Anda di halaman 1dari 34

1

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN 32 TAHUN DENGAN TUMMOR MAMMAE


DEXTRA DI RSUD KARANGANYAR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase IlmuPenyakit Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Haryono, Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2016
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. W
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngijo Wetan Tasikmadu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk : 6 Februari 2017
Tanggal keluar : 10 Februari 2017
No. RM : 00290xxx

B. Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan pada payudara kanan

C. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli bedah RSUD Karanganyar dengan keluhan benjolan
pada payudara kanan. Pasien merasakan payudara terasa kencang rasanya
seperti “bangka’i” setelah kelahiran anak pertama. Setelah melahirkan Ny.W
tidak menyusui, karena bayi tidak pernah mau minum dan Ny.W hanya
membiarkan tanpa mencoba menyusui.
Setelah melahirkan anak keduanya, Ny.W merasakan benjolan sebesar
kemiri kemudian membesar sebesar biji salak dan terasa nyeri. Pasien sudah
pernah berobat ke dokter umum dan merasakan rasa nyeri kencang berkurang
dan benjolan mengecil. Beberapa bulan kemudian pasien merasakan benjolan
yang muncul kembali, dan nyeri yang dirasakan semakin memberat daripada
nyeri yang dirasakan sebelumnya. Pasien mencoba berusaha memeras
payudara, ternyata keluar cairan pekat berwarna kuning. Keluhan benjolan
sedikit nyeri dan teraba keras.
Pasien mengatakan tidak mengalami trauma pada payudara kananya.
Tidak ditemukan adanya kulit diatas benjolan menjadi kemerahan, kulit yang
melekuk ke dalam, puting yang tertanam ke dalam ataupun borok. Riwayat
keluar darah dari puting susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat lain
tidak ada. Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala
hebat, rasa penuh di ulu hati, nyeri pada tulang punggung maupun paha.
Riwayat benjolan maupun operasi di payudara sebelumnya tidak ada.
Riwayat benjolan payudara pada keluarga tidak ada. Riwayat radiasi pada
daerah dinding dada tidak ada.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : diakui
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat alergi obat : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat Penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : diakui
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat Cancer : diakui
Genogram

Hipertensi Ca Colon

Ca Ovarium

Keterangan Gambar :
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan

: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki.

: tanda silang menunjukkan meninggal

: pasien

F. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat Menstrusi : Sejak SD kelas 6
b. Riwayat kontrasepsi : disangkal
c. Riwayat Merokok : disangkal
d. Riwayat minum-minuman beralkohol : disangkal

G. Anamnesis Sistem
System Cerebrospinal Lemas(-), demam (-), penurunan kesadaran (-),
pusing (-), kejang (-)
System Cardiovascular Konjungtiva pucat (-), akral dingin (-), palpitasi
(-)
System Respirasi Sesak (-), batuk (-), mengi (-)
System Urinarius BAK (+)
System Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB (+)
Gastrointestinal
System Integumentum Tampak pucat (-), sering berkeringat.
System Edema pedis (-/-), kaku pada lengan (-/-), nyeri
Musculoskeletal
tulang (-)
5

H. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
- Keadaan Umum : Baik. Compos Mentis
- Gizi : Kesan Cukup
- Tanda Vital :
 Tekanan darah : 150/100 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Respiratory rate : 18 x/menit
 Suhu : 36,4OC
 Kepala :
- Bentuk normocephal
- Rambut : Rambut hitam, kerontokan dalam batas normal, sukar
dicabut.
- Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-), masa
abnormal (-), kaku kuduk (-), deviasi trakea (-), tidak ada
luka, JVP tidak meningkat
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), tidak ada
luka, Edema palpebra (-/-).
- Hidung : Deformitas (-/-), secret (-/-) epistaksis (-/-), nafas cuping
hidung (-), tidak ada luka.
- Telinga : Deformitas (-/-), keluar cairan (-/-), hiperemis(-/),cerumen
(-/-), nyeri tekan (-/-), tidak ada luka.
- Mulut : Deformitas (-), stomatitis (-), sianosis (-), kering (-),
lembab (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-),tidak
ada luka baik dari mulut, gusi, dan lidah.
- Kulit : Turgor baik
 Thorax:
o Cor:
Inspeksi : iktus cordis tampak
Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas atas kiri jantung : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas atas kanan jantung SIC II linea parasternalis dextra
Batas bawah kiri jantung SIC V 2 cm medial linea
midklavicularis sinistra
Batas bawah kanan jantung SIC IV linea parasternalis
dextra.
Auskultasi : suara jantung S1-S2 reguler , suara tambahan (-)
o Pulmo:
Inspeksi : simetris, tidak terdapat ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : tidak terdapat ketinggalan gerak, fremitus normal.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : SDV (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
 Abdomen:
o Inspeksi : cekung, bekas luka (-) sikatrik (-)
o Auskultasi : peristaltik (+)
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
o Perkusi : tympani (+)
 Ekstremitas :
Edema (+/-), Akral hangat

I. Status Psikis
 Cara berpikir : Baik
 Orientasi : Baik
 Perasaan hati : Baik
 Tingkah laku : Baik
 Ingatan : Baik
 Kecerdasan : Baik
J. Status Lokalis
Regio mammae dextra

o Inspeksi : bentuk asimetris, benjolan(-), kerutan kulit (peu d’orange) (-),


puting susu (+), retraksi papilla mama (-), edema (-), ulserasi (-), keluar
cairan dari puting (-), darah (-), kulit hiperemis (-)
o Palpasi : teraba benjolan bulat pada superior lateral, berjumlah 1, tidak
mobile, keras, tidak bernodul, batas tegas, diameter ukuran 2cm x 2cm,
NT (-), cairan dari putting (-).

Regio mama sinistra

o Inspeksi : bentuk asimetris, benjolan(-),kerutan kulit (peu d’orange) (-),


puting susu (+), retraksi papilla mama (-), edema (-), ulserasi (-), keluar
cairan dari puting (-), darah (-), kulit hiperemis (-)
o Palpasi : tidak teraba benjolan, NT (-), cairan dari putting (-).
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Ro Thorax PA
Cor pulmo dalam batas normal

2. Hasil Pemeriksaan lab


4 Februari 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretas
i
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,9 14,00-18,00 Normal
Hematokrit 39,7 42,00-48,00 Normal
Leukosit 9,11 5-10 Normal
Trombosit 143 150-300 Rendah
Eritrosit 4,64 4,50-5,50 Normal
MPV 7,9 6,5-12.00 Normal
PDW 16,3 9,0-17,0 Normal
INDEX
MCV 85,5 82,0-92,0 Normal
MCH 30,0 27,0-31,0 Normal
MCHC 35,0 32,0-37,0 Normal
HITUNG JENIS
Gran% 78,5 50,0-70,0 Tinggi
Limfosit% 16,3 25,0-40,0 Rendah
Monosit% 3,5 3,0-9,0 Normal
Eosinofil% 1,4 0,5-5,0 Rendah
Basofil% 0,3 0,0-1,0 Normal
Clotting time 04,30 2-8 Normal
Bleeding time 02,00 1-3 Normal
GULA DARAH
Glukosa Darah 130 70-150 Normal
Sewaktu
GINJAL
Creatinin 0,86 0,5-0,9 Normal
Ureum 20 10-50 Normal

SEROLOGI
HbsAg (Rapid) Non Reaktif Non Reaktif

3. Hasil Pemeriksaan Lab Patologi


21 Februari 2017
MAKROS
Tumor Mamma dextra dengan ukuran 8x6x3.5 cm berwarna putih
kuning, batas tidak tegas, kenyal

MIKROS
Sediaan jaringan mama dextra dengan stroma bersebukan masif sel
radang limfosit dan PMN. Tidak ditemukan tanda keganasan.

2) Resume Pemeriksaan
- Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
- Tanda Vital
 Tekanan darah : 150/100 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Respiratory rate : 18 x/menit
 Suhu : 36,4OC
- Status Interna
Thorax.P : SDV (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Thorax.C : BJ I/II reguler
Abdomen : Supel, NT (-), Peristaltik
Ekstremitas : udem (-/-)
- Status Lokalis
Regio mama dextra
 Inspeksi : bentuk asimetris, benjolan(-), kerutan kulit (peu d’orange)
(-), puting susu (+), retraksi papilla mama (-), edema (-), ulserasi (-),
keluar cairan dari puting (-), darah (-), kulit hiperemis (-)
 Palpasi : teraba benjolan bulat pada superior lateral, berjumlah 1,
mobile, keras, tidak bernodul, batas tegas, diameter ukuran 2cm x 2cm,
NT (-), cairan dari putting (-).

Follow Up

6 Februari 2017
S Pasien masuk ke bangsal RSUD Karanganyar dengan keluhan benjolan pada
payudara kanan sudah 3 tahun SMRS, terasa nyeri cekit-cekit, kadang membesar
dan pernah mengecil. Hipertensi (+), DM (-), mual (-), muntah (-).
O KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
 Tekanan darah : 150/100 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Respiratory rate : 18 x/menit
 Suhu : 36,4OC
K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB (-/-)
Tho:
P : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
C : BJ I /II murni regular
Abd: NT (-), masa (-), peristaltik (+)
Ekstr: Akral hangat (+), udeme pretibial (-/-)
Status Lokalis
Terdapat masa (+),
Batas tegas

A Dx klinis : nyeri payudara kanan


Dx Etiologi : Tummor Mammae Dextra
P Medikamentosa
Rencana Operasi 6 Februari 2016
- Inf RL 20 tpm

7 Februari 2017
S Sedikit terasa nyeri pada payudara kanan
O KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 160/100 mmHg
RR : 80 x/menit
N : 20x/menit
S : 36.5
K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB (-/-)
Tho:
P : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
C : BJ I /II murni regular
Abd: peristaltik (+)
Ekstr: Akral hangat (+), edema pretibial (-/-)

Status Lokalis
Terdapat masa
(+),Batas tegas

A Dx klinis : benjolan pada payudara kanan


Dx Etiologi : Tummor Mammae Dextra dengan Hipertensi HT stage II
P Medikamentosa
Op Hari ini
R/ Ciprofloxacin 2x1
Pronalges Supp 3x1
Amlodipin 1 x 10mg
Canderin 1 x 16 mg
Clonidin 1 x 0,15 mg
8 Februari 2017
S Nyeri pada bekas operasi
O KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 130/90
RR : 18x/menit
N : 72x/menit
S : 36.4
K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB (-/-)
Tho:
P : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
C : BJ I /II murni regular
Abd: peristaltik (+)
Ekstr: Akral hangat (+), edema pretibial (-/-)
Status Lokalis
Post Masektomi (d)
terbalut kasa

A Diagnosis : Post op TMD (H+1)


Hipertensi HT stage II terkontrol
P Medikamentosa
R/ Ciprofloxacin 200 mg
Suprafenid Supp 100mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Canderin 1 x 16 mg
Clonidin 1 x 0,15 mg

9 Februari 2017
S Pusing kepala, pandangan kabur, Nyeri pada bekas operasi berkurang
O KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 160/110
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36.3
K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB (-/-)
Tho:
P : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
C : BJ I /II murni regular
Abd: peristaltik (+)
Ekstr: Akral hangat (+), edema pretibial (-/-)
Status Lokalis

Post Masektomi (d)


terbalut kasa

A Diagnosis : Post op TMD (H+2)


Hipertensi HT stage I
P Medikamentosa
R/ Ciprofloxacin 2x1
Pronalges Supp 3x1
Amlodipin 1 x 5 mg
Canderin 1 x 16 mg
Clonidin 1 x 0,15 mg

10 Februari 2017
S Pusing kepala, pandangan kabur
O KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 140/110
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36.3
K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB (-/-)
Tho:
P : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
C : BJ I /II murni regular
Abd: peristaltik (+)
Ekstr: Akral hangat (+), edema pretibial (-/-)
Status Lokalis

Post Masektomi (d)


terbalut kasa

A Diagnosis : Post op TMD (H+3)


Hipertensi HT stage I
P Medikamentosa
R/ Ciprofloxacin 200 mg
Suprafenid Supp 100mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Canderin 1 x 16 mg
Clonidin 1 x 0,15 mg

3) Diagnosis
 Diagnosis Klinis : benjolan di payudara kanan
 Diagnosis Etiologi : Tummor Mammae Dextra dengan Hipertensi HT
stage I

4) Terapi
 Medikamentosa :
R/ Ciprofloxacin 2 x 1
Pronalges Supp 3 x 1
Amlodipin 1 x 5 mg
Canderin 1 x 16 mg
Clonidin 1 x 0,15 mg

 Non medikamentosa :
Medikasi

5) Prognosis
 Death : ad bonam
 Disease : dubia ad bonam
 Disability : dubia ad bonam
 Discomfort : dubia ad bonam
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Payudara
Mammae adalah kelenjar yang terletak di bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua,
inferior dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea
mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara kosta empat dan lima.
Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari
beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran
ke papila mammae yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm).
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Gambar 1. Anatomi Payudara
1. Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari :
(1) cabang arteri mammaria interna;
(2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan
(3) cabang dari arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan
cabang pectoral dari arteri torako akromial.
(4)
2. Aliran Limfe
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadran-
kuadran. Kuadran lateral mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares
anteriores atau kelompok pectorales (terletak tepat posterior terhadap
pinggir bawah musculus pectoralis mayor). kuadran medial mengalirkan
cairan limf nya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan
intercostalis dan masuk ke dalam kelompok nodi thoracales internae
(terletak di dalam cavitas thoracis di sepanjang arteria thoracica interna).
Beberapa pembuluh limf mengiktui arteriae intercostales posteriores dan
mengalirkan cairan limf nya ke posterior ke dalam nodi intercostales
posteriores (treletak di sepanjang arteriae intercostales posteriores);
beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limf dari payudara
sisi yang lain dan berhubungan juga dengan kelenjar di dinding anterior
abdomen.

Gambar 2. Aliran limf Kelenjar mammae

3. Innervasi
Bagian superior payudara mendapat persarafan dari saraf-saraf
suprakavikularis. Saraf-saraf klavikularis mendapat persafaran dari
cabang ketiga dan keempat plekus servikalis. Kulit di bagian medial
payudara dipersarafi oleh bagian kulit anterior saraf antariga kedua
sampai ketujuh. Sensasi di payudara berasal dari cabang kulit lateral saraf
antariga keempat.

4. Kuadran Payudara
Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista,
permukaan payudara di bagi menjadi 4 kuadran:
 Superior (upper)medial
 Inferior (lower)medial
 Superior(upper)lateral
 Inferior(lower)lateral
Gambar 3. Kuadran Payudara

B. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas,
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan
menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul
dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon
prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke
puting susu.

C. Tummor Mammae
a. Definisi
Tumor mammae adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan
sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering
digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,
yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma. Tumor mamma adalah tumor jinak yang
berasal dari parenkim, stroma, areola, dan papilla mamma
1. Tummor Jinak Mammae
 Fibroadenoma
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang
sering terjadi di payudara. Sering ditemukan pada usia lebih muda,
antara 20-40 tahun dengan usia median 30 tahun. Benjolan tersebut
berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler
(epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut
sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk
bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya tidak
nyeri. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat
mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya FAM tidak nyeri,
tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Pertumbuhan FAM bisa
cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat rangsangan estrogen meninggi.

Gambar 4. Gambaran Fibroadenoma mammae

 Kistasarkom Filoides (Tumor Phyllodes)


Kistasarkom Filoides merupakan salah satu tipe dari
fibroadenoma yang tumbuh sangat cepat. Tumor ini dapat
membesar dan merusak sekitarnya, karena proses pendesakan
tumor. Tumor ini dapat menjadi tumor ganas, sehingga dikenal
dengan tipe jinak dan ganas.

Gambar 5. Gambaran Kistasarkom Filoides


 Papiloma Intraduktal
Lesi jinak yang berasal dari duktus laciferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mammae yang memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari putting susu.
Lesi dapat multiple dan atau bilateral. Biasanya terjadi pada
usia 40 tahunan. Pada kasus multiple papilloma, frekuensi untuk
menjadi karsinoma papilar meningkat.
2. Lesi Jinak Non Neoplasma
 Ginekomastia
Ginekomastia adalah muncul payudara seperti wanita
(Female-tipe mammary gland) pada laki-laki. Keadaan ini sering
terjadi dan sering dianggap biasa. Ginekomasti fisiologik paling
sering pada tiga masa kehidupan yaitu masa perinatal, masa akil
balik, masa tua.
 Mastitis
Mastitis adalah radang pada jaringan payudara. Kerdangan
ini dapat akut atau kronik (biasanya disebabkan oleh kasus
spesifik). Mastitis dapat terjadi pada masa laktasi atau
puerpuerium (terbanyak) atau tidak ada hubungan dengan masa
puerpuerium (Stasis air susu).
 Galaktocele
Galaktocele adalah kista retensi berisi air susu. Galaktocele
berbatas tegas dan mobil, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah
berhenti menyusui. Galaktocele biasanya terletak di tengah dalam
payudara atau dibawah puting.

b. Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa
penyebab sesungguhnya dari tumor mammae, namun diketahui bahwa
pengaruh hormonal berpengaruh. Peningkatan aktivitas estrogen yang
absolut atau relative sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari tumor
mammae, hal ini diketahui karena ukuran tumor dapat berubah pada
siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Selain itu tumor mammae
dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :
 Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan
dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari
seluruh tumor payudara.
 Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
 Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%.
Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. d. Faktor usia Resiko
tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
 Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
 Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
 Terpapar radiasi
 Intake alkohol
 Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua

c. Patofisiologi
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri-ciri proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.

Payudara normal

Hiperplasia (penambahan jumlah sel)

Atipikal hiperplasia (penambahan jumlah sel yang abnormal, pertanda kanker


payudara)

Mendesak jaringan sekitar  menekan jaringan pada mammae


Carsinoma in situ (Kanker telah terjadi namun tergantung duktus atau lobulus
dimana kanker tersebut bermula)

Peningkatan konsistensi mammae  Mammae membengkak

Invasive cancer (Masa tumor mendesak ke jaringan luar)


(Kanker terdapat dan telah menyebar dimulai dari duktus atau lobulus dimana
kanker tersebut bermula)

d. Diagnosis
 Anamnesis
Pada 33% dari kasus tumor mammae, pasien merasakan adanya
benjolan pada payudaranya. Kelainan payudara lain yang dialami
pasien dan dapat diketahui dari anamnesis, antara lain :
 Pembesaran payudara, atau asimetri dari payudara
 Perubahan pada puting susu, tertarik kedalam, atau keluar cairan
dari puting susu
 Ulserasi atau eritema pada kulit payudara
 Adanya massa pada ketiak
 Rasa tidak nyaman pada otot sekitar payudara
Dari anamnesis juga bisa didapatkan informasi mengenai hal-hal
lain yang berhubungan dengan tumor payudara, misalnya :
 Usia Pasien
 Tindakan bedah sebelumnya
 Masa kehamilan atau menyusui
 Terapi hormonal yang pernah didapatkan
 Riwayat penyakit keluarga
 Tanda-tanda metastasis, seperti nyeri tulang dan penurunan berat
badan
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan
inspeksi pada saat berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat
benjolan, kerutan pada kulit payudara (peau d’orange), dan dengan
palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui
ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak, kenyal atau keras,
bernodul atau tidak, dan mengeluarkan cairan dari putting susu atau
tidak.
 SADARI
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah
mendeteksi dini apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama
yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka kematian.
Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita
muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa
muda agar terbiasa melakukanya di kala tua. Wanita premenopause
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah
siklus menstruasinya selesai.
Cara Melakukan SADARI adalah :
1) Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu
lurus dan lengan di pinggang. Disini, yang harus diamati adalah
bentuk payudara, ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara
berubah tanpa kita sadari. Perubahan-perubahan yang perlu
diwaspadai adalah : berkerut, cekung kedalam, atau menonjol
kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi
dimana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik kedalam.
Warna memerah, kasar dan sakit.
2) Kemudian angkat kedua lengan untuk melihat apakah ada
kelainan pada kedua payudara
3) Sementara masih didepan cermin, tekan puting apakah ada
cairan yang keluar. ( bisa berupa cairan putih seperti susu,
kuning atau malahan darah).
4) Kemudian berbaringlah, raba payudara kanan dengan tangan
kiri untuk merasakan perubahan yang ada di payudara sebelah
kanan dan sebaliknya. Tekan secara halus dengan jari-jari
secara datar & serentak. Selubungi dengan jari payudara kita
dari arah atas sampai bawah, dari tulang selangka ke bagian
atas perut,dari ketiak ke leher bagian bawah. Ulangi pola ini
sehingga yakin bahwa seluruh payudara telah tercover. Kini
mulai pada puting. Buat lingkaran yang makin lama makin
besar hingga mencapai seluruh tepi payudara. Menggunakan
jari, buatlah gerakan keatas dan kebawah berpindah secara
mendatar/menyamping seperti sedang memotong rumput.
Sambil rasakan seluruh jaringan payudara, dibawah kulit
dengan rabaan halus hingga rabaan yang sedikit lebih menekan.
5) Terakhir, rasakan payudara anda ketika sedang berdiri atau
duduk. Bagi kebanyakan wanita, paling mudah untuk
merasakan payudaranya adalah ketika payudaranya sedang
basah dan licin, sehingga paling cocok adalah ketika sedang
mandi dibawah shower. Lakukan seperti pada langkah ke-4,
dan yakinkan bahwa seluruh payudara sudah tercover oleh
rabaan tangan.

Gambar 6. Teknik SADARI


Mammography digunakan untuk membantu diagnosis,
mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan
usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda
tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan USG,
hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga
tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography.

Gambar 7. Teknik Mammography

Mammography ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang


secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini
dan screening. Hanya saja untuk skrining masal cara ini adalah cara
yang mahal dan dianjurkan digunakan secara selektif saja misalnya
pada wanita dengan adanya faktor resiko. Ketetapan 83-95%,
tergantung dari teknis dan ahli radiologinya. Sedangkan dengan
pemeriksaan USG hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
Gambar 8. Hasil mammography

 Klasifikasi stadium Tumor Mammae


T = Ukuran tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terdapat tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) : Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cm
T1mic: Adanya mikroinvasi ≤ 0,1 cm
T1a : Tumor dengan ukuran 0,1-0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran 0,5-1 cm
T1c : Tumor dengan ukuran 1-2 cm
T2 : Tumor dengan ukuran 2-5 cm
T3 : Tumor dengan ukuran > 5 cm
T4 : Tumor ukuran berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit
T4a : Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulcerasi, nodul satelit pada
kulit pada 1 payudara
T4c : Mencakup kedua hal diatas
T4d : Mastitis karsinomatosa

N = Kelanjar getah bening regional


Nx : KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)
N0 : Tidak terdapat metastase KGB
N1 : Metastase ke KGB aksila ipsilateral yang mobil
N2 : Metastase ke KGB aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran KGB mamaria interna ipsilateral tanpa adanya
metastase ke KGB aksila
N2a : Metastase pada KGB aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain
N2b : Metastase hanya pada KGB mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastase pada KGB aksila
N3 : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastase KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB aksila;
atau metastase pada KGB supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastase pada KGB aksila atau mamaria interna
N3a : Metastase ke KGB infraklavikular ipsilateral
N3b : Metastase ke KGB mamaria interna dan KGB aksila
N3c : Metastase ke KGB supraklavikular

M = Metastase jauh
Mx : Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh
Stadium :
0 : Tis N0 M0
I : T1 N0 M0

IIIB : T4 N0 M0, T4 N1 M0, T4 N2


M0

IIA : T0 N1 M0, T1 N1 M0, T2 N0 M0

IIIC : TiapT N3 M0

IIB : T2 N1 M0, T3 N0 M0
IIIA : T0 N2 M0, T1 N2 M0, T2 N2
M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0

IV : TiapT TiapN M1
e. Diagnosa Banding

1. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak terbatas tegak,


konsistensi padat kenyal atau kristik, terdapat nyeri terutama
menjelang harol, ukuran membesar, biasanya bilateral/multiple. Terapi
tumor ini dengan medikementosa sintomatis.
2. Mastitis yaitu infeksi  pada payudara dengan tanda radang lengkap
bahkan dapat berkembang menjadi abser. Biasanya terdapat pada ibu
menyusui.
3. Galaktokel, merupakan masa tumor kristik yang timbul akibat
tersumbatnya saluran/ductus laksiferis. Tumor ini terdapat pada ibu
yang baru/sedang menyusui.
4. Kitasarkoma filaider menyerupai FAM yang besar berbentuk bulat
lonjong, berbatas tegak, mobil, dengan ukuran dapat mencapai 20-39
cm. terapi yang dilakukan adalah dengan mastektomi simpel.

f. Penatalaksanaan
Terapi dari tumor mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic
pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara,
tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan
diganti oleh jaringan normal secara perlahan.
g. Komplikasi
Jenis tertentu dari tumor mammae bisa meningkatkan risiko kanker
payudara atau bisa jadi orang tersebut memiliki risiko kanker payudara
yang tinggi baik dari keluarga ataupun lingkungannya.
h. Prognosis
Prognosis dari tumor mammae adalah baik, bila diangkat dengan
sempurna, tetapi bila masih terdapat jaringan sisa pada saat operasi dapat
kambuh kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anatomi, Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi. Available from :


http://sweetysmiler.wordpress.com/2011/03/15/anatomi-fisiologi-
payudara-dan-proses-laktasi/ diunduh tanggal 8 Feberuari 2017
Gruendamann, Barbara J, 2006, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Volume 2,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Roger A. Dashner, 2012. Clinical Anatomy of the Breast.ppt
www.oucom.ohiou.edu
Saputra, 2009, Fibroadenoma mammae. Available from :
http://www.scribd.com/doc/69857289/Fibroadenoma-Mammae diunduh
tanggal 7 Oktober 2012
Sjamsuhidajat, R., De jong, Wim., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tumor Jinak Pada Payudara. Available from :
http://shckzkk.blogspot.com/2012/03/tumor-jinak-pada-payudara.html
diunduh tanggal 6 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai