Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

O
L
E
H
ULFA MUKHAR ROMAH
(20250007)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Romi Yilhas, M.A

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tonggak berdirinya Muhammadiyah awalnya dimulai dari pembacaan kritis terhadap
realitas di sekitar. Banyaknya ketidakadilan dan kebodohan serta pudarnya pemahaman
terhadap Islam menggugah KH. Ahmad Dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam
mempertahankan ortodoksi ajaran Islam dan berorientasi pada gerakan moral, dakwah, dan
social. Hal ini ditunjukkan misi “amar ma’ruf nahi munkar” dan selalu berlandaskan pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Di wilayah sosial, Muhammadiyah telah banyak berperan dalam kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan. Terbukti dengan didirikannya Rumah Sakit, sedangkan dalam
konteks pembangunan pendidikan bangsa, Muhammadiyah mampu menunjukkan
komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan pendidikan yang dilakukan
Muhammadiyah ialah wujud komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa Indonesia.
Secara leksikal, ‘kepribadian’ berasal dari kata ‘pribadi’ yang berarti manusia sebagai
perseorangan. ‘Kepribadian’ (dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada
sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa
lain.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan
yang menggambarkan hakikat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman
amal usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya.
Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang menguraikan tentang jati diri,
apa dan siapa Muhammadiyah. Kemudian dituangkan dalam bentuk teks yang dikenal
sebagai Matan Kepribadian Muhammadiyah. Adapun sejarah pembentukannya dijabarkan
sebagai berikut.
Kepribadian Muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa rumusan resmi
persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta,
atau sering disebut dengan Muktamar setengah abad.
Gagasan untuk merumuskan Kepribadian Muhammadiyah yaitu pada masa
kepemimpinan H.M Yunus Anis (1959-1960). Perumusan tersebut sesungguhnya tidak dapat
dilepaskan dari keterkaitan dengan kondisi dan situasi Negara pada sekitar tahun 1962.
Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa sejak Dekrit 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966
negara Indonesia memasuki jaman baru yang dikenal dengan jaman Demokrasi Terpimpin
atau disebut juga jaman Nasakom.
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sejak Presiden Soekarno mendengungkan
untuk menerapkan Demokrasi Terpimpin dalam sistem kenegaraan, partai Masyumi dan
Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang paling lantang menentangnya. Keduanya menentang
karena beralasan bahwa Demokrasi Terpimpin akan dijadikan alat oleh Soekarno untuk
memusatkan kekuasaan di tangannya. Sikap kedua partai tersebut membuat Soekarno kecewa
dan marah. Kemarahan Sokarno dimanfaatkan oleh PKI dengan membujuk Soekarno untuk
membubarkan partai tersebut yang berujung dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Presiden nomor 200 tahun 1960 yang intinya pemerintah membubarkan partai Masyumi
secara menyeluruh.
Masyumi adalah partai Islam yang lahir di Jogjakarta di Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah, hasil dari kongres Umat Islam pada tanggal 7-8 November 1945. Masyumi
dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam. Andil Muhammadiyah dalam
pendirian Masyumi cukup besar, di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah yang memimpin
Masyumi antara lain Ki Bagus Hadikusumo, KH. Fakih Usman, Prof. Kahar Muzakir, Prof.
Hamka, HA. Malik Ahmad, dan sebagainya.
Di tengah-tengah kegalauan setelah dibubarkannya Masyumi, pimpinan pusat
Muhammadiyah menyelenggarakan kursus Pimpinan Pusat Muhammadiyah se-Indonesia
yang berlangsung di Yogyakarta pada bulan Ramadhan 1381 H (1961 M). Di antara
penceramah adalah KH. Fakih Usman. Beliau menyampaikan ceramahnya dengan judul
“Apakah Muhammadiyah itu?”. Dalam makalahnya diuraikan dengan tepat tentang jati diri
Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan tentang hakikat apa dan siapa
Muhammadiyah yang sesungguhnya.
Respon atas ceramah KH. Fakih Usman tersebut, dibentuklah Tim Perumus
“KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH” yang terdiri dari Prof. Dr. Hamka, KH. Wardan
Diponingrat, H. Djarnawi Hadikusuma, HM. Djindar Tamimy, HM. Saleh Ibrahim, serta KH.
Fakih Usman (selaku narasumber).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian Muhammadiyah?
2. Apa Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah?
3. Apa Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah?
4. Apa Sifat Muhammadiyah?

C. Tujuan
1. Mengeahui Kepribadian Muhammadiyah
2. Mengetahui Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
3. Mengetahui Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
4. Mengetahui Sifat Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kepribadian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan “Gerakan Islam”. Maksudnya
dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua hal yaitu perseorangan
dan masyarakat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang pertama atau perseorangan terbagi
menjadi 2 yaitu :

a. Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (Pembaruan). Artinya mengembalikan


kepada ajaran Islam yang murni.
b. Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam
Pokok pembahasan pertama yang ditegaskan dalam kepribadian Muhammadiyah
adalah berupa pertanyaan “Apakah Muhammadiyah Itu ?”. Pertanyaan itu sesungguhnya
untuk mengungkapkan tentang hakikat apa dan siapa Muhammadiyah itu, atau
mengungkapkan tentang jati diri Muhammadiyah yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu,
pertanyaan apakah Muhammadiyah itu dapat diganti dengan “Hakikat Muhammadiyah”
1) Hakikat kepribadian Muhammadiyah
Hakikat kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhahnya persyarikatan
Muhammadiyah.Wajah tersebut mencerminkan 3 predikat yang melekat kuat sebagai asy-
syaksiyah atau jati dirinya secara utuh. 3 predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid.
a) Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas (aqidah) perjuangan
Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadikan dinul Islam sebagai subjek (sumber nilai) dan
sumber objek (sumber konsep) perjuangannya. Sebagai sumber subjek ialah bahwa semua
kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan oleh ruh Al-Islam. Sebagai
sumber objek ialah semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah dimaksudkan untuk
“menegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah SWT”. Sebagai sumber nilai dan konsep
dinul islam tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi
“sibghah” yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.
Tidak diragukan bahwa eksistensi dan esensi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
bukan gerakan social-kemasyarakatan semata. Gerakan kemasyarakatannya hanyalah bagian
atau fungsi tranformasi dari gerakan Islam. Kondisi sosio-historis berdirinya
Muhammadiyah tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran
al-Qur’an. Motif gerakannya tidak lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-
prinsip ajaran islam dalam kehidupan nyata.
Gerakannya hendak berusaha menampilkan wajah islam dalam dinamika hidup, yang
dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh manusia sebagai rahmatan lil ‘alamin.
b) Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islam , amar
makruf nahi munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap
melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa pihak
yang menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan dakwah yang
menekankan pengajaran serta pendalaman nilai-nilai dan memiliki kepedulian yang sangat
besar terhadap penetrasi misi Kristen di Indonesia.
Secara istilah (terminologi) berarti penyampaian Islam kepada manusia, baik secara
lisan,tulisan ,ataupun lukisan. Sedangkan secara istilah, setidaknya ada beberapa batasan
atau definisi sebagai berikut:
1. Segala Aktivitas dan usaha untuk mengubah satu situasi tertentu kearah lain yang
lebih baik, sesuai dengan ajaran islam.
2. Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh
umat konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini, yang meliputi
amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang baik dan
membimbing mengamalkannya dalam perikehidupan perorangan , keluarga (usrah),
masyarakat dan bernegara.
3. Mengajak dan menyeru manuasia atau masyarakat kepada ajaran islam, dengan
memberikan pengertian dan kesadaran akan kebenaran ajaran-ajaran islam sehingga
manusia atau masyarakat dapat menginsafi akan kebaikan, kelebihan , dan keutamaan
islam bagi pembentukan pribadi yang utama, dan bagi mengatur ketertiban hidup
bermasyarakat, dalam segala aspek kehidupan, seperti bidang ‘iktiqad , ibadah,
akhlak, kebudayaan , pendidikanm-pengajaran, ilmu pengetahuan, social, ekonomi,
juga dalam bidang kenegaraan-politik dan sebagainya.
Tujuan dakwah islamiyah secara proposional meliputi tiga sasaran , yaitu :
1. Agar umat manusia menyembah kepada Allah , tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu, dan tidak akan menyembah tuhan selain Allah semata-mata.
2. Agar umat manusia bersedia menerima islam sebagai agamanya, memurniakan
keyakinannya, hanya mengakui Allah sebagai tuhannya, membersihkan jiwanya dari
penyakit nifaq (kemunafikan) dan selalu menjaga amal perbuatannya agar tidak
bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya.
3. Dakwah ditujukan untuk merubah system pemerintahan yang zalim ke pemerintahan
islam.
Objek yang dijadikan sasaran dakwah (mad’u) Muhammadiyah ada dua macam, yaitu:
1. Orang yang belum islam (umat dakwah)
Dakwah kepada orang yang belum islam adalah ajakan, seruan , dan panggilan yang
sifatnya menggembirakan dan menyenangkan (tabsyir). Caranya adalah dengan
tidak ada paksaan masuk itu sendiri.
2. Orang yang sudah Islam (umat ijabi)
Sifat dakwah yang dilakukan kepada orang yang sudah islam bukan lagi bersifat
ajakan untuk menerima islam sebagai agamanya, tetapi bersifat tajdid dalam arti
pemurnian (purifikasi( dan dapat juga berarti pembaruan (reformasi).
c) Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid
Ciri ketiga yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan
tajdid atau gerakan reformasi. Menurut paham Muhammadiyah, Tajdid mempunyai dua
pengertian. Pertama, mengandung pengertian purifikasi dan reformasi ; yaitu, pembaruan
dalam pemahaman dan pengalaman ajaran islam kearah keaslian dan kemurniaannya sesuai
dengan al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbulah. Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada
bidang akidah dan ibadah mahdah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau
dinamisasi (pengembangan) dalam pemahaman dan pengalaman ajaran islam sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan masyarakat. Pengertian kedua
diterapkan pada masalah mu’amalah duniawiyah.
Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah memasuki era
globalisasi, karena pada era ini bangsa-bangsa di dunia mengalami hubungan antarbudaya
yang sangat kompleks.
Sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah telah melahirkan berbagai prestasi yang
mengagumkan. Diantaranya adalah:
1. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan islam
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Reformulasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan islam dari pengaruh dan serangan orang diluar Islam.

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat
utama, adil, dan makmur yang diridhoi Allah SWT dimana kesejahteraan, kebaikan, dan
kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas
prinsip-prinsip dalam muqadimah anggaran dasarnya, yaitu :
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah SWT.
2. Hidup manusia harus bermanfaat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat.
5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan langkah nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dengan memperhatikan dasar prinsip diatas, maka Muhammadiyah berpedoman :
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang
dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhoi Allah SWT”.
Artinya, setiap usaha dan aktivitas dalam Muhammadiyah perlu didasarkan pada niat untuk
beribadah kepada Allah SWT. Kemudian niat itu dikuatkan dengan merujuk kepada ajaran
Allah agar setiap usaha yang dilakukan mendapatkan ridho Allah SWT.
Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak mengapa kita
bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa bertindak sesuai dengan ajaran islam,
asal dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Kadang-kadang sampai orang
berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang menyeleweng dari hokum agama, asal
hanya untuk siasat belaka. Dalam Muhammadiyah hal ini tidak boleh terjadi. Hukum dan
ajaran agama islam wajib dipegang teguh dan di junjung tinggi. Tujuan yang baik harus
dicapai dengan cara yang baik pula. Cita-cita yang diridhoi Allah harus dicapai dengan cara
serta usaha yang diridhoi Allah SWT. Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari
berhasilnya tujuan semata-mata, tetapi disamping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti
kepada Allah dan berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan
bahwa kemenangan ada di tangan Allah, dan tiu akan di anugerahkan kepada siapa yang
bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang adil dan jujur.
4. Sifat Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai dasar untuk melakukan
gerakan. Untuk itu, setiap warga Muhammadiyah wajib memelihara sifat-sifatnya
sebagaimana hasil Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962. Adapun sifat-sifat
Muhammadiyah sebagai berikut :
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengingahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar Negara yang
sah.
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam.
8. Kerjasama dengan golongan agama Islam manapun dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam.
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun Negara.
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
“Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan”. Dengan sifat ini
Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya
Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa
mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu dan itu pun harus dilakukan secara baik
tanpa dipengaruhi perasaan aneh .
1. “Memperbanyak kawan dari mengamalkan Ukhuwah Islamiyah”. Setiap warga
Muhammadiyah- siapapun orangnya- termasuk para pemimpin dan da’inya harus
memegang teguh sifat ini. Dalam Rangka untuk “memperbanyak kawan dan
mengamalkan Ukhuwah Islamiyah”, Inilah pada umumnya ceramah atau kegiatan
dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da’I Muhammadiyah memakai gaya “sejuk
penuh senyum’ bukan dakwah yang agitatif menebar kebencian ke sana ke mari.
2. “Lapang Dada, Luas Pandang dengan Memegang Teguh Ajaran Islam” Lapang dada
atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam masyarakat,
apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia.
Namun dalam berlapang dada kita tidak boleh kehilangan identitas sebagai warga
Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran islam. Dengan demikian, bebas
tetapi tetap terkendali
1. ‘Bersifat Keagamaan dan Kemasyarakatan”, Sifat ini merupakan sifat
Muhammadiyah sejak lahir , yang tidak mungkin terlepas dari jiwa dan raga
Muhammadiyah, karena Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama, sedang
agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya untuk masyarakat, yakni untuk
memperbaiki masyarakat. Masyarakat “lahan” bagi segala aktivitas perjuangan
Muhammadiyah.
2. “Mengindahkan segala Hukum, Undang-undang serta dan falsafah Negara yang sah”
Muhammadiyah sebagai satu organisasi mempunyai sejumlah anggota.
3. ”Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik” Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma’ruf dan bernahi
munkar, yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Tanda adanya
amar ma’ruf dan nahi munkar kebaikan tidak akan dapat ditegakkan, dan kejahatan
tidak akan diberantas.
4. “Aktif dalam Perkembangan Masyarakat dengan maksud Ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam” kapan pun dan dimanapun Muhammadiyah memang
harus selalu aktif dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu,
Muhammadiyah akan kehilangan peran dan ketinggalan sejarah, Muhammadiyah
adalah kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
5. “Kerjasama dengan golongan lain mana pun, dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan Ajaran Islam serta membela kepentingannya” Menyiarkan Islam,
mengamalkan dan mengamalkan dan membela kepentingan islam, bukan hanya tugas
Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat islam. Tanpa
Kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.
6. “Membantu Pemerintah serta kerjasama dengan golongan lain dalam memelihara
Negara dan membangunnya, untuk mencapai Masyarakat yang adil dan Makmur yang
Diridhoi” . Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsure
pemilik Negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya
masyarakat yang adil dan makmur yg di ridhoi Allah.
7. “Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar, dengan bijaksana” dengan sifat
tersebut , Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak semestinya, dan
ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai
dirinya sendiri.
Jadi Muhammdiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri sendiri
dan keluar ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil dan
bijaksana.
 Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah kita Pimpinkan/ Berikan
Seperti telah kita uraikan diatas, bahwa kepribadian Muhammadiyah ini pada
dasarnya adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada warga kita , agar mereka itu
tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal-usahanya , juga tahu sifat-
sifat atau bentuk/ irama bagaimana mereka bertindak /bersikap pada saat melaksanakan
kewajibannya.
 Cara Memberikan atau Menentukan
Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menentukan Kepribadian
Muhammadiyah ini, Kecuali harus dengan teori dan praktik penanaman, pengertian dan
pelaksanaan.
1. Penandaan atau pendalaman pengertian tentang da’wah dan bertabligh.
2. Menggembirakan dan memantapkan tugas berda’wah. Tidak merasa rendah diri
dalam menjalankan da’wah , namun tidak memandang rendah kepada yang bertugas
dalam lapangan lainya (politik, ekonomi, seni-budaya, dan lain-lain)
3. Keadaan mereka –pra warga –hendaklah ditugaskan dengan tugas yang tentu-tentu,
bukan dengan hanya sukarela. Bila perlu dilakukan dengan suatu ikatan, misalnya
dengan perjanjian dengan bai’at dan lain-lain.
4. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang sifatnya
mengevaluasi tugas-tugas itu.
5. Sesuai dengan suasana sekarang , perlu pula dilakukan dengan formalitas yang
menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan
bantuan logistik.
6. Pimpinan Cabang, Ranting Bersama-sama dengan aggota-anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang di tuju, bahan-bahan yang perlu di bawakan
dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemampuan dan sasarannya.
7. Pada Musyawarah yang melakukan evaluasi , sekaligus dapat di tambahkan bahan-
bahan atau bekal yang di perlukan, yang akan di bagikan kepada warga selaku
muballigh dan muballighot.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpilan
Muhammadiyah hadir dengan kepribadiannya yaitu gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi munkar, dan gerakan tajdid. Inilah yang menjadi kepribadian Muhammadiyah.
Dengan melaksanakan Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan caranya
masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya,
yaitu:
“Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya,
harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh
jalan yang diridhai Allah”
2. Saran
Setelah membaca makalah karya tulis ilmiah ini diharapkan para pembaca agar dapat
memahami bagaimana Kepribadian Muhammadiyah itu. Selain itu diharapkan pembaca dapat
menerapkan ilmu yang didapat dalam makalah ini dalam penulisan karya ilmiah ataupun
sejenisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Agama Islam FAI UMM . editor syaiful amin .2012. Al Islam
Kemuhammadiyahann III . Edisi Revisi. Malang : UMM Press
https://rhizalrachman08.wordpress.com/2014/10/29/makalah-kepribadian-muhammadiyah/

Anda mungkin juga menyukai