Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk
klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001).
Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan
video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi
pada klien.
Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan
waktu secara akurat dan dukungan secara online. Perawatan yang
berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan memberikan harapan melalui
kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan perawatan
dengan klien.
Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan jarak jauh terutama pada pada penangan masalah
psikologis pasca bencana alam. Penggunaan telenursing terbukti
bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas waktu, efisiensi
biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.
Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus
disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peranserta pemerintah
sebagai pembuat kebijakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengantar telenursing ?
2. Bagaimana sertifikasi informatika keperawatan ?
3. Bagaimana pemanfaatan aplikasi informasi keperawatan ?
4. Bagaimana masa depan informatika keperawatan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengantar telenursing
2. Memahami sertifikasi informatika keperawatan
3. Memahami aplikasi informasi keperawatan
4. Memahami masa depan informatika keperawatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Telenursing
1. Pengertian Telenursing
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Menurut National Council of
State Boards of Nursing, telenursing is defined as the practice of
nursing over distance using telecommunications technology.
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian
integral dari telemedicine atau telehealth.

2. Penerapan telenursing
Telenursing merupakan sistem yang berbasis internet yang
didesain untuk membantu pasien belajar cara mengelola kondisi
mereka. Kontruksi sistemnya dapat dilihat pada gambar 1, dimana
Database server yang berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan
kesehatan yang berfungsi untuk mengumpulkan dan meneruskan serta
memenuhi sinyal dari pasien, perawat, dan dokter, dengan melihat
informasi pada website. Pada gambar 2 terlihat dipusat kesehatan
dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang
mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular
mengunjungi pasien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui sistem telenursing.
Terdapat tiga jenis informasi yang akan terolah pada sistem ini
antara lain:
a. email dari pasien yang melaporkan status kesehatan
b. Data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan
temperature
c. video-mail, yang berfungsi untuk meningkatkan evaluasi pasien.
Pasien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi
yang terkumpul dipusat pelayanan kesehatan dan perawatan akan
memutuskan apakah memberikan perawatan melalui instruksi
telenursing atau mengunjungi pasien.

3. Aplikasi telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit
melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan
home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di
dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat
badan melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien
contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video
konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh
bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi
tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil
dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya
dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan
keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya
dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara
online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan
menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan
maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian :

a. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau
institusi keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam
pelaksanaan telenursing.

b. Faktor financial

Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar


karena sarana dan prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari
pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.

c. Faktor Skill

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill
tentang telenursing. Perawat dan klien perlu dilakukan pelatihan
tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing sangat
tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara klien dan
perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh
pengetahuan tehnologi informasi.

d. Faktor Motivasi

Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam


pelaksanaan telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan
pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya


mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam
bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah:
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi
kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
b. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
c. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara,
gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent
(pernyataan persetujuan) lewat email
d. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan
peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan
hukuman/legal aspek

4. Fungsi Telenursing

Telenursing dapat melakukan fungsi-fungsi berikut:


a. Pemantauan pasien yang menderita penyakit kronis.
b. Koordinasi perawatan untuk pasien dengan penyakit atau
kondisi yang rumit, atau banyak co-morbiditas.
c. Pendidikan pasien untuk mengelola gejala penyakit mereka
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing
yaitu :
a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan
keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan
( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing
home).
b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan
cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas
geografis.
c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau
menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis
memerlukan pengkajian dan monitoring yang sering sehingga
membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat
meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi

8
e. berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan
kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan
tanpa banyak memerlukan sumber
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam
bidang pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video
conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning

B. Sertifikasi Informatika Keperawatan


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik
dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan.
Dibanyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat
khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan
pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari
malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur
praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme,
keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan
pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang
menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah :

7
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan
yang diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar)
dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan
persetujuan) lewat email.
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan
dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Di Amerika Serikat khususnya telah ada 29 negara bagian yang


membuat UU tentang ketentuan, etik dan peraturan telehealth termasuk
telenursing yang terlingkup dalam telehealth legislation 1997 yang
berdasar The Telecommunications Reform Act of 1996 charged, dan ada
53 UU yang sedang dibahas di Amerika ditahun tersebut.
Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan
keperawatan, sistem informasi kesehatan dan penggunaan internet di
Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari telenursing
berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik
komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan
asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan
keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia.

C. Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Keperawatan


Sistem Informasi Keperawatan yang ditawarkan dapat
dimanfaatkan oleh unit kerja sebagai berikut:

1. Bagian Front Office , yang meliputi:


a) Unit pendaftaran pasien rawat inap
b) Unit pendaftaran pasien rawat darurat
c) Unit pendaftaran pasien di ruangan.
2. Bagian Pelayanan meliputi :
a) Unit pelayanan rawat jalan
b) Unit pelayanan rawat darurat
c) Unit pelayanan rawat inap
d) Unit pelayanan Bedah Sentral
e) Unitperawatan intensif
f) Unit Hemodialisis

Disamping menggunakan Teknologi Three Tier, dalam


pembangunan aplikasi SI Keperawatan ini juga dipakai user interaction
analysis. Disadari bahwa interaksi user merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk mewujudkan aplikasi yang mudah digunakan dan tepat
guna. Keunggulan user interaction analysis diantaranya :

1. Cara Akses
Salah satu hal yang mendapatkan perhatian untuk membuat aplikasi
yang mudah digunakan oleh user adalah rancangan user interface.
Rancangan ini dibuat dengan meminimalkan cara akses user ke menu-
menu yang disediakan.
2. Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa standar yang baku dan dipakai
sebagai standar untuk semua bagian.
3. Rancangan Grafis
Rancangan grafis dibuat seragam sesuai standar yang berlaku dan
disesuaikan perpaduannya untuk tetap menjaga kemudahan
penggunaan aplikasi oleh user.

4. Pedoman Aplikasi
Pedoman aplikasi dibuat untuk setiap form aplikasi yang berisi cara
menggunakan fungsi-fungsi yang terdapat pada form untuk
memberikan panduan penggunaan kepada user. Cara ini akan sangat
membantu user untuk mengoperasikan tiap form dalam aplikasi.

D. Masa Depan Informasi Keperawatan

1. Teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan


Teknologi informasi kesehatan didefinisikan sebagai
penggunaan teknologi untuk mengatur dan menyebarkan informasi
medis bagi konsumen, tenaga medis, dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan (Blumenthal dan Glaser, 2007).
Kajian Ebell dan Frame (2001) menyatakan bahwa TI berperan
dalam fungsi rekam medik, komunikasi, pendukung pengambilan
keputusan klinis, dan proses pembelajaran.
Rekam medik elektronik merupakan salah satu contoh
keberhasilan TI dalam menunjang praktek klinik. Rekam medik
elektronik secara lambat namun pasti mulai diadopsi oleh berbagai
pusat pelayanan kesehatan baik didunia maupun Indonesia.
Dalam tugasnya sehari-hari para praktisi kesehatan seringkali
dihadapkan pada berbagai masalah dan ketidakpastian.
Perkembangan ilmu kedokteran yang sedemikian maju telah
membuktikan bahwa banyak upaya-upaya medik mulai diagnostik
hingga terapetik yang dulu dianggap benar, saat ini telah mulai
ditinggalkan karena terbukti do more harm than good.
Para petugas kesehatan seringkali dihadapkan pada setumpuk
data klinis yang harus disimpulkan untuk dapat mengambil keputusan
klinik yang baik. Sistem pendukung keputusan klinis dipergunakan
sebagai salah satu perangkat untuk mengatasi berbagai masalah
tersebut. Sistem pendukung keputusan klinis akan memberikan
informasi, penilaian, dan rekomendasi yang digunakan untuk
pengambilan keputusan pada pasien individual.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas
penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan
(Bates dan Gawande, 2003). Kajian yang lebih baru oleh Chaudhry,
dkk (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi
dapat bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar
pelayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan.
Kajian sistematis Kawanoto, dkk (2005) pada 70 penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis
terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada 68% studi.
Analisis lebih lanjut menunjukkan 4 ciri yang signifikan untuk
sebuah sistem dapat meningkatkan mutu pelayanan yaitu:
a. Sebagai bagian yang otomatis dalam alur kerja klinisi
b. Sistem memberikan rekomendasi tertentu dan bukan hanya
assessment
c. Sistem ada di tempat dan pada waktu pengambilan
keputusan diperlukan
d. Sistem yang berbasis komputer

Keunggulan penggunaan sistem pendukung keputusan klinis adalah :


a. Meningkatkan keamanan pasien, dengan mengurangi
medication error, dan kejadian efek samping yang tidak
perlu, serta mengurangi kealahan tes yang tidak perlu
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan
pelaksanaan clinical pathway dan evidence-based clinical
practice guideline, dan menfasilitasi penggunaan bukti-bukti
ilmiah pendukung yang terbaik dalam pelayanan kepada
pasien
c. Meningkatkan efisiensi dalam pelayanan kesehatan, dengan
mengurangi biaya yang tidak perlu, mengurangi duplikasi
tes, mengurangi variasi dan pemborosan peresepan.

2. Teknologi informasi dan proses pembelajaran kedokteran


Saat ini di dunia kesehatan global berkembang konsep Evidence
Based Medicine. Konsep Evidence Based Medicine (EBM) merupakan
integrasi dari bukti-bukti penelitian yang terbaik dengan kemampuan
klinik dan nilai-nilai yang dimiliki pasien. Bukti-bukti penelitian yang
terbaik biasanya berasal dari penelitian-penelitian klinik yang relevan.
Kemampuan klinik merupakan komponen yang penting dalam
penerapan konsep EBM, Nilai-nilai yang dimiliki pasien merupakan
harapan dan keiinginan yang dimiliki pasien pada saat berobat, dan
harus pula diintegrasikan dalam pengamblan keputusan klinik pada
saat melayani pasien tersebut (Sacket, 2000). Ketiga elemen dasar
tersebut harus diintegrasikan, sehingga dapat dicapai hasil
penatalaksanaan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup.
Pertanyaan kritis yang muncul adalah ”bagaimana seorang petugas
pelayanan kesehatan atau mahasiswa kedokteran dapat terus menerus
memperoleh bukti-bukti ilmiah yang terkini dan terbaik?”
Pada 2 dekade yang lalu pembelajaran lebih banyak didasarkan
pada buku teks. Seseorang yang ingin mendapat ilmu pengetahuan
yang baru harus pergi ke perpustakaan dan mencari secara manual di
dalam buku teks. Hal ini akan sangat menyita waktu dan tenaga.
Salah satu peran teknologi informasi dalam praktek EBM adalah
tersedianya sumber referensi dan bukti ilmiah yang dapat diakses
secara online. Berbagai bukti ilmiah yang tersebar di seluruh dunia
dikompilasi dalam sebuah database di dalam www.pubmed.com.
Pelacakan manual mungkin sekali akan melewatkan berbagai
artikel yang valid dan penting. Berbagai jurnal biomedik dan
Kedokteran dapat diakses secara gratis dalam bentuk full text secara
online. Hal yang mungkin masih menjadi angan-angan dalam waktu 20
tahun yang lalu.

3. Hambatan dalam adoppsi TI bagi dunia kesehatan


Bates dan Gawande (2003) mengidentifikasi 3 faktor penghambat
utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek klinik sehari-
hari, yaitu:
a. Hambatan finansial, pengembangan sistem pendukung keputusan
klinis memerlukan biaya tersendiri, dan perlu biaya tambahan
untuk mengevaluasi secara berkala hasil guna sistem tersebut.
b. Belum adanya standar, belum ada standar data-data apa saja yang
direkomendasikan oleh organisasi profesi tertentu untuk
dimasukkan dalam sistem pendukung keputusan klinis, saat ini
sistem yang ada masih sangat bervariasi
c. Hambatan kultural, penggunaan teknologi informasi belum
dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi para dokter dan
manajer kesehatan.

Pada situasi di negara berkembang seperti Indonesia, menurut


pandangan penulis hambatan yang lain adalah penguasan teknologi
informasi oleh para praktisi pelayan kesehatan. Di waktu mendatang,
ada haapan yang besar akan peran teknologi informasi medis untuk
meningkatkan mutu layanan medik dan keselamatan pasien.

4. Bagaimana masa depan TI dalam dunia kesehatan?


Perubahan adalah sesuatu hal yang selelu terjadi, baik disukai
maupun tidak. Adopsi teknologi informasi dalam dunia kesehatan
merupakan fenomena global yang juga akan terjadi di tempat kita.
Keridakmampuan suatu organisasi pelayanan kesehatan untuk
beradaptasi dengan nilai-nilai global akan menjadikan organisasi
tersebut ketinggalam jaman.
Kajian yang dilakukan oleh Bodenheimer dan Grunbach (2003)
menunjukkan bahwa secara perlahan namun pasti TI mulai mengambil
banyak peran dalam dunia kesehatan. Blumenthal dan Glaser (2007)
menunjukkan bahwa rekam medik elektronik telah diadopsi oleh 50%
kelompok dokter di Amerika Serikat. Beberpa kritik tajam muncul
dalam penggunaan TI.

Kritik tersebut antara lain:


a) TI menuntut waktu ekstra dan sumber daya manusia yang
khusus
b) Pengembangan TI terlalu mahal, dan
c) Belum ada standar software yang baku untuk suatu organisasi
pelayanan kesehatan.
Dalam pertemuan baru-baru ini Prof Antonio Marques dari
Portugal menyatakan bahwa resep sukses suatu teknologi informasi
untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan
kultural dan kesiapan semua pihak dalam organisasi pelayanan
kesehatan untuk berubah.
Resep sukses yang lain adalah TI yang digunakan harus mudah
dipahami, efektif, dan tersedia onsite dalam pelayanan. Sebuah aturan
baku untuk menilai efektivitas suatu software juga harus
dikembangkan. Sebuah software yang dikembangkan tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu kesehatan yang baik dan mutakhir dapat
membuat pelayanan kesehatan yang misleading atau tidak efektif.
Salah satu konsep yang harus dipahami oleh semua pihak adalah
bahwa adopsi TI bagi dunia kesehatan harus tetap berprinsip pada
peningkatan keselamatan pasien dan mutu layanan kesehatan.
Teknologi informasi harus memberikan kontribusi untuk ”do
more good than harm” dalam pelayanan kesehatan. Hal ini membuat
suatu program evaluasi yang kontinyu dan sistem monitoring yang
baik menjadi bagian yang harus selalu ada dalam adopsi TI bagi dunia
medis.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari materi di atas dapat disimpulkan bahwa:
Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan jarak jauh terutama pada penanganan masalah
psikologis pasca bencana alam. Penggunaan telenursing terbukti
bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas waktu, efisiensi
biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.
Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus
disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peran serta pemerintah
sebagai pembuat kebijakan. Telenursining pemberian perawatan secara
berkelajutan untuk klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik
(Hardin, 2001). Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan
penggunaan video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan
dan edukasi pada klien.

B. SARAN
Dengan adanya telenursing ini di harapkan dapat membantu pasien
belajar cara mengelola kondisi mereka. Dimana Database server yang
berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan kesehatan yang berfungsi
untuk mengumpulkan dan meneruskan serta memenuhi sinyal dari pasien,
perawat, dan dokter, dengan melihat informasi pada website. Dipusat
kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang
mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular
mengunjungi pasien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui sistem telenursing.
Daftar Pustaka

RizaldyPinzon, Rizaldy. 2007. “Masa Depan Teknologi Informasi Kesehatan”


(online), (http://www.jurnalnet.com, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Wikipedia.2007.“Telenursing” (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing)

(http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Haqee. 2011. “Makalah Sistem Teknologi Informasi Keperawatan” (online),


(http://haqee44.wordpress.com, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai