Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN KASUS DAN PERAN SERTA FUNGSI PERAWAT


PADA GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3
Dosen Pengampu : Ria Iriyana, S.Kep., Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Eka Hartini (1910105494)
2. Fhara Rachmi Octavia (1910105553)
3. Jatnika Alfiansyah (1910105502)
4. Sandy Rizki P (1910105520)
5. Siti Fitra Wagina (1910105524)
6. Wulan Listiaayu P (1910105535)

Ilmu Keperawatan 3A

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penyusun, sehingga penyusun mampu menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “MANAJEMEN KASUS DAN PERAN SERTA FUNGSI
PERAWAT PADA GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI” dengan lancar
dan baik.
Adapun makalah ini disusun dengan usaha semaksimal mungkin dan
tentunya bantuan dari beberapa pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepeda semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang senantiasa sesuai harapan.
Demikianlah makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat.

Sumedang, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................. 1
Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
Definisi Katarak .................................................................................. 3
Etiologi Katarak .................................................................................. 3
Manifestasi Klinik Katarak ................................................................. 4
Patofisiologi ........................................................................................ 4
Pathway ............................................................................................... 7
Pengkajian Tambahan atau Pemeriksaan Penunjang .......................... 8
NCP Katarak ...................................................................................... 9
Penkes atau Discharge Planning ......................................................... 18
Peran Perawat ...................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22
Simpulan ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
LAMPIRAN KASUS

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelihatan merupakan hadiah yang tidak ternilai yang diberikan
oleh Tuhan. Mata memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Saat
ini terdapat banyak gangguan atau penyakit pada mata. Setiap 5 detik
ditemukan 1 orang di dunia menderita kebutaan. Diperkirakan oleh World
Health Organization terdapat lebih dari 7 juta orang menjadi buta setiap
tahun. Saat ini diperkirakan 180 juta orang diseluruh dunia mengalami
gangguan pengelihatan, dari angka tersebut terdapat antara 40-45 juta
menderita kebutaan. Oleh karena populasi yang terus bertambah dan oleh
faktor usia. Hal tersebut mempengaruhi kualitas kehidupan dan status sosial
ekonomi dan menjadikan ekonomi bangsa terletak di level rendah.
World Health Organization (WHO) mengestimasikan jumlah orang
dengan gangguan pengelihatan di seluruh dunia pada tahun 2018 adalah 1,3
milyar orang. Katarak merupakan penyebab gangguan pengelihatan terbanyak
kedua di seluruh dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi
(42%). Namun, katarak menepati posisi pertama sebagai penyebab kebutaan
di dunia dengan prevalensi 51%. Katarak atau kekeruhan lensa mata
merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia maupun
dunia.
Katarak merupakan salah satu penyakit yang menyerang mata yang
merupakan salah satu jenis penyakit mata tenang visus menurun perlahan.
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur,
penglihatan bagian sentral hilang sampai menjadi buta setelah 10-20 tahun
dari mulai terjadinya kekeruhan lensa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud katarak?
2. Apa etiologi penyakit katarak?

1
3. Apa saja tanda dan gejala katarak?
4. Bagaimana patofisiologi dari katarak?
5. Bagaimana pathway dari katarak?
6. Apa saja pengkajian tambahan atau pemeriksaan penunjang katarak?
7. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada pasien katarak?
8. Bagaimana NCP pada pasien katarak?
9. Apa saja penkes atau discharge planning pada pasien dengan katarak?
C. Tujuan
Untuk mengetahui manajemen kasus dan peran serta fungsi perawat dalam
pengelolaan asuhan perawat pada pasien dengan gangguan sistem persepsi
sensori seperti katarak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Katarak
Menurut Kadek dan Darmadi (2007) katarak adalah kekeruhan lensa mata
atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina.
Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan.
Katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan di lensa bola mata
sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai
kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang
menyebabkan koagulasi protein lensa.
Lensa terletak dibelakang manik mata bersifat membiaskan dan
memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik kuning. Bila
lensa menjadi keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning
dengan baik, penglihatan akan menjadi kabur. Kekeruhan pada lensa yang
relatif kecil tidak banyak mengganggu penglihatan, akan tetapi bila tingkat
kekeruhannya tinggi maka akan mengganggu penglihatan. Salah satu
gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan
hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutan.
B. Etiologi Katarak
Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan
atau trauma yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata
sebagian besar terdiri dari air dan protein. Dengan bertambahnya usia, lensa
menjadi semakin tebal dan tidak fleksibel. Hal ini menyebabkan gumpalan
protein dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina, sebuah lapisan yang
sensitif terhadap cahaya yang terletak di belakang dalam mata, yang pada
akhirnya menyebabkan pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan lensa
diawali dengan warna kuning kecokelatan ringan, tetapi semakin memburuk
seiring dengan bertambahnya waktu.
Beberapa faktor risiko katarak, antara lain:
1. Penuaan. Penuaan adalah penyebab tersering dari kekeruhan lensa atau
katarak.

3
2. Riwayat trauma. Lensa mata yang pernah mengalami trauma, seperti
masuknya serpihan material tajam ke mata, terbentur bola, kembang api,
dapat membuat katarak timbul lebih cepat.
3. Infeksi saat kehamilan. Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya
rubella, dapat menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada
anak yang dilahirkan. Katarak kongenital dapat terjadi pada salah satu
atau kedua mata anak.
4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama, seperti obat
kortikosteroid dan amiodaron, dapat memicu katarak.
5. Pengidap penyakit tertentu. Pengidap diabetes melitus, hipertensi,
hipokalemia, dan dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan timbulnya
katarak di kemudian hari.
6. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.
7. Paparan sinar matahari yang lama pada mata.
8. Paparan toksin atau racun.
9. Riwayat keluarga yang mengidap katarak.
10. Riwayat operasi pada mata.
C. Manifestasi Klinik Katarak
Beberapa tanda dan gejala katarak, antara lain:
1. Pandangan kabur seperti berkabut.
2. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.
3. Pandangan ganda.
4. Penurunan penglihatan pada malam hari.
5. Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.
6. Sering mengganti ukuran kacamata.
7. Warna di sekitar terlihat memudar.
D. Patofisiologi Katarak
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Lensa yang normal
adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan

4
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Bagian tengah lensa
tidak mendapat suplai kapiler secara langsung. Dengan demikian saat
individu menua, sel di bagian tengah lensa adalah bagian yang paling tua dan
paling sedikit mendapat oksigen. Apabila sel di bagian tengah lensa mati, sel
tersebut tidak diganti. Hilangnya sel ini cenderung menyebabkan lensa
menjadi kaku dan kurang transparan. Lensa menjadi kurang mampu
mengubah bentuknya untuk memfokuskan benda pada retina sehingga
menyebabkan benda tampak kabur. Kualitas penglihatan sering menurun pada
lansia. Lensa juga dapat menjadi legap (keruh) sejalan dengan penuaan,
kondisi yang dikenal sebagai katarak. Katarak lebih lanjut membatasi
penglihatan. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan
kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat
dan sering terjadi pada kedua mata.

5
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut
menjadi tidak larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan
air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan
densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat
serat lensa yang baru diproduksi dikorteks, serat lensa ditekan menuju sentral.
Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi
lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral.
Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang
diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk
memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi
ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibat otak
mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang
tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning,
bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien mengalami kesulitan dalam
membedakan warna.

6
E. Pathway

Usia lanjut atau proses Congenital atau Trauma mata Penyakit sistemik (DM)
penuaan diturunkan

Nukles mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik dan perubahan kimia

Koagulasi

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa


Gangguan persepsi
sensori Resiko Cedera Resiko Infeksi
Hilangnya tranparansi lensa

Kekeruhan lensa/ mengaburkan pandangan Prosedur invasif pengangkatan


Menurunnya ketajaman katarak
penglihatan Otak menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut

Gangguan penerimaan sensori Pandangan kabur Indikasi operasi Post Operasi Nyeri

Ansietas Kurang Pengetahuan

7
F. Pengkajian Tambahan atau Pemeriksaan Penunjang Katarak
Pemeriksaan biasanya dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan kartu Snellen yang merupakan kartu
untuk melihat ketajaman penglihatan seseorang. Satu mata ditutup untuk
menguji mata lainnya untuk membaca huruf yang makin lama ukurannya
semakin kecil.
2) Pemeriksaan Lampu Celah (Slit-lamp)
Melihat semua susunan mata bagian depan dengan pembesaran. Dengan
alat ini dapat dilihat keadaan kornea, manik mata (pupil), selaput hitam
dan lensa. Pemeriksaan mata dengan pupilmata dilebarkan untuk melihat
lensa yang keruh dan retina di belakangnya.
3) Oftalmoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengkaji struktur internal okuler, atrofi
lempeng optik, papiledema, serta perdarahan. Oftalmoskop adalah suatu
alat yang dipakai untuk memeriksa bagian dalam mata. Oftalmoskops
sangat berguna untuk menilai keadaan retina yaitu lapisan mata bagian
dalam yang mengandung sel-sel penerima rangsang cahaya. tampak
warna hitam di atas dasar orange disebut fundus reflek. Bila telah
terdiagnosis katarak dan dipertimbangkan untuk dilaksanakan operasi
katarak, maka diperlukan pemeriksaan prabedah yang mencakup
kesehatan tubuh secara umum untuk menentukan apakah ada kelainan
yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan, pemeriksaan
tersebut termasuk: Gula darah, tekanan darah, elektrokardiografi,
pernafasan, riwayat alergi obat, tekanan bola mata
4) Uji Ultrasonografi Sken.
Ultrasonografi Sken uuntuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien
tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada
kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan
ditanamkan untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.

8
Kelengkungan kornea dapat menentukan kekuatan lensa intraokuler yang
akan ditanam.
5) Keratometri.
Keratometri yaitu mengukur kelengkungan kornea untuk bersama
Ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam.
Dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan khusus mata untuk mencegah
terjadinya penyulit pembedahan seperti adanya infeksi sekitar mata,
glaukoma dan penyakit mata lainnya yang dapat menimbulkan penyulit
waktu pembedahan dan sesudah pembedahan.
6) USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain katarak.
7) CT-Scan orbita: adanya fraktur, benda asing dan kelainan lainnya.
8) Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
9) Kartu mata snellen/ mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi
penyakit sistem saraf penglihatan ke retina.
G. NCP Katarak
Pra Operasi
Tujuan &
No Dx Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1) Monitoring neurologik
persepsi sensori intervensi 3x24 jam klien
b.d. gangguan diharapkan gangguan 2) Kaji fungsi penglihatan
penglihatan sensori dapat diatasi klien
Kriteria Hasil ; 3) Jaga kebersihan mata
1) Menunjukkan tanda klien
dan gejala penglihatan 4) Monitor penglihatan
baik mata
2) Tidak ada keruhan 5) Monitor tanda dan gejala
pada pandangan kelainan penglihatan lain
3) Mampu 6) Monitor fungsi lapang
mengungkapkan pandang, penglihatan,

9
fungsi persepsi dan visus klien
sensori dengan tepat
2 Resiko cedera Setelah dilakukan 1) Sediakan Iingkungan yang
b.d. keterbatasan intervensi 3x24 jam aman untuk pasien
penglihatan diharapkan tidak 2) Identifikasi kebutuhan
mengalami cedera keamanan pasien, sesuai
Kriteria Hasil : dengan kondisi fisik dan
1) Terbebas dari cedera fungsi kognitif pasien dan
2) Mampu menjelaskan riwayat penyakit terdahulu
cara mencegah pasien
3) Klien mampu 3) Menghindarkan
menjelaskan faktor lingkungan yang
resiko dari berbahaya (misalnya
lingkungan/perilaku memindahkan perabotan)
personal 4) Memasang side rail
4) Mampu memodifikasi tempat tidur
gaya hidup untuk 5) Menyediakan tempat tidur
mencegah cedera yang nyaman dan bersih
5) Menggunakan 6) Menempatkan saklar
fasilitas kesehatan lampu ditempat yang
yang ada mudah dijangkau pasien.
6) Mampu mengenali 7) Membatasi pengunjung
perubahan status 8) Menganjurkan keluarga
kesehatan untuk menemani pasien.
9) Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
10) Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11) Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya

10
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit
3 Ansietas b.d. Setelah dilakukan 1) Bina hubungan saling
perubahan dalam intervensi 2x24 jam percaya
status kesehatan diharapkan kecemasan 2) Nyatakan dengan jelas
dapat terkontrol harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil : pasien
1) Klien mampu 3) Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
gejala cemas. 4) Pahami prespektif pasien
2) Mengidentifikasi, terhadap situasi stres
mengungkapkan dan 5) Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik memberikan keamanan
untuk mengontol dan mengurangi takut
cemas. 6) Dorong keluarga untuk
3) Vital sign dalam batas menemani anak
normal. 7) Lakukan back / neck rub
4) Postur tubuh, ekspresi 8) Dengarkan dengan
wajah, bahasa tubuh penuh perhatian
dan tingkat aktivfitas 9) Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya 10) Bantu pasien mengenal
kecemasan. situasi yang
menimbulkan kecemasan
11) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12) Instruksikan pasien
menggunakan teknik

11
relaksasi
13) Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4 Kurang Setelah dilakukan 1) Berikan penilaian
pengetahuan b.d intervensi 1x24 jam tentang tingkat
kurang informasi diharapkan mengetahui pengetahuan pasien
tentang penyakit mengenai penyakit dan tentang proses penyakit
dan indikasi pengobatan penyakit yang spesifik
pengobatan Kriteria Hasil : 2) Jelaskan patofisiologi
1) Pasien dan keluarga dari penyakit dan
menyatakan bagaimana hal ini
pemahaman tentang berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
prognosis, dan dengan cara yang tepat.
program pengobatan 3) Gambarkan tanda dan
2) Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
mampu melaksakan pada penyakit, dengan
prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara 4) Identifikasi
benar kemungkinan penyebab,
3) Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan 5) Sediakan informasi pada
kembali apa yang pasien tentang kondisi,
dijelaskan dengan cara yang tepat
perawat/tim kesehatan 6) Hindari jaminan yang
lainnya kosong
7) Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8) Diskusikan perubahan
gaya hidup yang

12
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata
proses pengontrolan
penyakit
9) Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
10) Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
11) Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
12) Intruksikan pasien
mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

Post Operasi
1 Nyeri b.d. luka Setelah dilakukan 1) Lakukan pengkajian nyeri
pasca operasi intervensi 3x24 jam secara komprehensif
diharapkan tidak termasuk lokasi,
mengalami nyeri karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
1) Mampu mengontrol faktor presipitasi

13
nyeri (tahu penyebab 2) Observasi reaksi
nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3) Bantu pasien dan keluarga
mengurangi nyeri, untuk mencari dan
mencari bantuan) menemukan dukungan
2) Melaporkan bahwa 4) Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang dapat mempengaruhi nyeri
dengan menggunakan seperti suhu ruangan,
manajemen nyeri pencahayaan dan
3) Mampu mengenali kebisingan
nyeri (skala, 5) Kurangi faktor presipitasi
intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) 6) Kaji tipe dan sumber nyeri
4) Menyatakan rasa untuk menentukan
nyaman setelah nyeri intervensi
berkurang 7) Ajarkan tentang teknik
5) Tanda vital dalam non farmakologi: napas
rentang normal dalam, relaksasi, distraksi,
6) Tidak mengalami kompres hangat/ dingin
gangguan tidur 8) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9) Tingkatkan istirahat
10) Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah

14
pemberian analgesik
pertama kali
12) Kolaborasi pemberian
obat analgesik
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1) Bersihkan lingkungan
b.d. prosedur intervensi 2x24 jam setelah dipakai pasien
invasif diharapkan tidak lain
mengalami infeksi 2) Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : septik aseptik
1) Klien bebas dari 3) Batasi pengunjung bila
tanda dan gejala perlu
infeksi 4) Instruksikan pada
2) Mendeskripsikan pengunjung untuk
proses penularan mencuci tangan saat
penyakit, faktor berkunjung dan setelah
yang mempengaruhi berkunjung
penularan serta meninggalkan pasien
penatalaksanaannya 5) Gunakan sabun
3) Menunjukkan antimikrobia untuk cuci
kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya 6) Cuci tangan setiap
infeksi sebelum dan sesudah
4) Jumlah leukosit tindakan keperawatan
dalam batas normal 7) Gunakan baju, sarung
5) Menunjukkan tangan sebagai alat
perilaku hidup sehat pelindung
8) Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9) Tingkatkan intake nutrisi
10) Berikan terapi antibiotik
bila perlu

15
11) Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
12) Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
13) Monitor kerentangan
terhadap infeksi
14) Batasi pengunjung
15) Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
16) Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
17) Dorong masukan cairan
18) Dorong istirahat
19) Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
20) Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
21) Ajarkan cara
menghindari infeksi
22) Laporkan kecurigaan
infeksi
23) Laporkan kultur positif

TELAAH JURNAL
Terapi Suportif Meningkatkan Motivasi untuk Melakukan Operasi Katarak pada
Pasien Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember

16
(Supportive Therapy to Increase Motivation to Undergo Cataract Surgery on
Patients with Cataract in the Area of Public Health Center of Tempurejo Jember)
Penelitian ini menggunakan pre-experimental, one-group pre-test design
bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi suportif terhadap motivasi untuk
melakukan operasi katarak. Terapi suportif mampu menolong individu untuk bisa
mempertahankan kondisi psikologis pasien dalam mengatasi suatu masalah yang
sedang dihadapi. Terapi suportif menekankan pada individu daripada kelompok
karena ketika melakukan komunikasi akan lebih mudah dan berfokus terhadap
masalah yang dimiliki oleh pasien terutama yang motivasinya rendah atau
kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya. Penelitian dilakukan terhadap 15
pasien katarak yang belum melakukan operasi katarak. Pemberian terapi suportif
dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Terapi suportif diberikan sebanyak 4 sesi
masing-masing sesi diberikan sebanyak 35 menit per sesi. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan nilai motivasi untuk melakukan operasi
yang diukur dengan kuisioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji
dependent.
Terapi Suportif adalah suatu terapi yang dipilih dan langsung digunakan
pada individu maupun kelompok yang mempunyai gejala psikologis yang rendah
untuk menolong individu bisa mempertahankan psikologis pasien dalam
mengatasi suatu masalah yang sedang dihadapi. Pemberian terapi suportif ini
dapat meningkatkan kognitif pasien karena memberikan informasi mengenai
katarak dan membantu seseorang untuk memberikan arahan kepada pasiem yang
tidak dapatmengatasi permasalahannya. Terapi suportif ini terdiri dari tiga prinsip
dasar yaitu ekspresi perasaan, dukungan sosial, dan keterampilan manajemen
kognitif. Dukungan sosial dan juga perasaan dapat memberikan dorongan untuk
dapat melakukan sesuatu yang ada pada pasien sehingga dapat mengembangkan
sumber pendukung yang baru pada pasien.
Dalam pemberian terapi suportif ini berespon langsung terhadap masalah
yang sedang dihadapi pasien saat ini yaitu takut , tidak mempunyai biaya, tidak
mengetahui mengenai katarak untuk melakukan operasi katarak sehingga pasien
dapat menyelesaikan masalah, meningkatkan mekanisme koping dalam
melakukan suatu tindakan, mencegah adanya komplikasi, dan membantu pasien

17
mengubah pola pikir negatif sehingga pasien mempunyai pemikiran sehat
mengenai pentingnya operasi katarak.
H. Penkes atau Discharge Planning
Pre Operasi
1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
dialami oleh pasien, dampak pada penglihatan dan kualitas hidup.
2. Memberi penjelasan tentang prosedur operasi, durasi operasi, manfaat dan
resiko operasi.
3. Menganjurkan pasien untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vit C vit A
4. Menghindari terjadinya infeksi pada mata
5. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi cemas, misalnya teknik
relaksasi dengan nafas dalam
Post Operasi
Tata Cara Perawatan Pasien Katarak Pasca Operasi
1) Penderita tidak boleh batuk, mengedan, merokok, mengangkat beban lebih
dari 5 KG, membungkuk, sujud (ibadah shalat dilakukan berdiri atau
tidur), berhubungan suami istri selama 1 minggu.
2) Mata yang usai dibedah tidak boleh terkena air, digosok gosok, serta harus
memakai pelindung terutama jika ingin tidur.
3) Obat tetes mata ada 2 macam digunakan setelah operasi pada pukul: 15.00,
18.00, 21.00. Hari hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu pada
pukul: 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada pukul 21.00.
Untuk beberapa hari pertama, bersihkan mata yang dioperasi dengan
cairan pembersih mata steril dan bola kapas yang diberikan. kita dapat
terus membersihkan mata kita dengan air matang dan kain kasa bersih
kemudian. Mohon gunakan obat tetes mata dan obat-obatan yang
diresepkan dokter, bahkan jika merasa mata baik-baik saja. Jangan
teteskan apapun ke dalam mata kita selain tetes mata yang diresepkan.
Selalu cuci tangan sebelum meneteskan obat tetes mata.Simpan obat tetes
mata dan obat-obatan sesuai petunjuk. Jangan simpan obat melebihi
petunjuk waktu karena obat mungkin terkontaminasi.

18
Kocok botol obat tetes mata sebelum digunakan. Tengadahkan kepala ke
belakang, lihat ke atas dan tarik kelopak mata bawah. Teteskan hanya
SATU tetes ke dalam mata, hindari kontak dengan bulu mata. Tunggu 5
menit sebelum meneteskan obat tetes mata lainnya.
4) Tidak ada larangan makanan sesudah operasi.
5) Penderita usai operasi harus melakukan kontrol rutin sesuai waktu yang
ditentukan dokter.
6) Jika ada masalah terkait mata, maka harus segera mendatangi dokter.
a) Nyeri yang tidak teratasi oleh obat-obatan
b) Penglihatan memburuk seketika
c) Cairan mata berlebih dari mata yang di operasi
d) Timbulnya bayangan atau kilatan secara tiba-tiba
7) Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari pasien dapat menggantinya
dengan kacamata hitam untuk kesehariannya, namun ketika ingin tidur,
pelindung plastik mata wajib dikenakan.
8) Lamanya masa perawatan pasca operasi bervariasi tergantung dari jenis
operasi dan pemasangan lensanya. Paling cepat adalah 1 minggu, dan
paling lambat antara 1 bulan hingga 1.5 bulan. Daya pulih dan disiplin
perawatan juga akan menentukan lamanya masa perawatan
I. Peran Perawat
Peran perawat pada pasien dengan katarak sangatlah banyak, perawat
diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini mungkin. Pada
pasien katarak dengan pra operasi, peran perawat diperlukan untuk
mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai
dari pemeriksaan fisik atau kesehatan tubuh umum untuk mengetahui apakah
ada kelainan yang akan menjadi penghambat, membantu dalam pemenuhan
biopsikospiritual dan keamanan pasien serta memberikan pengetahuan
tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan dilakukan, serta
komplikasi yang mungkin terjadi. Pada saat operasi, peran perawat yaitu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pelaksanaannya. Pada pasien
dengan post operasi katarak, peran perawat diperlukan berhubungan dengan
adanya luka operasi yang ada pada pasien dimana menimbulkan

19
permasalahan seperti nyeri, resiko infeksi, resiko cedera, kecemasan, serta
berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Perawat
mengajarkan teknik untuk mengurasi nyeri dan berkolaborasi dalam
pemberian obat anti nyeri, perawatan luka, dan membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
1) Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2) Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
3) Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
4) Koordinator
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik,
ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.
5) Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.

20
6) Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
7) Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur,
penglihatan bagian sentral hilang sampai menjadi buta. Dalam pengelolaan
asuhan perawat pada pasien dengan gangguan sistem persepsi sensori seperti
katarak peran perawat pada pasien dengan katarak sangatlah banyak, perawat
diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini mungkin. Pada
pasien katarak dengan pra operasi, peran perawat diperlukan untuk
mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai
dari pemeriksaan fisik atau kesehatan tubuh umum untuk mengetahui apakah
ada kelainan yang akan menjadi penghambat, membantu dalam pemenuhan
biopsikospiritual dan keamanan pasien serta memberikan pengetahuan
tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan dilakukan, serta
komplikasi yang mungkin terjadi.
Pada saat operasi, peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dalam pelaksanaannya. Pada pasien dengan post operasi katarak, peran
perawat diperlukan berhubungan dengan adanya luka operasi yang ada pada
pasien dimana menimbulkan permasalahan seperti nyeri, resiko infeksi,
resiko cedera, kecemasan, serta berbagai masalah yang mengganggu
kebutuhan dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk mengurasi nyeri
dan berkolaborasi dalam pemberian obat anti nyeri, perawatan luka, dan
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Detty, A. U., & dkk. (2021). Karakteristik Faktor Resiko Penderita Katarak.
Publisher JIKSH
Obuchowska, I., & Konopinska, J. (2021). Fear and Anxiety Associated with
Cataract Surgery Under Local Anesthesia in Adult : A Systematic.
Publisher Dovepress
Paramita, S., & dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Katarak. Makalah. Publisher ;
Scribd
Siswoyo, & dkk. (2018). Terapi Suportif Meningkatkan Motivasi untuk
Melakukan Operasi Katarak pada Pasien Katarak di Wilayah Kerja
Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember. Jember : Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
https://id.scribd.com/doc/118722207/Makalah-Katarak-Kel-9 (diakses pada 25
November 2021)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.a
c.id/download.php%3Fid%3D8398%23:~:text%3DPeran%2520perawat%2520pa
da%2520pasien%2520dengan,pembedahan%2520mata%2520yang%2520akan%2
520dilakukan.&ved=2ahUKEwjJqrCrorT0AhXwzDgGHSIODYcQFnoECAQQB
g&usg=AOvVaw1VY1VVA5r21E3I78TqzqQw (diakses pada 25 November
2021)
https://id.scribd.com/doc/243766165/MAKALAH-KATARAK (diakses pada 25
November 2021)
https://www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/penkes-
katarak.html (diakses pada 25 November 2021)
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/gangguan-indera/apa-itu-katarak
(diakses pada 25 November 2021)
https://www.halodoc.com/kesehatan/katarak (diakses pada 25 November 2021)

23
LAMPIRAN KASUS

Tn X, usia 80 tahun, agama Islam. Saat ini Tn. X tidak bekerja, sebelumnya
bekerja sebagai petani dan kadang – kadang, berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Sekarang tidak lagi sanggup untuk bekerja
dikarenakan semakin meningkatnya usia. Tn X mengeluh tidak bisa melihat
dengan jelas, seperti ada kabut di matanya.
Sejak satu tahun lalu Tn.X mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn. X tidak
tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi
setelah berobat di klinik baru tahu kalau sakit hipertensi. Biasanya mengonsumsi
captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat selalu mengkonsumsi neo
napacin tablet 1x dalam sehari. Tidak ada riwayat alergi, baik alergi terhadap obat
maupun makanan. Makan 3x sehari dengan ½ porsi, Berat badan: 50 kg, Tidak
punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
Pemeriksaan Fisik
TD:190/100 mmhg, RR: 28 x/mnt, N: 84 x/mnt, Temp: 36 C. Bentuk kepala bulat,
kulit kepala tidak terlalu bersih. Mata: mengalami perubahan penglihatan,
dikarenakan usia lanjut. Dan hanya satu mata yang bisa melihat. Hal itu
dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada sehingga mengakibatkan mata
kanannya tidak lagi berfungsi. Tidak menggunakan kacamata, sehingga dengan
begitu Tidak terlalu bisa melihat dengan baik. Fungsi penglihatan: terganggu
karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kiri dan mata sebelah kanan
tidak bisa melihat.
Psikososial
mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, juga mengaku kalau dia
sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Juga mengatakan kalau dia
sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai