Anda di halaman 1dari 9

Nama: Muhammad Fakhry Ramdhani

NIM : 2030121006

RANGKUMAN MATERI

PEMERINTAHAN

Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)

A. Pengertian

Terminology “good” dalam istilah good governance mengandung dua pengertian.

Pertama: nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemadirian,
pembangunan berkelanjutan, dan keadilan social.

Kedua : aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada 2 (dua) hal,
yaitu:

•Orientasi Ideal Negara


Yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu mengacu pada demoratis dengan
elemen: legitimacy, accountability, otonomi dan devolusi (pendelegasian wewenang)
kekuasaan kepada daerah dan adanya mekanisme control oleh masyarakat
• Pemerintahan yang Befungsi secara Ideal
Yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini
tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme
politik serta administrative yang berfungsi secara efektif dan efisien.

Berikut ini adalah beberapa pendapat atau pandangan tentang wujud kepemerintahan yang baik
( good governance), yaitu:
• World Bank (2000)

Good governance adalah suatu penyelenggaaan manajemen pemerintahan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi korupsi, baik secara politik maupun
administrative, menjalankan disiplin anggaran penciptaan legal dan political framework bagi
tumbuhnya aktifitas swasta.

• UNDP

Memberikan pengertian Good Governance sebagai suatu hubungan yang sinergis dan
konstruktif di antara Negara, sector swasta dan masyarakat

• Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000

Kepemerintahan yang baik adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan


prinsip-prinsip prifesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi,
efisiensi, efektifitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyrakat

• Modul Sosialisasi AKIP (LAN & BPKP 2000)

Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan Negara; oleh sebab itu,
melaksanakan penyediaan Public goods dan services. Good Governance yang efektif menuntut
adanya “alignment “ (koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan
moral yang tinggi. Agar kepemerintahan yang baik menjadi realitas dan berhasil diwujudkan,
diperlukan komitmen dari semua pihak, pemerintah, dan masyrakat.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Good Governance bersenyawa
dengan system administrative Negara, maka upaya untuk mewujudkan kepemerintahan yang
baik merupakan upaya melakukan penyempurnaan system administrasi Negara yang berlaku
pada suatu Negara secara menyeluruh.
Dalam kaitan dengan ini Bagir Manan menyatakan bahwa “sangat wajar apabila tuntutan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik terutama ditujukan pada pembaruan administrasi
Negara dan pembaruan penegakan hukum”

Hal ini dikemukakan karena dalam hubungan dengan pelayanan dan perlindungan rakyat ada
dua cabang pemerintahan yang berhubungan langsung dengan rakyat, yaitu administrasi
Negara dan penegak hukum.

B. Aspek-Aspek Good Governance

Dari sisi pemerintah (government), Good Governance dapat dilihat melalui aspek-aspek
sebagai berikut:

Hukum/Kebijakan Merupakan aspek yang ditujukan pada perlindungan kebebasan

Administrative competence and transparency :Kemampuan membuat perencanaan dan


melakukan implementasi secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi,
penciptaan disiplin, dan model administrative keterbukaan informamsi

Desentralisasi: Desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen

Penciptaan pasar yang Kompetitif: Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran


pengusaha kecil, dan segmen lain dalam sector swasta, deregulasi dan kemampuan
pemerintahan melakukan control terhadap makro ekonomi

C. Karakteristik Kepemerintahan yang baik menurut UNDP (1997)

UNDP mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsipnya yang harus dianut dan
dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, mencakup:

1) Partisipasi (Participation)

Keikutsertaan amsyarakat dalam proses pembuatan keputusan, kebebasan berserikatdan


berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif
2) Aturan Hukum (rule of law)

Hukum harus adil tanpa pandang bulu, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh (impartially)
terutama aturan hukum tentang hak-hak manusia

3) Transparan (Transparency)

adanya kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah
diakses oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus disediakan secara memadai dan
mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi

4) Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders)

5) Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Bertindak sebagai mediator bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai
kesepakatan. Jika dimungkinkan, dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur
yang akan ditetapkan pemerintah

6) Berkeadilan (equity)

Memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya

7) Efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficience)

Segala proses dan kelembagaan dirahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber yang tersedia.
8) Akuntabilitas (accountability)

Para pengambil keputusan (pemerintah, swasta dan masyarakat madani) memilik pertanggung
jawaban kepada public sesuai dengan keputusan baik internal maupun eksternal.

9) Bervsisi Strategis (Strategic Vision)

Para pemimpin masyarakat dan memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan manusia dengan memahami aspek-aspek
histories, cultural, dan kompleksitas social yang mendasari perspektif mereka.

10) Saling Keterkaitan (interrelated)

Adanya saling memperkuat dan terkait (mutually reinforching) dan tidak bisa berdiri sendiri

Sedangkan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pasca gerakan


reformasi nasional, prisnip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik tertera dalam
Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam pasal 3 dan penjelsannya ditetapkan asas-asas umum
pemerintahan yang mencakup:

1) Asas Kepastian Hukum

Yaitu asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara

2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara.

3) Asas Kepentingan Umum


Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif.

4) Asas Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.

5) Asas Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan
Negara.

6) Asas Profesionalitas

Yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundnag-undangan yang berlaku.

7) Asas Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
Negara harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

D. Dampak Pemerintahan yang Tidak Transparan

Suatu pemerintahan atau kepemerintahan dikatakan Transparan (terbuka), apabila dalam


penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran informasi dalam berbagai
proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan. Berbagai
informasi telah disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan
sebagai alat monitoring dan evaluasi. Kepemerintahan yang tidak transparan, cepat atau lambat
cendrung akan menuju kepemerintahan yang korup, otoriter, atau diktatur.

Dalam penyelenggaraan Negara, pemerintah dituntut bersikap terbuka terhadap kebijakan-


kebijakan yang dibuatnya termasuk anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut. Sehingga mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi terhadap kebijakan
tersebut pemerintah dituntut bersikap terbuka dalam rangka ”akuntabilitas public”.

Realitasnya kadang kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal pelaksanaannya kurang
bersikap ransparan, sehingga berdampak pada rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
setiap kebijakan yang dibuat pemerintah. Sebagai contoh, setiap kenaikan harga BBM selalu
di ikuti oleh demonstrasi “penolakan” kenaikan tersebut. Pada hal pemerintah berasumsi
kenaikan BBM dapat mensubsidi sector lain untuk rakyat kecil “miskin”, seperti pemberian
fasilitas kesehatan yang memadai, peningkatan sector pendidikan, dan pengadaan beras miskin
(raskin). Akan tetapi karena kebijakan tersebut pengelolaannya tidka transparan bahkan sering
menimbulkan kebocoran (korupsi), rakyat tidak mempercayai kebijakan serupa dikemudain
hari.

E. Prinsip Good Governance Pemerintahan Dalam Al-qur’an

Good Gavernance menurut prespektif syariah. Di antara ayat tersebut adalah QS Hud : 61 dan
QS al-Haj : 41 yang artinya: “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah yang
menjqadikan kamu supaya memakmurkannya (membangunnya) [QS. 11:61]. Dan 22:
41…(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuatma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan (Q.22:41). Ayat
pertama menjelaskan misi utama manusia adalah membangun bumi. Ayat kedua menegaskan
bahwa orang-orang beriman menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk menegakkan
shalat, membayar zakat dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar (Anwar, 2007:43). Dari
kedua ayat di atas kita dapat merumuskan Good Gavernance dalam prespektif hukum Islam
yaitu suatu penggunaan otoritas kekuasaan untuk mengelola pembangunan yang berorientasi
pada (1) penciptaan suasana kondusif bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan spiritual
dan rohaniyahnya sebagaimana disimbolkan penegakan shalat (2) Penciptaan kemakmuran
dan kesejahteraan dengan disimbolkan zakat (3) Penciptaan stabilitas politik diilhami dari
amar ma’ruf dan nahi mungkar. Singkat kata Volume 6, Nomor 1, Juni 2015 37 Good
Governance Dalam Perspektif Islam dalam ayat tersebut terdapat tiga governance yaitu: (a)
Spiritual Governanace, (b) Economic Governance dan (c) political Governance (Anwar,
2007:44). Untuk dapat mewujudkan good governance dalam tiga aspek, diperlukan beberapa
nilai dan dari nilai-nilai tersebut dapat diturunkan beberapa asas tatakelola pemerintahan
yang baik. Dengan memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Nabi saw dapat
ditemukan beberapa nilai dasar yang dapat dijabarkan menjadi asas-asas tata kelola
pemerintahan yang baik, yaitu: syura, meninggalkan yang tidak bernilai guna, keadilan,
tanggung jawab, dan amanah, serta orientasi ke hari depan. Nilai dasar pertama adalah syura
yang ditegaskan dalam Q. 3: 159 yang artinya: Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Dari nilai dasar syura ini dapat diturunkan asas hukum mengenai penyelenggaraan
pemerintahan berupa asas partisipasi masyarakat. Nilai dasar berikutnya dalam hukum Islam
adalah penegasan Nabi saw mengenai meninggalkan segala yang tidak bernilai guna, Nabi
bersabda, yang artinya: Sebaik-baik Islam seseorang adalah bahwa ia meninggalkan hal-hal
yang tidak berguna (HR at-Tirmizi, Ahmad) Dari hadis ini dapat diturunkan asas efisiensi
dalam penyelenggaraan kepentingan publik. Nilai dasar lain dalam hukum Islam adalah
keadilan. Penegasan mengenai keadilan dalam sumber-sumber Islam banyak sekali, misalnya
dalam Q. 5: 8 yang artinya: Berbuat adillah kamu, (karena) berbuat adil itu lebih dekat
kepada taqwa (Q. 5: 8). Masalah keadilan secara umum dan masalah kepastian hukum
merupakan jeritan seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Tata kelola pemerintahan yang baik
menghendaki adanya jaminan kesamaan akses seluruh warga masyarakat terhadap
sumberdaya politik, ekonomi, dan administratif. Tanggung jawab sebagai nilai dasar syariah
dapat diturunkan asas responsivitas dalam pemberian pelayanan. Secara khusus asas ini dapat
pula disimpulkan dari firman Allah yang menggambarkan pribadi Rasulullah saw yang
sensitif terhadap penderitaan umatnya, (Q. 9: 128): “Telah dating kepadamu seorang utusan
(rasul) dari kalanganmu sendiri, berat dirasakannya apa yang kamu derita, sangat
memperhati- 38 Jurnal Muqtasid Joko Setyono kan kamu dan amat belas kasih lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin” (Q. 9: 128) Responsivitas adalah kemampuan
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta
merencanakan program-program pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu nilai
dasar hukum Islam lainnya adalah amanah. Di dalam konsep amanah itu terdapat suatu asas
akuntabilitas. Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan (Q. 2: 42) yang artinya: Dan janganlah
kamu menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui (Q. 2: 42). Salah satu
pengertian yang dapat ditarik dari keumuman pernyataan ayat ini adalah adanya asas
transparansi termasuk di dalam transparansi dalam penyelenggaraan birokrasi untuk
pelayanan publik. Akuntabilitas dan transparansi adalah kriteria lainnya yang penting dalam
suatu good governance. Nilai dasar lainnya dalam ajaran dan hukum Islam adalah orientasi ke
hari depan. Islam sangat menekankan kepada umatnya agar mereka memperhatikan hari esok
dan membuat perencanaan dan persiapan untuk menghadapi hari depan. Di dalam al-Qur’an
ditegaskan: ...dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk hari
esok (Q. 59: 18). Dalam Islam diajarkan dua macam hari depan, yaitu akhirat dan hari esok,
diajarkan pula dalam Islam bahwa hari depan itu harus lebih baik dari hari ini. Dalam al-
Qur’an terdapat isyarat-isyarat mengenai hal itu seperti dalam Q. 93: 3-4 Artinya: tiadalah
tuhanmu meninggalkan kamu dan tidak pula dia membencimu; dan sesungguhnya hari esok
adalah lebih baik bagimu dari hari yang telah lalu (Q. 93: 3-4) Keseluruhan kutipan diatas
menjelaskan keharusan adanya visi yang jelas dalam hidup setiap orang (Anwar, 2007: 44-
45).

Anda mungkin juga menyukai