Anda di halaman 1dari 26

UJIAN AKHIR SEMESTER

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

RANCANGAN PENYUSUNAN APBD

Disusun

Oleh:

Tedy Kurniawan

2018122042

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS UNIVERSAL

SEMESTER GASAL 2021/2022


ABSTRAK

APBD merupakan dasar kebijakan dalam menjalankan fungsi keuangan


yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pengeluaran
dalam rangka menjalankan roda pemerintahan daerah. Dengan adanya anggaran
APBD ini maka pemerintah daerah diharapkan untuk mampu memanfaatkannya
untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah, memperluas lapangan kerja,
mengadakan investasi baru, serta mensejahterakan kehidupan masyarakat daerah.
Komponen dasar yang membentuk anggaran APBD berupa pendapatan, belanja,
surplus/defisit, dan pembiayaan. APBD sendiri merupakan bentuk penyusunan
anggaran rincian daftar yang dibuat secara sistematis berisi rencana penerimaan
dan pengeluaran pemerintah daerah.

kata kunci : APBD, Pemerintah Daerah, Anggaran

ABSTRACT

APBD is the basic policy for operating financial funciton that will be implemented
by regional goverments to make expenditure in order to run wheels of regional
goverment. With APBD budget, regional goverments are expected to be able
reduce the poverty level on region, expand job opportunities, make a new
investment on region, and improve social welfare of local people. The basic
component that make APBD budget is revenue, expenditure,surplus or deficit, and
financing. APBD itself is a budget report which contain detailed list of regional
goverments revenue and expenditure plans that arranged systematically.

Key word : APBD, Regional Goverments, Budget

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3. Maksud & Tujuan ................................................................................ 3

BAB II.............................................................................................................. 4

KAJIAN TEORI.............................................................................................. 4

2.1. Definisi APBD .................................................................................... 4

2.2. Fungsi APBD ...................................................................................... 5

2.3. Dasar Hukum APBD............................................................................ 6

2.4. Prosedur Penyusunan APBD ................................................................ 6

2.5. Komponen Pembentuk APBD ............................................................ 12

2.6. Sumber APBD................................................................................... 13

BAB III .......................................................................................................... 19

LAPORAN ANGGARAN KEGIATAN BAKTI SOSIAL PANTI ASUHAN


“LIMA ROTI DUA IKAN PERMATA” ....................................................... 19

BAB IV........................................................................................................... 20

PENUTUP ...................................................................................................... 20

4.1. Kesimpulan ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 ...................................................................................................... 7

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 ........................................................................................................ 19
Tabel 3. 2 ........................................................................................................ 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana


anggaran keuangan tahunan yang disusun pemerintah daerah serta disusun dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD kemudian ditetapkan
oleh peraturan daerah. APBD merupakan rencana kerja tahunan untuk
mewujudkan kegiatan-kegiatan pemerintah baik kegiatan rutin maupun
pembangunan yang diatur serta diperhitungkan dengan uang. Proses
penyusunan anggaran APBD atau APBN tersebut sering kali menjadi isu yang
menjadi sorotan masyarakat, APBD dan APBN juga sering menjadi alat
politik yang digunakan oleh pemerintah sendiri ataupun pihak opsisi.

Penyusunan anggaran pendapatan ialah suatu rencana yang disusun secara


sistematis. Seluruh kegiatan pemerintah atau instansi yang dinyatakan dalam
nilai uang untuk suatu periode yang akan datang. Anggaran pendapatan pada
dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari APBD. Penyusunan
anggaran pendapatan memiliki arti yang sangat penting bagi pemerintah
daerah guna membantu kelancaran pembangunan dan memberikan isi serta
tanggung jawab pemerintah daerah khususnya sehingga tercipta perencanaan
dan pelaksanaan yang efektif.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan


efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan. Namun demikian, tahap persiapan atau
penyusunan anggaran harus di akui memang hanyalah salah satu tahap penting
dalam keseluruhan siklus / proses anggaran daerah tersebut.

Belanja daerah merupakan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan


secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.
belanja daerah secara garis besar dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1
1. Belanja Tidak Langsung
Ialah belanja yang dianggarkan namun tidak terkait secara
langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan, yang
diuraikan sebagai berikut :
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bantuan Keuangan
g. Belanja Tak Terduga
2. Belanja langsung
Ialah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan, yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja perjalanan dinas
d. Belanja pemeliharan
e. Belanja modal

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari


lebih lanjut mengenai bagaimana prosedur penyusunan APBD. Sehingga
penulis mengerjakan makalah yang akan membahas mengenai anggaran
APBD.

1.2. Rumusan Masalah

dengan uraian yang penulis jelaskan diatas, maka makalah ini terdapat
beberapa rumusan masalah yang berupa :

1. Apa itu APBD


2. Apa saja fungsi dari APBD
3. Apa saja dasar hukum dari APBD

2
4. Bagaimana prosedur dalam penyusunan anggaran APBD
5. Apa saja komponen yang membentuk anggaran APBD
6. Apa saja sumber dari anggaran APBD
7. Apa saja susunan dalam rancangan APBD

1.3. Maksud & Tujuan


1.3.1. Maksud

Maksud dari penulisan dari makalah ini adalah sebagai bentuk


pemenuhan syarat untuk pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) sistem
pengendalian manajemen.

1.3.2. Tujuan
1. Memahami apa itu APBD
2. Memahami apa saja fungsi dari APBD
3. Memahami apa saja dasar hukum dari APBD
4. Memahami prosedur dari penyusunan anggaran APBD
5. Mengetahui apa saja komponen yang membentuk APBD
6. Menegtahui sumber dana dari anggran APBD
7. Mengetahui apa saja susunan dalam rancangan APBD

3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Definisi APBD

APBD merupakan singkatan dari singkatan dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah. Sesuai dengan kepanjangannya, pengertian APBD yakni
suatu bentuk penyusunan anggaran rincian daftar yang dibuat secara sistematis
berisi rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember (Saiful Anwar, 2019).

APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendapatan Asli Daerah (PAD),


yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah, dan Penerimaan lainnya), Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi
Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
serta Pendapatan lain-lain yang sah seperti Dana Hibah, Dana Darurat, Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.

Berikut pengertian APBD dari para ahli adalah sebagai berikut :

1. Alteng Syafruddin
Menurut Alteng Syafruddin, APBD adalah rencana kerja atau
program kerja pemerintah daerah untuk tahun kerja tertentu, di
dalamnya memuat rencana pendapatan dan rencana pengeluaran
selama tahun kerja tersebut.
2. R.A. Chalit
Menurut R.A. Chalit, APBD adalah suatu bentuk konkrit
rencana kerja keuangan daerah yang komprehensif yang
mengaitkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang

4
dinyatakan dalam bentuk uang, untuk mencapai tujuan yang
direncanakan dalam jangka waktu tertentu dalam satu tahun
anggaran.
8. M. Suparmoko
Menurut M. Suparmoko, APBD adalah anggaran yang memuat
daftar pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis
dan jumlah pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka
waktu satu tahun tertentu.

2.2. Fungsi APBD

fungsi dan kedudukan APBD yaitu Sebagai dasar kebijakan menjalankan


keuangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa tertentu
yaitu satu tahun anggaran. APBG merupakan bentuk pemberian kuasa dari
pihak legislatif yaitu DPRD kepada kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif
untuk melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda pemerintahan
daerah (Gorahe, Masinambow, & Engka, 2014).

Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk melaksanakan


pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai bahan
pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang berhak melaksanakan
pengawasan bisa lebih baik. Pada Peraturan menteri dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 menyatakan bahwa APBD mempunyai beberapa fungsi antara
lain sebagai berikut :

1. Fungsi otorisasi Anggaran daerah tersebut menjadi dasar untuk


dapat melaksanakan pendapatan serta belanja daerah ditahun
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan Anggaran daerah tersebut menjadi suatu
pedoman bagi manajemen didalam merencanakan suatu kegiatan
pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan Anggaran daerah tersebut menjadi suatu
pedoman untuk dapat menilai apakah kegiatan atau aktivitas

5
penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan
4. Fungsi alokasi Anggaran daerah tersebut harus diarahkan untuk
dapat menciptakan lapangan kerja atau juga mengurangi
pengangguran serta pemborosan sumber daya, dan juga
meningkatkan efisiensi & efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi Anggaran daerah tersebut harus memperhatikan
pada rasa keadilan dan juga kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi Anggaran daerah tersebut menjadi alat untuk
dapat memelihara serta mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian suatu daerah.

2.3. Dasar Hukum APBD

Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan


penyusunan APBN. APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran penyelenggara negara di daerah dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dasar
hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan APBD
adalah sebagai berikut (Permendagri, 2020) :

1. UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.


2. UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
3. PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
serta Tata Cara Pengawasan, Penyusunan, dan Perhitungan APBD.

2.4. Prosedur Penyusunan APBD

Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58


Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai

6
berikut: (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan
rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon
anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5)
penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD (Saiful Anwar,
2019).

Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai


berikut:

Gambar 2. 1

Tahapan Penyusunan Anggaran APBD

1. Rencana kerja pemerintah daerah


Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif waktunya,
perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga
kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20
tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan
perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan

7
perencanaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat
SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan
rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD
merupakan rencana kerja tahunan SKPD.
Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat
diuraikan sebagai berikut:

a) SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang


memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
b) Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada
rencana pembangunan jangka menengah daerah
(RPJMD). RPJMD memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,
dan program SKPD, lintas SKPD, dan program
kewilayahan.
c) Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah
(RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan
menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka
waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja
Pemerintah.
d) Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD
yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian
pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun
sebelumnya.
e) RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas, pembangunan dan kewajiban daerah, rencana
kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemda maupun ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.

8
f) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah
mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan
minimal sesuai dengan peraturan perundangundangan.
g) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
h) Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir
bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.
i) RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS)
a) Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut :
1) Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun
rancangan kebijakan umum APBD (RKUA).
2) Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri
Dalam Negeri setiap tahun. Sebagai contoh untuk
bahan penyusunan APBD Tahun 2007 Menteri
Dalam Negeri telah menerbitkan Permendagri
Nomor 26 Tahun 2006 tertanggal 1 September 2006
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007.
3) Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun
anggaran berikutnya, sebagai landasan penyusunan
RAPBD, kepada DPRD selambat-lambatnya
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.
4) RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama
DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum
APBD (KUA).

9
b) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya
urutan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas
maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk
setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-
SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi
PPA adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemda dan
DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon
anggaran sementara (PPAS) yang disampaikan oleh
kepala daerah.
2) Pembahasan PPAS.
3) KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati
bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan
dalam nota kesepakatan yang ditandatangani
bersama oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD.
4) Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan
menerbitkan pedoman penyusunan rencana kerja
dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai
pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
setelah ada Nota Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran
(TAPD) menyiapkan surat edaran kepala daerah tentang Pedoman
Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan paling lambat
awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh
proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat
menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam
penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan
alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi

10
masayarakat. Sementara itu, penyusunan anggaran dilakukan
dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah (KPJM), pendekatan anggaran terpadu, dan
pendekatan anggaran kinerja.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh
masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang
disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD
harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang
tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja
dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau
diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh
karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung
makna bahwa setiap pengguna anggaran (penyelenggara
pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil
proses dan penggunaan sumber dayanya.
Selanjutnya, beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain
adalah (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) Penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi
kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; dan (3)
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukan dalam APBD dan dilakukan
melalui rekening Kas Umum Daerah.
4. Penyiapan Raperda APBD
RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati
bersama antara Kepala SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan Raperda

11
APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan
daerah yang untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.
5. Penetapan APBD
Setelah adanya keputusan hasil evaluasi dari mentri atau
gurbenur terhadap Raperda APBD maka selanjutnya akan
diperbaiki agar sesuai dengan ketentuan serta penetapan yang telah
diatur oleh undang-undang yang berlaku. Selanjutnya gurbernur
akan menetapkan rancangan tersebut menjadi perda tentang APBD
paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD ini disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur
terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal ditetapkan.

2.5. Komponen Pembentuk APBD

Adapun komponen yang membentuk APBD diatas terdiri dari 4 bagian,


yaitu ringkasan pendapatan, belanja, surplus/defisit dan pembiayaan (Azahari,
2017).

1. Pendapatan
Bagian ini melihat perubahan dalam berbagai komponen
pendapatan. Untuk pemerintah daerah yang ada di Indonesia,
pendapatan utamanya berasal dari tiga sumber : Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi Transfer dari pusat, dan
Pendapatan lainnya. Mengingat rata-rata sumber pendapatan
pemerintah daerah didominasi oleh dana perimbangan yaitu sekitar
80-90%, maka sumber pendapatan pemda dalam kondisi
dependable (ketergantungan).
2. Belanja
Bagian ini menunjukkan perkembangan total belanja dalam
periode 3 (tiga) tahun. Selain itu, akan ditunjukkan pula perubahan
dalam jenis belanja sehingga dapat diketahui jika ada satu
komponen yang berubah relatif terhadap komponen lain. Untuk

12
pemda di Indonesia, klasifikasi belanja secara ekonomi dibagi ke
dalam 10 (sepuluh) jenis , yaitu : Belanja Pegawai Belanja Barang
dan Jasa Belanja Modal Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja
Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada
Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Tak Terduga.
3. Surplus atau defisit
Pada bagian ini ditunjukkan aktual pendapatan, belanja, dan
surplus/defisit dalam periode 3 (tiga) tahun. Pada dasarnya, dari
bagian ini dapat terlihat “surplus/defisit” secara Nasional. Namun,
tidak seperti private sector, surplus yang besar tidak diharapkan
terjadi karena hal ini dapat mengindikasikan bahwa pemerintah
daerah tidak memberikan pelayanan publik secara optimal dalam
beberapa hal.
4. Pembiayaan
Pos ini menggambarkan transaksi keuangan pemda yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan dan Belanja
Daerah, jika Pendapatan lebih kecil maka terjadi defisit dan akan
ditutupi dengan penerimaan pembiayaan, begitu juga sebaliknya.

2.6. Sumber APBD

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau biasa yang disebut
APBD, terdapat berbagai sumber anggaran yang berasal dari (Azahari, 2017):

1. Retribusi
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dengan
menyediakan informasi atas permintaan bagi penyedia layanan
publik, dan memastikan apa yang disediakan oleh penyedia
layanan publik minimal sebesar tambahan biaya (Marginal Cost)
bagi masyarakat. Ada tiga jenis retribusi, antara lain:

13
a) Retribusi Perizinan Tertentu (Service Fees) seperti
penerbitan surat izin(pernikahan, bisnis, kendaraan
bermotor) dan berbagai macam biaya yang diterapkan oleh
pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan.
Pemberlakuan biaya atau tarif kepada masyarakat atas
sesuatu yang diperlukan oleh hukum tidak selalu rasional.
b) Retribusi Jasa Umum (Public Prices) adalah penerimaan
pemerintah daerah atas hasil penjualan barang-barang
privat, dan jasa. Semua penjualan jasa yang disediakan di
daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya
manfaat publik untuk memberikan tarif atas fasilitas
hiburan atau rekreasi. Biaya tersebut seharusnya diatur pada
tingkat kompetisi swasta, tanpa pajak, dan subsidi, di mana
itu merupakan cara yang paling efisien dari pencapaian
tujuan kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak
subsidi dihitung secara terpisah.
c) Retribusi Jasa Usaha (Specific Benefit Charges) secara
teori, merupakan cara untuk memperoleh keuntungan dari
pembayar pajak yang kontras, seperti Pajak Bahan Bakar
Minyak atau Pajak bumi dan bangunan.
2. Pendapatan daerah
Bisa bersumber dari Pajak daerah dibagi jadi 2 yakni pajak
provinsi dan pajak kabupaten/kota. Contohnya
a) Pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, dan
lainnya,
b) Retribusi daerah, misalnya retribusi pelayanan kesehatan,
kebersihan, dan lain-lain.
c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
misalnya dividen dan penyertaan modal daerah pada pihak
ketiga, Lain-lain penerimaan daerah yang sah, seperti jasa
giro, pendapatan bunga, komisi, potongan,

14
d) Dana perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil, dana
alokasi umum, dana alokasi khusus dan Pendapatan lain
seperti hibah dan pendapatan dana darurat.

Kemandirian APBD berkaitan erat dengan kemandirian


PAD. Hal ini karena semakin besar sumber pendapatan dari potensi
daerah, maka daerah akan semakin leluasa untuk
mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Di mana kepentingan
masyarakat tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.
3. Pajak bumi dan bangunan
Pajak Properti (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal
keuangan pemerintah daerah, pemerintah daerah di kebanyakan
negara berkembang akan mampu mengelola keuangannya tapi hak
milik berhubungan dengan pajak properti. Jika pemerintah daerah
diharapkan untuk memerankan bagian penting dalam keuangan
sektor jasa (contoh: pendidikan, kesehatan), sebagaimana
seharusnya mereka akan membutuhkan akses untuk sumber
penerimaan yang lebih elastis.
4. Pajak cukai
Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan
daerah, terutama alasan administrasi dan efisiensi. Terutama cukai
terhadap pajak kendaraan. Pajak tersebut jelas dapat dieksploitasi
lebih daripada yang biasanya terjadi di sebagian besar negara yaitu
dari perspektif administratif berupa pajak bahan bakar dan pajak
otomotif. Pajak bahan bakar juga terkait penggunaan jalan, dan
efek eksternal seperti kecelakaan kendaraan, polusi, dan
kemacetan.

5. Pajak penghasilan
Diantara beberapa negara di mana pemerintah sub nasional
memiliki peran pengeluaran besar, dan sebagian besar otonom
fiskal adalah negara-negara Nordik. Pajak pendapatan daerah ini

15
pada dasarnya dikenakan pada nilai yang tetap. Pada tingkat daerah
didirikan basis pajak yang sama sebagai pajak pendapatan nasional
dan dikumpulkan oleh pemerintah pusat.
6. Dana bagi hasil
Menurut PP No 55 Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1, dana bagi
hasil (DBH) terdiri atas pajak dan sumber daya alam. DBH pajak
meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bagian Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan.
Sedangkan DBH sumber daya alam meliputi kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas, dan pertambangan panas bumi.
Besaran DBH sebagai berikut: Besaran dana bagi hasil
penerimaan negara dari PBB dengan imbangan 10 persen untuk
daerah. Besaran dana bagi hasil penerimaan negara dari BPHTB
dengan imbangan 20 persen untuk pemerintah dan 80 persen untuk
daerah. Besaran dana bagi hasil pajak penghasilan dibagikan
kepada daerah sebesar 20 persen. Dana bagi hasil dari sumber daya
alam ditetapkan masing-masing sesuai peraturan perundang-
undangan.
7. Dana alokasi umum
Dana alokasi umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari
APBN, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Cara
menghitung DAU sesuai ketentuannya sebagai berikut:
DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari
penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU
untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan masing-
masing 10 persen dan 90 persen dari dana alokasi umum.
DAU untuk suatu daerah kabupaten atau kota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk
daerah kabupaten atau kota yang ditetapkan APBN dengan porsi

16
daerah kabupaten atau kota. Porsi daerah kabupaten atau kota
sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah
kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. DAU suatu daerah
ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang
merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah.
8. Dana alokasi khusus
Menurut UU No 33 Tahun 2004, dana alokasi khusus (DAK)
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu. Tujuan DAK untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kegiatan khusus
tersebut adalah: Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
alokasi umum. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau
prioritas nasional.
9. Pendapatan daerah lain-lain yang sah
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105
Thn 2000 mengenai suatu Pengelolaan Keuangan Daerah
dikatakan ialah, bahwa pendapatan daerah adalah suatu hak
pemerintah daerah yang diakui ialah sebagai penambah nilai
kekayaan yang bersih. Penerimaan daerah adalah suatu uang yang
masuk ke suatu daerah dalam periode thn anggaran tertentu. Pada
Undang-undang Nomor 25 Thn 1999 Pasal 21 menggemukan,
bahwa suatu anggaran pengeluaran dalam APBD tersebut tidak
dapat atau tidak boleh melebihi anggaran penerimaan.
Didalam penjelasan pasalnya tersebut, adalah daerah tidak
dapat atau tidak boleh menganggarkan pengeluaran tanpa adanya
kepastian terlebih dahulu tentang ketersedian sumber
pembiayaannya serta juga mendorong daerah untuk dapat
meningkatkan efisiensi pengeluarannya. Searah dengan hal itu
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Thn 2000 mengenai Pengelolaan
Keuangan Daerah mengemukakan, ialah bahwa jumlah belanja

17
yang dianggarkan di dalam suatu APBD adalah suatu batas
tertinggi untuk pada tiap-tiap jenis belanja.

18
BAB III
LAPORAN ANGGARAN KEGIATAN BAKTI SOSIAL PANTI ASUHAN
“LIMA ROTI DUA IKAN PERMATA”

Tabel 3. 1
Rencana Pemasukan

NO Keterangan Jumlah
1 kontribusi umum Rp 3.880.000
2 kontribusi peserta Rp 900.000
Jumlah Rp 4.780.000
Sumber : data diolah sendiri

Tabel 3. 2
Rencana Pengeluaran

NO Jenis Item @ Jumlah


1 sembako harian (beras, minyak, gula, dll - Rp 1.825.700 Rp 1.825.700
2 konsumsi 30 Rp 10.000 Rp 300.000
3 Panti asuhan - Rp 2.600.000 Rp 2.600.000
Jumlah Rp 4.725.700
Sumber : data diolah sendiri

19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

APBD merupakan bentuk penyusunan anggaran rincian daftar yang dibuat


secara sistematis berisi rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah
daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD merupakan dasar kebijakan dalam
menjalankan keuangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda pemerintahan daerah.

APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran


penyelenggara negara di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah
dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Komponen dasar yang
membentuk anggaran APBD berupa pendapatan, belanja, surplus/defisit, dan
pembiayaan. Dengan adanya anggaran APBD ini maka pemerintah daerah
diharapkan untuk mampu memanfaatkannya untuk mengurangi angka
kemiskinan di daerah, memperluas lapangan kerja, mengadakan investasi
baru, serta mensejahterakan kehidupan masyarakat daerah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azahari, R. S. (2017). Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 20.

Gorahe, I., Masinambow, V., & Engka, D. (2014). Analisis Belanja Daerah Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, 14(3), 1–12. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/5650

Permendagri. (2020). Permendagri 64 tTahun 2020. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Saiful Anwar, Y. (2019). Struktur, Penyusunan Dan Penetapan Apbd. E-Jurnal


Universitas Brawijaya, 5.

21

Anda mungkin juga menyukai