Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CA PARU

Dosen Pengampu: Ns. Sri Yanti, M.Kep. Sp. Kep. MB.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8
KELAS 2B
1. RISKA DWI MAI YULINDA : 20301064
2. REZA MARLIANTI : 20301062
3. WASIAH : 20301071
4. FITRI SAKINAH BR. H : 20301047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I dengan judul: “Asuhan Keperawatan CA Paru”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru, 22 November 2021

Tim Penulis

DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
2.1 Definisi Ca Paru.........................................................................10
2.2 Etiologi......................................................................................10
2.3 Klasifikasi..................................................................................10
2.4 Manifestasi Kliniks....................................................................11
2.5 Patofisiologi dan WOC..............................................................12
2.6 Komplikasi.................................................................................14
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.................................15
2.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik..........................................16
2.9 Asuhan Keperawatan.................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................25
3.1 Kesimpulan................................................................................25
3.2 Saran..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini terdapat lima penyakit paru (Big Five) dengan insiden terbesar
yaitu karsinoma paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), tuberkulosis,
pneumonia dan asma. Karsinoma paru atau yang umumnya dikenal sebagai
kanker paru merupakan tumor ganas epitel primer saluran nafas terutama
bronkus yang dapat menginvasi struktur jaringan di sekitarnya dan berpotensi
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik.
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran
pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari
saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus atau
dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif,
proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel
penghasil mucus, maupun jaringan ikat .
Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian dengan prognosis
yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan
penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana
sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama
5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis.Dikarenakan
terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa
tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif
(penyembuhan).
Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok.Oleh karena
itu pencegahan yang paling baik adalah jangan memulai untuk merokok
(Somantri, 2012)
Kanker paru-paru dapat menyerang laki-laki dan perempuan.Namun,
prevalensi antara laki-laki yang terkena kanker paru-paru lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Menurut data WHO tahun 2014 memperlihatkan,
munculnya kanker (Cancer Incidence) pada laki-laki Indonesia untuk jenis
kanker paru-paru mencapai 25.322 orang dengan profil mortalitas sebesar
21,8 persen/103.100 orang, dan pada wanita tiga kali lebih sedikit, sebesar
9.374 orang dengan profil mortalitas mencapai 9,1 persen/92.200 orang.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru
yang mengejutkan America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat
1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi
kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan
173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak.
Di Indonesia, kanker paru menduduki peringkat ketiga diantara kanker
yang paling sering ditemukan di beberapa rumah sakit. Kanker paru menjadi
penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70 % kasus kanker itu
baru terdiagnosis pada stadium lanjut (Anonim, 2006).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas adapun rumusan masalah
dari penulisan makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ca Paru?”

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah guna
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu
untuk mata kuliah keperawatan medical bedah I. dan tujuan lainnya
untuk membantu pembaca mencari informasi terkait penyakit Ca
Paru, di sediakan dalam bentuk makalah sehingga pembaca dapat
dengan mudah memahami nya.

2
1.3.2 Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi paru-paru
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru

3
BAB II
PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU


Anatomi Paru-Paru

Sumber: American Lung Association: Occupational Lung Diseases: An


Introduction.
New York, NY. Macmillan. 1979: pp 10. (5).

4
Gambar 2. Anatomi Jalur Udara Menuju Alveolus

Sumber: E.P. Horvath Jr., S.M. Brooks, and J.L. Hankinson [1981].
Manual of
Spirometry in Occupational Medicine, U.S. Department of Health and
Human Services,Gambar 3. Anatomi Alveolus

Sumber: E.P. Horvath Jr., S.M. Brooks, and J.L. Hankinson [1981].
Manual of
Spirometry in Occupational Medicine, U.S. Department of Health and
Human Services,

5
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi
oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu
sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluhpembuluh besar serta
struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus
paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga
pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara,
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas
tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir
tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus
superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai
sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima
buah segmen pada inferior.
Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus
satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi

6
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang
yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada
gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya,
semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan
semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar,
datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran
udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam
pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan,
yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.

Fungsi Paru-Paru
Fungsi paru yang utama adalah proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen dari udara luar yang masuk ke dalam saluran napas dan terus ke dalam
darah. Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan karbondioksida yang
terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar.
Proses respirasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar.
2. Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta
keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli.
3. Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk
dialirkan ke seluruh tubuh (Siregar, 2004).

7
Semua volume paru dapat diukur secara langsung dengan spirometer, kecuali
volume residu. Untuk mengetahui fungsi paru, parameter yang digunakan ialah
VC, FVC, dan FEV.

Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut.
Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke
alveoli, dan dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu
lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveolerkapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial
dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bias menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada
ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan
misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran
udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara
pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara
pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk
dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat

8
bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot
yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada
dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,
apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut
terjadi secara bersamaan.

9
2.1 DEFINISI CA PARU
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun
wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar
ke paruparu(Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin,
2008).
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal
dari mukosa percabangan bronkus (Nanda.2015 ).

2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
factor utama,, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan pridisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imonologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung ( vitamin A, dan betakaronin ), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic (Nanda, 2015).

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.Bila
sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.
1. Gejala Dapat Bersifat Local( Tumor Tumbuh Setempat) :
a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk
kronis
b) Hemoptisis

10
c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi
saluran nafas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
2. Invasi Local
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior
3. Gejala Penyakit Metastasi
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula
(sering menyertai metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik( Terdapat Pada 10 % Kanker Paru )
Dengan Gejala:
a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )
5. Asimtomatik Dengan Kelainan Radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.

2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan TNM : Tumor, Nodul, Metastase
1) T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disertai efusi pleura.
2) N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional

11
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3) M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain

2.5 PATOFISIOLOGI DAN ( WOC)


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

12
WOC

Gambar 2.3 : WOC Ca Paru


Sumber : Edisi revisi jilid 1 Nanda NIC-NOC, 2015
2

13
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada
PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk
mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
b. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus
atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah
peripleura dan pembesaran mediastinum.
c. Pemeriksaan sitologi sputum
d. Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena ia tergantung dari :
1. Letak tumor terhadap bronkus
2. Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,
supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis
kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi
transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dantorakotomi.Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipekanker.SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang
sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa
atau glandular. Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang
berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik
dengan beberapa fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan
sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan
dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan pada
karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan

14
tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan
glandular dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian
sel berbentuk kumparan di dalamnya.
f. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis
yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase)
dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
g. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC )
ke tulang dilaporkan sebesar 15 %

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
a. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
b. Anjurkan mobilisasi secara dini
c. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi
abnormal dan perubahan lainnya.
d. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara

15
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak
terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
e. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.
f. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

2.8 KOMPLIKASI
a. Sindrom vena kava superior
Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan
komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
b. Sindrom paraneoplastik
biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup sindrom sekresi ADH
yang tidak tepat ( SIADH ) dengan retensi cairan, edema, terkait ACTH

16
abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan factor
prokoagulasi, meningkatkan risiko thrombosis vena, emboli paru, dan
endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuscular seperti
kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama
penyakit .

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon
klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dasar manusia ( Nursalam 2001 ).
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya keluhan yang dialami meliputi batuk produktif, dahak
bersifat mukoid atau purulen, batuk berdahak, malaise, demam,
anoreksia, berat badan menurun, sesak napas pada penyakit yang
lanjut dengan kerusakan paru yang makin luas, serta mengalami
nyeri dada yang dapat bersifat local atau pleuritik. Suara nafas
terdengar wheezing atau stridor karena adanya obtruksi jalan
nafas.
2) Riwayat kesehatan dahulu

17
a) Terpapar asap rokok
b) Industri asbes, uranium, arsen (insektisda), besi dan
oksidabesi
c) Konsumsi bahan pengawet
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah
menderita penyakitkanker.

e. Data Dasar Pengkajian Pasien


Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah
akumulasi cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru
sebelumnya.
1) Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat aktivitas.
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2) Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava) Bunyi jantung :
gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi /
disritmia
3) Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak
kondisi yang berat / potensi keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-
ulang
4) Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil),
peningkatan frekuensi / jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid.
5) Makanan / cairan

18
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus /
peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut)
edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava),
edema wajah/periorbital (keidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan
tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi.
a) Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel
besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen
hilang timbul.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja
yang terpajan polutan, debu industry.Serak, paralysis pita
suara.
8) Riwayat merokok
Tanda ;Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan
fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi
pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi). Hemoptisis.
9) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma),
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil).
10) Seksualitas.

19
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

f. Pengkajian Fisik
a) Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat
pada bibir atau ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan
perfusi
perifer.

b) Kepala dan leher


Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.
c) Telinga
Biasanya tak ada kelainan
d) Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan
nutrisi
e) Muka, hidung, dan rongga mulut
Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan
perfusi
Ketidakmampuan menelan, Suara serak
f) Thoraks dan paru-paru
1) Paru : biasanya ditemukan adanya pernapasan
takipnea, napas dangkal, penggunaan otot aksesori
pernapasan, batuk kering/ nyaring/ non produktif atau
mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum,
terjadi peningkatan fremitus, krekels inspirasi atau
ekspirasi.
2) Jantung : biasanya ditemukan adanya frekuensi jantung
mungkin meningkat/ takikardia, bunyi gerakan pericardial

20
(pericardial effusion).
g) Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
h) System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
i) System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
j) System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
k) Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak
berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.

2. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan non invasif
1) Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada :
menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus,
efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau
vertebrata.
2) Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus
limfe) ; dilakukan untuk mengkaji adanya tahap
karsinoma
3) Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan
karsinoma
4) Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati,
otak, tulang dan organ lain untuk metastasis
5) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan
untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi pasca operasi

21
b. Pemeriksaan invasive
1) Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa
bronkus serta pengambilan bilasan bronkus yang
kemudian diperiksa secara patologianatomik.
Bronkoskopi serat optik: memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)
2) Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT
Scan
3) Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus
limfe hilus, atau pleura untuk membuat diagnose
4) Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan
untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru)

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektif pola nafas b/d hiperventilasi
b. Hambatan mobilitas fisik b/dkesulitan membolak-balik posisi
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

6. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Noc Nic


o
1 Ketidakefektifan pola Respiratory : 1 Posisikan pasien
nafas - b/d ventilation . untuk
hiperventilasi - Respiratory memaksimalkan
status : 2 ventilasi
- airway . Auskultasi suara
patency 3 nafas
- Vital sign . Monitor
Criteria hasil : 4 respiratori dan
Menunjukkan . oksigen
- jalan nafas yang Observasi
paten ( tidak ada 5 adanya
suara nafas . tanda-
tambahan 6 tanda

22
Tanda-tanda vital . hipoventilasi
dalam rentang Monitor vital
normal) sign
Monitor pola
nafas
2 Hambatan mobilitas Joint monement : 1 Kaji kemampuan
fisik active . klien dalam
- Mobility level 2 mobilisasi
Self care : . Atur posisi klien
b/d kesulitan ADLS 3 Kaji kelemahan
membolak- Criteria . otot/ekstermitas
hasil : 4 Berikan
Klien . lingkungan yang
balik posisi
meningkatan 5 nyaman
- dalam . Damping dan
aktifitas fisik bantu pasien
Memverbalisasika dalam mobilisasi
n perasaan dan bantu
dalam pemenuhan
meningkatkan kebutuhan ADLS
kekuatan klien
3 Defisit Self 1 Monitor
perawatan diri care : . kemampuan
b/d kelemahan ADL klien untuk
S 2 perawatan diri
Criter . yang mandiri
ia Monitor
hasil : 3 kebutuhan klien
- Klien . untuk kebersihan
terbebas dari diri
bau badan 4 Sediakan bantuan
- Menyatakan . sampai klien
kenyamaan mampu secara
terhadap utuh untuk
kemampuan melakukan self
untuk care
melakukan Dorong klien
ADLS melakukan
- Dapat aktivitas sehari-
melakukan hari yang normal
ADLS dengan sesuai
bantuan kemampuan yang
dimiliki

4. Implementasi Keperawatan

23
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien
terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar
tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi
klien.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti, hal ini disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga
dalam perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan
asuhan pada tindakan Keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga
merasa percaya dan memudahkan dalam pemberian serta
pelaksanaan tindakan Keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas
ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan
5. Evaluasi
Dari 3 diagnosa Keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa
yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan
asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang
lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan
keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya
keja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan
lainnya.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam

jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen

lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010 ).Menurut Brunner &

Suddarth Vol :2001, bahwa penyebab sebenarnya kanker paru belum

diketahui, tetapi ada factor-faktor yang berisiko terjadinya kanker paru yaitu

merokok, perokok pasif, radiasi, radon,vitamin A dan pemajanan okupasi.

3.2 SARAN

Adapun saran penulis kepada pembaca diharpkan pembaca untuk mencari

lebih banyak referensi lainnya dari sumber yang berbeda dengan tujuan untuk

memperluas wawasan pembaca. Dan semoga dengan penulisan makalah ini

dapat membantu pembaca dalam mencari pembelajaran dan dijadikan salah

satu acuan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Burke,M Karen, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta.


Brunner dan suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1 Edisi
8.jakarta:EGC.
Brashers, Valentina L. 2007.AplikasiKlinisPatofisiologi
:Pemeriksaan&Manajemen, Alihbahasa: H.Y. Kuncar, Editor edisisbahasa
Indonesia : Devi yulianti. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, Moyet. (2007). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges,Marilyn E, dkk. (1999). RencanaAsuhanKeperawatan
:Pedomanuntukperencanaandanpendokumentasianperawatanpasien. Alih
Bahasa, 1 Made Kariasa, N Made Sumarwati.Editoredisibahasa Indonesia,
Monica Ester, Yasmin asih ed.3. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda Dan HardhiKusuma. 2015.
AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosaMedis Dan Nanda Nic-
Noc.EdisiRevisiJilid 1.Jogjakarta :MediAction.
Nursalam.(2001). Pendekatan Praktis Langkah-Langkah Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Robinson,M. Joan, dkk. 2014. Buku Ajar visual Nursing.Yogyakarta.

26
LAMPIRAN
Program Studi D3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU DENGAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Alfianita Bintari Saputri1, Meri Oktariani2

1Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta


Email : alfianitabs1@gmail.com
2Dosen Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : meri.oktariani81@gmail.com

ABSTRAK

Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal, tidak terbatas dan merusak sel-sel
jaringan normal. Pada umumnya gejala kanker paru mengalami sesak nafas.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat meredakan sesak nafas dan
meningkatkan saturasi oksigen yaitu latihan kombinasi Pursed Lip Breathing
Exercise (PLBE) dan Progressive Muscle Relaxation (PMR). Tujuan studi kasus
ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca paru dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Jenis studi kasus ini adalah diskriptif dengan
menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek studi kasus ini adalah satu
orang pasien kanker paru yang mengalami sesak napas dengan gangguan

27
pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Ruang Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Intervensi kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive
muscle relaxation diberikan selama 6 hari sebanyak dua kali sehari pada jam
09.00 pagi dan 14.00 siang. Hasil studi menunjukkan pengelolaan asuhan
keperawan pada pasien ca paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi selama
6 hari implementasi saturasi oksigen yang awalnya 94% setelah diberikan
tindakan meningkat menjadi 98%. Kesimpulan pemberian latihan kombinasi
PLBE dan PMR efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen dan meningkatkan
relaksasi pada pasien kanker paru yang mengalami sesak nafas.

Kata Kunci : Kanker Paru, Progressive Muscle Relaxation, Pursed Lip Breathing
Exercise
ABSTRACT
Lung cancer is a malignant tumor of the respiratory tract that is characterized by
abnormal cell growth, unlimited and damages normal tissue cells. In general,
symptoms of lung cancer are experiencing shortness of breath. One of the non-
pharmacological actions to relieve shortness of breath and increase oxygen
saturation was the combination exercise Pursed Lip Breathing Exercise and
Progressive Muscle Relaxation. The purpose of this case study was to determine
nursing care in lung cancer patients with oxygenation requirements. This type of
research was descriptive with a case study approach. The subject was a lung
cancer patient with shortness of breath due to impaired oxygenation needs in the
Orchid Room 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. A combination of pursed-lip
breathing exercises and progressive muscle relaxation was performed twice a day
at 9:00 a.m. and 2:00 p.m. for six days. The results of nursing care management
in lung cancer patients with oxygenation requirements for six days presented an
improvement in oxygen saturation from 94% to 98%. Conclusion: The
combination of Pursed Lip Breathing Exercise and Progressive Muscle
Relaxation is useful for improving oxygen saturation and relaxation in lung
cancer patients with shortness of breath.

28
Keywords: Lung Cancer, Progressive Muscle Relaxation, Pursed Lip Breathing
Exercise.

PENDAHULUAN
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal, tidak terbatas dan merusak sel- sel
jaringan normal yang disebabkan oleh asap rokok (Husen et al, 2016). Kanker
paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai 13% dari
semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki (Kemenkes, 2016).
Kanker paru (bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi di dunia
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 penderita kanker dapat mencapai 26 juta
orang meninggal dunia karena kanker. Diperkirakan insiden kanker paru di
Amerika Serikat oleh American Cancer Society tahun 2018 adalah 234.030 kasus
baru untuk kanker paru-paru yakni 121.680 pada pria dan 112.680 pada wanita
(American Cancer Society, 2018). RISKESDAS mencatat terdapat prevalensi
kanker pada tahun 2018 di Indonesia sebesar 1,8% (Kemenkes, 2018).
Penderita kanker paru akan mengalami dampak biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Respon psikologis yang dialami penderita kanker paru bervariasi.
Penderita akan bosan dengan program pengobatan kanker paru yang lama serta
cemas terhadap keadaan penyakitnya. Selain itu, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dalam beraktivitas karena sesak nafas (Padila, 2013). Keluhan
sesak nafas secara signifikan mempengaruhi mood, aktivitas, ambulasi dan
enjoyment life pasien (Xue & Abernathy, 2010). Pola nafas tidak efektif yang
disebabkan oleh sesak nafas
(dispneu) menyebabkan masalah pada
salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.
Penatalaksanaan untuk mengatasi oksigenasi pada kanker paru secara garis besar
ada dua yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis (Pramana, 2015). Salah
satu penatalaksanaan non farmakologis pada pasien kanker paru diberikan latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise (PLBE) dan

29
Progressive Muscle Relaxation (PMR).
Pursed Lip Breathing Exercise adalah pernafasan menggunakan bibir yang dapat
memperlambat ekspirasi, mencegah kolaps paru, mengendalikan frekuensi nafas
ke dalam pernafasan dan meningkatkan oksigen dalam hemoglobin (Smeltzer &
Bare, 2013 : 197). Progressive Muscle Relaxation adalah terapi relaksasi otot
dengan melibatkan ketegangan dan relaksasi otot skeletal utama dengan tujuan
mengurangi perasaan ketegangan, menurunkan stress yang dirasakan dan
mendorong relaksasi (Helen, 2015). Kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation dapat meningkatkan saturasi oksigen dan tingkat
relaksasi (Dinaryanti, 2019).

METODE STUDI KASUS


Jenis studi kasus ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode pendekatan
studi kasus. Desain yang digunakan adalah studi kasus mengeksplorasi suatu
masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data
yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi (Yin, 2011). Studi
kasus ini dilakukan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
pasien kanker paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Subjek studi kasus ini yang digunakan adalah satu orang pasien kanker paru di
rawat inap yang mengalami sesak napas dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, kriteria pasien dengan diagnosa medis kanker paru, mengalami sesak
napas, dirawat setidaknya 6 hari, diberikan terapi oksigen 3 L/menit melalui
kanul hidung.
Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus dilakukan di ruang Anggrek 1 RSUD
Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan pada tanggal 17-22 Februari 2020.
Latihan kombinasi PLBE dan PMR diberikan selama 6 hari sebanyak dua kali
sehari pada jam 09.00 pagi dan 14.00 siang. Instrument penelitian dengan
menggunakan oksimetri nadi untuk mengevaluasi saturasi oksigen.

HASIL

30
Hasil dari pengkajian pada tanggal 17 Februari 2020 jam 08.20 WIB didapatkan
keluhan utama pasien mengatakan sesak nafas, data objektif pasien didapatkan
data irama pernafasan pasien irregular dengan respiratory rate 30x/menit, SpO2 :
94% dan terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit.
Pada pemeriksaan dada (thorax) paru didapatkan hasil inspeksi bentuk dada
kanan dan kiri tidak simetris, pengembangan dada kanan pelan daripada dada
kiri, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, pernafasan pursed lip,
pernafasan abnormal (takipnea). Palpasi vokal fremitus dada sebelah kanan lebih
pelan getarannya daripada sebelah kiri. Perkusi redup di paru sebelah kanan dan
sonor di paru sebelah kiri. Auskultasi vesikuler di paru sebelah kiri.
Diagnosa yang ditegakkan menurut (Fadhillah, 2017) yaitu pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan otot bantu
pernafasan) dibuktikan dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, pernafasan abnormal (takipnea), pernafasan pursed lip (D.0005).
Intervensi keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6x24 jam diharapkan masalah pola nafas tidak efektif teratasi dengan
kriteria hasil pola nafas membaik (L.01004) : dispnea menurun, penggunaan otot
bantu nafas menurun, pernafasan pursed lip menurun, frekuensi nafas membaik.
Intervensi manajemen jalan nafas (I.01011) Observasi : monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas). Terapeutik : posisikan semifowler atau
fowler, pertahankan kepatenan jalan nafas dengan latihan Pursed Lip Breathing
Exercise dan Progressive Muscle Relaxation, berikan oksigen 3 liter/menit.
Edukasi : anjurkan teknik batuk efektif. Kolaborasi : kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran, mukolitik.
Berdasarkan evaluasi hari ke 6 menunjukkan adanya peningkatan saturasi
oksigen setelah dilakukan latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation selama 6 hari berturut-turut. Pada hari pertama
saturasi oksigen pasien 94%, hari kedua 94%, hari ketiga 95%, hari keempat
96%, hari kelima 97%, hari keenam menjadi 98%.
Diagram 4.1 Hasil Evaluasi Kombinasi
Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation

31
Diagram 4.1 hasil evaluasi pengukuran saturasi oksigen selama 6 hari berturut-
turut berdasarkan pre test dan post test pemberian latihan kombinasi pursed lip
breathing exercise dan progressive muscle relaxation, saturasi oksigen mengalami
peningkatan yang awalnya 94% menjadi 98%.

PEMBAHASAN
Secara umum penderita kanker paru akan mengalami sesak nafas. Sesak nafas
merupakan suatu manifestasi gangguan interprestasi keseimbangan otak diantara
banyak aferen dan aferen yang mengendalikan jaringan oksigen ke jaringan
(Ringel, 2012). Keluhan sesak nafas yang dialami oleh pasien secara patofisiologi
dapat terjadi karena berbagai keadaan meliputi menurunnya oksigenasi jaringan,
meningkatnya kebutuhan oksigen, meningkatnya kerja pernafasan, adanya
rangsang dari sistem saraf pusat dan adanya penyakit neuromuskular
(Muttaqin, 2012).
Pola nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sesak nafas (dispnea) menyebabkan
masalah pada salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ (Andarmoyo, 2012).
Saturasi oksigen pada keadaan normal mencapai 97%-100%, nilai saturasi
oksigen 95% masih dapat diterima secara klinis tetapi <90% dapat dikatakan
hipoksia (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan pemberian latihan kombinasi
pursed lip breathing exercise dan progressive muscle relaxation memberikan hasil
maksimal dalam meningkatkan saturasi oksigen jika diterapkan bersama dengan
progressive muscle relaxation. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
(Dinaryanti, 2019) bahwa teknik kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation sangat efektif untuk meningkatkan nilai saturasi
oksigen dan meningkatkan relaksasi pada pasien kanker paru yang mengalami

32
sesak nafas. Terjadi peningkatan saturasi oksigen sebelum intervensi adalah
96,16% dan setelah intervensi menjadi 98%.

KESIMPULAN
Pengelolaan asuhan keperawan pada pasien ca paru dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif yang
diberikan latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive muscle
relaxation selama 6 hari sebanyak dua kali sehari pada jam 09.00 pagi dan 14.00
siang pada pasien kanker paru dapat membantu dalam meningkatkan saturasi
oksigen sehingga efektif untuk mengurangi sesak nafas dan dapat meningkatkan
relaksasi pada pasein kanker paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien ca paru dengan
pemenuhan kebutuhan oksgenasi, penulis memberikan masukan yang positif
khususnya di bidang kesehatan antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dengan mengupayakan
perkembangan ilmu keperawatan, terutama tentang asuhan keperawatan pada
pasien ca paru dengan pemberian latihan kombinasi Pursed Lip Breathing
Exercise dan Progressive Muscle
Relaxation.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal terhadap pasien
sesak nafas khususnya pada pasien ca paru dengan pemberian latihan kombinasi
Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation.
3. Bagi Perawat
Diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan
secara non farmakologi pada pasien ca paru yang mengalami sesak nafas dengan
pemberian latihan kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive

33
Muscle Relaxation yang baik dan benar sesuai SOP (Standar Operasional
Prosedur) untuk mendukung kesembuhan klien.
4. Bagi Pasien dan Keluarga Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
pasien ca paru diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui cara latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation
untuk mengatasi gangguan oksigenasi yaitu sesak nafas. 5. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca untuk memahami
pengembangan ilmu keperawatan dan dapat mengetahui tentang latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation
pada asuhan keperawatan pasien ca paru dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2018. Key Statistic
for Lung Cancer. Diterima dari
<http://www.cancer.org/cancer/lungcance r> Diakses tanggal 5 Desember 2019
Andarmoyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Nuha
Medika
Dinaryati, Yulia, Masfuri. 2019. Promoting Oxygen Saturation and Relaxation
Level Through Pursed Lip Breathing Exercise and Progressive Muscle
Relaxation in Patient with Lung Cancer. Advances in Health Sciences Research ,
Volume 15
Fadhillah, dkk. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik,Cetakan III. Jakarta
: DPD PPNI
Husen, Ch. Suharti, & Herdian. 2016. Hubungan Antara Derajat Nyeri dengan
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Vol.5 No.1 Januari 2017
Kemenkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Kemenkes. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI

34
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Pramana, Ravi. 2015. Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Tn T dengan Kanker Paru di Ruang
Anggrek 1 RSDM Dr. Moewardi Surakarta
Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta : PT Indeks
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 13 vol.1).
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Xue & Abernethy. 2010. Management of Dyspnea in Advanced Lung Cancer :
Recent Data and Emerging Concepts Current Oppinions in Supportive and
Palliative Care
Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajagrafindo
Persada

35

Anda mungkin juga menyukai