Word Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis
Word Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis
Kelompok 5:
DOSEN PENGAMPU:
Mochammad Rosul, Ph.D, M.Ec
Prodi Manajemen S1
Jakarta
2016
Abstract Kompetensi
1
Etika ini merupakan pedoman Mahasiswa mampu memahami
dalam etika dalam berbisnis. serta menjelaskan dengan baik
pengertian dan keuntungan dari
etika utilitarianisme.
.
KATA PENGANTAR
2
Puji Tuhan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Segala Rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini secara
tuntas, untuk menjadi Memenuhi Tugas Etika dan Hukum Bisnis dengan Judul "Etika
Utilitarianisme dalam Bisnis"
Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisa makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Segala kritikan dan masukan dari semua pihak,
akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis demi mencapai kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
3
Kata Pengantar ............................................................................................... 3
Daftar Isi......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 5
1.1 Etika Bisnis............................................................................................... 5
1.2 Tujuan....................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 8
2.1 Pengertian Etika Utilitarianisme................................................................ 8
2.2 Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme................................................. 9
2.3 Macam-Macam Utilitarianisme................................................................ 9
2.4 Etika Utilitarianisme................................................................................. 10
2.5 Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme................................................ 11
2.6 Kelemahan Etika Utilitarianisme.............................................................. 11
2.7 Nilai Positif Etika Utilitarianisme............................................................ 12
2.8 Etika Utilitarianisme sebagai dasar dan Standar Penilaian...................... 13
2.9 Analisis Keuntungan dan Kerugian.......................................................... 13
2.10 Nilai Positif Etika Utilitarianisme.......................................................... 14
Daftar Pustaka............................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 Etika bisnis
Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan
bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang
dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang
penting. Selain itu etika bisnis juga merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis
yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-
masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika
pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia.
Yang diharapkan dan mengapa kita mempelajari Etika Bisnis, menurut K. Bertens, ada
tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu : menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya
demensi etis dalam bisnis, memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi
dan bisnis, serta membantu pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang
tepat. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental
rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis dan membantu
pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya (kelak).
Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin seseorang
akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu
pihak, harus dikatakan : etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan
pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku
pebisnis. Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis
bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika,
yang sudah di jelaskan pada pertemuan sebelumnya. Tolak ukur bahwa bisnis itu baik
menurut tiga sudut pandang tadi. Untuk sudut pandang ekonomis, yaitu bila bisnis
memberikan profit, dan hal ini akan jelas terbaca pada laporan rugi/laba perusahaan di akhir
tahun.
Dari sudut pandang hukum pun jelas, bahwa bisnis yang baik adalah yang
diperbolehkan oleh sistem hukum yang berlaku. (penyelundupan adalah bisnis yang tidak
5
baik). Yang lebih sulit jawabnya adalah bila bisnis dilihat dari sudut pandang moral. yang
menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan bisnis.
Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolok ukur yaitu : nurani, Kaidah
Emas,penilaian umum. Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan
kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi, sosial,
budaya,perintah maupun masyarakat Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab
sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak etis. Penerapan
etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “ Stake Holder” sebagai pengganti dari
konsep lama yaitu konsep “Stock Holder” . Pengusaha yang menerapkan konsep Stock
Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder)
saja, di mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya yaitu
penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga
saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan tinggi,
sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan kenaikan kekayaan yang
dimilikinya yaitu sahamnya itu dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan
kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali mengabaikan
kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis.
Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya para pemegang saham saja akan
tetapi masih banyak lagi seperti : Pekerja/ karyawan, Konsumen, Kreditur, Lembaga-lembaga
keuangan dan Pemerintah.
Menurut paham Utilitarianisme, bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. Jadi dapat
dikatakan bahwa kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang
menghasilkan berbagai hal yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian. Maka
dari itu pada makalah kali ini, penulis akan membahas lebih detail mengenai etika
utilitarianisme dalam bisnis.
Dimana dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian etika utilitarianisme,
kriteria dan prinsip etika utilitarianisme, nilai postif dari etika utilitarianisme, etika
6
utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian, analisis keuntungan dan kerugian serta
kelemahan etika utilitarianisme.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi tujuan penulisan ini adalah
sebagai berikut :
BAB II
7
PEMBAHASAN
Dalam tulisan ini, penulis berusaha untuk mencoba memahami perkembangan etika
Utilitarian itu secara garis besar – yang cikal bakalnya bermuara pada prinsip-prinsip etika
utilitarian Jeremi Bentham – yang oleh kalangan filsuf ditempatkan sebagai “maistro” dari
aliran utilitarianisme ini. Bertolak dari nama utilitarisme [yang di dalamnya mengandung
kata “utilis” berguna], telah menempatkan paham ini sebagai ‘dasar etis’ dalam rangka
memperbaharui hukum Inggris, khususnya Hukum Pidana. Dan Bentham tidak bermaksud
untuk menciptakan suatu teori moral abstrak, akan tetapi mempunyai sebuah maksud yang
sangat kongkrit. Ia berasumsi bahwa hukum dibuat dalam rangka memajukan kepentingan
warga negara, dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut
hak-hak kodrati. Di samping sebagai dasar etis, juga teori ini sering dianggap sebagai “etika
sukses”, yaitu etika yang memberikan ciri pengenalan kesusilaan adalah manfaat dari suatu
perbuatan. Suatu perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat atau kegunaan, berguna
artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak menghasilkan yang buruk. Dalam teori
ini juga ditemukan sebuah semboyang yang sangat terkenal: “The greatest happiness of the
greatest number” (kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar).
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar
konsumen atau masyarakat. dalam konsep ini dikenal juga “Deontologi” yang berasal dari
kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban. Deontologi adalah teori etika yang menyatakan
bahwa yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk
berbuat baik kepada sesama manusia, sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berlaku baik
pada diri sendiri.
Menurut paham Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. Jadi,
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai
hal yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.
8
Etika utilitarianisme berasal dari bahasa Latin, utilitas yang berarti kegunaan. Paham
ini menilai baik atau tidaknya sesuatu ditinjau dari segi kegunaan yang didatangkannya.
Dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill pada abad ke 19 sebagai kritik atas
dominasi hukum alam . Teori ini juga disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest
happines theory) dan teori teleologis.
Konsep dasar teori ini adalah suatu perbuatan yang secara moral adalah benar, jika:
1. UTILITARIANISME KLASIK
Berasal dari tradisi pemikiran moral Inggris. Diawali dari pemikiran David
Hume (1711-1776) yang kemudian dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832).
Dimaksudkan sebagai dasar etis untuk memperbaharui hukum di Inggris khususnya
hukum pidana, Bentham juga mengadopsi prinsip hedonisme karena menurutnya
perbuatan dinilai baik jika dapat meningkatkan kesenangan dan sebaliknya. Prinsip
utilitarianisme (the greatest happines theory) menuai banyak kritik dan
kesalahpahaman, namun diluruskan oleh John Stuart Mill.
Kelebihan prinsip ini ialah menggunakan prinsip yang jelas dan rasional serta
mempertimbangkan hasil perbuatan. Kritiknya adalah sama seperti hedonisme, hanya
saja tidak memuat egoisme etis, prinsip yang digunakan tidak selamanya benar dan
tidak memberi jaminan bahwa kebahagiaan dibagi secara adil, tidak memberi tempat
pada “hak” dan Utilitarianisme sebagai sistem moral yang tidak menerapkan keadilan.
9
2. UTILITARIANISME ATURAN
a) Bahwa alam telah menempatkan manusia di bawah tuntunan dua guru, yaitu kelezatan
(pleasure) dan kesakitan (pain). Manusia adalah makhluk yang mencari kelezatan
(pleasure seekink) dan menghindari rasa sakit (pain avoiding). Prinsip tersebut
menurutnya harus ditetapkan secara kuantitatif agar dapat memberi etika kemanfaatan
atas dasar ilmiah (Titus, Smith Nolan, 1984: 149).
b) Kesenangan atau kebahagiaan - ia memakai kata-kata ini sebagai sebuah sinonim -
yang buruk adalah penderitaan. Oleh karena itu, suatu keadaan jika mencakup
kesenangan yang lebih besar daripada penderitaan, penderitaan yang lebih kecil
daripada kesenangan, adalah lebih baik daripada keadaan lain. Di antara semua
keadaan yang mungkin itu, yang paling terbaik adalah mencakup kesenangan yang
lebih besar daripada penderitaan.
c) Bahwa kebaikan - kebaikan adalah kebahagiaan pada umumnya, akan tetapi juga
bahwa setiap individu senantiasa memburu apa yang menurut keyakinannya
merupakan kebahagiaannya sendiri.
Oleh sebab itu, menurutnya, tugas legislator adalah menghasilkan keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi (Russel, Ibdi: 1008).
10
2.5 Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa terdapat tiga kriteria prinsip etika
utilitarianisme ( Keraf, 1998:94):
1. Manfaat, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan mendatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu.
2. Manfaat Terbesar, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan itu mendatangkan manfaat
besar dibandingkan dengan alternatif lainnya. Dapat dikatakan bahwa tindakan yang
baik adalah tindakan yang menimbulkan kerugian terkecil.
3. Manfaat Terbesar Bagi Orang Sebanyak Mungkin, yaitu bahwa suatu kebijakan atau
tindakan dinilai baik secara moral jika tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar,
melainkan apabila mendatangkan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan
sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
1. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
malah menimbulkan kesuliatan yang tidak sedikit. Karena manfaat bagi manusia
berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.
2. Persoalan klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah etika utiliratianisme tidak pernah
menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya dan hanya memperhatikan nilai
suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
3. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik
seseorang. Akibatnya seseorang punya motivasi yang baik dalam melakukan
tindakan,tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi banyak orang.
4. Variabel yang di nilai tidak semuanya bisa di kuantifikasi. Karena itu,sulit sekali
mengukur dan memperbandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan
variabel yang ada.
11
6. Kelemahan paling pokok dari etika utilitarianisme adalah bahwa utilitarianisme
membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan
mayoritas ( kriteria ketiga ). Etika utilitarianisme membenarkan suatu tindakan,tanpa
menghiraukan kenyataan bahwa tindakan yang sama ternyata merugikan segelintir
orang tertentu.
Menurut Keraf (1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme, yaitu:
Rasionalitas. Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-
aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
1. Otonom
Etika utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk
berpikir dan bertindak dengan hanya memperhatikan tiga kriteria objektif dan rasional
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tidak ada paksaan bahwa orang harus
bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
2. Universal
Etika utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi
banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi
manfaat terbesar bagi banyak orang.Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi
rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih
berharga daripada kepentingan individual. Secara universal semua pebisnis dunia saat
ini berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka
menjadi sejahtera. berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan
mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia. Dalam
teori sumber daya alam dikenal istilah Backwash Effect, yaitu di mana pemanfaatan
sumber daya alam yang terus menerus akan semakin merusakan kualitas sumber daya
alam itu sendiri, sehingga diperlukan adanya upaya pelastarian alam supaya sumber
daya alam yang terkuras tidak habis ditelan jaman.
12
Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda,
yaitu:
a. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits yang dianalisis tidak dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian perusahaan
b. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang. Dalam
analisis ini perlu juga mendapat perhatian serius, bahwa keuntungan dan kerugian
disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral.
c. Analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang. Benefits yang menjadi
sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
13
1. Rasionalitas: Utilitarianisme tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia
mempertanyakan dan ini mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat
rasional karena ia mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam
kasus seks pra nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah
dilarang.
2. Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral
3. Universalitas: semboyan yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap
baik kalau dia memberi kegunaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering
dipakai dalam politik dan negara.
Sampai sekarang nilai etika utilitarianisme mempunyai daya tarik sendiri, yang
bahkan melebihi daya tarik deontologist. Yang paling mencolok etika utilitarianisme tidak
memaksakan sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru mensistemasikan dan
memformulasikan secara jelas apa yang menurut para penganutnya dilakukan oleh kita dalam
kehidupan sehari hari.
BAB III
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian
besar konsumen atau masyarakat.
2. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme menurut Keraf (1998:94):
a. Manfaat
b. Manfaat Terbesar
c. Manfaat Terbesar Bagi Orang Sebanyak Mungkin
3. Nilai Positif Etika Utilitarianisme, ada Rasional, Otonon dan Universal.
a. Utilitarianisme Sebagai Proses dan Standar Penilaian
Etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan,
kebijaksanaan atau untuk bertindak.
b. Etika utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan.
4. Analisa Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits yang dianalisis tidak dipusatkan
pada keuntungan dan kerugian perusahaan.
b. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang.
c. Analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang.
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
b. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya
c. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
d. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
15
f. Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
3.2 Pertayaan
16
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna, Dewi. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar, Implementasi dan Kasus. Denpasar :
Udayana University Press.
Velasquez, Immanuel G. 2005. Etika Bisnis, Konsep dan Kasus-Edisi 5. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta.
17