PENDAHULUAN
Kelapa Sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35
tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi
yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani pekebun
serta transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kelapa
sawit harus dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi
(Lubis, 2008).
Peran Indonesia dalam perdagangan komoditi ini cukup penting pada waktu
itu, dimana misalnya produksi dunia adalah 508.205 ton pada tahun 1939 dan
Indonesia menyumbang sebanyak 226.047 ton minyak dan 42.965 inti sawit
atau 44%. Ekspor pertama terjadi pada tahun 1919 yaitu 181 ton (Lubis,
2008).
Tingkat produktivitas kelapa sawit di Indonsesia diperkirakan akan terus
meningkat sejalan dengan perkembangan luas areal yang terus berlanjut
mengingat lahan potensial untuk pengembangan tersebut masih luas. Lahan
yang berpotensi untuk pengembangan kelapa sawit berkisar 21.704.950 ha
yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua (Pulungan, 2002) dalam (Sembiring, 2012).
Ulat pemakan daun kelapa sawit terdiri dari ulat api, ulat kantong, ulat bulu
merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa
daerah tertentu, ulat api dan ulat kantong sudah menjadi endemik sehingga
sangat sulit dikendalikan. Kejadian yang sering terjadi di perkebunan kelapa
sawit adalah terjadinya suksesi hama ulat bulu dari ulat api atau ulat kantong
apabila kedua hama ini dikendalikan secara ketat. Ulat kantong yang biasanya
menyerang kelapa sawit saat ini adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, dan
Pteroma pendula. (Susanto dkk., 2012).
Metisa plana biasanya memakan bagian atas daun, sehingga bekas gigitannya
mengering dan berlubang. Daun yang mengering akan digunakan sebagai
bahan pembuat kantong ulat tersebut. Mengingat hama M. plana merupakan
hama penting tanaman kelapa sawit, maka pengendalian hama ini harus
benar-benar diperhatikan. Apabila ledakan populasi ulat kantong telah terjadi
akan sangat sukar untuk dikendalikan sebab kemampuan ulat untuk bertahan
hidup didukung oleh adanya kantong sebagai alat pelindung diri (Susanto
dkk, 2012).
Salah satu metode pengendalian efektif hama ulat kantong dapat dilakukan
dengan metode kimia, yakni dengan menggunakan injeksi batang. Cara ini
dilakukan dengan memasukkan insektisida kimia kedalam batang tanaman
kelapa sawit dengan alat injeksi. Dengan sifat sistemik dari insektisida yang
digunakan diharapkan pengendalian tersebut dapat efektif untuk menurunkan
populasi ulat kantong sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan
tidak menyebabkan kerugian besar.
1.4 Kontribusi
Sebagai bahan informasi bagi pekebun kelapa sawit dalam mengendalikan
hama ulat kantong pada tanaman kelapa sawit dan sebagai bahan referensi
pihak yang membutuhkannya.