DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
KELAS 2B
1. RISKA DWI MAI YULINDA : 20301064
2. REZA MARLIANTI : 20301062
3. WASIAH : 20301071
4. FITRI SAKINAH BR. H : 20301047
Tim Penulis
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
2.1 Definisi Ca Paru.........................................................................10
2.2 Etiologi......................................................................................10
2.3 Klasifikasi..................................................................................10
2.4 Manifestasi Kliniks....................................................................11
2.5 Patofisiologi dan WOC..............................................................12
2.6 Komplikasi.................................................................................14
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.................................15
2.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik..........................................16
2.9 Asuhan Keperawatan.................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................25
3.1 Kesimpulan................................................................................25
3.2 Saran..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3.2 Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi paru-paru
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gambar 2. Anatomi Jalur Udara Menuju Alveolus
Sumber: E.P. Horvath Jr., S.M. Brooks, and J.L. Hankinson [1981].
Manual of
Spirometry in Occupational Medicine, U.S. Department of Health and
Human Services,Gambar 3. Anatomi Alveolus
Sumber: E.P. Horvath Jr., S.M. Brooks, and J.L. Hankinson [1981].
Manual of
Spirometry in Occupational Medicine, U.S. Department of Health and
Human Services,
5
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi
oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu
sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluhpembuluh besar serta
struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus
paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga
pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara,
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas
tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir
tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus
superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai
sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima
buah segmen pada inferior.
Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus
satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
6
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang
yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada
gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya,
semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan
semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar,
datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran
udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam
pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan,
yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.
Fungsi Paru-Paru
Fungsi paru yang utama adalah proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen dari udara luar yang masuk ke dalam saluran napas dan terus ke dalam
darah. Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan karbondioksida yang
terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar.
Proses respirasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar.
2. Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta
keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli.
3. Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk
dialirkan ke seluruh tubuh (Siregar, 2004).
7
Semua volume paru dapat diukur secara langsung dengan spirometer, kecuali
volume residu. Untuk mengetahui fungsi paru, parameter yang digunakan ialah
VC, FVC, dan FEV.
Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut.
Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke
alveoli, dan dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu
lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveolerkapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial
dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bias menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada
ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan
misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran
udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara
pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara
pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk
dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat
8
bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot
yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada
dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,
apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut
terjadi secara bersamaan.
9
2.1 DEFINISI CA PARU
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun
wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar
ke paruparu(Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin,
2008).
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal
dari mukosa percabangan bronkus (Nanda.2015 ).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
factor utama,, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan pridisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imonologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung ( vitamin A, dan betakaronin ), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic (Nanda, 2015).
10
c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi
saluran nafas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
2. Invasi Local
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior
3. Gejala Penyakit Metastasi
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula
(sering menyertai metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik( Terdapat Pada 10 % Kanker Paru )
Dengan Gejala:
a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )
5. Asimtomatik Dengan Kelainan Radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.
2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan TNM : Tumor, Nodul, Metastase
1) T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disertai efusi pleura.
2) N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional
11
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3) M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
12
WOC
13
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada
PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk
mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
b. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus
atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah
peripleura dan pembesaran mediastinum.
c. Pemeriksaan sitologi sputum
d. Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena ia tergantung dari :
1. Letak tumor terhadap bronkus
2. Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,
supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis
kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi
transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dantorakotomi.Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipekanker.SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang
sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa
atau glandular. Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang
berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik
dengan beberapa fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan
sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan
dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan pada
karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan
14
tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan
glandular dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian
sel berbentuk kumparan di dalamnya.
f. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis
yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase)
dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
g. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC )
ke tulang dilaporkan sebesar 15 %
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
a. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
b. Anjurkan mobilisasi secara dini
c. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi
abnormal dan perubahan lainnya.
d. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
15
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak
terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
e. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.
f. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
2.8 KOMPLIKASI
a. Sindrom vena kava superior
Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan
komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
b. Sindrom paraneoplastik
biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup sindrom sekresi ADH
yang tidak tepat ( SIADH ) dengan retensi cairan, edema, terkait ACTH
16
abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan factor
prokoagulasi, meningkatkan risiko thrombosis vena, emboli paru, dan
endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuscular seperti
kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama
penyakit .
17
a) Terpapar asap rokok
b) Industri asbes, uranium, arsen (insektisda), besi dan
oksidabesi
c) Konsumsi bahan pengawet
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah
menderita penyakitkanker.
18
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus /
peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut)
edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava),
edema wajah/periorbital (keidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan
tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi.
a) Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel
besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen
hilang timbul.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja
yang terpajan polutan, debu industry.Serak, paralysis pita
suara.
8) Riwayat merokok
Tanda ;Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan
fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi
pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi). Hemoptisis.
9) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma),
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil).
10) Seksualitas.
19
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
f. Pengkajian Fisik
a) Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat
pada bibir atau ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan
perfusi
perifer.
20
(pericardial effusion).
g) Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
h) System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
i) System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
j) System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
k) Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak
berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
2. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan non invasif
1) Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada :
menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus,
efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau
vertebrata.
2) Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus
limfe) ; dilakukan untuk mengkaji adanya tahap
karsinoma
3) Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan
karsinoma
4) Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati,
otak, tulang dan organ lain untuk metastasis
5) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan
untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi pasca operasi
21
b. Pemeriksaan invasive
1) Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa
bronkus serta pengambilan bilasan bronkus yang
kemudian diperiksa secara patologianatomik.
Bronkoskopi serat optik: memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)
2) Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT
Scan
3) Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus
limfe hilus, atau pleura untuk membuat diagnose
4) Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan
untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektif pola nafas b/d hiperventilasi
b. Hambatan mobilitas fisik b/dkesulitan membolak-balik posisi
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
6. Intervensi Keperawatan
22
Tanda-tanda vital . hipoventilasi
dalam rentang Monitor vital
normal) sign
Monitor pola
nafas
2 Hambatan mobilitas Joint monement : 1 Kaji kemampuan
fisik active . klien dalam
- Mobility level 2 mobilisasi
Self care : . Atur posisi klien
b/d kesulitan ADLS 3 Kaji kelemahan
membolak- Criteria . otot/ekstermitas
hasil : 4 Berikan
Klien . lingkungan yang
balik posisi
meningkatan 5 nyaman
- dalam . Damping dan
aktifitas fisik bantu pasien
Memverbalisasika dalam mobilisasi
n perasaan dan bantu
dalam pemenuhan
meningkatkan kebutuhan ADLS
kekuatan klien
3 Defisit Self 1 Monitor
perawatan diri care : . kemampuan
b/d kelemahan ADL klien untuk
S 2 perawatan diri
Criter . yang mandiri
ia Monitor
hasil : 3 kebutuhan klien
- Klien . untuk kebersihan
terbebas dari diri
bau badan 4 Sediakan bantuan
- Menyatakan . sampai klien
kenyamaan mampu secara
terhadap utuh untuk
kemampuan melakukan self
untuk care
melakukan Dorong klien
ADLS melakukan
- Dapat aktivitas sehari-
melakukan hari yang normal
ADLS dengan sesuai
bantuan kemampuan yang
dimiliki
4. Implementasi Keperawatan
23
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien
terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar
tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi
klien.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti, hal ini disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga
dalam perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan
asuhan pada tindakan Keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga
merasa percaya dan memudahkan dalam pemberian serta
pelaksanaan tindakan Keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas
ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan
5. Evaluasi
Dari 3 diagnosa Keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa
yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan
asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang
lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan
keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya
keja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan
lainnya.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
diketahui, tetapi ada factor-faktor yang berisiko terjadinya kanker paru yaitu
3.2 SARAN
lebih banyak referensi lainnya dari sumber yang berbeda dengan tujuan untuk
satu acuan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
Program Studi D3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2020
ABSTRAK
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal, tidak terbatas dan merusak sel-sel
jaringan normal. Pada umumnya gejala kanker paru mengalami sesak nafas.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat meredakan sesak nafas dan
meningkatkan saturasi oksigen yaitu latihan kombinasi Pursed Lip Breathing
Exercise (PLBE) dan Progressive Muscle Relaxation (PMR). Tujuan studi kasus
ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca paru dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Jenis studi kasus ini adalah diskriptif dengan
menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek studi kasus ini adalah satu
orang pasien kanker paru yang mengalami sesak napas dengan gangguan
27
pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Ruang Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Intervensi kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive
muscle relaxation diberikan selama 6 hari sebanyak dua kali sehari pada jam
09.00 pagi dan 14.00 siang. Hasil studi menunjukkan pengelolaan asuhan
keperawan pada pasien ca paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi selama
6 hari implementasi saturasi oksigen yang awalnya 94% setelah diberikan
tindakan meningkat menjadi 98%. Kesimpulan pemberian latihan kombinasi
PLBE dan PMR efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen dan meningkatkan
relaksasi pada pasien kanker paru yang mengalami sesak nafas.
Kata Kunci : Kanker Paru, Progressive Muscle Relaxation, Pursed Lip Breathing
Exercise
ABSTRACT
Lung cancer is a malignant tumor of the respiratory tract that is characterized by
abnormal cell growth, unlimited and damages normal tissue cells. In general,
symptoms of lung cancer are experiencing shortness of breath. One of the non-
pharmacological actions to relieve shortness of breath and increase oxygen
saturation was the combination exercise Pursed Lip Breathing Exercise and
Progressive Muscle Relaxation. The purpose of this case study was to determine
nursing care in lung cancer patients with oxygenation requirements. This type of
research was descriptive with a case study approach. The subject was a lung
cancer patient with shortness of breath due to impaired oxygenation needs in the
Orchid Room 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. A combination of pursed-lip
breathing exercises and progressive muscle relaxation was performed twice a day
at 9:00 a.m. and 2:00 p.m. for six days. The results of nursing care management
in lung cancer patients with oxygenation requirements for six days presented an
improvement in oxygen saturation from 94% to 98%. Conclusion: The
combination of Pursed Lip Breathing Exercise and Progressive Muscle
Relaxation is useful for improving oxygen saturation and relaxation in lung
cancer patients with shortness of breath.
28
Keywords: Lung Cancer, Progressive Muscle Relaxation, Pursed Lip Breathing
Exercise.
PENDAHULUAN
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal, tidak terbatas dan merusak sel- sel
jaringan normal yang disebabkan oleh asap rokok (Husen et al, 2016). Kanker
paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai 13% dari
semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki (Kemenkes, 2016).
Kanker paru (bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi di dunia
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 penderita kanker dapat mencapai 26 juta
orang meninggal dunia karena kanker. Diperkirakan insiden kanker paru di
Amerika Serikat oleh American Cancer Society tahun 2018 adalah 234.030 kasus
baru untuk kanker paru-paru yakni 121.680 pada pria dan 112.680 pada wanita
(American Cancer Society, 2018). RISKESDAS mencatat terdapat prevalensi
kanker pada tahun 2018 di Indonesia sebesar 1,8% (Kemenkes, 2018).
Penderita kanker paru akan mengalami dampak biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Respon psikologis yang dialami penderita kanker paru bervariasi.
Penderita akan bosan dengan program pengobatan kanker paru yang lama serta
cemas terhadap keadaan penyakitnya. Selain itu, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dalam beraktivitas karena sesak nafas (Padila, 2013). Keluhan
sesak nafas secara signifikan mempengaruhi mood, aktivitas, ambulasi dan
enjoyment life pasien (Xue & Abernathy, 2010). Pola nafas tidak efektif yang
disebabkan oleh sesak nafas
(dispneu) menyebabkan masalah pada
salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.
Penatalaksanaan untuk mengatasi oksigenasi pada kanker paru secara garis besar
ada dua yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis (Pramana, 2015). Salah
satu penatalaksanaan non farmakologis pada pasien kanker paru diberikan latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise (PLBE) dan
29
Progressive Muscle Relaxation (PMR).
Pursed Lip Breathing Exercise adalah pernafasan menggunakan bibir yang dapat
memperlambat ekspirasi, mencegah kolaps paru, mengendalikan frekuensi nafas
ke dalam pernafasan dan meningkatkan oksigen dalam hemoglobin (Smeltzer &
Bare, 2013 : 197). Progressive Muscle Relaxation adalah terapi relaksasi otot
dengan melibatkan ketegangan dan relaksasi otot skeletal utama dengan tujuan
mengurangi perasaan ketegangan, menurunkan stress yang dirasakan dan
mendorong relaksasi (Helen, 2015). Kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation dapat meningkatkan saturasi oksigen dan tingkat
relaksasi (Dinaryanti, 2019).
HASIL
30
Hasil dari pengkajian pada tanggal 17 Februari 2020 jam 08.20 WIB didapatkan
keluhan utama pasien mengatakan sesak nafas, data objektif pasien didapatkan
data irama pernafasan pasien irregular dengan respiratory rate 30x/menit, SpO2 :
94% dan terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit.
Pada pemeriksaan dada (thorax) paru didapatkan hasil inspeksi bentuk dada
kanan dan kiri tidak simetris, pengembangan dada kanan pelan daripada dada
kiri, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, pernafasan pursed lip,
pernafasan abnormal (takipnea). Palpasi vokal fremitus dada sebelah kanan lebih
pelan getarannya daripada sebelah kiri. Perkusi redup di paru sebelah kanan dan
sonor di paru sebelah kiri. Auskultasi vesikuler di paru sebelah kiri.
Diagnosa yang ditegakkan menurut (Fadhillah, 2017) yaitu pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan otot bantu
pernafasan) dibuktikan dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, pernafasan abnormal (takipnea), pernafasan pursed lip (D.0005).
Intervensi keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6x24 jam diharapkan masalah pola nafas tidak efektif teratasi dengan
kriteria hasil pola nafas membaik (L.01004) : dispnea menurun, penggunaan otot
bantu nafas menurun, pernafasan pursed lip menurun, frekuensi nafas membaik.
Intervensi manajemen jalan nafas (I.01011) Observasi : monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas). Terapeutik : posisikan semifowler atau
fowler, pertahankan kepatenan jalan nafas dengan latihan Pursed Lip Breathing
Exercise dan Progressive Muscle Relaxation, berikan oksigen 3 liter/menit.
Edukasi : anjurkan teknik batuk efektif. Kolaborasi : kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran, mukolitik.
Berdasarkan evaluasi hari ke 6 menunjukkan adanya peningkatan saturasi
oksigen setelah dilakukan latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation selama 6 hari berturut-turut. Pada hari pertama
saturasi oksigen pasien 94%, hari kedua 94%, hari ketiga 95%, hari keempat
96%, hari kelima 97%, hari keenam menjadi 98%.
Diagram 4.1 Hasil Evaluasi Kombinasi
Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation
31
Diagram 4.1 hasil evaluasi pengukuran saturasi oksigen selama 6 hari berturut-
turut berdasarkan pre test dan post test pemberian latihan kombinasi pursed lip
breathing exercise dan progressive muscle relaxation, saturasi oksigen mengalami
peningkatan yang awalnya 94% menjadi 98%.
PEMBAHASAN
Secara umum penderita kanker paru akan mengalami sesak nafas. Sesak nafas
merupakan suatu manifestasi gangguan interprestasi keseimbangan otak diantara
banyak aferen dan aferen yang mengendalikan jaringan oksigen ke jaringan
(Ringel, 2012). Keluhan sesak nafas yang dialami oleh pasien secara patofisiologi
dapat terjadi karena berbagai keadaan meliputi menurunnya oksigenasi jaringan,
meningkatnya kebutuhan oksigen, meningkatnya kerja pernafasan, adanya
rangsang dari sistem saraf pusat dan adanya penyakit neuromuskular
(Muttaqin, 2012).
Pola nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sesak nafas (dispnea) menyebabkan
masalah pada salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ (Andarmoyo, 2012).
Saturasi oksigen pada keadaan normal mencapai 97%-100%, nilai saturasi
oksigen 95% masih dapat diterima secara klinis tetapi <90% dapat dikatakan
hipoksia (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan pemberian latihan kombinasi
pursed lip breathing exercise dan progressive muscle relaxation memberikan hasil
maksimal dalam meningkatkan saturasi oksigen jika diterapkan bersama dengan
progressive muscle relaxation. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
(Dinaryanti, 2019) bahwa teknik kombinasi pursed lip breathing exercise dan
progressive muscle relaxation sangat efektif untuk meningkatkan nilai saturasi
oksigen dan meningkatkan relaksasi pada pasien kanker paru yang mengalami
32
sesak nafas. Terjadi peningkatan saturasi oksigen sebelum intervensi adalah
96,16% dan setelah intervensi menjadi 98%.
KESIMPULAN
Pengelolaan asuhan keperawan pada pasien ca paru dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif yang
diberikan latihan kombinasi pursed lip breathing exercise dan progressive muscle
relaxation selama 6 hari sebanyak dua kali sehari pada jam 09.00 pagi dan 14.00
siang pada pasien kanker paru dapat membantu dalam meningkatkan saturasi
oksigen sehingga efektif untuk mengurangi sesak nafas dan dapat meningkatkan
relaksasi pada pasein kanker paru dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien ca paru dengan
pemenuhan kebutuhan oksgenasi, penulis memberikan masukan yang positif
khususnya di bidang kesehatan antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dengan mengupayakan
perkembangan ilmu keperawatan, terutama tentang asuhan keperawatan pada
pasien ca paru dengan pemberian latihan kombinasi Pursed Lip Breathing
Exercise dan Progressive Muscle
Relaxation.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal terhadap pasien
sesak nafas khususnya pada pasien ca paru dengan pemberian latihan kombinasi
Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation.
3. Bagi Perawat
Diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan
secara non farmakologi pada pasien ca paru yang mengalami sesak nafas dengan
pemberian latihan kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive
33
Muscle Relaxation yang baik dan benar sesuai SOP (Standar Operasional
Prosedur) untuk mendukung kesembuhan klien.
4. Bagi Pasien dan Keluarga Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
pasien ca paru diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui cara latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation
untuk mengatasi gangguan oksigenasi yaitu sesak nafas. 5. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca untuk memahami
pengembangan ilmu keperawatan dan dapat mengetahui tentang latihan
kombinasi Pursed Lip Breathing Exercise dan Progressive Muscle Relaxation
pada asuhan keperawatan pasien ca paru dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2018. Key Statistic
for Lung Cancer. Diterima dari
<http://www.cancer.org/cancer/lungcance r> Diakses tanggal 5 Desember 2019
Andarmoyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Nuha
Medika
Dinaryati, Yulia, Masfuri. 2019. Promoting Oxygen Saturation and Relaxation
Level Through Pursed Lip Breathing Exercise and Progressive Muscle
Relaxation in Patient with Lung Cancer. Advances in Health Sciences Research ,
Volume 15
Fadhillah, dkk. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik,Cetakan III. Jakarta
: DPD PPNI
Husen, Ch. Suharti, & Herdian. 2016. Hubungan Antara Derajat Nyeri dengan
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Vol.5 No.1 Januari 2017
Kemenkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Kemenkes. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
34
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Pramana, Ravi. 2015. Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Tn T dengan Kanker Paru di Ruang
Anggrek 1 RSDM Dr. Moewardi Surakarta
Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta : PT Indeks
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 13 vol.1).
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Xue & Abernethy. 2010. Management of Dyspnea in Advanced Lung Cancer :
Recent Data and Emerging Concepts Current Oppinions in Supportive and
Palliative Care
Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajagrafindo
Persada
35