Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

“PROSES PRODUKSI INDUSTRI TAHU DAN PENGELOLAAN


LIMBAH INDUSTRI TAHU”

Disusun oleh :

Laila Quddriani 1807124738


Lisa Indriani 1807111040
Yogi Arzana 1807110054

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. Menentukan potensi pencemaran dari air limbah

Tahu merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di Indonesia,


yang digemari hampir seluruh lapisan masyarakat. Selain mengandung gizi yang
baik, pembuatan tahu juga relatif murah dan sederhana. Rasanya enak serta harganya
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang sudah banyak
dikenal di masyarakat dan banyak diminati, karena harganya murah, mudah didapat,
dan mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu berasal dari negeri Cina dan
merupakan koagulasi dari protein kedelai. Koagulasi protein dilakukan dengan
bahan-bahan yang bersifat asam, selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut
disaring dan dipadatkan menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas Janabadra
Yogyakarta, 2006). Di Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping
pasarannya cukup luas, industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga
sehingga tidak membutuhkan investasi tinggi.
Dipasaran terdapat beberapa jenis tahu antara lain tahu putih (mentah), tahu
kuning, tahu goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan lain-lain. Masing-masing jenis
tahu tersebut memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki pangsa pasar sendiri-
sendiri. Proses pembuatan untuk masing-masing jenis tahu tersebut sedikit berbeda.
Di Indonesia, tahu sudah menjadi menu masakan favorit yang banyak kita jumpai dari
warung kelas warteg hingga restoran papan atas. Selain sebagai menu masakan lauk
pauk, tahu telah diolah menjadi berbagai aneka produk makanan khas seperti tahu
bakso, siomay, tahu goring, tahu genjrot, gado-gado, dan aneka camilan seperti
keripik tahu dan lain-lain (Salim, 2012).
Saat ini, usaha tahu di Indonesia rata-rata masih dilakukan dengan teknologi
yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan
baku) dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi.
Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan
modal yang terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini juga sangat tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Sumber daya manusia yang terlibat pada umumnya bertaraf
pendidikan yang relatif rendah, serta belum banyak yang melakukan pengolahan
limbah.
Hal tersebut diatas sesuai dengan definisi industri kecil menurut rumusan
yang ada dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 150/M/SK-7/1995 yang
mempunyai lingkup sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan adalah produk-produk yang tergolong dalam kebutuhan
rumah tangga untuk konsumsi masyarakat.
2. Pemilik saham/modal adalah masyarakat setempat.
3. Skala usaha adalah skala kecil dengan investasi dibawah Rp. 50.000.000,- tidak
termasuk nilai tanah dan bangunan.
A.1. Mengidentifikasi sumber pencemaran air limbah

Gambar A.1 FLOWCHART INDUSTRI TAHU TANDANG SEMARANG


PEKEDELAI

AIR
Pencucian dan perendaman LIMBAH
CAIR
(BOD,TSS)

PENGUPASA KULIT KEDELAI


N KULIT

AIR PERENDAMAN LIMBAH CAIR (BOD,TSS)

PENGGILINGAN
AIR

AIR &PANAS
PEREBUSAN (30 MENIT)
AMPAS TAHU
PENYARINGAN

ASAM CUKA FILTRAT


(WHEY)
LIMBAH CAIR (BOD,TSS)
PENGGUMPALAN

AIR TAHU(WHEY)
PERCETAKAN/PENGEPRESAN

PEMOTONGAN
TAHU
PROSES PRODUKSI
1. Pencucian
Pencucian berguna untuk menghilangkan biji-biji kedelai dari kotoran. Kotoran
yang dimaksud disini adalah kerikil, butiran tanah, kulit atau batang kedelai
supaya tidak tercampur pada saat melakukan proses pembuatan tahu takwa. Biji-
biji kedelai dimasukkan ke dalam beberapa bak kemudian dicuci dengan air
mengalir. Pencucian ini dilakukan dengan mencuci kedelai sampai air bekas
cucian tidak terdapat limbah padat (kulit ari, ranting atau kerikil) yang
tercampur. Kedelai dapat dikatakan berkualitas baik apabila berbentuk besar,
bewarna kuning dan tidak memiliki banyakkerikil, ranting atau kulit ari.

Gambar 1. Proses Pencucian


2. Perendaman
Biji-biji kedelai yang selesai dicuci kemudian direndam kedalam bak-bak yang
telah disiapkan. Perendaman dilakukan selama kurang lebih 3 jam. Proses
perendaman berguna untuk melunakkan biji kedelai. Kedelai yang sudah
direndam akanmemiliki berat 2 atau 3 kali lipat dari berat sebelumnya. Kedelai
dengan karakter yang lunak akan mempermudah proses penggilingan. Proses
perendaman juga berguna untuk mengurangi jumlah zat anti gizi (antitripsin)
yang ada pada kedelai. Zat antigizi yang ada dalam kedelai dapat mengurangi
daya cerna protein pada tahu sehingga kadarnya perlu dikurangi.

Gambar 2. Proses Perendaman


3. Penggilingan
Kedelai yang sudah direndam kemudian digiling menggunakan mesin penggiling
selama kurang lebih 15 menit. Hasil yang diperoleh dari proses penggilingan
berupa buburkedelai. Proses penggilingan bertujuan untuk memperkecil ukuran
sehingga sari kedelai yang keluar dapat maksimal.

Gambar 3. Proses Penggilingan

4. Perebusan
Proses perebusan atau pemasakan merupakan proses merebus bubur kedelai di
dalam bejana besar sampai mendidih. Bejana besar ini terbuat dari stainless steel
yang dialiri uap panasdari sebuah tungku. Uap panas berasal dari ketel uap yang
dialirkan melalui pipa besi. Bahan bakar yang digunakan sebagai sumber panas
adalah kayu bakar. Tujuan proses perebusan adalah mendenaturasi protein dari
bubur kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam.

Gambar 4. Proses Perebusan

5. Penyaringan
Proses penyaringan berguna untuk memisahkan ampas tahu atau limbah padat
dari bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Proses penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kain saring. Alat yang digunakan untuk penyaringan
menggunakan kain yang berbentuk segi empat dan setiap ujungdiikatkan dengan
besi. Sari kedelai setelah proses pemasakan dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam kain saring dan juga menambahkan asam cuka. penambahan asam cuka
berguna untuk menggumpalkan filtrat yang telah tersaring supaya bisa dibentuk
menjadi tahu.

6. Penggumpalan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka
dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu
lapisan atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut
terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara
protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan
utama yang akan dicetak menjadi tahu. Proses penggumpalan untuk proses
berikutnya, dapat dilakukan secara alami yaitu dengan menggunakan limbah cair
proses produksi tahu yang telah didiamkan kurang lebih 2 hari sebelumnya,
dengan cara mencampurkan limbah cair proses produksi sebelumnya dengan
bubur tahu pada proses pengendapan.

7. Percetakan
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu.
Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang
diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan untuk
memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan
yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di permukaan cetakan.
Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan
dengan menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan. Selanjutnya kain
saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama
dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban
untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses
pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pemilik hanya memperkirakan dan
membuka kain saring pada waktu tertentu.

Gambar 5. Proses Pencetakan


8. Pemotongan
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan
dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang
melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar
tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai
ukuran.
B. Menentukan karakteristik air limbah
B.1. Menentukan karakteristik sumber pencemaran air limbah
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk
limbah,yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu
berupakotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat
lainyang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut
denganampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu
banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas
tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang
terbentukbesarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses
perendaman,pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu,
penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair
yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah
dari gumpalan tahu yangdisebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung
kadar protein yang tinggidan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan.

 Parameter limbah industri tahu


Pada umumnya limbah cair pabrik tahu ini langsung dibuang ke sungai melalui
saluran-saluran. Bila air sungai cukup deras dan lancar serta pengenceran cukup
(daya dukung lingkungan masih baik) maka air buangan tersebut tidak menimbulkan
masalah. Tetapi bila daya dukung lingkungan sudah terlampaui, maka air buangan
yang banyak mengandung bahan-bahan organik akan mengalami proses peruraian
oleh jasad renik dapat mencemari lingkungan. Parameter air limbah tahu yang
biasanya diukur antara lain temperatur, pH, padatan-padatan tersuspensi (TSS) dan
kebutuhan oksigen (BOD dan COD).
Temperatur biasanya diukur dengan menggunakan termometer air raksa dengan
skala Celsius. Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman
(konsentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14; kisaran nilai pH
1- 7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi
netral (Siregar, 2005). Padatan-padatan Tersuspensi/TSS (Total Suspended Solid)
digunakan untuk menentukan kepekatan air limbah, efisiensi proses dan beban unit
proses. Pengukuran yang bervariasi terhadap konsentrasi residu diperlukan untuk
menjamin kemantapan proses kontrol (Siregar, 2005).
Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD. BOD
(Biological Oxygen Demand) adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mengoksidasi senyawa-senyawa kimia. Nilai BOD bermanfaat untuk
mengetahui apakah air limbah tersebut mengalami biodegradasi atau tidak, yakni
dengan membuat perbandingan antara nilai BOD dan COD. Oksidasi berjalan sangat
lambat dan secara teoritis memerlukan waktu tak terbatas. Dalam waktu 5 hari
(BOD5), oksidasi organik karbon akan mencapai 60%-70% dan dalam waktu 20 hari
akan mencapai 95%. COD adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara
kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena kebanyakan senyawa
lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi. Pengukuran COD
membutuhkan waktu yang jauh lebih cepat, yakni dapat dilakukan selama 3 jam,
sedangkan pengukuran BOD paling tidak memerlukan waktu 5 hari. Jika korelasi
antara BOD dan COD sudah diketahui, kondisi air limbah dapat diketahui (Siregar,
2005).
Parameter air limbah tahu yang sesuai dengan Perda Propinsi Jawa Tengah No.
10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri dapat dilihat pada Tabel 1
sebagai berikut :
Tabel 1. Parameter Air Limbah Tahu
No Parameter Industri Tahu
Kadar Max (mg/lt) Beban Pencemaran
Max (kg/ton
kedelai)
1 Temperatur 38o C -
2 BOD 150 3
3 COD 275 5,5
4 TSS 100 2
5 Ph 6,0 – 9,0
6 Debit Max 20 m3 /ton kedelai
*) Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004

Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika
dan kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi,
suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahanorganik, bahan
anorganik dan gas.Suhu air limbah tahu berkisar 37-45°C, kekeruhan 535-585 FTU,
warna2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5 mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1 danCOD
7.500-14.000 mg/1 (Herlambang, 2002).
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C-
460C. Suhu yangmeningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan
biologis,kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
teganganpermukaan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
buanganindustri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik
didalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak danminyak.
Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak adalahyang jumlahnya
paling besar. Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50% dan lemak 10%. Air
buangan industri tahu kualitasnya bergantung dariproses yang digunakan. Apabila air
prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya
rendah. Komponen terbesar darilimbah cair tahu yaitu protein (Ntotal) sebesar
226,06-434,78 mg/l,sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan
perairan akanmeningkatkan total nitrogen di perairan tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2).
Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan
metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air buangan (Herlambang, 2002). Limbah padat industri tahu
berupa kulit kedelai dan ampas tahu. Ampas tahu masih mengandung kadar protein
cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan
ikan. Akan tetapi kandungan air ampas tahu yang masih tinggi merupakan
penghambat digunakannya ampas tahu sebagai makanan ternak. Salah satu sifat dari
ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan lama)
dan menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola. Pengeringan merupakan
salah satu jalan untuk mengatasinya. Pengeringan juga mengakibatkan berkurangnya
asam lemak bebas dan ketengikan ampas tahu serta dapat memperpanjang umur
simpan.

Dampak Limbah Cair Tahu


Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran air di sekitar pabrik
tersebut antara lain :
1. Keadaan air sungai menjadi kotor dan keruh.
2. Menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan warga
di sekitarnya.
3. Banyak biota sungai yang mati
4. Air di sungai tempat pembuangan limbah menjadi tergenang akibat sampah.
5. Warga yang mempergunakan air, banyak yang terkena penyakit gatal-gatal
dan diare.
6. Merusak pemandangan / mengurangi nilai keindahan.
7. Mencemari sumur warga.

B.3. Metoda Analisis Air Limbah Menurut SNI


Analisis air limbah dilakukan pada 4 titik yaitu output industry, bak equalisiasi,
effluent anaerob dan sungai bajak dengan teknik sampling sesuai dengan sni
6989.59:2008. Adapun Bahan yang digunakan meliputi : air limbah tahu, kertas pH,
larutan pencuci dan reagen analisis BOD COD dengan grade pro analysis. Alat yang
dipakai diantaranya: baskom, gayung, jerigen plastik, botol sampel, pH meter,
termometer, cool box dan peralatan laboratorium untuk analisis BOD-COD. Setelah
itu melakukan pengukuran suhu dan pH pada masing-masing titik. Lalu melanjutkan
dengan pengamatan fisik air limbah. Sampel kemudian dianalisis kandungan BOD5,
COD dan TSS) dan dibandingkan dengan baku mutu air limbah bagi kegiatan Industri
Tahu Perda Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004.Samapel yang akan di uji
dibawa ke Laboraturium Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand Semarang
untuk dianalsisis.
Adapun Hasil Analisis IPAL Industri Tahu Tandang Sebagai berikut:

N Parameter Hasil Analisis BM Air Limbah Perda


o Prop.Jateng No.10 Tahun
2004 Industri Tahu
Influen Equalisai Effluen Effluen Kadar Beban
(Output (Input Anaerob Maks. Pencemaran
Industri) Anaerob) (mg/l) Maks.
Kualitas (mg/l) (kg/ton) (kg/hr)
Fisika
o o
1 Temperatur 50,0 C 39,0 C 37,7 o C 34,6 - 38 o C - -
o
C
2 TSS 678 624 138 66 1,518 100 2 2
Kimia
1 BOD5 3475 610,6 69,12 24,00 1,590 150 3 3
2 COD 6197 5163 133,5 125,5 3,070 275 5,5 5,5
3 pH 5,09 7,64 7,51 7,36 - 6,0-9,0 -
Debit 23 Debit Maks. 20 20
m3 / ton kedelai
Data Primer : Fibria, Januari 2007

Dari data diatas semua parameter air limbah telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan kecuali debit. Debit melebihi baku mutu yang ditentukan, hal ini
menunjukkan bahwa pemakaian air di Industri Tahu Tandang Semarang kurang efisien.
Jika tidak dilakukan efisisensi pemakaian air dikhawatirkan kapasitas IPAL menjadi
berlebihan dan selanjutnya akan mengurangi efisiensi kinerja IPAL.
Dari data hasil analisis diatas juga dapat diketahui efisiensi penurunan COD dan BOD.
Efisiensi pengolah limbah merupakan rasio antara kandungan organik yang disisihkan
melalui proses pengolahan dengan konsentrasi awal. Nilai efisiensi IPAL Tandang adalah
sebagai berikut :

Tabel 7. Efisiensi IPAL Industri Tahu Tandang


No. Parameter Influent Effluen Efisiensi
(mg/l) (mg/l)
1. BOD5 3475 24,00 99,3%
2. COD 6197 125,5 97,9%

Proses operasi pengolahan air limbah di IPAL Industri Tahu Tandang sudah
memenuhi kaidah sistem pengolahan air limbah dan secara keseluruhan proses masih
berjalan dengan baik. Dari hasil analisis laboratorium (Tabel 6) diketahui telah terjadi
penurunan BOD5 sebesar 99,3% dan COD sebesar 97,9%. Nilai efisiensi yang tinggi ini
dapat tercapai karena kondisi operasi dapat dipenuhi. Kondisi operasi tersebut yaitu
volume air limbah (debit) yang masuk ke sistem pengolahan terjaga stabil dan kontinu.
Pengaturan debit ini sangat mempengaruhi kinerja dari sistem, dimana dengan debit
yang terjaga adanya beban berlebihan dapat terhindari. Selain itu sistem sirkulasi
lumpur di dalam reaktor dapat terjaga dan kontak mikroorganisme dengan air limbah
juga masih berjalan dengan baik.

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAHU


Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh dari hasil
pemisahan bubur kedelai. Ampas tahu masih mengandung protein yang cukup tinggi
sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali. Ampas tahu masih mengandung protein
27 gr, karbohidrat 41,3 gr, maka dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi
kecap, taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai makanan (kue
kering, cake, lauk pauk, kerupuk, dll). Pada pembuatan kue dan aneka makanan,
pemakaian tepung tahu tersebut dapat disubstitusikan ke dalam gandum. Pemakaian
tepung ampas tahu sebagai bahan substitusi gandum mempunyai manfaat antara lain
dihasilkannya suatu produk yang masih mempunyai nilai gizi dan nilai ekonomi serta
lingkungan menjadi bersih (KLH, 2006).

C. Melakukan Pengolahan Air Limbah Secara Fisika, Kimia


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
Pengolahan Limbah Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik
Secara umum proses pengolahan kombinasi ini dibagi menjadi dua tahap yakni
pertama proses penguraian anaerobik dan yang kedua proses pengolahan lanjut
dengan sistem biofilter anaerobik-aerobik. Limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan tahu dikumpulkan melalui saluran limbah, kemudian dialirkan ke bak
kontrol untuk memisahkan buangan padat. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak
pengurai anaerobik. Di dalam bak pengurai anaerobik tersebut pencemar organik yang
ada dalam limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerobik,
menghasilkan gas hidrogen sulfida dan metana yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Pada proses tahap pertama efisiensi penurunan nilai COD dalam limbah dapat
mencapai 80-90%. Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses
pengolahan lanjut dengan sistem kombinsi anaerobik-aerobik dengan menggunakan
biofilter (Herlambang, 2002).Proses pengolahan limbah dengan proses biofilter
anaerobik-aerobik terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter
anaerobik, biofilter aerobik, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan
bak klorinasi.

Gambar 6. Flow Diagram Proses IPAL Tandang

IPAL Tandang ini menampung dan mengolah air limbah tahu dari Sentra Industri
Tahu Tandang yang berjumlah 9 orang pengrajin. Berikut ini adalah nama ke-9
pengrajin tahu di Kelurahan Jomblang beserta besar bahan baku kedelai yang
digunakan dalam proses produksi tahu per harinya :

Tabel 4. Pengrajin Tahu di Kelurahan Jomblang


Semarang
No. Nama Alamat Bahan Baku
Pengrajin Kedelai
(kw/hari)
1. Yamto Jln. Saputan Barat RT 01/RW 13 4,5-5
2. Warsino Tandang RT 02/RW 13 7-8
3. Parto HC. Jln. Saputan Barat RT 03/RW 13 3,5
4. Hartono Jln. Saputan Barat 5B RT 01/RW 13 9
5. Suali Jln. Saputan Barat RT 01/RW 13 7
6. Parno Tandang RT 06/RW 07 6
7. Parto Tandang RT 06/RW 07 10-15
8. Pandiman Tandang RT 01/RW 02 6
9. Tarno Jln. Tandang aya No.19 RT 05/RW 07 10
JUMLAH 63-70 kw/hari

Jumlah buangan air limbah tahu di daerah ini adalah sebesar 150 m 3 per hari,
dengan masa produksi sekitar 8 jam per hari (mulai jam 06.00 pagi sampai 16.00 sore).
Sistem penyaluran air limbah dari 9 industri tahu ini dilakukan dengan membangun bak
kontrol pada industri tahu yang digunakan untuk menampung air limbah sisa proses
produksi. Kemudian air limbah dari bak kontrol tersebut disalurkan dengan
menggunakan pipa penyalur air limbah menuju IPAL. Jaringan perpipaan penyalur air
limbah ini menggunakan pipa PVC yang sebagian tertanam dan expose menyesuaikan
elevasi untuk mempertahankan air limbah mengalir secara gravitasi. Sistem ini
menggunakan pipa berdiameter pipa PVC 3”, 4”, 6”, dan 8” dengan total panjang 1.184
m. Bak kontrol dan sistem perpipaan penyalur air limbah ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Pipa Saluran
Bak Kontrol Air Limbah
Air Limbah

A. Bak Kontrol B. Pipa Saluran

Volume limbah yang dihasilkan pada masing-masing industri tahu adalah sebagai
berikut :
NO. Pengrajin (m3/hari)
1. Yamto 13,8
2. Warsino 16,6
3. Parto HC. 9,1
4. Hartono 14,6
5. Suali 32,0
6. Parno 17,0
7. Parto 2,5
8. Pandiman 12,4
9. Tarno 31,0
JUMLAH 150 m3/hari

Setelah melalui jaringan pipa, air limbah yang berasal dari industri tahu masuk ke tahap
pra pengolahan. Disini air limbah yang berasal dari industri tahu sebelum masuk ke bak
equalisasi (bak penampungan) harus melalui saringan (bar screen) terlebih dahulu untuk
memisahkan kotoran-kotoran yang terikut, sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Bak
equalisasi tersebut berada di bawah tanah. Bak ini mempunyai ukuran : 10,8 x 6,0 x 3,0 m,
volume 194,4 m3, dan waktu tinggal 31 jam. Bak equalisasi dan saringan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
A. Bak Equalisasi (Bawah Tanah) B. Saringan Air Limbah
dan Pipa Gas

Setelah beberapa saat berada dalam bak equalisasi, air limbah kemudian
dipompakan masuk ke bak anaerob, disini air limbah sudah memasuki tahap pengolahan
anaerob. Unit pengolahan anaerob ini dinamakan Anaerobic Baffle Methane
Fermentation Tank (ABMFT) dengan jumlah 3 x 8 sekat dengan ukuran 25,6 x 10,8 x
7,62 m, volume 2106,7 m3, dan waktu tinggal 14 hari. Pada prinsipnya ABMFT
merupakan metode penguraian materi organik yang terkandung dalam air limbah secara
anaerobik yang berlangsung di dalam bak tertutup. Di dalam unit ini terdapat baffle
dengan arah naik-turun. Baffle ini berfungsi memperluas permukaan pada proses
penguraian materi organik oleh bakteri anaerob. Hasil proses penguraian materi organik
dari unit ini adalah berupa gas CH4 (metan) yang dialirkan melalui pipa gas yang
terletak di bagian atas bak anaerob. Unit pengolahan anaerob (ABMFT) dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :

Pipa
Gas

Bak
Anaerob

Gambar 14. Bak Anaerob

Setelah melalui proses anaerobik, kemudian air limbah masuk ke bak pengendap
(Settling Tank) dengan ukuran bak : 2,5 x 0,7 x 6 m, volume 10,5 m 3, dan waktu tinggal
1,68 jam. Bak pengendap ini berfungsi untuk mengurangi partikel-partikel padat dalam
air limbah dengan cara mengendapkan selama waktu tertentu sehingga terendapkan
sekaligus mengurangi kekeruhan. Sebagian partikel kasar akan mengendap di dalam
bak, sedangkan partikel yang halus terikut bersama dengan air. Apabila jumlah lumpur
pada unit ini terlalu banyak, maka dilakukan pengembalian lumpur ke dalam unit
AMBFT melalui saluran resirkulasi lumpur.
Tahap selanjutnya air limbah yang sudah melalui proses anaerobik dan bak
pengendap kemudian masuk ke unit kolam aerasi, disini air limbah memasuki tahap
pengolahan aerobik. Kolam aerasi ini mempunyai ukuran 10,8 x 6,8 x 0,7 m, volume
51,4 m3 dan waktu tinggal 8,2 jam. Kadar oksigen terlarut air limbah yang sudah
melalui proses anaerobik adalah nol. Oleh karena itu dialirkan menuju ke kolam aerasi
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut. Aerator yang bekerja pada kolam akan
memberikan udara. Semakin banyak kontak oksigen dengan air, maka semakin banyak
air limbah akan menyerap oksigen. Aerasi ini efektif untuk mengurangi bahan-bahan
kimia yang menyebabkan bau seperti H2S. Selain itu juga dapat melepaskan
karbondioksida terlarut dari air.
Proses selanjutnya air limbah masuk ke bak sedimentasi. Bak sedimentasi ini
mempunyai ukuran 9,8 x 1,5 x 1,5 m, volume 22,05 m 3 dan waktu tinggal 3,5 jam.
Proses dalam bak ini diharapkan dapat menurunkan kekeruhan. Air yang terlalu keruh
tidak baik digunakan karena banyak mengandung lumpur yang dapat mengganggu
fisiologi biota air, misalnya alat pernafasan ikan (insang), serta menghalangi sinar
matahari yang menembus ke dalam perairan. Proses-proses tersebut diatas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Sedimentasi
Aerob

Bak Aerob

A. Efluen Anaerob B. Bak Aerob dan Bak Sedimentasi

Air limbah yang sudah dikelola, terlebih dahulu di kontrol kualitas airnya,
sebelum dibuang ke sungai. Kontrol ini berguna untuk mengetahui pengaruh air limbah
terhadap biota air. Kolam kontrol ini mempunyai ukuran : 5,8 x 2,5 x 3,3 m dan volume

: 47,85 m3. Pada kolam kontrol terdapat ikan air tawar, yaitu ikan lele (Clarias sp) dan
enceng gondok (Eichornia crassipes) Apabila ikan yang berada di dalam kolam kontrol
dapat bertahan hidup, berarti air limbah cukup baik bagi dan dapat dibuang ke
lingkungan. Namun apabila ikan atau enceng gondok mati, berarti proses yang
berlangsung di IPAL ada yang kurang sempurna. Di IPAL Tandang ini air hasil
pengolahan dibuang ke Sungai Bajak yang gambarnya dapat dilihat dibawah ini :

Buang
an ke
Sungai

Gambar 16. Buangan Ke Sungai Bajak

Secara keseluruhan proses pengolahan IPAL Industri Tahu Tandang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Buangan Air Limbah
dari 9 pengrajin Tahu Tandang

Aliran Perpipaan secara Gravitasi


(Panjang : 1.184 m, d = 3", 4", 6",8" )

Kran By Pass Untuk Bar Screen


perawatan d : 6” Uk. : 0,6 x 0,6 x 0,6 m
D : 10 cm.

Bak Penampung (Storage Tank)


Uk. : 10,8 x 6 x 3,0 m
2 unit pipa biogas
D : 2 “ t : 3 m.
Pra Pengolahan

Pompa Proses
(submersible pump)
Jml. : 3 unit bekerja @ 8 jam/hari Q
: 0,3 m3/det.

Bak Anaerob
(Anaerobic Baffle Methane Fermentation
Tank)
Jml. : 3 x 8 chamber Pengolahan
Uk.: 25,6 x 10,8 x 7,62 m. Anerob
Pipa gas D: 3” t : 3 m. Suhu : 32, 8 o C
pH : 7,5
COD : 48,3
ppm.

Pipa Sirkulasi Bak Pengendap (Settling Tank)


Lumpur d : 6” Uk.: 2,5 x 0,7 x 6 m.
Pipa gas D: 2” t : 3 m.

Kolam Aerasi
Uk.: 10,8 x 6,8 x 0,7 m.
4 baris
Blower : 4 unit @ 1 pK. Pengolahan
Aerob
Suhu : 28, 6 o C
pH : 8,2
Bak Pengendap (Settling Tank) COD : 27,8
Pipa Penguras Uk.: 9,8 x 1,5 x 1,5 m. ppm.
Lumpur d : 6” 4 baris

Kolam Biotope
Uk.: 5,8 x 2,5 x 3,3 m. Sungai

Gambar 17. Diagram Alir IPAL Industri Tahu Tandang -


Semarang
C4. Daur ulang limbah
 Limbah Padat
Limbah padat (ampas tahu) merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai. Ampas ini
mempunyai sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera ditangani dengan
cepat. Ampas tahu akan mulai menimbulkan bau yang tidak sedap 12 jam setelah
dihasilkan (Lies Suprapti, 2005).Limbah padat atau disebut ampas yang dihasilkan belum
dirasakan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan
untuk makanan ternak sapi, serta dibuat produk makanan yang bermanfaat meskipun
masih sangat terbatas yaitu menjadi  tempe gembus. Pemanfaatan menjadi tempe gembus
dapat dilakukan karena limbah tahu termasuk dalam limbah biologis yang merupakan
sumber bahan organik terutama karbon, dalam bentuk karbohidrat dan bahan berguna
lainnya yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral (Kasmidjo, 1991).Ampas tahu masih
layak dijadikan bahan pangan karena masih mengandung protein sekitar 5%. Oleh karena
itu pemanfaatan ampas tahu menjadi produk pangan masih terus dikembangkan,
diantaranya adalah pembuatan kecap ampas tahu yang diperoleh melalui proses
fermentasi ampas tahu. (Pusbangtepa, 1989).

 Limbah Cair
Limbah cair tahu adalah limbah yang ditimbulkan dalam proses pembuatan tahu dan
berbentuk cairan. Limbah cair mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut yang
akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologis yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat
berupa kuman penyakit ataupun kuman yang merugikan  baik pada tahu sendiri maupun
tubuh manusia. Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan masalah
serius dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau busuk dan pencemaran
sumber air. Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair : sisa air tahu yang tidak
menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya
proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi
maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologi.

Indonesia telah beratus tahun lalu mengenal teknologi sederhana di bidang pangan, yaitu:
pengasapan, pengeringan dan penggaraman. Teknologi pengawetan dapat diterapkan
pada tahu dan limbahnya, yaitu:

1) Pembekuan, yaitu penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku untuk


mempertahankan kualitas dan memperbaiki penampilan makanan. Suhu pembekuan yang
digunakan adalah -24 sampai -40 derajat celcius.

 2) Pengeringan, yaitu suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan melalui penggunaan energi panas baik alami (sinar matahari) maupun
buatan (cabinet dryer). Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga menguntungkan dalam penyimpanan,
pengepakan dan tranportasi.
3) Fermentasi, yaitu teknologi pengolahan menggunakan bantuan bahan lain berupa
mikroorganisme baik jamur maupun bakteri. Pangan hasil fermentasi telah memiliki sifat
yang berbeda dengan bahan asalnya dan hal ini menguntungkan karena meningkatkan
beberapa zat gizi dan zat bermanfaat lain. Di Indonesia, fermentasi telah lama dilakukan
dalam pembuatan tempe, kecap, tauco, ikan pindang dan tape.

Macam-Macam dan Sistem Daur Ulang Limbah Tahu


 Tepung Ampas Tahu
Pembuatan tepung ampas tahu dapat dilakukan jika ampas yang dihasilkan berlimpah dan
belum sempat digunakan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran
langsung dibawah sinar matahari ataupun dalam alat pengering “cabinet dryer” dengan
suhu sesuai suhu matahari. Cara pengeringan cukup mudah, dimana ampas padat
diletakkan diatas tampah atau loyang dan keringkan sampai betul-betul mengering
sempurna. Setelah ampas tahu kering maka dapat dilanjutkan dengan penghalusan dan
pengayakan sehingga diperoleh tepung halus yang dapat digunakan untuk pembuatan kue
kering atau kerupuk dan stick tahu.

 Kerupuk Ampas Tahu


Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dengan bahan utama tepung
tapioka (kanji). Kerupuk dapat diberi perasa dengan tambahan ikan, udang maupun
bumbu lain. Karakteristik kerupuk yang baik adalah bertekstur halus, bersifat ringan dan
garing renyah setelah digoreng. Proses pembuatan kerupuk ampas tahu dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu memanfaatkan limbah padat sebagai bahan tambahan dan
menggunakan tepung ampas tahu sebagai bahan pensubstitusi tepung tapioca pada
pembuatannya. Prosedur yang dilakukan dalam pembuatan kerupuk adalah mencampur
semua bahan dan bumbu menjadi adonan, kemudian adonan dibuat seperti lontong dan
dibungkus plastik. Kemudian dikukus sampai matang. Setelah matang, bungkus plastik
dibuka dan adonan diangin- anginkan supaya dingin selama 1 malam. Adonan kemudian
diiris tipis-tipis dan dikeringkan dibawah sinar matahari atau cabinet dryer sampai
kering.
 Kecap Ampas Tahu
Kecap ampas tahu dapat dikembangkan karena kandungan protein yang terdapat dalam
ampas tahu masih mencapai 5%. Kandungan protein ini dibutuhkan oleh mikroorganisme
penghasil enzim pemecah substrat agar dapat berkembang biak dengan baik. Cara
pengolahannya sama dengan pengolahan kecap kedelai dan hasilnyapun  tahu sulit
dibedakan dengan kecap kedele baik dari sisi aroma, rasa, dan warna. Proses pembuatan
kecap ampas tahu secara fermentasi terdiri atas lima tahap yaitu persiapan, fermentasi I,
pengeringan, fermentasi II, pengolahan (finishing).

1) Tahap persiapan

Tahap persiapan ini meliputi  penyiapan ampas tahu. Ampas tahu direndam dengan air
bersih selama 12 jam. Setelah itu bahan dipres dengan alat pres sehingga airnya keluar.
Ampas yang telah berkurang airnya dikukus selama 60 menit, kemudian didinginkan di
atas tampah sampai suam-suam kuku.
2) Tahap Fermentasi I:

Pembuatan tempe gembus Fermentasi/peragian adalah proses perubahan yang terjadi


terhadap bahan pangan yang disebabkan oleh aktivitas mikrobia tertentu sehingga sifat
dan keadaan bahan berubah sama sekali. Pada tahap fermentasi I diharapkan akan
tumbuh kapang pada ampas tahu sehingga bahan baku akan menjadi lapuk dan hancur
sewaktu diproses lanjut. Semakin banyak bahan baku yang hancur berarti semakin
banyak protein yang terlarut dalam fermentasi II. Proses dimulai dengan ampas tahu
ditaburi laru tempe (1 gram untuk 1 kg ampas), dan diaduk-aduk sampai rata. Setelah itu
ampas dihamparkan di atas tampah setebal 2 cm dan ditutup dengan daun pisang.
Tampah diletakkan diatas para-para yang terhindar dari serangga dan cahaya matahari
langsung selama 3-5 hari sampai kapang cukup tebal menutupi tempe gembus.

3) Tahap Pengeringan

Setelah pemeraman selesai dan tempe gembus terbentuk baik maka kegiatan ragi harus
dihentikan melalui tahap pengeringan agar tempe tidak membusuk. Tempe gembus
dipotong-potong 0,5 x 0,5 x 0,5 cm, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat
pengering sampai kering (kadar air dibawah 12 %).

4) Tahap fermentasi II

Tahap fermentasi II bertujuan untuk menguraikan protein menjadi senyawa-senyawa


yang lebih sederhana (unsur N) agar lebih mudah dicerna. Tahap fermentasi II
berlangsung dalam kondisi anaerob dan menggunakan larutan garam sebagai
perendamnya. Penyiapan larutan garam 20%. Untuk mendapatkan 1 liter larutan garam
20% dilakukan dengan cara berikut. Garam sebanyak 200 gram ditambah dengan air
sedikit demi sedikit sambil diaduk, sampai volumenya menjadi 1 liter. Butiran tempe
yang telah kering dimasukkan ke dalam larutan garam. Tiap 1 kg butiran tempe kering
membutuhkan 3 liter larutan garam. Perendaman dilakukan di dalam wadah perendam
selama 4-8 minggu. Pada siang hari manakala langit tidak tertutup awan, atau tidak
hujan, wadah dipindahkan ke udara terbuka, dan penutup wadah dibuka. Semakin lama
waktu perendaman, semakin banyak jumlah protein yang terlarut, sehingga dapat
meningkatkan cita rasa dan aroma.

5) Tahap pengolahan

Tahap pengolahan dimulai dengan ekstraksi kecap mentah. Hasil fermentasi disaring
dengan kain saring. Ampas diperas dengan kain saring atau dipres dengan mesin pres.
Cairan kental hasil penyaringan dan pemerasan/ pres disatukan. Cairan ini disebut dengan
kecap mentah. Selanjutnya kecap mentah ditambah dengan air. Tiap 1 liter kecap mentah
ditambah dengan 1 liter air. Pembumbuan dan pemasakan kecap manis dimana cairan
kecap dipindahkan ke panci, kemudian ditambahkan keluwak, lengkuas, sereh, daun
salam. Kecap dipanaskan sampai mendidih. Kecap yang masih panas disaring dengan
kain saring. Bahan-bahan yang tertinggal di kain saring dibuang. Setelah itu, kecap
ditambah dengan gula merah diaduk- aduk sampai seluruh gula larut. Setiap 1 liter kecap
ditambah dengan 750 gram gula merah. Kecap ini disaring kembali. Pengentalan, kecap
yang telah dingin ditambah dengan tepung tapioka. Setiap 1 liter kecap ditambah dengan
20 gram tapioka dan diaduk sampai rata. Setelah itu kecap ini dipanaskan sampai
mendidih sambil diaduk-aduk. Penambahan pengawet, sebelum kecap diangkat dari api,
natrium benzoat ditambahkan sebanyak 1 gram untuk setiap 1 liter kecap. Pembotolan,
kecap yang telah dingin dikemas di dalam botol, kemudian ditutup rapat dan diberi label.

D. melakukan pemantauan air limbah


D1. Melakukan perawatan ipal
1. Menyusun perencanaan perawatan IPAL
 Melakukan pemantauan Saringan air limbah yang sering rusak,sehingga
banyak kotoran-kotoran yang terikut air limbah masuk ke dalam unit
pengolahan limbah. Mengganti saringan yang rusak atau melaukan
pergantian saringan setiap selama 6 bulan sekali
 Kebocoran pipa penyalur air limbah, menyebabkan air limbah langsung
terbuang ke sungai. Maka dari itu perlu memperbaiki kebocoran pipa dan
mengecek pipa setiap hari
 Pemantauan pada pengrajin karena Tidak semua pengrajin berperan aktif
dalam pemeliharaan IPAL dan pengelolaan lingkungan
 Bau busuk yang menyengat dari bak equalisasi
 Pemantauan Pemakaian air berlebihan selama produksi tahu berlangsung

Mengurangi penggunaan air akan berdampak baik bagi jumlah air limbah yang
dikeluarkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan air
cucian ke IV kedelai rendam dapat digunakan kembali sebagai air pencuci
pertama pada kedelai rendam di industri tahu. Hal ini tidak banyak
berpengaruh pada kualitas produk tahu jika dibandingkan dengan
penggunaan air tanpa daur ulang.
 Good house keeping

Good house Keeping atau pengaturan tata letak yang baik dilakukan untuk
menjaga lingkungan sekitar dari tindakan –tindakan yang dapat
mengotori. Ruang produksi yang bersih dapat mendukung pada
produkstivitas. Ceceran air untuk proses produksi dan buburan kedelai
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan lingkungan kotor dan
licin. Selain itu pemborosan energi menjadi sesuatu yang sangat penting
karena air dimasak dengan energi dan buburan juga dihasilkan dengan
melibatkan energi. Sebagian besar industri kecil dan menengah memiliki
lantai tanah. Aspek teknis untuk menjaga kebersihan adalah hal penting
untuk diperhatikan, dan ini memerlukan kesadaran tenaga kerja dan
pemilik usaha.
 Memperbaiki alur tata cara proses

Upaya untuk memperbaiki alur tata cara proses operasi seharusnya dilakukan.
Perbaikan ini diharapkan memberikan dampak pada efektifitas waktu
produksi. Produksi dapat terus dilaksanakan setiap hari dengan pengaturan
waktu masing- masing proses operasi secara tepat. Perbaikan ini dapat
juga dilakukan dengan pembuatanSOP ( Standard Operating Procedure )/
Standard Acuan Kerja dalam pelaksanaan proses operasi. SOP ini menjadi
dasar bagi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Secara teknis hal ini
agak mudah dilaksanakan, namun untuk industri kecil sangat sulit
diimplemen-tasikan.
 Pembuatan Cerobong Asap Pembuatan cerobong asap ini dilakukan
bertujuan agar asap yang keluar tidak mengganggu lingkungan sekitar
 Modifikasi tungku Pada saat ini pabrik tahu ini masih menggunakan
minyak solar untuk menggerakkan mesin penghasil uap. Diharapkan
penggunaan bahan bakar gas methan bisa diterapkan di industri ini. Hal ini
perlunya modifikasi tungku pada mesin penghasil uap. Penggantian bahan
bakar dari minyak solar menjadi gas methan diharapkan dapat mengurangi
biaya bahan bakar secara signifikan

D2. Menyusun rencana dan melasanakan pemantauan kualitas air limbah


Kegiatan pemantauan kualitas lingkungan merupakan program pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang meliputi ruang lingkup pengawasan,
pembinaan dan pengambilan sampel   air   sungai   sebagai   dampak   dari   kegiatan   
pembuangan   limbah  industri tahu. Tujuan dari kegiatan sampling air sungai ini untuk
mengetahui  kualitas  air  sungai  yang  dipantau  dibandingkan  dengan  baku  mutu  air
sungai sesuai dengan peruntukannya berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah No 10 Tahun 2004., untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi sumber-
sumber pencemar yang berada disekitar daerah aliran sungai, khususnya kegiatan
dan/atau usaha tahu yang beroperasi di sekitar daerah aliran sungai tersebut. Analisis air
limbah dilakukan pada 4 titik yaitu output industry, bak equalisiasi, effluent anaerob dan
sungai bajak dengan teknik sampling sesuai dengan sni 6989.59:2008. . waktu
pengambilan sampel pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB ketika industri tahu
melakukan proses produksi. Pengambilan sampel dilakukan dari satu titik dengan
volume yang sama hingga volume sampel total ditampung dalam jerigen 20 L yang
dibilas terlebih dahulu dengan air limbah itu sendiri. Kemudian jerigen ditutup rapat dan
dipererat dengan plastik hitamSetelah itu melakukan pengukuran suhu dan pH pada
masing-masing titik. Lalu melanjutkan dengan pengamatan fisik air limbah. Sampel
kemudian dianalisis kandungan BOD5, COD dan TSS) dan dibandingkan dengan baku
mutu air limbah bagi kegiatan Industri Tahu Perda Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun
2004.

E. Melakukan Tanggap Darurat Dalam Pengolaahan Air Limbah


E.1 Mengidentifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah
Mengidentifikasi bahaya didapatkan melalui melakukan keamanan instalasi yang sedang berjalan.
Lakukan identifikasi melalui dan menentukan apakah dan di mana kondisi ini ada:
• Bahaya tersengat listrik;
• Bahaya jatuh/terjerembab atau tersandung;
• Bahaya terpapar bahan kimia;
• Bahaya biologis; dan
• Lainnya.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Tujuan penggunaan alat perlindungan diri adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan
pada saat bekerja baik akibat kesalaham teknis maupun humanerror. Karena kecelakaan di pabrik
tidak terjadi begitu saja, melainkan karena pengaruh tindakan yang salah atau kondisi yang tidak
aman.
APD:
• Melindungi pekerja dari bahaya secara umum;
• Mempromosikan sikap profesionalisme yang mendorong praktek kerja yang aman; dan
• Menampilkan citra kompetensi di mata publik.

1. Menggunakan sarung tangan yang tepat


• Gunakan sarung tangan kain ketika menggunakan peralatan tangan, pemotong atau
pengelasan.
• Gunakan sarung tangan nitril untuk paparan bahan kimia.
• Gunakan sarung tangan karet di mana kontak dengan air limbah atau lumpur mungkin
terjadi.

2. Menggunakan perlindungan mata


• Gunakan masker wajah untuk debu atau bubuk bahan kimia seperti kapur
• Gunakan perisai mata atau kacamata keselamatan untuk grinding, chipping atau saat
menggunakan peralatan listrik
• Gunakan kacamata untuk melindungi percikan

3. Menggunakan Masker
Gunakan masker wajah untuk menghindari debu ataupun bahan kimia yang digunakan pada
saat pengolahan limbah.

4. Menggunakan Sepatu safety


Gunakan sepatu safety untuk menghindari kaki akibat benturan tertimpa benda berat, terkena
benda tajam ataupun terkena tumpahan bahan kimia.

5. Mengguanakan Safety Helmet


Berfungsi melindungi bagian kepala dari adanya benturan benda keras pada saat pengecekan
atau pengoperasian IPAL.

Identifikasi lokasi dan jenis bahaya diarea instalasi pengolahan air limbah industri tahu

Lokasi instalasi Kemungkinan bahaya


Pipa gas Kebocoran gas
Bak sedimentasi Jatuh, tersandung
Bak aerob Jatuh, tersandung
Lapangan dan ruang Sengatan, gigitan, tersandung
terbuka di sekitar
instalasi pengolahan
E.2 Melakukan tindakan K3 terhadap bahaya dalam pengolahan air limbah
Penggunaan alat perlindungan diri merupakan sebuah profesionalisme dalam
bekerja dan juga penggunaan APD sangat berguna untuk melindungi pekerja dari bahaya
tertentu. Untuk mencapai hal ini, pesan dari praktek kerja yang aman harus diperkuat setiap hari,
melalui pertemuan keselamatan yang sering, pelatihan, dan pimpinan yang kuat serta berfokus
pada pengurangan kecelakaan di tempat kerja. Hal ini dicapai dengan:
a. Melakukan pertemuan keselamatan kerja dengan cara yang positif
b. Menyediakan alat pelindung diri yang memadai;
c. Mendorong interaksi antara pekerja dan manajemen pada isu-isu keselamatan kerja; dan
d. Bekerja terus menerus untuk mengidentifikasi bahaya dan meminimalkan risiko
Berikut ini tindakan yang dilakukan oleh pekerja dalam pengolahan air limbah:
1. Gunakan sepatu safety atau sepatu dengan sol non-slip
2. Memakai alat pelindung diri dan pakaian tahan kimia untuk menghindari paparan
terhadap kulit atau mata dari zat korosif dan / atau pencemar dari zat padat, cair, gas atau
uap
3. TIDAK mencampur bahan kimia tanpa pengawasan seorang ahli kimia yang memenuhi
syarat atau tenaga keselamatan professional
4. Patuhi semua-petunjuk keselamatan mengenai penyimpanan, transportasi, penanganan
atau cara menuangkan bahan kimia
5. Periksa peralatan listrik sebelum digunakan; memverifikasi bahwa semua kabel listrik
terisolasi dengan baik; mengganti peralatan listrik yang rusak atau meminta ke teknisi
listrik untuk pengujian dan perbaikan
6. Kenakan kacamata keselamatan dalam semua kasus di mana mata mungkin dapat terkena
debu, partikel terbang, atau percikan cairan berbahaya
7. Memakai respirator, atau masker gas, bila terkena bahan berbahaya aerosol, debu, uap
atau gas
8. Berhati-hatilah saat menangani bahan/zat cair yang sangat korosif atau gas klorin, asam
pekat atau alkali, atau ketika gas beracun dapat dipancarkan dari reagen
9. Patuhi semua petunjuk keselamatan tentang masuk ke ruang
terbatas/isolasi/khusus/sempit, misalnya, memeriksa kadar oksigen atau gas beracun,
menggunakan peralatan pelindung pernapasan jika diperlukan, harus ada rekan kerja
untuk berjaga jaga jika dibutuhkan untuk bantuan
10. Tidak merokok, makan atau minum di daerah di mana mungkin terdapat banyak zat
kimia atau kontaminasi biologi
11. Gunakan sarung tangan non-latex jika alergi terhadap bahan lateks telah didiagnosis
12. Semua pekerja harus menjalani pemeriksaan berkala oleh dokter kesehatan kerja untuk
mengetahui gejala awal dari kemungkinan efek kronis atau alerg
13. Belajar dengan aman menggunakan alat pengungkit dan teknik untuk memindahkan
beban berat atau bahaya seperti kontainer bahan kimia; menggunakan alat bantu mekanik
untuk membantu dalam mengangkat beban
14. Menjaga kelengkapan kit P3K dan memberikan pelatihan tentang cara menggunakannya
15. Memposting/menempel nomor telepon untuk tanggap darurat (polisi, pemadam
kebakaran, ambulans) di lokasi-lokasi penting di sekitar instalasi.

Berikut ini tanggap darurat dalam pengolahan IPAL :

Lokasi instalasi Kemungkinan bahaya Langkah-langkah mitigasi


Pipa gas Terpapar kebocoran gas Pelatihan, masker yang dapat
menahan bau gas , kontrol lalu lintas
Bak sedimentasi Jatuh,tenggelam Rel tangan “hand rail”, peralatan
keselamatan
Bak aerob Jatuh, tenggelam Rel tangan “hand rail”, peralatan
keselamatan
Lapangan dan ruang Sengatan, gigitan, tersandung Kebersihan Umum – tempat sampah
terbuka di sekitar dan pembuangan sampah,
instalasi pengolahan membersihkan tumpahan,
pemeliharaan lanskap

Anda mungkin juga menyukai