Disusun oleh :
AIR
Pencucian dan perendaman LIMBAH
CAIR
(BOD,TSS)
PENGGILINGAN
AIR
AIR &PANAS
PEREBUSAN (30 MENIT)
AMPAS TAHU
PENYARINGAN
AIR TAHU(WHEY)
PERCETAKAN/PENGEPRESAN
PEMOTONGAN
TAHU
PROSES PRODUKSI
1. Pencucian
Pencucian berguna untuk menghilangkan biji-biji kedelai dari kotoran. Kotoran
yang dimaksud disini adalah kerikil, butiran tanah, kulit atau batang kedelai
supaya tidak tercampur pada saat melakukan proses pembuatan tahu takwa. Biji-
biji kedelai dimasukkan ke dalam beberapa bak kemudian dicuci dengan air
mengalir. Pencucian ini dilakukan dengan mencuci kedelai sampai air bekas
cucian tidak terdapat limbah padat (kulit ari, ranting atau kerikil) yang
tercampur. Kedelai dapat dikatakan berkualitas baik apabila berbentuk besar,
bewarna kuning dan tidak memiliki banyakkerikil, ranting atau kulit ari.
4. Perebusan
Proses perebusan atau pemasakan merupakan proses merebus bubur kedelai di
dalam bejana besar sampai mendidih. Bejana besar ini terbuat dari stainless steel
yang dialiri uap panasdari sebuah tungku. Uap panas berasal dari ketel uap yang
dialirkan melalui pipa besi. Bahan bakar yang digunakan sebagai sumber panas
adalah kayu bakar. Tujuan proses perebusan adalah mendenaturasi protein dari
bubur kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam.
5. Penyaringan
Proses penyaringan berguna untuk memisahkan ampas tahu atau limbah padat
dari bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Proses penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kain saring. Alat yang digunakan untuk penyaringan
menggunakan kain yang berbentuk segi empat dan setiap ujungdiikatkan dengan
besi. Sari kedelai setelah proses pemasakan dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam kain saring dan juga menambahkan asam cuka. penambahan asam cuka
berguna untuk menggumpalkan filtrat yang telah tersaring supaya bisa dibentuk
menjadi tahu.
6. Penggumpalan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka
dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu
lapisan atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut
terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara
protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan
utama yang akan dicetak menjadi tahu. Proses penggumpalan untuk proses
berikutnya, dapat dilakukan secara alami yaitu dengan menggunakan limbah cair
proses produksi tahu yang telah didiamkan kurang lebih 2 hari sebelumnya,
dengan cara mencampurkan limbah cair proses produksi sebelumnya dengan
bubur tahu pada proses pengendapan.
7. Percetakan
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu.
Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang
diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan untuk
memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan
yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di permukaan cetakan.
Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan
dengan menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan. Selanjutnya kain
saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama
dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban
untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses
pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pemilik hanya memperkirakan dan
membuka kain saring pada waktu tertentu.
Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika
dan kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi,
suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahanorganik, bahan
anorganik dan gas.Suhu air limbah tahu berkisar 37-45°C, kekeruhan 535-585 FTU,
warna2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5 mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1 danCOD
7.500-14.000 mg/1 (Herlambang, 2002).
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C-
460C. Suhu yangmeningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan
biologis,kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
teganganpermukaan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
buanganindustri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik
didalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak danminyak.
Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak adalahyang jumlahnya
paling besar. Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50% dan lemak 10%. Air
buangan industri tahu kualitasnya bergantung dariproses yang digunakan. Apabila air
prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya
rendah. Komponen terbesar darilimbah cair tahu yaitu protein (Ntotal) sebesar
226,06-434,78 mg/l,sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan
perairan akanmeningkatkan total nitrogen di perairan tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2).
Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan
metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air buangan (Herlambang, 2002). Limbah padat industri tahu
berupa kulit kedelai dan ampas tahu. Ampas tahu masih mengandung kadar protein
cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan
ikan. Akan tetapi kandungan air ampas tahu yang masih tinggi merupakan
penghambat digunakannya ampas tahu sebagai makanan ternak. Salah satu sifat dari
ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan lama)
dan menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola. Pengeringan merupakan
salah satu jalan untuk mengatasinya. Pengeringan juga mengakibatkan berkurangnya
asam lemak bebas dan ketengikan ampas tahu serta dapat memperpanjang umur
simpan.
Dari data diatas semua parameter air limbah telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan kecuali debit. Debit melebihi baku mutu yang ditentukan, hal ini
menunjukkan bahwa pemakaian air di Industri Tahu Tandang Semarang kurang efisien.
Jika tidak dilakukan efisisensi pemakaian air dikhawatirkan kapasitas IPAL menjadi
berlebihan dan selanjutnya akan mengurangi efisiensi kinerja IPAL.
Dari data hasil analisis diatas juga dapat diketahui efisiensi penurunan COD dan BOD.
Efisiensi pengolah limbah merupakan rasio antara kandungan organik yang disisihkan
melalui proses pengolahan dengan konsentrasi awal. Nilai efisiensi IPAL Tandang adalah
sebagai berikut :
Proses operasi pengolahan air limbah di IPAL Industri Tahu Tandang sudah
memenuhi kaidah sistem pengolahan air limbah dan secara keseluruhan proses masih
berjalan dengan baik. Dari hasil analisis laboratorium (Tabel 6) diketahui telah terjadi
penurunan BOD5 sebesar 99,3% dan COD sebesar 97,9%. Nilai efisiensi yang tinggi ini
dapat tercapai karena kondisi operasi dapat dipenuhi. Kondisi operasi tersebut yaitu
volume air limbah (debit) yang masuk ke sistem pengolahan terjaga stabil dan kontinu.
Pengaturan debit ini sangat mempengaruhi kinerja dari sistem, dimana dengan debit
yang terjaga adanya beban berlebihan dapat terhindari. Selain itu sistem sirkulasi
lumpur di dalam reaktor dapat terjaga dan kontak mikroorganisme dengan air limbah
juga masih berjalan dengan baik.
IPAL Tandang ini menampung dan mengolah air limbah tahu dari Sentra Industri
Tahu Tandang yang berjumlah 9 orang pengrajin. Berikut ini adalah nama ke-9
pengrajin tahu di Kelurahan Jomblang beserta besar bahan baku kedelai yang
digunakan dalam proses produksi tahu per harinya :
Jumlah buangan air limbah tahu di daerah ini adalah sebesar 150 m 3 per hari,
dengan masa produksi sekitar 8 jam per hari (mulai jam 06.00 pagi sampai 16.00 sore).
Sistem penyaluran air limbah dari 9 industri tahu ini dilakukan dengan membangun bak
kontrol pada industri tahu yang digunakan untuk menampung air limbah sisa proses
produksi. Kemudian air limbah dari bak kontrol tersebut disalurkan dengan
menggunakan pipa penyalur air limbah menuju IPAL. Jaringan perpipaan penyalur air
limbah ini menggunakan pipa PVC yang sebagian tertanam dan expose menyesuaikan
elevasi untuk mempertahankan air limbah mengalir secara gravitasi. Sistem ini
menggunakan pipa berdiameter pipa PVC 3”, 4”, 6”, dan 8” dengan total panjang 1.184
m. Bak kontrol dan sistem perpipaan penyalur air limbah ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Pipa Saluran
Bak Kontrol Air Limbah
Air Limbah
Volume limbah yang dihasilkan pada masing-masing industri tahu adalah sebagai
berikut :
NO. Pengrajin (m3/hari)
1. Yamto 13,8
2. Warsino 16,6
3. Parto HC. 9,1
4. Hartono 14,6
5. Suali 32,0
6. Parno 17,0
7. Parto 2,5
8. Pandiman 12,4
9. Tarno 31,0
JUMLAH 150 m3/hari
Setelah melalui jaringan pipa, air limbah yang berasal dari industri tahu masuk ke tahap
pra pengolahan. Disini air limbah yang berasal dari industri tahu sebelum masuk ke bak
equalisasi (bak penampungan) harus melalui saringan (bar screen) terlebih dahulu untuk
memisahkan kotoran-kotoran yang terikut, sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Bak
equalisasi tersebut berada di bawah tanah. Bak ini mempunyai ukuran : 10,8 x 6,0 x 3,0 m,
volume 194,4 m3, dan waktu tinggal 31 jam. Bak equalisasi dan saringan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
A. Bak Equalisasi (Bawah Tanah) B. Saringan Air Limbah
dan Pipa Gas
Setelah beberapa saat berada dalam bak equalisasi, air limbah kemudian
dipompakan masuk ke bak anaerob, disini air limbah sudah memasuki tahap pengolahan
anaerob. Unit pengolahan anaerob ini dinamakan Anaerobic Baffle Methane
Fermentation Tank (ABMFT) dengan jumlah 3 x 8 sekat dengan ukuran 25,6 x 10,8 x
7,62 m, volume 2106,7 m3, dan waktu tinggal 14 hari. Pada prinsipnya ABMFT
merupakan metode penguraian materi organik yang terkandung dalam air limbah secara
anaerobik yang berlangsung di dalam bak tertutup. Di dalam unit ini terdapat baffle
dengan arah naik-turun. Baffle ini berfungsi memperluas permukaan pada proses
penguraian materi organik oleh bakteri anaerob. Hasil proses penguraian materi organik
dari unit ini adalah berupa gas CH4 (metan) yang dialirkan melalui pipa gas yang
terletak di bagian atas bak anaerob. Unit pengolahan anaerob (ABMFT) dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Pipa
Gas
Bak
Anaerob
Setelah melalui proses anaerobik, kemudian air limbah masuk ke bak pengendap
(Settling Tank) dengan ukuran bak : 2,5 x 0,7 x 6 m, volume 10,5 m 3, dan waktu tinggal
1,68 jam. Bak pengendap ini berfungsi untuk mengurangi partikel-partikel padat dalam
air limbah dengan cara mengendapkan selama waktu tertentu sehingga terendapkan
sekaligus mengurangi kekeruhan. Sebagian partikel kasar akan mengendap di dalam
bak, sedangkan partikel yang halus terikut bersama dengan air. Apabila jumlah lumpur
pada unit ini terlalu banyak, maka dilakukan pengembalian lumpur ke dalam unit
AMBFT melalui saluran resirkulasi lumpur.
Tahap selanjutnya air limbah yang sudah melalui proses anaerobik dan bak
pengendap kemudian masuk ke unit kolam aerasi, disini air limbah memasuki tahap
pengolahan aerobik. Kolam aerasi ini mempunyai ukuran 10,8 x 6,8 x 0,7 m, volume
51,4 m3 dan waktu tinggal 8,2 jam. Kadar oksigen terlarut air limbah yang sudah
melalui proses anaerobik adalah nol. Oleh karena itu dialirkan menuju ke kolam aerasi
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut. Aerator yang bekerja pada kolam akan
memberikan udara. Semakin banyak kontak oksigen dengan air, maka semakin banyak
air limbah akan menyerap oksigen. Aerasi ini efektif untuk mengurangi bahan-bahan
kimia yang menyebabkan bau seperti H2S. Selain itu juga dapat melepaskan
karbondioksida terlarut dari air.
Proses selanjutnya air limbah masuk ke bak sedimentasi. Bak sedimentasi ini
mempunyai ukuran 9,8 x 1,5 x 1,5 m, volume 22,05 m 3 dan waktu tinggal 3,5 jam.
Proses dalam bak ini diharapkan dapat menurunkan kekeruhan. Air yang terlalu keruh
tidak baik digunakan karena banyak mengandung lumpur yang dapat mengganggu
fisiologi biota air, misalnya alat pernafasan ikan (insang), serta menghalangi sinar
matahari yang menembus ke dalam perairan. Proses-proses tersebut diatas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Sedimentasi
Aerob
Bak Aerob
Air limbah yang sudah dikelola, terlebih dahulu di kontrol kualitas airnya,
sebelum dibuang ke sungai. Kontrol ini berguna untuk mengetahui pengaruh air limbah
terhadap biota air. Kolam kontrol ini mempunyai ukuran : 5,8 x 2,5 x 3,3 m dan volume
: 47,85 m3. Pada kolam kontrol terdapat ikan air tawar, yaitu ikan lele (Clarias sp) dan
enceng gondok (Eichornia crassipes) Apabila ikan yang berada di dalam kolam kontrol
dapat bertahan hidup, berarti air limbah cukup baik bagi dan dapat dibuang ke
lingkungan. Namun apabila ikan atau enceng gondok mati, berarti proses yang
berlangsung di IPAL ada yang kurang sempurna. Di IPAL Tandang ini air hasil
pengolahan dibuang ke Sungai Bajak yang gambarnya dapat dilihat dibawah ini :
Buang
an ke
Sungai
Secara keseluruhan proses pengolahan IPAL Industri Tahu Tandang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Buangan Air Limbah
dari 9 pengrajin Tahu Tandang
Pompa Proses
(submersible pump)
Jml. : 3 unit bekerja @ 8 jam/hari Q
: 0,3 m3/det.
Bak Anaerob
(Anaerobic Baffle Methane Fermentation
Tank)
Jml. : 3 x 8 chamber Pengolahan
Uk.: 25,6 x 10,8 x 7,62 m. Anerob
Pipa gas D: 3” t : 3 m. Suhu : 32, 8 o C
pH : 7,5
COD : 48,3
ppm.
Kolam Aerasi
Uk.: 10,8 x 6,8 x 0,7 m.
4 baris
Blower : 4 unit @ 1 pK. Pengolahan
Aerob
Suhu : 28, 6 o C
pH : 8,2
Bak Pengendap (Settling Tank) COD : 27,8
Pipa Penguras Uk.: 9,8 x 1,5 x 1,5 m. ppm.
Lumpur d : 6” 4 baris
Kolam Biotope
Uk.: 5,8 x 2,5 x 3,3 m. Sungai
Limbah Cair
Limbah cair tahu adalah limbah yang ditimbulkan dalam proses pembuatan tahu dan
berbentuk cairan. Limbah cair mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut yang
akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologis yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat
berupa kuman penyakit ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun
tubuh manusia. Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan masalah
serius dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau busuk dan pencemaran
sumber air. Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair : sisa air tahu yang tidak
menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya
proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi
maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologi.
Indonesia telah beratus tahun lalu mengenal teknologi sederhana di bidang pangan, yaitu:
pengasapan, pengeringan dan penggaraman. Teknologi pengawetan dapat diterapkan
pada tahu dan limbahnya, yaitu:
2) Pengeringan, yaitu suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan melalui penggunaan energi panas baik alami (sinar matahari) maupun
buatan (cabinet dryer). Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga menguntungkan dalam penyimpanan,
pengepakan dan tranportasi.
3) Fermentasi, yaitu teknologi pengolahan menggunakan bantuan bahan lain berupa
mikroorganisme baik jamur maupun bakteri. Pangan hasil fermentasi telah memiliki sifat
yang berbeda dengan bahan asalnya dan hal ini menguntungkan karena meningkatkan
beberapa zat gizi dan zat bermanfaat lain. Di Indonesia, fermentasi telah lama dilakukan
dalam pembuatan tempe, kecap, tauco, ikan pindang dan tape.
1) Tahap persiapan
Tahap persiapan ini meliputi penyiapan ampas tahu. Ampas tahu direndam dengan air
bersih selama 12 jam. Setelah itu bahan dipres dengan alat pres sehingga airnya keluar.
Ampas yang telah berkurang airnya dikukus selama 60 menit, kemudian didinginkan di
atas tampah sampai suam-suam kuku.
2) Tahap Fermentasi I:
3) Tahap Pengeringan
Setelah pemeraman selesai dan tempe gembus terbentuk baik maka kegiatan ragi harus
dihentikan melalui tahap pengeringan agar tempe tidak membusuk. Tempe gembus
dipotong-potong 0,5 x 0,5 x 0,5 cm, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat
pengering sampai kering (kadar air dibawah 12 %).
4) Tahap fermentasi II
5) Tahap pengolahan
Tahap pengolahan dimulai dengan ekstraksi kecap mentah. Hasil fermentasi disaring
dengan kain saring. Ampas diperas dengan kain saring atau dipres dengan mesin pres.
Cairan kental hasil penyaringan dan pemerasan/ pres disatukan. Cairan ini disebut dengan
kecap mentah. Selanjutnya kecap mentah ditambah dengan air. Tiap 1 liter kecap mentah
ditambah dengan 1 liter air. Pembumbuan dan pemasakan kecap manis dimana cairan
kecap dipindahkan ke panci, kemudian ditambahkan keluwak, lengkuas, sereh, daun
salam. Kecap dipanaskan sampai mendidih. Kecap yang masih panas disaring dengan
kain saring. Bahan-bahan yang tertinggal di kain saring dibuang. Setelah itu, kecap
ditambah dengan gula merah diaduk- aduk sampai seluruh gula larut. Setiap 1 liter kecap
ditambah dengan 750 gram gula merah. Kecap ini disaring kembali. Pengentalan, kecap
yang telah dingin ditambah dengan tepung tapioka. Setiap 1 liter kecap ditambah dengan
20 gram tapioka dan diaduk sampai rata. Setelah itu kecap ini dipanaskan sampai
mendidih sambil diaduk-aduk. Penambahan pengawet, sebelum kecap diangkat dari api,
natrium benzoat ditambahkan sebanyak 1 gram untuk setiap 1 liter kecap. Pembotolan,
kecap yang telah dingin dikemas di dalam botol, kemudian ditutup rapat dan diberi label.
Mengurangi penggunaan air akan berdampak baik bagi jumlah air limbah yang
dikeluarkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan air
cucian ke IV kedelai rendam dapat digunakan kembali sebagai air pencuci
pertama pada kedelai rendam di industri tahu. Hal ini tidak banyak
berpengaruh pada kualitas produk tahu jika dibandingkan dengan
penggunaan air tanpa daur ulang.
Good house keeping
Good house Keeping atau pengaturan tata letak yang baik dilakukan untuk
menjaga lingkungan sekitar dari tindakan –tindakan yang dapat
mengotori. Ruang produksi yang bersih dapat mendukung pada
produkstivitas. Ceceran air untuk proses produksi dan buburan kedelai
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan lingkungan kotor dan
licin. Selain itu pemborosan energi menjadi sesuatu yang sangat penting
karena air dimasak dengan energi dan buburan juga dihasilkan dengan
melibatkan energi. Sebagian besar industri kecil dan menengah memiliki
lantai tanah. Aspek teknis untuk menjaga kebersihan adalah hal penting
untuk diperhatikan, dan ini memerlukan kesadaran tenaga kerja dan
pemilik usaha.
Memperbaiki alur tata cara proses
Upaya untuk memperbaiki alur tata cara proses operasi seharusnya dilakukan.
Perbaikan ini diharapkan memberikan dampak pada efektifitas waktu
produksi. Produksi dapat terus dilaksanakan setiap hari dengan pengaturan
waktu masing- masing proses operasi secara tepat. Perbaikan ini dapat
juga dilakukan dengan pembuatanSOP ( Standard Operating Procedure )/
Standard Acuan Kerja dalam pelaksanaan proses operasi. SOP ini menjadi
dasar bagi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Secara teknis hal ini
agak mudah dilaksanakan, namun untuk industri kecil sangat sulit
diimplemen-tasikan.
Pembuatan Cerobong Asap Pembuatan cerobong asap ini dilakukan
bertujuan agar asap yang keluar tidak mengganggu lingkungan sekitar
Modifikasi tungku Pada saat ini pabrik tahu ini masih menggunakan
minyak solar untuk menggerakkan mesin penghasil uap. Diharapkan
penggunaan bahan bakar gas methan bisa diterapkan di industri ini. Hal ini
perlunya modifikasi tungku pada mesin penghasil uap. Penggantian bahan
bakar dari minyak solar menjadi gas methan diharapkan dapat mengurangi
biaya bahan bakar secara signifikan
3. Menggunakan Masker
Gunakan masker wajah untuk menghindari debu ataupun bahan kimia yang digunakan pada
saat pengolahan limbah.
Identifikasi lokasi dan jenis bahaya diarea instalasi pengolahan air limbah industri tahu