Anda di halaman 1dari 12

Pada bagian ini, terlebih dahulu kita akan

EPISTEMOLOGI mengenal secara ringkas epistemologi Barat,

BARAT dengan tujuan agar dapat mudah melakukan


analisa perbandingan ketika nanti kita sudah
masuk ke epistemologi Islam
Sebagai Pembanding
Epistemologi Islam
Ringkasan Sejarah
Epistemologi Barat
 Epistemologi Barat berakar dari
penalaran Deduktif Plato dan Induktif Akan saya buktikan
bahwa setiap ajaran
Aristoteles. (lihat lagi slide pekan lalu)
Gereja pasti logis
 Selama abad-abad Awal Masehi
hingga Abad Pertengahan, penalaran
lebih bercorak deduktif, namun
pangkal kebenarannya bukan pada
akal sebagai idea, akan tetapi kitab
Suci (Injil) dan dogmatika Gereja.
 Deduktif digunakan untuk
membuktikan bahwa ajaran gereja
pasti benar secara logis.
 Sejak Kelahiran Kembali (Renaisance)
Peradaban Barat, situasi berbalik, Ringkasan Sejarah
Epistemologi Barat
penalaran induktif lebih mendominasi.
Inilah yang mengantarkan Barat menjadi
peradaban modern.
 Pada awal abad modern, corak penalaran
induktif menjelma dalam epistemologi
Empirisme. Sedangkan penalaran deduktif
menjadi Rasionalisme.
 Empirisme berkembang menjadi
Para tokoh Renaisance
Positivisme, sedangkan Rasionalisme menempatkan “pengalaman”
berkembang menjadi Post-Positivisme. atau Empiri (dan bukan lagi
Agama Kristen), sebagai
 Kini, saat modernitas Barat dipertanyakan dasar segala kebijaksanaan.
ulang. Penalaran deduktif dan induktif
sama-sama memiliki pendukungnya.
A Alur
Epistemologi
Barat
Post-
Deduktif Rasionalisme
Positivisme

B
Induktif Empirisme Positivisme
RASIONALISME
(Rationalism)

 Rasionalisme merupakan corak epistemologi yang


menempatkan akal sebagai sumber utama pengetahuan
manusia.
 Akal manusia adalah otoritas tertinggi penentu kebenaran.
Dengan akal, manusia dapat memahami dunia ini secara apriori
(tanpa harus didahului pengalaman inderawi).
René Descartes  Dengan menempatkan akal sebagai sumber kebenaran, maka
metode yang diterapkan kalangan rasionalis adalah metode
verifikasi-deduktif. Kebenaran diturunkan secara logis melalui
1596-1650
penyimpulan akal.
 Menghasilkan jenis kebenaran koherensi.
 Rasionalisme berkembang terutama di Eropa Daratan abad 16.
“Except our own
thoughts, there is
 Tokoh utama Rasionalisme adalah René Descartes yang
nothing absolutely terkenal dengan diktumnya “saya berpikir maka saya ada (corgito
in our power.” ergo sum)”. Tokoh lainnya ada Leibniz, Christian Wolff, Spinoza,
Voltaire.
Saya ragu
René Descartes, seorang filsuf Perancis yang sering ajaran
dijuluki Bapak FIlsafat Modern. Belajar di kolase gereja Saya ragu
rohaniawan Yesuit membuat Decartes terbiasa melihat kebenaran
kebenaran selalu disandarkan pada otoritas seperti agama Saya ragu
gereja dan tokoh agama, maupun filsuf besar seperti bahwa
Aristoteles. Terusik dengan kebiasaan itu, Descartes tuhan ada
mencanangkan metode keragu-raguan.
Saya ragu
dunia ini Saya ragu
Dasar metodisnya ini bertujuan menyangsikan segala ada bahwa
sesuatu. saya ada

Ujung dari kesangsian terus menerus itu adalah


keyakinan bahwa “saya sedang ragu-ragu karena saya
berpikir”. Maka bagi Descartes, berpikir adalah satu-
satunya bukti paling otentik bahwa kita ada. Lantas Tapi saya
adagium “corgito ergo sum”, saya berpikir maka saya tidak ragu
ada, menjadi doktrin filsafat paling terkenal di era bahwa saat ini
modern, sekaligus mengukuhkan Descartes sebagai saya sedang
tokoh pemuja pikiran (rasio), sang rasionalis. berpikir
EMPIRISME
(Empirisisme/ Empiricism)

 Empeiria (Bhs. Yunani) = Pengalaman/experience = Empiri


 Empirisme diartikan sebagai corak epistemologi yang
menempatkan pengalaman (inderawi) manusia sebagai sumber
kebenaran yang pasti.
 Dengan menempatkan pengalaman sebagai sumber kebenaran,
John Locke maka metode yang diterapkan kalangan empirisis adalah metode
verifikasi-induktif. Kebenaran disimpulkan dari akumulasi
pengalaman-pengalaman yang terverifikasi (dibuktikan) oleh
1632-1704
indera manusia.
 Menghasilkan jenis kebenaran korespondensi.
 Empirisme berkembang terutama di Inggris abad 17. (Sering
No man's
knowledge here
dianggap sebagai respon terhadap rasionalisme)
can go beyond his  Tokoh utama Empirisme adalah John Locke yg terkenal dengan
experience teori tabularasa. Tokoh lainnya: David Hume, dan Bishop
Barkeley.
Empirisme memuat beberapa poin kunci atau ajaran pokok sebagai
berikut:
 Semua gagasan sebenarnya hanyalah abstraksi yang dibentuk
dengan cara menggabungkan hal-hal yang dialami.
 Sumber pengetahuan bukanlah rasio, namun pengalaman inderawi.
 Apapun yang diketahui oleh manusia, muaranya selalu pada data
inderawi.
 Segala pengetahuan adalah hasil data inderawi baik secara langsung
maupun tidak langsung (kecuali untuk beberapa kebenaran
definisional seperti logika maupun matematika).
 Rasio tidak dapat menghasilkan pengetahuan tentang realitas jika
tidak berdasar pada pengalaman inderawi, oleh karena itu akal budi
hanya berperan sebagai pengolah bahan-bahan yang telah diperoleh
oleh indera.
 Sebagai filsafat pengalaman, empirisme menempatkan pengalaman
inderawi sebagai sumber pengetahuan satu-satunya.
POSITIVISME
(Positivism)

 Positivisme merupakan corak epistemologi yang meyakini


bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu yang
berdasarkan pada fakta keras (teramati dan terukur) atau disebut
juga sebagai ilmu-ilmu positif.
 “Teramati” (diobservasi secara empiris) sudah diselesaikan oleh
Empirisme, maka titik tekan positivisme sebenarnya pada aspek
“terukur”nya.
Auguste Comte  Positivisme berkembang terutama ke seluruh Eropa pada abad
18-19 sebagai efek keberhasilan Revolusi Industri di Inggris yang
1798-1857 merembet lebih luas.
 Dominasi positivisme membuat filsafat istirahat dari
kesibukannya mencari hal-hal metafisis yang spekulatif (tentang
“Men are not allowed to tuhan dll). Kerja filsafat dialihkan untuk menemukan prinsip-
think freely about prinsip umum yang sama untuk semua ilmu: “semua ilmu
chemistry and biology: harus terukur.”
why should they be  Para positivis ini menegaskan bahwa semua pengetahuan yang
allowed to think freely
sejati adalah yang dapat dibuktikan ulang atau diverifikasi; dan
about political
philosophy?”
itulah satu-satunya pengetahuan yang valid.
 Tokoh utama Positivisme adalah August Comte
Dalam pandangan Comte,
masyarakat ideal untuk saat ini
adalah yang berparadigma
positivistik ilmiah, yang dipimpin
oleh para ahli ilmu. Dimana
semua aturan di masyarakat
dibuat atas dasar ilmiah dan
terukur.
Sedangkan masyarakat
demokratis saja, apalagi
masyarakat yang dibentuk atas
dasar agama, dianggap
terbelakang; karena ukuran yang
digunakan “kurang ilmiah” (hanya
proporsi/ konsensus dan
performatif/ otoritatif)
POSPOSITIVISME & FILSAFAT KONTEMPORER
(KONSTRUKTIFISME, TEORI KRITIS)
(Pasca Positivisme/ Post-positivism, Constructivism, Critical Theory)

 Pospositivisme merupakan corak epistemologi yang meragukan


keserbaterukuran positivisme, sehingga mendorong relativisme.
 Jika positivisme sangat yakin bahwa alam dapat dipahami
dengan ketelitian pengamatan dan pengukuran, maka
pospositivisme justru menyatakan bahwa realitas tidak mungkin
dapat dilihat secara benar oleh manusia.
P.K. Feyerabend  Sepintas pernyataan pospositivism ini seperti sikap pesimis,
namun sebetulnya sikap tersebut adalah kejujuran akan keluasan
1924-1994 alam, keterbatasan manusia, dan penghargaan atas keragaman
perspektif.
 Pospositivisme mengemukan sejak abad 20 di Eropa dan
“The only principle Amerika
that does not  Tokoh utamanya seperti Karl R. Popper yg terkenal dengan
inhibit progress is: falsifikasinya, Thomas Kuhn yg terkenal dengan revolusi
anything goes.” sainsnya, Feyerabend yg terkenal dengan perlawanan
metodenya (against method), Richard Rorty, dan beberapa filsuf
Mazhab Frankfurt.
Beberapa perspektif epistemologis Pospositivisme:
1. Fakta bermuatan teori, karena fakta selalu dipahami
dalam kerangka teoretis tertentu. Tidak ada fakta yang
netral dan obyektif. Dengan kata lain, fakta sarat nilai,
bukan bebas nilai.
2. Falibilitas Teori, akan selalu ada kemungkinan untuk
munculnya fakta-fakta anomali yang membatalkan suatu
teori.
3. Ada interaksi antara subyek dan obyek penelitian. Maka
hasil penelitian bukan sekedar laporan obyektif
melainkan hasil interaksi manusia dengan semesta yang Metodologi ilmiah (positivisme) yang
sarat persoalan dan senantiasa berubah. Lagi-lagi, hasil kaku dan berliku, ingin dihapus oleh
penelitian ilmiah tak sepenuhnya obyektif. Pospositivisme. Supaya manusia bisa
4. Jika kebenaran ilmiah saat ini (positivistik) diragukan, meneliti secara bebas tanpa
maka yang ada kebenaran apa?  relativisme: terbelenggu oleh metode tertentu.
semuanya relatif, semuanya bisa jadi benar, “anything
goes”, sak karepmu!

Anda mungkin juga menyukai