Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN RESMI

KESEHATAN TERNAK

Oleh :
YULI AMANAH MULYA
202010350311125

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Yuli Amanah Mulya
Nim : 202010350311125
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian dan Peternakan
Mata Praktikum : Kesehatan Ternak

Laporan praktikum ini telah diterima sebagai persyaratan untuk mengikuti ujian
akhir praktikum Kesehatan Ternak pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Asisten I Asisten II Asisten III Asisten IV

Aulia Putri Khoirina Hima Ilda Imroatul Fauziyah Robby Wijayanto Bagus Dwi Arifiadi
201910350311062 201910350311122 201910350311045 201810350311007

Mengetahui,
Malang, 4 Desember 2021

Kepala, Instruktur Praktikum


Laboratorium Peternakan

Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MM., MP. Prof. Dr. Drh. Lili Zalizar., MS
NIP.11091020208 NIDN: 0030036201

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

i
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
hidayah-Nya dan juga kesehatan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan tepat waktu.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak ini penulis telah
memperoleh bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung,
maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Peternakan Dr. Ir. Asmah Hidayati, MP, atas dukungan
dan motivasinya.
2. Kepala Laboratorium Peternakan dan Nutrisi Dr. Ir. Khusnul
Khotimah, MM., MP. atas dukungan dan motivasinya.
3. Instruktur Ilmu Kesehtan Ternak Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, MS. atas
bimbingan, motivasi, nasehat, dan semangat yang sangat berharga
sejak awal hingga terselesainya laporan praktikum ini.
4. Kakak – kakak asisten yang telah memberikan arahan dan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Semua pihak yang terlibat banyak membantu sehingga laporan
praktikum ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan
praktikum ini masih banyak kekurangan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan praktikum ini
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, (isi bulan dan tanggal


pengejaan) 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Pengenalan Jenis Obat....................................................................................3
2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja......................................................................5
2.3 Deteksi Mastitis..............................................................................................6
2.4 Pengenalan Jenis Bloat...................................................................................6
2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom.....................................................................7
2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas..........................................7
2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas..........................................8
2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam...........................................................8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................10
3.1 Waktu dan tempat.........................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................11
3.3 Prosedur Praktikum......................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................15
BAB V PENUTUP.................................................................................................17
5.1. Kesimpulan..................................................................................................17
5.2. Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang (latar belakang itu 1.1)


Obat adalah suatu zat, termasuk bahan-bahan kimia, tetapi bukan bahan
makanan yang dipergunakan untuk menyembuhkan atau menjaga kesehatan
hewan atau manusia. Pemberian obat pada hewan dapat dilakukan dengan
beberapa cara dan pemilihan cara-cara pemberian itu tergantung pula kepada
bermacam-macam faktor, sebagai contoh adalah bentuk dan macam obat.
Pengenalan jenis obat sangat penting karena hal tersebut sebagai acuan bagaimana
kita nanti sebagai peternak bisa menangani pemberian obat pada ternak.
Pemberian obat dilakukan ketika ternak telah terdiagnosis penyakit, penyakit yang
sering terjadi pada ternak adalah cacingan. Salah satu cara agar mengetahui ternak
terjangkit cacingan atau tidak yaitu dengan cara uji sampel tinja dengan metode
apung. Pengujian sampel tinja dengan metode apung sangat mudah dilakukan dan
tidak mengeluarkan modal yang banyak, tetapi tingkat keakuratannya kecil.
Selain penyakit cacingan penyakit yang harus di waspadai adalah penyakit
mastitis dan bloat. Penyakit mastitis adalah penyakit radang ambing yang
disebabkan oleh bakteri, luka dan iritasi bahan-bahan kimia. Penyakit mastitis
merupakan penyakit yang banyak merugikan peternak sapi perah, karena penyakit
mastitis ini selain merusak ternak juga merusak kualitas susu yang dihasilkan
sapi-sapi. Penyakit mastitis merupakan penyakit menular, jika tidak di ketahui
secara dini akan menyebabkan penularan di ternak-ternak lainnya. Penyakit
lainnya yaitu penyakit bloat, atau penyakit kembung pada ternak yang disebabkan
oleh penumpukan gas pada rumen. Ternak yang terkena penyakit bloat hanya bisa
bertahan sampai 4 jam jika tidak segera di tangani ternak akan mati. Pengendalian
bloat bisa dilakukan pencegahan dan pengobatan.
Penyakit-penyakit yang terjadi pada ternak dapat di lakukan diagnosis
menggunakan teknik pemeriksaan symthon, yaitu pemeriksaan yang di lakukan
pada ternak hidup untuk tujuan mendiagnosis. Terdapat materi dalam praktikum
yaitu teknik menyutik dan vaksinasi, menyutik adalah suatu usaha memasukkan
cairan pada ternak. Teknik menyutik ada tiga yaitu subcutan, intra muscular dan

1
intravena. Vaksinasi merupakan memasukan dna suatu virus yang tujuannya agar
ternak memiliki kekebalan tubuh.
1.1. Tujuan (Tujuan itu 1.2)
Tujuan dari praktikum Pengenalan Jenia Obat dan Uji Telur pada Sampel
Tinja, pengenalan mastitis dan bloat, teknik pemeriksaan, teknik penyuntikan dan
vaksinasi, teknik pemeriksaan sympthon, teknik pengambilan darah dan teknik
pemeriksaan ternak pasca mati adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui golongan dalam jenis obat
2. Mengetahui Cacing Telur pada sampel tinja
3. Mengetahui penyebab terjadinya mastitis
4. Mengetahui penyebab dan penaganan penyakit bloat
5. Mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sympton
6. Mengetahui cara melakukan penyuntikan dan vaksinasi yang benar
7. Mengetahui cara pengambilan darah yang benar
8. Mengetahui kegunaan / tujuan dari bedah bangkai

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Jenis Obat


Obat merupakan suatu zat yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
bukan termasuk dalam kategori bahan makanan. Obat konsumsi dengan tujuan
untuk menyembuhkan atau menjaga kesehatan. Obat juga didefinisikan sebagai
zat yang digunakan sebagai diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati
atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. obat mempunyai berbagai
macam bentuk, dari bentuk sebut mewakili karakteristik dan tujuan penggunaan
obat tersebut (Budi E., Yektiningsih E., dkk, 2015).
Pemberian obat pada makhluk hidup didasarkan pada beberapa faktor
yaitu bentuk dan macam obat, jenis hewan dan keadaan dari hewan. Jenis obat
dibedakan menjadi lima yaitu antibiotik, antiseptik, anthelmetika, anastetika dan
analgetika. Jenis-jenis obat tersebut memeiliki kegnaan dan tujuan masingmasing
(Kaunang S., Asyiah I., dkk, 2019).
(untuk kutipan salah, semisal Wijayanto, R dan banyak orang jadi tulis seperti ini
saja (Wijayanto R, dkk. 2019).
2.1.1 Antibiotika
Antibiotik adalah salah satu jenis obat, fungsi antibiotik adalah
menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri. Antibiotik terbagi menjadi
dua tipe yaitu antibiotik spektrum luas dan antibiotik spektrum sempit. Kedua
tipe antibiotik tersebut memiliki cakupan janis bakteri yang berbeda-beda,
antibiotik stpektrum luas merupakan antibiotik yang bisa mengatasi bakteri
gram positif dan negatif, sedangkan antibiotik stpektrum sempit merupakan
antibiotik yang hanya dapat mengatasi salah satu jenis bakteri (Bhaskara I.,
Budiasa K., dkk, 2012). (ikuti ini)
Penggunaan antibiotik harus sesuai anjuran dokter agar tidak terjadi
resistensi bakteri, resistensi merupakan kondisi dimana bakteri menjadi kebal
terhadap antibiotik yang diberikan. Beberapa kasus penggunaan antibiotik
dilakukan tanpa resep dari dokter, hal tersebut akan berdampak pada
memberatnya masalah penyakit. Antibiotik pada umumnya dibuat dari berasal

3
dari bakteri yang telah dilemahkan, bekteri tersebut kemudian dapat membunuh
bakteri lain yang ada dalam tubuh makhluk hidup (Utami E., 2012).
2.1.2 Antiseptica
Antiseptika merupakan jenis obat yang dipakai untuk menghambat
pertumbuhan bakteri, biasanaya dipakai pada makhluk hidup secara langsung.
Desinektan merupakan jenis obat yang dipakai untuk membunuh bakteri yang
biasanaya digunkan pada benda mati. Antiseptik berbeda dengan antibiotic dan
disenfektan, yaitu antibiotic digunakan untuk membunuh mikroorganisme di
dalam tubuh, dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
Antiseptik yang paling banyak ditemukan dipasaran adalah yang
berbahan alcohol hingga 30% dan 70% yang dapat menyebabkan kulit kering
serta iritasi jika dipakai secara berulang. (Wibisono F., Sumiarto B., dkk, 2021)
Jenis antiseptik ada beberapa golongan yaitu golongan alkohol, golongan
hologen, golongan phenol dan golongan oksidator, dan yang banyak beredar di
masyarakat adalah golongan alkohol. Efektifitas antiseptik dalam membunuh
mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya kosentrasi dan lama
paparan (Badriyah N.,dan Ubaidillah N., 2013).
2.1.3 Anthelmetika
Anthelmetika adalah jenis obat yang fungsinya adalah memberantas dan
mengurangi jumlah parasit cacing dalam rumen ternak. Cara kerja obat jenis
anthelmetika adalah membunuh secara langsung, memabukan, membuat pingsan
dan menghancurkan dinding tubuh. System saraf cacing mempunyai perbedaan
yang penting dengan system saraf pada vertebrata dan ini membentuk dasar
toksisitas selektif pada sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi cacing (Balqis U., Muslina., dkk, 2017).
Penggunaan obat jenis anthelmetik didasarkan pada jenis cacing. Hal
tersebut dikarenakan obat jenis anthelmetika hanya dapat memberantas satu jenis
cacing, oleh kareana itu perlu diadakan identifikasi dan diagnosis terlebih dahulu
sebelum penggunaan obat. Waktu yang ideal untuk menguji antelmintik tanpa
melakukan penggantian media adalah kurang dari 48 jam pada suhu 37 oC
(Febriani Y., Hidayat S., dkk, 2014)

4
2.1.4 Anastetika
Anastetik adalah obat yang digunakan dalam menimbulkan hilangnya rasa
nyeri atau hilangnya sensai nyeri disertai hilangnya kesadaran. Bentuk-bentuk
anestetika ada beberapa yaitu berbentuk liquid, gas dan basa. Obat jenis anestetika
biasanya gunakan ketika akan dilakukan tindakan operasi (Hartono R., Isngadi.,
dkk, 2018).
. Obat anastetika terbagi menjadi dua yaitu anastetika lokal dan
anastetika umum. Anastetika lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf
bila dikenakan secara local pada jaringan saraf pada kadar yang cukup, obat ini
bekerja pada tiap bagian susunan bagian saraf. Penggunaan obat anestesi jika
sudah menghilang efeknya akan menimbulkan efeksamping seperti mualmual,
depresi, kehilangan kesadaran dan lain-lain (Napitu H., Noviana D., dkk, 2019).

2.1.5 Analgetika
Analgetika adalah jenis obat yang berfungsi sebgai penghilangkan dan
meredakan rasa nyeri. Sifat dari jenis analgetika adalah mengurangi rasa sakit
tanpa mengakibatkan pembiusan atau ketidak sadaran dan dalam kondisi tertentu
tidak menyebabkan ngantuk dan gelisah. Analgetika terbagi menjadi dua
golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik.
Analgetika narkotik dapat menekan system saraf pusa secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh pernyakit kanker,
sesudah operasi dan ginjal. Analgetika non narkotik lebih banyak digunakan
daripada analgetika narkotik karena mudah didapat tanpa resep dari dokter.
Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesic dengan cara menghambat
secara langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang
mengkatalis biosintesis prostaglandin.
2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja
Helmintiasis atau biasa disebut cacingan adalah penyakit yang sering
menyerang hewan ternak. Ternak sangat rentan akan hadirnya penyakit cacingan
karena kondisi lingkungan yang kotor dan pakan hijaun yang diambil dari
tempattempat yang kurang bersih. Telur-telur cacing bisa termakan oleh hewan
ternak lewat hijaun, oleh karena itu pengambilan hijaun harus di perhatikan.

5
Ciri-ciri cacingan pada ternak yaitu ternak tampak lesu, mata sayu, diare,
rambut kusam dan lemah. Upaya yang harus dilakukan ketika ternak terdeteksi
cacingan yaitu dnegan memberikan obat cacing secara rutin Indra I., 2013).
Pencegahanya yaitu dengan jangan memotong hijaun terlalu pagi untuk
menghindari telur cacing yang menempel di batang hijaun dan jangan memotong
hijaun terlalu pendek atau dekat dengan tanah. Infeksi cacing pada ternak harus
segera ditangani karena dapat menyebabkan kerugian besar bagi peternak. Salah
satu cara yang digunkan untuk mengetahui ternak terinfeksi cacaing yaitu dengan
cara uji telur cacing melalui sampel tinja dengan metode apung (Megawati E., dan
Wathoni N., 2018).
2.3 Deteksi Mastitis
Mastitis berasal dari kata mastos yang artinya ambing dan itis yang artinya
peradangan kelenjar susu. Mastitis merupakan peradang kelenjar susu yang
diakibatkan oleh trauma akibat luka ketika proses pemerahan, iritasi bahan-bahan
kimia dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan tingkat
peradangannya mastitis dibedakan emnjadi dua yaitu mastitis subklinis dan
mastitis klinis.
Proses infeksi pada mastitis terjadi melalui beberapa tahap yaitu adanya
kontak dengan mikroorganisme dimana sejumlah mikroorganisme mengalami
multiplikasi di sekitar lubang putting dan menyebabkan lubang didaerah puting
sehingga menyebabkan mikroorganisme masuk kedalam lubang puting (Putra R.,
Suratma N., dkk, 2014). Mastitis merupakan penyakit yang sering merugikan
peternakn perah karena pengetahuan minin akan pentingnya pemeriksaan mastitis
secara dini. Mastitis secara umum dinali dengan peningkatan jumlah sel somatic
dalam susu dan peningkatan jumlah bakteri dalam ambing (Zalizar L., 2017)
2.4 Pengenalan Jenis Bloat
Bloat adalah penyakt ternak yang disebabkan oleh menumpuknya gas
didalam rumen. Bloat dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu, bloat berupa gas
yang terperangkap karena adanya penyumbatan dan bloat berupa busa yang
menghambat terjadinya pelepasan gas. Ternak yang terjangkit bloat hanya akan
bertahan sampai 4 jam karena menekanan diaragma yang mengakibatkan
kesulitan bernafas.

6
Bloat pada ternak sering tidak disadari oleh peternak karena tanda-tanda
yang sering tidak terlihat. Gejala klinis yang sering termati adalah adanya
pembesaran atau distensi rumen bagian kiri, stress (Kusuma N., Susilo G., dkk,
2019). Bloat ringan biasanya dapat teratasi dengan pemberian obat kembung dan
minyak nabati yang berfungsi menghancurkan buih yang terdapat di rumen
sehingga ternak memperlancar gas keluar, untuk bloat yang benar-benar tidak bisa
ditangani dengan obat maka yang harus dilakukan peternak adalah menggunkan
trokar (Sari R., Prastiningtyas D., dkk, 2019).
2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
Symptom yaitu tanda-tanda penyakit pada ternak hidup. Ternak yang sehat
biasanya lincah, tubuh mudah digerakkan, semua alat gerak berfungsi normal,
Rambut mengkilat dan halus, kulit mempunyai turgor yang baik dan lubang
hidung tidak ada eksudat. Ternak yang mengalami sympthom atau gejala maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu meliputi pernafasan, suhu, dan denyut
nadi (Nurmawan I., Sarjana T., dkk, 2017).
Setiap penyakit yang dialami oleh ternak memiliki gejala masing-masing,
namun pemeriksaan sympthom dilakukan untuk mendiagnosis secara dini
sebelum dilakukan tindakan yang lebih. Suhu merupakan salah satu acuan yang
sering digunakan dalam penentuan diagnosis ternak sehat atau sakit. Kemampuan
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal merupakan kegiatan
yang sangat mempengaruhi reaksi biokimiawi dan proses fisiologis dalam
kaitannya dengan metabolism tubuh ternak (Dewantia A., Santosa P., dkk, 2014).
2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
Vaksinasi adalah suatu upaya memasukan antigen, atau virus yang
dilemahkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk membentuk imun dan kekebalan
tubuh pada virus tertent. Terdapat dua jenis vaksin yaitu vaksin aktif dan vaksin
inaktif. Vaksin aktif yaitu vaksin yang mengandung virus hidup, atau
mengandung virus yang dilemahkan. vaksinasi lada ternak terdapat beberapa cara
yaitu denagn cara menyuntikan langsung pada ternak, dengan cara tetes dan
dengan cara mencampurkan pada air minum (Amiruddin., Siregar T., dkk, 2014).
Memasukan vaksin secara langsung pada ternak atau penyuntikan
memiliki teknik dan aturan-aturan tertentu. Penyuntikan tidak hanya dilakukan

7
pada vaksin saja namun juga pada obat, vitamin dan lain-lain. Teknik penyuntikan
dibagi menjadi tiga yaitu penyuntikan intra muscular, intravena dan subcutan.
Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan
cara direbus menggunakan air mendidih selama kurang lebih 30 menit. Teknik
penyuntikan secara intramuskuler pada dasarnya ada dua cara yaitu metode
penyuntikan konvensional atau standar dan metode penyuntikan Z track (Kencana
G., 2013)
2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
Pengambilan darah pada ternak memiliki tujuan untuk mendiagnosis suatu
penyakit yang telah bergejala pada ternak. Pengambilan darah pada ternak tidak
dilakukan secara sembarangan karena pengambilan darah memiliki cara dan
teknik tertentu. Pengambilan darah pada setiap jenis ternak memiliki tempat
berbeda dalam pengambilan darah, pada ayam pengambilan darah dilakukan pada
pembuluh darah vena disayap dan pada ternak ruminansia dilakukan di vena
jugularis yang ada di leher.
Setelah darah di ambil, untuk tindak selanjutnya adalah pemeriksaan darah
di laboraturium. Pemeriksaan darah dilakukan dengan tujuan untuk mendiagnosa
suatu penyakit yang menjangkit pada ternak tersebut. Darah merupakan jaringan
yang terdapat di dalam pembuluh darah dan bewarna merah, Darah merupakan
aspek pendukug dalam menentukan status kesehatan hewan. Karena hal tersebut
darah merupakan objek yang tepat untuk diagnosa lebih akurat.
2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam
Nekropsi atau bedah bangkai merupakan teknik yang sangat penting dalam
penegakan diagnosa penyakit. Tujuan pemeriksaan pasca mati adalah melakukan
pemeriksaaan patologik anatomik secara tepat guna menetapkan sebab-sebab
suatu penyakit atau suatu kematian hewan. Hasil seksi tersebut dapat dilakukan
tindakan-tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap hewan atau ternak
alinnya, manusia dan lingkungannya.
Diagnosa penyakit secara cepat dan akurat sangat diperlukan dalam upaya
pengendalian maupun pemberantasan penyakit. Pengamatan terhadap adanya
perubahan yang menunjukkan adanya infeksi oleh penyakit virus dilakukan pada
rongga abdomen dan thoraks (Setyadi F., Ismadi V., dkk, 2013). Bedah bangkai

8
dilakukan untuk mengidentifikasi ayam dan hasilnya akan digunakan sebagai
pertimbangan menemukan penyakit dengan cara melihat ada tidaknya perubahan
pada organ tubuh ayam. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilakukan Tindakan-
tindakan pencegahan terhadap hewan atau ternak lainnya (Martoenus A.,dan
Djatmikowati F., 2015).

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
3.1.1 Pengenalan Jenis Obat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis Pukul 13.00 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.2 Uji Telur pada Sampel Tinja
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis Pukul 13.00 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.3 Deteksi Mastitis
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.4 Pengenalan Jenis Bloat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.16 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

10
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Pengenalan Jenis Obat
3.2.1.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Buku tulis
3.2.1.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Obat
3.2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja
3.2.2.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Gelas beaker
2. Obyek glass dan deck glass
3. Tabung reaksi
4. Mikroskop
5. Centrifuger
6. Spatula
3.2.2.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Feses
2. NaCl jenuh
3.2.3 Deteksi Mastitis
3.2.3.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Paddle
2. CMT paddle
3. Reagen paddle
3.2.3.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Susu segar
3.2.4 Pengenalan Jenis Bloat

11
3.2.4.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Trocar sapi
2. Trocar kambing
3.2.4.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Obat antizymotik
3.2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
3.2.5.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Thermometer
3.2.5.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ayam Hidup
3.2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
3.2.6.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Spuit 1cc
2. Jarum suntik
3.2.6.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ayam Hidup
2. Vitamin B kompleks
3.2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
3.2.7.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Spuit 1cc
2. Tabung vacutainer
3.2.7.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ayam hidup
3.2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam

12
3.2.8.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Gunting bedah
2. Tempat bedah
3.2.8.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ayam mati
2. Air
3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Pengenalan Jenis Obat
Adapun prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengamati jenis obat dan fungsi obat.
2. Membedakan mana obat vitamin, vaksin, dan obat peredam rasa sakit.
3. Mencatat jenis obat dan fungsi obat.
4. Mencatat golongan-golongan obat.
3.3.2 Uji Telur Cacing pada Sampel Tinja
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Lumatkan kira-kira 1 gram tinja
2. Tambahkan larutan NaCL jenuh secukupnya kemudian saring
3. Masukkan larutan tersebut kedalam tabung reaksi sampai penuh
(permukaan cembung)
4. Tempatkan cover glass diatasnya sedemikian rupa sehingga tidak ada
gelembung udara antara kaca penutup tersebut dengan cairan
5. Biarkan selama ± 5 menit, maka telur diharapkan akan mengapung dan
menempel pada kaca penutup
6. Ambil kaca penutup taruh diatas obyek glass, kemudian lihat dibawah
mikroskop dengan perbesar 100 x.
3.3.3 Deteksi mastitis
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat uji CMT botol dan paddle
2. Masukan reagen CMT kedalam botol
3. Pasang CMT paddle dengan botol

13
4. Masukkan sampel susu/stripping putting per quarter dari langsung ternak
sebanyak 1 ml
5. Tekan botol CMT hingga reagennya keluar sebanyak 1 ml
6. Goyangkan paddle selama 30 detik
7. Amati pada tiap paddle
3.3.4 Pengenalan Jenis Bloat
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang
menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir.
3. Tusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri langsung pada
rumen.
4. Tarik trocar perlahan-lahan agar isi rumen tidak tersedat keluar dan
menyumbat pipa trocar.
5. Setelah gas dapat dibebaskan segera masukkan obat-obatan antizymotik
antara lain formalin atau clorofom. Obat-obatan ini akan menurunkan
proses fermentasi mikroba, sehingga jumlah gas dapat turun.
3.3.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan ayam yang masih hidup
2. Perikasalah suhu ayam menggunakan thermometer pada bagian kloaka
3. Perhatikan bulu ayam
4. Amati pernapasan pada ayam
3.3.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Periksa alat dan bahan yang tersedia
2. Sterilkan spuit dan canul dengan alkohol 70 % kemudian bilas dengan
aquadest steril
3. Masukkan vitamin B complek ke dalam spuit sebanyak 0,5 cc.
4. Tentukan daerah suntikkan yaitu daerah dada ( pektoralis ) atau daerah
kaki ( tibialis ).
5. Sterilkan kembali spuit dan canul dengan alkohol 70 %.

14
3.3.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Periksa alat dan bahan yang tersedia
2. Tentukan daerah pengambilan darah (di vena sayap)
3. Lakukan pengambilan darah. Sterilkan daerah bekas suntikan sambil
dimasase.
4. Masukkan sampel darah ke dalam tabung vacuitaner
3.3.8 Teknik Pemeriksaan Pasacamati Ayam
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Patahkan leher ayam diantara jari telunjuk dan ibu jari atau dengan
gunting. Tempatkan ayam pada punggungnya dan pegang dengan cara
menempatkan ibu jari diantara “Wishbone“ dan tekan pada tulang
punggungnya.
2. Baringkan ayam dengan kepala menghadap ke atas dan posisi kaki
menghadap ke praktikan
3. Potong kulit dengan gunting menyilang diantara spernum dan anus.
Pemotongan diteruskan ke arah depan dengan memotong tulang dada
sampai persendian bahu.
4. Potong kerongkongan di depan proventrikulus dan keluarkan
proventikulus, dan keluarkan proventikulus, gizzard, hati dan limpa.
5. Buka gizzard dan proventikulus dan periksa keadaannya.
6. Keluarkan jantung dan amati pericardiumnya, buat sayatan pada kedua
ventrikel jantung dan atrium dan periksa keaannya.
7. Keluarkan dan amati paru-paru dan trakea.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Langsung dilampirkan foto laporan mingguan dengan urutan :

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum tersebutadalah sebagai berikut :
1. Golongan jenis obat terdapat 5 yaitu, antibiotika, antiseptika, desinfektan,
anthelmetika, anastetika, dan analgestika.
2. Cacing telur pada sapi dapat diidentifikasi menggunakan metode
mikroskopis.
3. Penyebab mastitis antara lain manajemen pemeliharaan kurang baik,
kandang yang selalu kotor, sapi jarang dimandikan, kekurangan air
minum, perubahan jenis pakan, kandang dekat dengan pengolahan limbah.
4. Penyebab ternak sapi mengalami perut kembung adalah konsumsi pakan
yang mudah menimbulkan gas di dalam rumen, seperti rumput-rumputan
yang masih basah dan kurang berserat serta beberapa bahan pakan ternak
seperti leguminosa, kacang-kacangan, dan bahan-bahan yang telah melalui
proses fermentasi. Pengobatan dengan meminumkan minyak goreng,
mengoleskan minyak kayu putih, dan jika bloat sudah parah dilakukan
penusukan pada tulang rusuk terakhir menggunakan trocar.
5. Dalam pemeriksaan sympton perlu dilakukan pemeriksaan pernafasan,
suhu badan, denyut nadi, dan digesti (pencernaan).
6. Penyuntikan intramukuler dilakukan pada otot dada atau otot paha,
sedangkan penyuntikan subcutan dilakukan pada sekitar pangkal leher
(dibawah kulit leher bagian belakang). Vaksinasi dapat dilakukan cara
tetes mata, tetes hidung, disuntikkan pada urat daging, dicampurkan
dengan pakan, air minum, maupun dengan cara disemprotkan (spraying).
7. Pengambilan sampel darah pada ayam dilakukan pada pembuluh vena
yang terdapat di bagian sayap.
8. Tujuan dari bedah bangkai adalah untuk mendiaknosis atau
mengidentifikasi suatu penyakit yang menginfeksi ayam tersebut dan
hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan menentukan penyakit yang

37
sedang menyerang ayam dilakukan dengan cara melihat adanya
perubahandibagian organ tubuh.
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum yang selanjutnya yaitu tempat praktikum
saran dari saya disiapkan yang lebih terorganisir. Waktu yang digunakan dalam
praktikum lebih dimaksimalkan.
.

38
Daftar Pustaka
Kaunang, S. R., Asyiah, I. N., & Aprilya, S. (2019). Etnobotani (Pemanfaatan
Tumbuhan Secara Tradisional) dalam Pengobatan Hewan Ternak oleh
Masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi. Indonesian Journal of
Biotechnology and Biodiversity, 3(1), 27-32.
Budi, E. S., Yektiningsih, E., & Priyanto, E. (2015). Profitabilitas usaha ternak
itik petelur di desa Kebonsari Kecamatan Candi, Sidoarjo. AGRARIS:
Journal of Agribusiness and Rural Development Research, 1(1), 32-37.
Utami, E. R. (2011). Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. Sainstis.
Bhaskara, B., Budiasa, K. E. T. U. T., & Tono, K. (2012). Uji kepekaan
Escherichia coli sebagai penyebab kolibasilosis pada babi muda terhadap
antibiotika oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin dan gentamisin. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus ISSN, 2301.
Badriyah, N., & Ubaidillah, M. (2013). Pengaruh frekuensi penyemprotan
desinfektan pada kandang terhadap jumlah kematian ayam broiler. J.
Ternak, 4(2), 22-26.
Wibisono, F. J., Sumiarto, B., Untari, T., Effendi, M. H., Permatasari, D. A., &
Witaningrum, A. M. (2020). Prevalensi dan analisis faktor risiko multidrug
resistance bakteri Escherichia coli pada ayam komersial di Kabupaten
Blitar. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis, 10(1), 15-22.
Indra, I. (2013). Farmakologi Tramadol. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 13(1),
50-54.
Megawati, E., & Wathoni, N. (2019). Sediaan Farmasi yang Mengandung Mineral
untuk Veterinary Sapi. Majalah Farmasetika, 3(2), 37-43.
Febriani, Y., Hidayat, S., & Seftiana, S. (2014). Aktivitas Anti Cacing Ekstrak
Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Ascaridia galli. Indonesia
Journal of Pharmaceutical Science and Tehnology. Vol 3 No, 2.
Balqis, U., Muslina, M. H., Athaillah, F., Muttaqien, A., Ismail, R., Eliawardani,
A. H., ... & Henni Vanda, D. Perubahan Histopatologi Sel-sel Telur dalam
Uterus Ascaridia galli setelah Diberikan Ekstrak Biji Veitchia merrillii.
BLOCK, X. I. S. S. N. (2019). Efek Regional dan Cardiopulmonary Penggunaan
Lidocaine dan LidocaineXylazine pada Blokade Nervus Ischiadicus Domba.
Jurnal Veteriner Jurnal Veteriner September, 20(3), 428-435.
Hartono, R., Isngadi, I., & Husodo, D. P. (2018). Anestesi Spinal Dosis Rendah
Untuk Pasien Operasi Sesar dengan Stenosis Mitral Berat. JAI (Jurnal
Anestesiologi Indonesia), 10(3), 163-174.
Zalizar, L. (2017). Helminthiasis saluran cerna pada sapi perah. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 27(2), 1- 7.
Putra, R. D., Suratma, N. A., & Oka, I. B. M. (2014). Prevalensi Trematoda pada
Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,
Kabupaten Badung. Indonesia Medicus Veterinus, 3(5), 394-402.
Soerahman, A. N. (2016). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan
Tindakan Peternak Sapi Perah dalam Upaya Pencegahan Penyakit Mastitis.
Students e-Journal, 5(4).
Swadayana, A., Sambodho, P., & Budiarti, C. (2012). Total bakteri dan pH susu
akibat lama waktu diping puting kambing peranakan ettawa laktasi. Animal
Agriculture Journal, 1(1), 12-21.

39
Susilo, G. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Sapi Perah
Menggunakan Metode Algoritma Naive Bayes. JURNAL
TRANSFORMASI, 15(1).
Sari, R. I. P., Prastiningtyas, D. A., & Subari, S. (2019). Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Menggunakan Case Based Reasoning
(CBR) Berbasis Android. J-INTECH, 7(01), 44-57.
Nurmawan, I. C., Sarjana, T. A., & Wahyuni, H. I. (2017). PENGARUH JARAK
TRASPORTASI TERHADAP RESPON FISIOLOGIS AYAM BROILER.
In PROSIDING SEMINAR TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN
(STAP) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN (Vol. 5, pp. 148-153).
Dewanti, A. C., Santosa, P. E., & Nova, K. (2014). Pengaruh berbagai jenis bahan
litter terhadap respon fisiologis broiler fase finisher di closed house. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu, 2(3).
Amiruddin, A., Siregar, T. N., Azhari, A., Jalaluddi, J., Zulkifli, Z., Rahman, A.
A., & Hamdan, H. (2014). Pengaruh pemberian ekstrak hipofisa sapi
terhadap peningkatan produktivitas ayam petelur pada fase akhir produksi.
Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 8(1).
Kencana, G. A. Y. (2013). Penentuan Kandungan Virus Vaksin Newcastle
Disease Dari Dua Poultry Shops Yang Berbeda Pada Kultur Sel Primer
Fibroblast Embrio Ayam. Buletin Veteriner Udayana, 5(2), 61-69.
Setyadi, F., Ismadi, V. D. Y. B., & Mangisah, I. (2013). Kadar kolesterol, HDL
dan LDL darah akibat kombinasi lama pencahayaan dan pemberian porsi
pakan berbeda pada ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 2(1), 68-76.
Martoenus, A., & Djatmikowati, T. F. (2015) Teknik Pengambilan Darah pada
beberapa Hewan. Diagnosa Veteriner, 14(1), 1-7.
Zannah, M., Awaludin, A., Rukmi, D. L., Nusantoro, S., & Kusuma, S. B. (2020).
Case Study on Genesis Infectious Bursal Disease (IBD) on Broiler chickens
at PT. Aretha Nusantara Farm Bandung. Journal of Livestock Science and
Production, 4(1), 224-230.
Wiedosari, E., & Wahyuwardani, S. (2015). Studi kasus penyakit ayam pedaging
di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian
Journal of Veterinary Sciences, 9(1).
Sianita N., Hasan Z., Kusriningrum R. (2011). Respon Antibodi dan Protektivitas
pada Ayam Pasca Vaksinasi Menggunakan Vaksin Nd Aktif Lv12 Antibody
Response and Protectivity in Chickens After Vaccination With Nd Lv12
Active Vaccine. VETERINARIA, 4(2).

Lampiran mana ?

40

Anda mungkin juga menyukai