya informasi dan pelatihan yang dilakukan sebelumnya.
Keefektifan pembelajaran e-learning dirasa saat ini masih kurang karena
guru tidak langsung bisa mengawasi proses belajar siswa dan tidak mengetahui
apakah siswa paham atau dengan materi karena terbatasnya materi elektronik.

10
Guru kadang kala pada saat melaksanakan pembelajaran e-learning
mengalami berbagai masalah dari siswa yang tidak memiliki smartphone, signal
di pedesaan yang kadang kala tidak stabil, siswa yang tinggal dengan kakek-
neneknya yang kurang memahami pembelajaran e-learning sehingga tidak
diperhatikan dalam pembelajaran e-learningnya dan materi elektronik yang
dimiliki guru terbatas.
3.3 Upaya atau Solusi untuk Mengatasi Problematika Pembelajaran E-
Learning bagi Guru Kelas Rendah di Tengah Pandemi Covid-19 di SD
Negeri Jatibatur 1.
Berbagai macam solusi dan penyelesaian masalah dicari oleh pihak sekolah
maupun pemerintah sendiri untuk menuntaskan problematika yang terjadi saat
menghadapi pembelajaran e-learning dalam masa pandemi seperti saat ini.
Berikut merupakan beberapa solusi dalam menghadapi permasalahan yang timbul
pada saat pembelajaran e-learning yakni Guru, Sekolah dan Pemerintah
mempunyai solusi dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada saat
pembelajaran e-learning. Problematika pembelajaran e-learning haruslah segera
dicari solusinya apabila ingin siswa memahami materi pembelajaran hal demikian
sesuai dengan apa yang disampaikan Joumana (2012:341) yakni, siswa adalah
penerima manfaat langsung dari Program dan dengan demikian penilai
langsungnya. Seorang siswa online harus memahami karakteristik penting
diperlukan untuk berhasil.
Apabila siswa tidak memiliki smartphone dan ikut kakek neneknya yang
kurang memahami akan pembelajaran elektronik, siswa diminta untuk
memberikan hasil jawaban pada saat guru piket di sekolah. Jika hal demikian
tidak dilakuan maka siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dan proses
pembelajaran akan terhenti karena pembelajaran e-learning membutuhkan
smartphone sebagai salah satu medianya. Hal demikian sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Agarwal & Pandey (2012:146) yakni, “E-leaning berfokus pada
penggunaan teknologi di bidang pendidikan dan pembelajaran. E learning
mengacu pada penggunaan teknologi canggih komunikasi informasi dalam proses
pembelajaran dimana teknologi canggih tersebut terdiri dari media elektronik.”
Dalam hal kurangnya materi elektronik, guru memberikan tugas dan materi
yang berada di buku tematik karena mengingat beberapa guru terkendala dalam

11
penggunaan media elektronik. Apabila guru kesulitan signal dalam penyampaian
tugas maka tugas untuk peserta didik dari jauh hari sudah diberikan karena
pembelajaran elektronik sifatnya fleksibel sesuai situasi dan kondisi setiap daerah
sesuai aturan yang berlaku.
Apabila guru kurang memahami elektronik maka belajar penggunaan media
e-learning lewat teman yang lain maupun anggota keluarga yang sudah ahli
karena guru harus memahami penggunaan media elektronik agar pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar dan siswa dapat paham dengan penyampaian materi
oleh guru. Hal demikian sesuai apa yang disampaikan Agustania (dalam Suranto,
2019:7) yakni, “Agar seorang pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
dapat optimal dan efisien, setiap pendidik harus dapat memiliki pemahaman dan
pengetahuan yang baik tentang media pengajaran.” Untuk lebih mengefektifkan
pembelajaran, sekolah juga telah mengadakan kelompok belajar kecil yang terdiri
4-5 orang siswa yang dimana kegiatan tersebut berpusat di rumah guru kelas
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran e-learning mempunyai
berbagai macam bentuknya yakni televisi, Handphone, Wifi sekolah yang
dipergunakan gur pada saat piket di sekolah diselingi dengan memberikan tugas
kepada siswa yang berada di rumah , buku tematik dan Laptop yang digunakan
oleh guru. Kepala sekolah, guru, wali murid dan siswa merupakan pihak yang
berperan aktif dalam proses pembelajaran e-learning sehingga harus saling
bekerja sama. Karena jika semua unsur bekerja sama maka tujuan yang diinginkan
akan tercapai. Hal demikian sesuai dengan H. Kusnadi (dalam Shalahuddin,
2018:89) yakni “kerjasama merupakan dua orang atau lebih untuk melakukan
aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu
target atau tinjauan tertentu.”
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka berikut ini adalah beberapa
hal yang dapat peneliti simpulkan:
a. Penerapan pembelajaran e-learning bagi guru kelas rendah di tengah
pandemi covid-19 di SD Negeri Jatibatur
Peraturan yang mengatur tentang pembelajaran e-learning telah dikeluarkan oleh
menteri pendidikan dan kebudayaan melalui Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020

12
tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona
virus disease (covid-19), bentuk kegiatan yang dilakukan pada saat pembelajaran
e-learnimg yakni apabila tugas berasal dari televisi channel TVRI pada pukul
08.30-09.00 WIB biasanya siswa diminta menyimak televisi dan memberikan
hasil pekerjaannya kepada guru melalui daring. Namun, apabila siswa tidak
memiliki smartphone maka siswa atau walimurid memberikan kepada guru secara
langsung, media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran e-learning ini
beraneka macam, mulai dari televisi, laptop, handphone, kuota, wifi dan buku
tematik, model pembelajaran yang digunakan di SD Negeri Jatibatur 1 sebelum
adanya pembelajaran e-learning yakni pembelajaran secara tatap muka secara
langsung, tujuan diadakannya pembelajaran e-learning selama masa covid-19
untuk memenuhi target pendidikan yang telah ada pada kurikulum dan agar siswa
dapat tetap mendapatkan pendidikan meskipun belajar di rumah, sasaran
diterapkannya pembelajaran e-learning yakni Siswa tetap dapat terus belajar
dengan aman walaupun tanpa tatap muka dan belajar menggunakan media
elektonik, waktu pelaksanaan e-learning terbagi menjadi dua yakni yang berasal
dari televisi (TVRI) dan yang berasal dari guru. Waktu pelaksanaan e-learning
yang berasal dari televisi (TVRI) pukul 08.30-09.00 WIB. Waktu pelaksanaan e-
learning yang berasal dari guru fleksibel namun biasanya sekitar jam 10.00 keatas
dikarenakan siswa juga mendapatkan tugas dari televisi (TVRI) dan waktu
pengumpulannya juga panjang jadi tidak langsung dikumpulkan.
b. Problematika pembelajaran e-learning bagi guru kelas rendah di tengah
pandemi covid-19 di SD Negeri Jatibatur 1.
Kemampuan penguasaan pembelajaran e-learning bagi guru masih kurang karena
waktu terlalu mendesak, kurangnya informasi dan pelatihan yang dilakukan
sebelumnya, keefektifan pembelajaran e-learning masih kurang karena guru tidak
langsung bisa mengawasi proses belajar siswa dan tidak mengetahui apakah siswa
paham atau dengan materi karena terbatasnya materi elektronik, guru kadang kala
pada saat melaksanakan pembelajaran e-learning mengalami berbagai masalah
dari siswa yang tidak memiliki smartphone, signal di pedesaan yang kadang kala
tidak stabil, siswa yang tinggal dengan kakek-neneknya sehingga tidak
diperhatikan dalam pembelajaran e-learningnya dan materi elektronik yang
dimiliki guru terbatas.

13
c. Upaya atau solusi untuk mengatasi problematika pembelajaran e-
learning bagi guru kelas rendah di tengah pandemi covid-19 di SD
Negeri Jatibatur 1.
Guru dan sekolah mempunyai solusi dalam menghadapi permasalahan yang
timbul pada saat pembelajaran e-learning yakni apabila guru kurang memahami
elektronik maka belajar menggunakannya lewat teman yang lain maupun anggota
keluarga yang sudah ahli dan dalam hal keefektifan pembelajaran sekolah
berusaha mengadakan pembelajaran secara berkelompok yang dibimbing oleh
guru kelas, apabila siswa tidak memiliki smartphone dan ikut kakek neneknya
yang kurang paham pembelajaran elektronik, siswa memberikan hasil jawaban
pada saat guru piket disekolah, untuk lebih mengefektifkan pembelajaran, sekolah
juga sudah mengadakan kelompok belajar kecil yang terdiri 4-5 orang siswa yang
dimana kegiatan tersebut berpusat di rumah guru kelas, dalam hal kurangnya
materi elektronik, guru memberikan tugas yang berada di buku tematik, dan
apabila guru kesulitan signal dalam penyampaian tugas maka tugas dari jauh hari
sudah diberikan karena pembelajaran elektronik sifatnya fleksibel sesuai situasi
dan kondisi setiap daerah, pihak yang berperan aktif dalam proses pembelajaran e-
learning harus saling bekerja sama yakni kepala sekolah, guru, walimurid, siswa
dan pemerintah, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran e-learning
terdapat berbagai macam bentuknya yakni televisi, Handphone, Wifi sekolah yang
dipergunakan apabila sedang piket di sekolah, buku tematik dan Laptop yang
digunakan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, H., & Pandey, G. N. (2013). Impact of E-Learning in Education.
International Journal of Science and Research (IJSR). India: Indian Institute of
Information Technology, Allahabad-211012. 2(12).
Agus, P. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal Of Education Psychology And
Counseling. 2(1).
Dargham, J., Saeed, D., & Mcheik, H. (2012). E-Learning at school level:
Challenges and Benefits. The 13th International Arab Conference on
Information Technology ACIT'2012. University of Balamand.

14
Direktorat Jendral Pencegahan Dan Penanganan Penyakit. (2020). Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disesase (Covid-19).
Masruroh. (2015). Problematika Pendidik Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi Di SD Islam Al-Madina Semarang. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Walisongo.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Tekhnologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta.
Pernama, E. P. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaos Kaki
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar.
Profesi Pendidikan Dasar. 2(2).
Putria, H., Maula, L H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran
Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu. 4(4).( 861 – 872).
Putri, R. S., Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Wijayanti, L., Mayesti.,
Hyun, C.C. (2020). Impact of the COVID-19 Pandemic on Online Home
Learning: An Explorative Study of Primary Schools in Indonesia. International
Journal of Advanced Science and Technology. 29(5).
Radha R., Mahalakshmi K., Sathish Kumar V., & Saravanakumar A.R. (2020). E-
learning during Lockdown of Covid-19 Pandemic: A Global Perspective.
International Journal of Control and Automation. 13(4).
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Samino & Marsudi, S. (2012). Layanan Bimbingan Belajar. Kartasura: Fairuz
Media.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Suharyanto & Mailangkang, A. B. L. (2016). Penerapan E-learning Sebagai Alat
Bantu Mengajar dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Ilmiah Widya. 3(4).
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

15
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesa Nomor 4
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 19).
Tarkar, P. (2020). Impact Of Covid-19 Pandemic On Education System.
International Journal of Advanced Science and Technology. Mathura:Institute
of Business Management, GLA University. 29(9s).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen

16

Anda mungkin juga menyukai