Anda di halaman 1dari 20

HEGEMONI BUDAYA DAN KRISIS IDENTITAS TOKOH FRANÇOIS DALAM NOVEL

SALUT GALARNEAU! KARYA JACQUES GODBOUT


Rezqya Ramadhinda
1806211580

ABSTRAK
Quebec sebagai wilayah frankofon Kanada menghadapi puncak isu identitasnya pada masa
Révolution Tranquille. Penelitian ini membahas tema permasalahan identitas dalam teks novel Salut
Galarneau! yang dipublikasikan pada masa tersebut. Pengungkapan permasalahan diperoleh
melalui kajian struktural: naratif Roland Barthes untuk menguraikan fungsi prima peristiwa dan
naratologi Gérard Genette guna memaknai fokalisasi dalam teks. Selain itu, analisis juga didukung
dengan konsep hegemoni dan identitas Stuart Hall untuk memaknai bentuk hegemoni budaya serta
pengaruhnya terhadap konstruksi identitas tokoh François. Penelitian ini menemukan bahwa konflik
identitas François sebagai orang Quebec merepresentasikan gejolak pembentukan identitas Quebec
khususnya terkait pengaruh budaya Amerika pada masa Révolution Tranquille.
Kata kunci: identitas, hegemoni, budaya, Salut Galarneau!, Quebec.

PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari Kanada, Quebec adalah satu-satunya wilayah yang memakai bahasa Prancis
sebagai bahasa resminya, berbeda dengan wilayah-wilayah lain di negara tersebut yang berbahasa
resmi bahasa Inggris. Hal ini berhubungan erat dengan sejarah Quebec yang pernah menjadi
wilayah jajahan Prancis. Melalui gaungan imperialisme Prancis yang salah satunya adalah
membudayakan wilayah jajahannya, maka bahasa Prancis diwariskan sebagai salah satu bentuk
budaya Prancis. Tidak hanya bahasa, pengaruh budaya Prancis juga tergambar dari karya seni dan
kesusastraan Quebec. Sementara itu, akan kedekatan letak geografis Kanada dengan Amerika,
budaya negara tersebut pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh budaya Amerika. Untuk itu, Quebec
yang merupakan bagian dari Kanada pun ikut mendapat paparan budaya Amerika.

Pluralitas budaya Quebec yang mayoritas dibentuk dari budaya Amerika dan Prancis
membuat masyarakatnya memegang identitas budaya yang berbeda dari masyarakat Kanada
lainnya. Akibat kontras pengaruh budaya tersebut, kemungkinan konstruksi identitas budaya
Quebec menjadi beragam sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan identitas khususnya
terkait multikulturalisme. Clift dalam Dwyarie (2019) menyatakan bahwa permasalahan identitas
sebagai isu utama yang dihadapi oleh masyarakat Quebec memuncak khususnya pada periode
Révolution Tranquille yang berdampak signifikan bagi perubahan ekonomi, politik, dan pendidikan
di Quebec. Permasalahan identitas ini penting bagi masyarakat Quebec agar mereka dapat
membedakan diri dengan anglofon Kanada (Vishwas, 2018).
Melalui bahasa sebagai landasan yang mengaitkan masyarakat ke dalam kelompok budaya
yang sama, maka karya sastra yang mengambil bentuk tanda dan simbol atau tulisan dan kata-kata
seringkali menjadi media representasi identitas budaya. Untuk itu, tema kesusastraan Quebec
banyak diilhami oleh refleksi masyarakat Quebec yang berkaitan erat dengan permasalahan
identitas dan multikulturalisme. Salah satu sastrawan Quebec yang dikenal sumbangsihnya terhadap
kesusastraan frankofon Quebec adalah Jacques Godbout. Sebagai pengarang dan sutradara yang
tumbuh dewasa di tengah masyarakat multikultur Quebec, karya-karyanya banyak menyuarakan
tema identitas Quebec. Salut Galarneau!–dipublikasikan pada masa Révolution Tranquille tepatnya
pada 1967, merupakan salah satu karyanya yang turut mengandung tema tersebut. Karya sastra
berupa novel-buku harian tersebut diangkat sebagai korpus artikel penelitian ini.

Salut Galarneau! mengisahkan kehidupan François, pemuda asal Quebec yang memutuskan
untuk berhenti bersekolah dan menjadi pedagang hot dog di Montréal. Sepanjang novel yang
mengambil bentuk buku harian dari tokoh tersebut, François banyak berkeluh kesah mengenai
lingkungan sekitarnya. Mulai dari keluarga, teman, pasangan hingga permasalahan dalam
masyarakat seperti pendidikan dan budaya khususnya terkait Prancis, Amerika, dan Quebec,
Kanada terangkum menjadi satu di dalamnya. Keluh kesah François terutama juga ditujukan pada
pengamatannya bahwa masyarakat Quebec banyak dibombardir oleh iklan televisi dan produk-
produk Amerika. Selain itu, hidupnya yang menurutnya penuh kegagalan terutama terkait
pendidikan hingga mengharuskannya berjualan hot dog semakin dipersulit ketika pasangannya
Marise mulai berpindah hati ke kakaknya, Jacques yang lebih baik dalam segala hal termasuk
menulis. Sebagai bentuk pertahanan diri, François membangun dinding di sekeliling rumahnya guna
mengisolasikan dirinya dari lingkungan luar. Hal tersebut pada intinya merupakan respons dari
kontemplasinya mengenai eksistensinya sebagai seorang individu dan identitasnya sebagai seorang
Quebec. Dengan demikian, pengaruh paparan budaya Amerika dan tekanan dari lingkungan
François terhadap identitas tokoh tersebut diangkat sebagai masalah dalam penelitian ini. Pengaruh
dan tekanan tersebut dapat dikaitkan dengan konsep hegemoni milik Gramsci. Hegemoni tersebut
didefinisikan sebagai situasi ketika ada kekuatan atau dominasi dari suatu kelompok terhadap
kelompok lainnya.

Terdapat 5 penelitian terdahulu yang membahas korpus yang sama yaitu Du roman au
mythe : essai sur l’imaginaire dans Salut Galarneau! (2017) oleh Lazaridès yang membahas
terutama tentang fungsi vécrire, L’imprérialisme linguistique au Québec des années 1965-1675:
Analyses littéraites de Speak White (Michèle Lalonde) et Salut, Galarneau! (Jacques Godbout)
(2019) oleh Melaku yang khususnya membahas imperialisme bahasa Inggris dalam masyarakat
Quebec, dan Le discours de Galarneau (2020) oleh Juéry yang menganalisis teks korpus sebagai
wacana untuk melihat kekhasan tulisan Godbout, serta beberapa penelitian dengan tema yang sama
yakni identitas La géographie des identités: Dany Laferrière, Pays sans chapeau (2020) oleh
Ádám, Quebeckers dan Québécois. Evolution and changes in identity and national habitus in
Quebec (1960-2016) (2018) oleh Giori, dan Québécois, malgré nous : Naissance et évolution d’une
identité québécoise dans trois romans de Réjean Ducharme (2020) oleh David. Dari penelitian-
penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, terdapat satu penelitian yang meneliti tentang
imperialisme yang juga dapat beririsan dengan tema hegemoni. Hanya saja imperialisme yang
dibahas fokusnya mengenai imperialisme bahasa. Berbeda dengan penelitian ini, fokus bahasan
khususnya terkait hegemoni budaya secara umum yang muncul dalam teks. Untuk itu, penelitian ini
bertujuan memaknai bentuk dominasi budaya dalam Salut Galarneau! dan memaknai pengaruhnya
terhadap konstruksi identitas tokoh François.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kajian struktural: teori kajian naratif Roland
Barthes (1975) dan teori naratologi Gérard Genette guna menganalisis struktur naratif novel Salut
Galarneau! sebagai korpus penelitian ini. Hasil analisis struktur naratif akan dikaitkan dengan
konsep identitas milik dan konsep hegemoni budaya. Konsep hegemoni budaya dan identitas
tersebut dipergunakan untuk memaknai kehadiran dominasi budaya di lingkungan sekitar yang
muncul dalam teks serta pengaruhnya terhadap konstruksi identitas tokoh François.

Gérard Genette (1983) mengklasifikasikan fokalisasi ke dalam tiga kategori: fokalisasi nol
(focalization zéro), fokalisasi internal (focalization interne), dan fokalisasi external (focalization
externe). Fokalisasi nol adalah jenis fokalisasi yang identik dengan narator maha tahu sehingga
narator memaparkan lebih dari yang diketahui suatu tokoh. Fokalisasi internal berarti narator dan
tokoh sama tahu. Sementara itu, fokalisasi external artinya narator mengisahkan peristiwa dari
pengamatannya yang objektif tanpa mengetahui pikiran tokoh. Konsep naratologi ini dipergunakan
untuk memaknai sudut pandang narator dalam teks. Selain itu, untuk menguraikan alur dan
pengaluran akan dipergunakan teori kajian naratif Roland Barthes (1975) yang membagi fungsi
naratif menjadi dua fungsi: fungsi utama (fonction cardinal) dan fungsi katalisator (fonction
catalyste). Fungsi utama naratif berarti unsur dalam narasi menjadi penyebab utama yang
memengaruhi jalan cerita secara langsung. Sementara fungsi katalisator berperan sebagai unsur
yang melengkapi ruang-ruang dalam narasi.

Analisis struktur naratif sebagai data penelitian kemudian akan dikaitkan dengan konsep
identitas dan hegemoni untuk memaknai pola yang hadir di dalam teks sesuai dengan tema
penelitian ini. Menurut Stuart Hall (1997), identitas dibentuk dari pengalaman berbagi individu
terkait cara pemaknaan atau representasinya terhadap dunia kepada orang lain. Pengalaman tersebut
kemudian menghasilkan identitas budaya di mana sekelompok orang atau masyarakat memiliki
representasi yang kurang lebih sama, dikomunikasikan lewat elemen utama yakni bahasa. Sebagai
unsur yang dinamis, maka identitas dapat selalu berubah dan berkembang. Untuk itu, pembagian
identitas ke dalam dua jenis: identity as being dan identity as becoming berarti bahwa produksi
identitas tidak berhenti pada identitas yang dimiliki seorang individu secara alami dan lahiriah
(identity as being), tetapi berhubungan erat pula dengan identitas yang dibentuk dari proses sosial
(identity as becoming). Selain itu, Stuart Hall juga membagi identitas budaya menjadi dua:
positioning dan essence. Positioning mencakup identity as being dan identity as becoming tersebut.
Sementara itu, essence berarti identitas budaya kolektif merefleksikan pengalaman sejarah dan
bahasa yang sama.

Di samping itu, terdapat pula konsep hegemoni yang dipakai pada penelitian ini. Gramsci
dalam Siswati (2018), menyatakan bahwa hegemoni adalah situasi ketika kekuatan atau dominasi
yang diberikan satu kelompok kepada kelompok lainnya. Dominasi tersebut dimasukkan dengan
cara-cara yang netral dan alamiah sehingga seakan memang harus diterima selayaknya. Konsep
hegemoni ini dipakai untuk memaknai bentuk dominasi budaya yang terdapat dalam teks terhadap
pembentukan identitas François.

STRATEGI NARATIF NOVEL SALUT GALARNEAU!


Novel Salut Galarneau! karya Jacques Godbout terdiri dari dua bagian yang masing-masing
bagiannya memiliki jumlah subbagian yang berbeda. Bagian I berisikan 15 subbagian sementara
bagian II berisikan 13 subbagian. Melalui penceritaan tokoh Aku yakni tokoh François sebagai
tokoh utama, bagian pertama banyak memaparkan tentang kehidupannya, orang-orang di
kehidupannya, dan juga penjelasan mengenai lingkungan sekitarnya berdasarkan perspektif tokoh
itu sendiri. Sementara itu, bagian kedua– berisikan lebih sedikit subbagian, khususnya mengisahkan
tentang permasalahan cinta yang dihadapi oleh tokoh François. Dengan bagian I yang memiliki
lebih banyak subbagian dan membicarakan hal-hal yang lebih beragam, dapat kita katakan bahwa
bagian pertama lebih berperan utama dalam menggambarkan identitas François baik sebagai
individu maupun sebagai orang Quebec. Meskipun begitu, teks Salut Galarneau! dibagi menjadi
dua bagian guna memisahkan tahapan permulaan permasalahan identitas François seperti faktor-
faktor penyebabnya dan respon tokoh tersebut terhadap hal-hal yang kelak mempengaruhi
keseimbangan jati dirinya.
Teks menghadirkan identitas tokoh François melalui penceritaan tokoh itu sendiri yang
berperan sebagai narator dalam novel Salut Galarneau! yang pada intinya merupakan buku
hariannya. Penuangan pengamatan François terhadap lingkungan sekitar mewakili identitas tokoh
François dari representasinya tersebut. Dalam sekuen, terdapat pola peristiwa yang sering muncul
seperti perasaan François mengenai persoalan budaya baik Amerika maupun Prancis termasuk
penjelasannya terkait latar belakang keluarga dengan ayah berketurunan Quebec dan ibu
berketurunan Amerika. Hal tersebut bersignifikansi bahwa lingkungan François adalah lingkungan
yang multikultur dan jati dirinya sebagai seorang individu banyak dipengaruhi oleh keberagaman
budaya yang terdapat di dalam maupun di luar lingkungan keluarga.

Selain itu, identitas François juga dikonstruksikan melalui penjelasannya tentang tokoh lain.
Berdasarkan USIC, tokoh-tokoh lain yang paling sering muncul adalah Jacques, kakaknya dan
Marise, kekasihnya. Dengan demikian, konstruksi identitas tokoh François juga ikut dipaparkan
lewat representasinya terkait tokoh-tokoh lain serta penggambaran hubungannya dengan mereka.
Untuk melihat pengaruh budaya maupun hubungan antar tokoh terhadap identitas tokoh François,
diperlukan bagan fungsi utama untuk menjelaskannya. Berikut adalah bagannya:
1 21 31 41 51 1
6 71 81 91 1
10
1 1 1 1 1
1

1 1 41 1 1

1
11 1
12 1
13 1
14 1
15
1 1 1 1 1

Gambar 1. Bagan Fungsi Utama Salut Galarneau!

Keterangan gambar:

1. Kematian ayah François.


2. Keputusan François untuk berhenti bersekolah.
3. Keputusan François untuk membuka kedai hot dog.
4. Saran Jacques dan Marise kepada François untuk menulis buku harian.
5. Awal penulisan buku harian François.
6. Kegigihan François untuk menyelesaikan tulisannya
7. Perselingkuhan Marise dan Jacques di depan François
8. Pemutusan hubungan François dengan Marise dan Jacques.
9. Upaya François untuk melupakan Marise dengan membuka cabang bisnis.
10. Kegagalan François membuka cabang bisnis.
11. Rencana François menjual kedainya.
12. Keputusan François untuk membangun dinding di sekitar rumahnya.
13. Kedatangan Arthur dan Jacques untuk mengeluarkan François dari isolasinya.
14. Kunjungan Galarneau bersaudara ke tempat ibu mereka.
15. Perayaan ulang tahun François.

Melalui bagan fungsi utama di atas, dapat terlihat bahwa peristiwa dalam bagian I yang menjadi
kunci bagi pengambilan keputusan signifikan pertama dalam kehidupan François adalah kematian
ayahnya yang membulatkan keinginannya untuk berhenti mengenyam pendidikan (peristiwa 1).
Selain itu, terdapat peristiwa lain yang mendorong pengambilan keputusan François yakni saran
yang datang dari Jacques dan Marise terkait penulisan buku hariannya yang kelak menjadi wadah
yang memberikannya kebebasan dalam mengekspresikan identitasnya. Kendatipun sebenarnya
keinginan untuk berhenti bersekolah dan menulis sudah terpikiran oleh tokoh François sendiri tanpa
adanya cetusan dari tindakan tokoh lain. Untuk itu, melalui pola pengaruh tokoh lain terhadap
pengambilan keputusan François dapat dikatakan bahwa teks menghadirkan tokoh François yang
kurang berpendirian atau tidak berjati diri sehingga menandakan kekaburan identitas François
sebagai seorang individu.
Kekaburan identitas François menggarisbawahi tokoh François sebagai seseorang yang
sebenarnya memiliki identitas, namun menghadapi keraguan tersendiri terhadap identitas yang
dimilikinya tersebut sehingga menimbulkan konflik identitas. Hal ini menandakan identitas
François sebagai seseorang yang punya gagasan, meskipun membutuhkan keyakinan dari orang lain
untuk mengeksekusi gagasan tersebut. Peristiwa 3– keputusan François untuk membuka hot dog,
merupakan salah satu peristiwa yang keluar dari pola pengambilan keputusan berdasarkan pengaruh
orang lain. Gagasan penjualan hot dog dan eksekusinya yang murni muncul dari diri sendiri
menguatkan pernyataan terkait kekaburan identitas François. Bahwasannya tokoh tersebut sudah
memiliki secercah identitas namun belum begitu matang sehingga masih membutuhkan tokoh-tokoh
lain untuk menyisipkan identitas-identitas tertentu.

Sementara itu, dalam bagian II, ditunjukkan bahwa keputusan-keputusan yang diambil tokoh
François berdasarkan pengaruh orang lain menjadi motivasinya untuk mengisolasi diri dari
lingkungan luar. Peristiwa 4, 5, dan 6 menunjukkan upaya François untuk mencari kejelasan
identitasnya melalui penulisan buku harian berisikan representasinya terhadap dunia sekitar.
Namun, pada akhirnya hal tersebut menyebabkan perselingkuhan Jacques dan Marise akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan Marise akan perhatian François yang terfokus pada pencarian identitasnya
tersebut. Selain itu, rangkaian peristiwa tersebut juga ikut memengaruhi bisnis hot dog François
yang mewakilkan secercah identitas yang sudah dimiliki François sedari awal. Dengan demikian,
bagian II khususnya bertujuan memaparkan kegagalan keterbukaan François terhadap faktor-faktor
yang dapat memengaruhi identitasnya. Oleh karena itu, isolasi diri yang dilakukan berperan
menunjukkan respons François dalam mengblokir hal-hal yang menyebabkan konflik identitas
dalam dirinya.

Lebih lanjut lagi, dengan menilik latar belakang tokoh-tokoh lain yakni tokoh Jacques dan
Marise yang secara dominan mempengaruhi dinamika identitas François, dapat dikaitkan
signifikansinya sebagai perwakilan pengaruh-pengaruh dari budaya yang berbeda. Tokoh Jacques–
kakak François merepresentasikan pengaruh budaya Prancis sehubungan dengan kehidupannya
yang banyak berpusat di Paris, Prancis. Di samping itu, tokoh Marise–pasangan François,
mewakilkan pengaruh budaya Amerika terlihat dari kesamaan nama dengan ibu François yang
merupakan orang Amerika dan pola deskripsi dalam sekuen yang banyak menyamakan kedua tokoh
tersebut dalam segala aspek. Untuk itu, isolasi diri dapat diinterpretasikan sebagai ketidakmampuan
François sebagai orang Quebec dalam menghadapi arus masuk dua budaya yang berbeda sehingga
memutuskan kontak dengan arus-arus tersebut. Karena alih-alih menemukan identitas gabungan
dari kedua budaya tersebut, François justru semakin kebingungan dengan identitas ‘awal’ yang ia
miliki, direpresentasikan oleh kegagalan bisnis hot dog-nya.
Berkaitan dengan hal tersebut, kematian tokoh ayah menjadi kausa prima pertama dalam
menggerakan alur karena tokoh tersebut dapat pula diinterpretasikan sebagai faktor pembentuk
identitas François dari sisi budaya Prancis berhubung ayahnya juga merupakan orang Quebec.
Sementara itu, secara implisit kematian ayah menyebabkan kepulangan ibunya ke kampung yakni
Amerika yang bersignifikansi menghilangkan faktor pembentuk identitas François lainnya dari sisi
budaya Amerika. Untuk itu lah peristiwa tersebut menjadi titik awal penggerak alur karena berperan
sebagai pemicu krisis identitas François akibat kehilangan dua unsur penting pembentuk
identitasnya.

Secara dominan, fokalisasi dalam novel memakai fokalisasi tokoh François berhubung novel Salut
Galarneau! pada dasarnya adalah hasil buku harian yang ia tulis sehingga fokalisasi ini berguna
untuk memberikan representasi tokoh François terhadap lingkungan sekitarnya yang multikultural.
Dengan demikian, pembaca dapat merasakan isu identitas yang dihadapi tokoh François terkait
multikulturalisme tersebut. Terkait salah satu tokoh penting dalam pengambilan keputusan François
yakni Jacques yang merepresentasikan sebagai budaya Prancis, kehadiran fokalisasi tokoh tersebut
menunjukkan bahwa budaya Prancis merupakan salah satu unsur utama konstruksi identitas
François dan juga berperan penting dalam narasi.

Bagan sekuen yang telah dipaparkan juga menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang
memengaruhi konstruksi identitas François banyak terjadi di ruang eksterior. Adanya dominasi
ruang eksterior terhadap ruang interior menandakan keterbukaan François terhadap pengaruh
eksternal yakni lingkungan keluarga dan masyarakat yang sama-sama multikultural dalam
mengkonstruksikan identitasnya. Kehadiran ruang interior pada paruh terakhir teks berfungsi untuk
memperlihatkan kegagalan terhadap upaya François dalam menanggapi keragaman budaya di
lingkungannya sehingga menunjukkan pula ketidakmampuannya dalam membentuk identitas yang
sesuai dengan lingkungan tersebut. Meskipun begitu, kemunculan kembali ruang eksterior ditandai
dengan keluarnya François dari tembok isolasi rumahnya dapat diinterpretasikan sebagai
keoptimisannya dalam menghadapi masyarakat multikultur Quebec. Selain itu, latar tempat terkait
peristiwa yang melibatkan tokoh François yang keseluruhan terjadi di Quebec dengan kota-kota
yang berbeda: Lévis dan Montréal menandakan usaha François dalam mencari jati dirinya sebagai
orang Quebec di dalam masyarakat multikultur Quebec itu sendiri.

REPRESENTASI BUDAYA AMERIKA, PRANCIS, DAN KONFLIK IDENTITAS


FRANÇOIS
Konflik identitas tokoh François yang telah dipaparkan pada subbagian sebelumnya dapat dikaji
lebih dalam signifikansinya menggunakan konsep identitas. Melalui kajian struktural teks,
ditemukan bahwa konflik identitas François utamanya dipengaruhi oleh multikulturalisme
lingkungan di sekitarnya baik lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat. Naratif teks
menunjukkan bahwa multikulturalisme yang dimaksud berkaitan erat dengan budaya Amerika dan
budaya Prancis yang kemudian turut berperan dalam pembentukan identitas individu François.
Sebelum masuk kepada bagian pembentukan identitas François, perlu diuraikan terlebih dahulu
bentuk budaya Amerika dan budaya Prancis yang dihadirkan di dalam teks.

Stuart Hall dalam Sabrina (2020) menyatakan bahwa identitas budaya dapat dibentuk ketika
terjadi interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, unsur-unsur yang
berada di lingkungan sekitar François dapat diinterpretasikan sebagai representasi budaya
khususnya budaya Amerika dan Prancis. Melalui pola yang terlihat dari teks, unsur-unsur tersebut
secara dominan berkaitan dengan identifikasi tokoh François terhadap tokoh-tokoh yang ada di
kehidupannya mulai dari keluarga inti, keluarga besar hingga tokoh-tokoh dalam lingkungan
masyarakatnya. Mulai dari lingkup yang paling kecil yakni keluarga khususnya orang tua, budaya
Amerika dan Prancis terlihat melalui deskripsi ayah dan ibu François.

Sebagai orang Quebec ayah François dapat dikatakan merepresentasikan budaya Prancis
karena berbahasa ibu bahasa Prancis sehingga melalui pemahaman akan kode yang sama, tokoh
tersebut ikut tergabung ke dalam masyarakat Prancis. Meskipun begitu, tepatnya melalui
penggambaran tokoh ayah dengan peran yang kurang signifikan terhadap kehidupan François: tidak
membiayai pendidikan François dan jarang hadir karena kebiasaannya melaut, tokoh ini lebih cocok
untuk diinterpretasikan sebagai budaya Quebec. Kebiasaannya melaut menandakan bahwa
ketiadaannya di rumah merupakan upayanya dalam mencari identitas sebagai seorang Quebec yang
berada di antara dua budaya, sama halnya dengan tokoh François. Di samping itu, tokoh ibu yang
merupakan keturunan Amerika yang hanya mampu berbahasa Inggris merepresentasikan budaya
Amerika. Terlihat dari latar belakang kedua orang tua François, pembentukan identitas tokoh
tersebut berkaitan erat dengan perpaduan darah Amerika-Quebec yang mewakilkan asimilasi
budaya Amerika dan Prancis Quebec.

Lebih lanjut, kematian ayah yang menyebabkan kembalinya ibu ke Amerika bersignifikansi
menghilangkan dua fondasi identitas François. Hilangnya kedua unsur pembentuk identitas tersebut
lah yang pada intinya memicu pergerakan alur dalam teks. Sama dengan tokoh ayah dan ibu,
Jacques dan Marise juga merepresentasikan budaya Prancis dan Amerika. Kehidupan Jacques yang
berpusat di Paris dan gambarannya sebagai sosok yang pandai menulis dan gemar memberikan
asupan buku kepada François berperan utama sebagai arus masuk budaya Prancis yang erat dengan
kesusastraan terhadap konstruksi identitas François. Sementara itu, fungsi tokoh Marise sebagai
pintu masuk budaya Amerika ke dalam kehidupan François sesuai dengan kebiasaan Marise
berkaitan dengan pembacaan majalah Reader’s Digest (majalah keluarga Amerika) dan menonton
televisi. Kehadiran kedua tokoh tersebut dapat dimaknai sebagai jalan pengganti masuknya
pengaruh budaya Amerika dan Prancis terhadap konstruksi identitas tokoh François setelah
kehilangan pengaruh tersebut dari ibu dan ayah. Hubungan tokoh François dan Jacques sebagai
saudara kandung yang digambarkan dekat menandakan kehadiran alami dan lahiriah budaya Prancis
dalam identitas François dan pengaruh budaya Prancis yang lebih lama dalam dirinya. Jika
dibandingkan dengan hubungannya dengan Marise dan pertemuan mereka yang baru terjadi di
pertengahan teks, pertemuan tersebut memicu konflik identitas dalam diri François karena
kedatangan tokoh Marise berperan sebagai penetrasi budaya Amerika ke dalam identitas François
melalui interaksi sosialnya dalam masyarakat multikulturalisme.

Menurut Stuart Hall (1997), identitas dibagi menjadi dua jenis: identity as being (melekat
secara alami dan lahiriah) dan identity as becoming (berkembang melalui proses sosial).Terdapat
unsur-unsur dalam teks terkait tokoh François yang dapat diinterpretasikan sebagai dua jenis
identitas tersebut: kedai hot dog-nya dan buku hariannya. Seperti yang sudah disinggung pada
bagian kajian struktural, kedai hot dog François menandakan secercah identitas yang telah ia miliki
sedari awal sepanjang permasalahan konflik identitasnya. Identitas lahiriah tersebut
direpresentasikan oleh gagasan pembukaan kedai hot dog yang muncul dari pikirannya sendiri dan
direalisasikan tanpa pengaruh orang lain. Meskipun mendapatkan saran dari pamannya untuk
menamakan kedai tersebut sebagai au roi du chien chaud, keputusan François untuk
menamakannya au roi du hot dog berperan menunjukkan posisi atau cara pandang François
terhadap asimilasi kebudayaan Amerika dan Prancis serta identitasnya. Penolakan terhadap nama
kedai yang sepenuhnya dalam bahasa Prancis menandakan ketidakinginan François untuk memiliki
sekadar satu identitas budaya. Bahwa terlepas dari permasalahan identitas yang dihadapi tokoh
tersebut, ada keinginan untuk sukses dalam membentuk hibriditas identitas yakni perpaduan antara
budaya Amerika dan Prancis.

Di samping itu, buku harian François sebagai identity as becoming terlihat dari
keputusannya untuk mulai menulis yang datang dari dukungan tokoh Jacques dan Marise. Hal
tersebut menandakan konstruksi identitas budaya melalui interaksi individu dan masyarakat
diwakilkan oleh dua tokoh tersebut. Keputusan menulis buku harian François melalui dukungan
Jacques dan Marise dapat diinterpretasikan sebagai keharusannya dalam membentuk hibriditas
identitas terkait dua pengaruh kebudayaan dari Amerika dan Prancis. Sama halnya dengan kedai
hot-dognya, tiap-tiap bagian dalam buku harian tersebut dijudulkan dengan satu huruf yang jika
keseluruhan bagiannya digabungkan akan membentuk frasa au roi du hot dog. Dengan demikian,
melalui pola penamaan tersebut semakin kuat argumentasi mengenai keinginan François untuk
menemukan titik tengah atau perpaduan antara identitas Amerika dan Prancis terkait identitas
individunya. Meskipun begitu, penulisan buku harian yang tidak berjalan mulus melalui deskripsi
tokoh François yang seringkali kebingungan dalam menyusun bukunya menandakan sulitnya
membentuk hibriditas tersebut. Melalui kegigihan untuk menyelesaikan buku hariannya, dapat kita
katakan bahwa dalam diri François terdapat keinginan yang kuat untuk mengkonstruksi hibriditas
sebagai jalan keluar permasalahan identitasnya akibat dua pengaruh budaya yang berbeda. Namun,
tentu saja proses untuk berhasil menggapai keinginan tersebut tidak mudah. Oleh karena itu,
berkaitan dengan pola deskripsi perasaan François terkait menulis buku harian yang menurutnya
terdapat kebebasan berekspresi, buku harian dapat merepresentasikan identity as becoming karena
mencerminkan upaya François dalam menyelesaikan konflik identitasnya melalui penuangan
representasi pribadinya terhadap lingkungan sekitar.

Setelah membahas representasi budaya di sekitar tokoh François dan pengaruhnya terhadap
konstruksi identitasnya, dapat dilihat sudut pandangnya secara lebih dalam terkait interaksi budaya
Amerika dan Prancis dalam masyarakat Quebec. Interaksi tersebut terlihat melalui representasi
François terhadap masyarakat sekitar dan hubungan antartokoh. Hubungan antartokoh pertama
adalah hubungan orang tua François yang digambarkan tidak berjalan dengan baik. Ibunya
merupakan keturunan Amerika yang hanya dapat berbahasa Inggris sehingga sulit berkomunikasi
dengan ayahnya yang berbahasa Prancis. Selain itu, digambarkan bahwa keduanya jarang sekali
bertemu karena jam terbang mereka yang sama sekali berbeda. Kedua penggambaran hubungan
tersebut dapat diinterpretasikan sebagai kontras budaya Amerika dan Prancis. Representasi budaya
pada dasarnya dapat terjadi melalui pemahaman akan bahasa yang sama untuk mengomunikasikan
cara pandang individu satu ke yang lainnya sehingga membentuk satu masyarakat. Dengan
demikian, ketidakbaikan hubungan orang tua François menggambarkan ketidakmampuan mereka
dalam membentuk campuran budaya Amerika dan Prancis utamanya akibat perbedaan sistem
komunikasi. Hal tersebut juga menitikberatkan pada kegagalan dalam konstruksi hibriditas Amerika
dan Prancis bahwa dalam dua masyarakat dengan dua bahasa yang berbeda, kemungkinan untuk
membentuk satu masyarakat yang sama hampir mustahil.

Selain itu, hubungan Jacques dan Marise juga dapat menjelaskan interaksi budaya Amerika
dan Prancis. Terkait dengan buku harian François, pertemuan François dan Jacques dengan Marise
menandakan awal paparan budaya Amerika terhadap budaya Prancis dalam diri François. Untuk itu,
dorongan Jacques dan Marise agar François mulai menulis buku harian yang pada awalnya
berfungsi untuk mengisi kekosongan hidup François dapat diinterpretasikan sebagai desakan untuk
membentuk hibriditas akibat pengaruh dua kebudayaan tersebut. Keputusan penulisan buku harian
bersignifikansi sebagai pemenuhan François terhadap desakan tersebut sehingga menandakan
kemauannya untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi pengaruh dari masyarakat sekitarnya. Hal
tersebut juga dapat diinterpretasikan sebagai upaya François untuk mendapatkan tempat dalam
masyarakatnya yang multikulturalisme sementara harus memiliki identitas yang sesuai terlebih
dahulu. Perselingkuhan antara Jacques dan Marise dapat merepresentasikan karakteristik
multikulturalisme yang sejatinya berpotensi menimbulkan konflik. Menanggapi hal tersebut,
berhentinya François dalam menulis buku dan kemudian mengisolasi diri di balik tembok rumah
menandakan keputusasaan François dalam menemukan identitasnya akan sulitnya tantangan untuk
mendefinisikan diri dalam masyarakat multikultural.

Meskipun begitu, pada sekuen isolasi diri, ditemukan pola deskripsi perasaan François untuk
bangkit dan tidak membiarkan Marise menghancurkan dirinya begitu saja. Untuk itu, sebelum
mengisolasi diri, François berkegigihan untuk melakukan kegiatan yang konstruktif dengan
membuka cabang kedai hot dog yang dapat diinterpretasikan sebagai cara penanganan masalahnya
terkait pengaruh budaya Amerika yang begitu kuat. Namun, upaya tersebut akhirnya gagal yang
menandakan bahwa melawan dominasi budaya Amerika dengan budaya Prancis bukanlah jawaban
dari permasalahan identitas yang dihadapi François. Oleh karena itu, pengambaran keberhasilan
François dalam menemukan identitasnya terlihat melalui bagian akhir teks di mana ia mendapatkan
kembali kedai hot dog-nya dan menemui ibunya bersama-sama dengan kakak-kakaknya di Amerika
serta perayaan ulang tahunnya sebagai penutup teks. Ketiga peristiwa tersebut menandakan
keberhasilan François dalam menemukan kembali identity as being-nya (melalui representasi kedai
hot dog seperti yang sudah dipaparkan), penerimaan François terhadap identity as becoming yakni
melalui kunjungannya ke rumah tokoh Ibu di Amerika yang dapat diinterpretasikan sebagai
kesadaran François terkait identitas budaya Amerika yang mengalir di dalam dirinya, dan juga
kesadaran François terhadap identitasnya yang multikultural khususnya gabungan antara budaya
Amerika dan Prancis.

REPRESENTASI DOMINASI BUDAYA AMERIKA

Berdasarkan subbagian sebelumnya, dapat diketahui bahwa konstruksi identitas tokoh


François dibangun dari pengaruh lingkungan sekitar yang merepresentasikan pengaruh budaya
Amerika dan Prancis yang kental. Melalui fokalisasi tokoh François, dominasi budaya Amerika
dalam masyarakat Quebec dan posisi François terhadap isu tersebut dapat diuraikan. Terdapat pola
terkait budaya Amerika dalam teks yang direpresentasikan melalui konsumsi menonton televisi oleh
orang-orang di sekitar François khususnya ayah François. Seperti yang sudah dipaparkan terkait
ayah François sebagai representasi budaya Quebec, tokoh tersebut juga mewakili hegemoni budaya
Amerika dalam bidang teknologi dan perfilman dalam masyarakat Quebec terlihat melalui
kebiasaannya menonton televisi. Pemosisian tokoh François yang cenderung sinis terhadap hal
tersebut menandakan kesadarannya akan pengaruh budaya Amerika yang membuat orang-orang
terhanyut di dalamnya dan seperti ayah François, menjadi jarang berinteraksi dengan lingkungan di
sekitarnya. Hal tersebut menandakan penolakan François akan dominasi budaya Amerika yang
hadir dalam masyarakat sekitarnya. Selain itu, televisi sebagai bentuk dominasi budaya juga dapat
memasukkan representasi budaya Amerika melalui berbagai jenis siaran khususnya terkait gaya
hidup Amerika atau produk-produk Amerika, seperti yang terlihat melalui pengalaman isolasi diri
François yang dibombardir oleh iklan komersial produk Amerika kala itu. Untuk itu, televisi
mewakili pengaruh budaya Amerika yang kuat karena dapat mengomunikasikan budaya-budaya
Amerika kepada penontonnya, dalam hal ini masyarakat Quebec dengan mudah melalui kegiatan
menonton dan mendengarkan. Kebiasaan menonton televisi ayah François juga dapat menjelaskan
krisis identitas yang juga dialami oleh tokoh tersebut berhubung ia terkena paparan budaya Amerika
secara lebih intens.

Hegemoni budaya Amerika juga terlihat melalui pemakaian sisipan kata-kata bahasa Inggris
pada tokoh François sendiri. Beberapa kata yang ditemukan adalah spoken here, native, Black
Magic, thank you, come again, close cover before striking, push, last call, no vacancy, low, french
fried, all work, no play, Texas style, shine, gold-feather. Pola pemakaian kata maupun frasa bahasa
Inggris yang terjadi secara berulang-ulang menandakan bahwa kegiatan tersebut sudah menjadi
kebiasaan dalam diri François. Signifikansi hegemoni bahasa dapat dijelaskan melalui thank you,
come again, dan push yang dalam teks diberikan padanan bahasa Prancisnya menjadi ‘thank you
merci’,‘come again au revoir’, dan ‘push, poussez’. Terlihat dari urutan kemunculannya bahwa
bahasa Inggris disebutkan lebih dulu menunjukkan budaya Amerika yang lebih penting atau
superior daripada budaya Prancis. Untuk mendukung kesuperioritasan bahasa Inggris, penjelasan
François terkait tetangganya yang tidak menerima ujaran je t’aime dan hanya sudi menerima
ungkapan kasih sayang dengan i love you menandakan keseriusan hegemoni bahasa yang sudah
mengakar dalam masyarakat Quebec. Pemilihan kedai makanan hot dog juga merupakan salah satu
representasi hegemoni budaya Amerika dalam masyarakat Quebec dengan justifikasi bahwa ada
kemungkinan François memilih menu makanan tersebut karena banyak diminati oleh orang Quebec.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa konflik identitas yang
dihadapi tokoh François disebabkan oleh pengaruh multikulturalisme dalam masyarakatnya yang
dapat direpresentasikan oleh dialog, tindakan maupun interaksi dan hubungan tokoh-tokoh di
sekitarnya. Konflik identitas yang ditemukan berupa problematika yang berkaitan dengan identity
as being dan identity as becoming pada tokoh François. Identity as being François muncul berupa
keinginan untuk menjadi bagian dari dua budaya yang berbeda: Amerika dan Prancis dalam
masyarakat Quebec yang menghadapi dua pengaruh budaya tersebut. Identity as becoming yang
kemudian muncul adalah penerimaan budaya Amerika sebagai bagian lain identitasnya sehingga
merepresentasikan keberhasilannya dalam membentuk hibriditas. Selain konflik identitas terkait dua
unsur tersebut, salah satu unsur lain yang berandil dalam permasalahan mendefinisikan diri
François adalah hegemoni budaya Amerika dalam masyarakat Quebec.

Jika dikaitkan dengan konteks geografi, penggambaran hegemoni budaya Amerika dalam
teks berkaitan erat dengan letak Kanada yang dekat dengan Amerika sehingga memiliki
kemungkinan paparan budaya yang besar karena berbagi perbatasan negara. Dalam kasus Quebec
yang merupakan satu-satunya wilayah frankofon sehingga berbudaya Prancis yang kental, hal
tersebutlah yang menciptakan permasalahan identitas yakni unsur multikultural dalam
masyarakatnya. Permasalahan identitas terkait juga direpresentasikan melalui konflik identitas
tokoh François. Keberhasilan pembentukan hibriditasnya itu sendiri ditandai dengan upayanya
menolak hegemoni budaya Amerika. Namun, pada akhirnya ia tetap menerima kehadiran budaya
Amerika untuk menciptakan keseimbangan identitas tersebut. Oleh karena itu, permasalahan
identitas yang dihadapi François merepresentasikan gejolak pembentukan identitas Quebec pada
masa Révolution Tranquille.

Daftar Acuan
Anikó Ádám, (2020). La géographie des identités, Carnets  [En ligne], Deuxième série - 19 | 2020,
mis en ligne le 31 mai 2020, consulté le 16 novembre 2020. URL :
http://journals.openedition.org/carnets/11646 ; DOI : https://doi.org/10.4000/carnets.11646
Barthes, R., & Duisit, L. (1975). An introduction to the structural analysis of narrative. New literary
history, 6 (2), 237-272.

David, Serrat, (2020). Québécois, malgré nous : Naissance et évolution d’une identité québécoise
dans trois romans de Réjean Ducharme. Honors Theses. Paper 996.
https://digitalcommons.colby.edu/honorstheses/996
Dwyarie, R. D. and Tjahjani, J. (2019). Intercultural Concepts in Place Cliché by
Jacques Godbout, 3L Southeast Asian Journal of English Language Studies,
Volume 25, No. 3. DOI: http://dx.doi.org/10.17576/3L-2019-2503-11
Genette, Gérard. (1983). Narrative Discourse: An Essay in Method. New York: Cornell University
Press.
Hall, Stuart. (2005). Cultural Identity and Diaspora. London: Harvester Wheatsheaf
Juéry, René. (2020). Le discours de Galarneau. Les Presses de l’Université du Québec. DOI:
https://doi.org/10.7202/200187ar
Lazaridès, Alexandre. (2017). Du roman au mythe : essai sur l’imaginaire dans Salut Galarneau.
Érudit. Volume 6, No. 1. DOI: 10.7202/600257ar
Melaku, Azeb. (2018). , L’imprérialisme linguistique au Québec des années 1965-1675: Analyses
littéraites de Speak White (Michèle Lalonde) et Salut, Galarneau! (Jacques Godbout).
Virginia Polytechnic Institute and State University.
Giori, Pablo. (2019). Quebeckers and Québécois. Evolution and changes in identity and
national habitus in Quebec (1960–2016), National Identities. Journal National Identities,
Volume 21,2019. 21:3, 267-285, DOI: 10.1080/14608944.2018.1425292
Sabrina, Annisa. And Tjahjani, J. (2019). The Construction of Gender from the Male Perspective in
Moroccan Novel. European Union Digital Library. DOI: http://dx.doi.org/10.4108/eai.20-9-
2019.2296688
Siswati, Endah. (2018). Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Translitera Jurnal Kajian
Komunikasi dan Studi Media 5(1):11-33. DOI: 10.35457/translitera.v5i1.355
Urutan Satuan Isi Cerita

Bagian I
Bab 1 (A)
1. Awal penulisan catatan harian François.
2. Ketidakacuhan François terhadap orang Amerika yang berlatih bahasa Prancis di
Quebec.
3. Keluh kesah François tentang pendidikan.
4. Penjelasan mengenai Aldéric, kakek François yang membiayai pendidikan François
bersaudara.
5. Keinginan François untuk berhenti bersekolah.
6. Deskripsi Jacques yang lebih baik dan sukses daripada François.
7. Usaha Jacques untuk mengubah pikiran François terkait putus sekolah.
8. Kematian ayah François.
9. Keputusan François untuk berhenti bersekolah.

Bab 2 (U)
10. Kejenuhan Marise akan François yang pengangguran.
11. Ide François menulis buku yang datang dari desakan Marise.

Bab 3 (R)
12. Kemuakan François terhadap Marise yang terlalu banyak berbicara.
13. Deskripsi paman Léo sebagai seseorang yang sangat berkiblat ke arah Prancis.
14. Keputusan François untuk menamai kedai hot dog-nya sebagai Au roi du hot dog.

Bab 4 (O)
15. Pertemuan François dan Jacques dengan Marise.
16. Perhatian Marise yang lebih tertuju pada Jacques.
17. Tidak terkesannya Marise terhadap pekerjaan François.
18. Permulaan hubungan François dan Marise.

Bab 5 (I)
19. Keluh kesah François mengenai pendidikan dan masyarakat.
20. Kegemaran François bermain kartu dan pertaruhan wanita dalam permainan kartu
François dan temannya.
21. Penjelasan François mengenai Amerika di mana untuk sukses harus berpendidikan.

Bab 6 (D)
22. Keputusan François bekerja untuk Aldéric.
23. Ingatan François tentang ayahnya.
24. Penolakan François untuk kembali bersekolah terlepas dari dukungan Jacques.
25. Ketiadaan perubahan rencana hidup Jacques terlepas dari kematian ayahnya.
26. Percakapan François dengan Monsieur Beaupré tentang rencana hidup François.

Bab 7 (U)
27. Kesediaan Aldéric untuk membiayai bisnis François.
28. Kepergian François untuk menetap di Lévis.
29. Keputusan François bekerja di Gagnon Electrical Appliances.
30. Pertemuan François dengan Louise Gagnon: cinta pertamanya.

Bab 8 (H)
31. Penolakan Galarneau bersaudara terhadap Paul Godin yang ingin bergabung dengan
mereka.

Bab 9 (O)
32. Saran Jacques dan Marise kepada François terkait penulisan bukunya.
33. Keinginan Marise untuk diantar pulang oleh Jacques.

Bab 10 (T)
34. Imajinasi François jika menjadi etnografer
35. Kedatangan Marise ke rumah François
36. Ingatan François mengenai Martyr yang mati begitu saja: kontemplasi François
mengenai kehidupan
Bab 11 (D)
37. Terkena demamnya François.
38. Deskripsi hubungan ayah dan ibu François.
39. Deskripsi hubungan ayah dan kakek François.

Bab 12 (O)
40. Kegigihan François untuk menyelesaikan tulisannya
41. Kebutuhan Marise akan perhatian François yang sibuk menulis
42. Kesamaan Marise dan ibu François

Bab 13 (G)
43. Kepergian François ke dokter.
44. Penjelasan dari dokter bahwa François kelelahan akibat menulis.
45. Deskripsi seluk beluk keluarga Marise: keluarga pelaut.
46. Saran dari Marise agar François tidak terlalu hanyut dalam tulisannya.
47. Keinginan Marise untuk membaca tulisan François.
48. Rencana François dan Marise untuk berpisah

Bab 14 (A)
49. Ajakan Jacques kepada François dan Marise untuk pergi keluar.
50. Marise dan Jacques yang saling mengoda satu sama lain.
51. Perselingkuhan Marise dan Jacques di depan François.
52. Kekesalan François terhadap Marise dan Jacques.

Bab 15 (U)
53. Ingatan François mengenai masa kecil Galarneau bersaudara.
54. Ingatan François mengenai kebiasaan ibunya.
55. Penjelasan tentang merenggangnya hubungan François dan Marise.

Bagian II
Bab 16 (R)
56. Laporan polisi tentang kecelakaan Marise.

Bab 17 (O)
57. Kepergian François ke kantor polisi.
58. Kilas balik hubungan François dan Louise.

Bab 18 (I)
59. Rencana Alfred, seorang polisi untuk menelpon kantor ambulan
60. Pembicaraan François dan Alfred mengenai Marise, buku François, dan penjelasan
identitas Alfred.
61. Laporan keberadaan Marise.

Bab 19 (D)
62. Kepergian François untuk menemui Marise di rumah sakit.
63. Penyesalan François yang tidak membiarkan Marise membaca bukunya.

Bab 20 (U)
64. Ketiadaan keberadaan Marise di rumah sakit.
65. Laporan bahwa Marise telah dijemput oleh Jacques atas permintaannya sendiri.

Bab 21 (H)
66. Kedatangan François ke apartement Jacques untuk memastikan keadaan Marise.
67. Kemarahan François terhadap Marise dan Jacques.
68. Keputusan François untuk mengusir Marise dari rumahnya.
69. Kesadaran François tentang Marise.

Bab 22 (O)
70. Keputusan François untuk membangun dinding di sekitar rumahnya.
71. Pemutusan hubungan François dengan Marise dan Jacques.
72. Imajinasi François tentang cita-citanya ketika bersama Marise.
73. Keinginan François untuk meminta biaya pembukaan cabang bisnis ke Arthur.
74. Kedatangan François ke rumah Arthur.
75. Upaya François untuk melupakan Marise dengan membuka cabang bisnis.
76. Kegagalan François membuka cabang bisnis.
77. Rencana François menjual kedainya.
Bab 23 (T)
78. Deskripsi perasaan François tentang mengisolasi diri di rumah.
79. Ingatan François ketika menjadi tukang bangunan.
80. Percakapan François dan Dugas, tukang bangunannya.
81. Pemberian sebuah tangga dari Dugas kepada François.

Bab 24 (D)
82. Keseharian François ketika mengisolasi diri.
83. Penulisan surat dari François kepada dirinya sendiri.
84. Ingatan François tentang Martyr dan Jacques.
85. Ingatan François tentang cerita petualangannya dengan Aldéric kepada Jacques.
86. Perasaan François tentang menulis.
Bab 25 (O)
87. Percakapan François dengan dirinya sendiri.
88. Kejenuhan François akan kesendirian.
89. Gangguan dari anak-anak di balik tembok terhadap François.
90. Pengandaian François jika seorang Amerika.

Bab 26 (G)
91. Kekesalan François mengenai iklan di TV.

Bab 27 (A)
92. Kedatangan Arthur dan Jacques untuk mengeluarkan François dari isolasinya.
93. Pemberian kedai baru dari Arthur kepada François.
94. Kunjungan Galarneau bersaudara ke tempat ibu mereka.

Bab 28 (U)
95. Perayaan ulang tahun François.

Anda mungkin juga menyukai