Anda di halaman 1dari 9

Nama : Divana Nur Kolbi

NIM : 43121010165

Prodi : S-1 Manajemen

Makna Pancasila dalam Sistem Filsafat

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan negara merupakan satu kesatuan nilai yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya, karena apabila dilihat satu
persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain, namun
makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat ditukar balikkan letak dan susunannya.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan Pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa, berarti Yang
Maha Tunggal, tiada sekutu, dalam zat-nya, sifatnya dan perbuatannya. Zat Tuhan tidak terdiri
dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu. Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mencari serta
membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, Penggalangan Persatuan
Indonesia yang telah membentuk Negara Kesatuan Indonesia yang telah berdaulat penuh, yang
bersifat Kerakyatan dan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan guna mewujudkan Keadilan social bagi seluruh Rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang sesuai
dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila nilai. Potensi kemanusiaan tersebut
dimiliki oleh semua manusia, tanpa kecuali. Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang
sama terhadap undang-undang Negara, mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama, setiap
warga negara dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan,
dengan orang-orang seorang, dengan negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula
kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak-
hak dasar manusia.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari faham kebangsaan Indonesia yang dijiwai
oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu faham
kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme
Indonesia mengatasi faham golongan, suku bangsa serta keturunan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam
pengambilan keputusan-keputusan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi
dan kehidupan masyarakat. Karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan
rohani, maka keadilan itu pun meliputi keadilan dalam memenuhi tuntutan kehidupan jasmani
serta keadilan memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang.
Perbandingan ideologi Pancasila dengan Ideologi lain

A. Pancasila dan Liberalisme


Negara liberal memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal
diberikan kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal
memberi kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik agama. Berdasarkan pandangan
tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa sistem negara liberal membedakan dan memisahkan
antara negara dan agama atau bersifat sekuler. Berbeda dengan Pancasila, dengan rumusan
Ketuhanan Yang Maha Esa telah memberikan sifat yang khas kepada negara Indonesia, yaitu
bukan merupakan negara sekuler yang memisah-misahkan agama dengan negara.
B. Pancasila dan Komunisme
Negara komunisme lazimnya bersifat atheis yang menolak agama dalam suatu Negara.
Sedangkan Indonesia sebagai Negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
merupakan pilihan kreatif dan merupakan proses elektis inkorporatif. Selain itu, ideologi
komunis juga tidak menghormati manusia sebagai makhluk individu. Prestasi dan hak milik
individu tidak diakui. Ideologi komunis bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit
pun terhadap alam pikiran lain. Ideologi semacam ini bersifat otoriter dengan menuntut
penganutnya bersikap dogmatis, suatu ideology yang bersifat tertutup. Berbeda dengan
Pancasila yang bersifat terbuka, Pancasila memberikan kemungkinan dan bahkan menuntut
sikap kritis dan rasional. Pancasila bersifat dinamis, yang mampu memberikan jawaban atas
tantangan yang berbeda-beda dalam zaman sekarang.
C. Pancasila dan Agama
Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama
merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik
Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan
karya khas yang secara antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia. Begitu
pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa
kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut
terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan
dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katholik, Kong Hu Chu.
Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai
Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
1. Nilai yang pertama adalah ketuhanan.
Secara hirarkis nilai ini bias dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah dan
hokum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap
perbuatan yang melanggar nilai, kaidah dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan
hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak buruk.
2. Nilai yang kedua adalah kemanusiaan.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-
hukum Tuhan.
3. Nilai yang ketiga adalah persatuan.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian pula
sikap yang memecah belah persatuan.
4. Nilai yang keempat adalah kerakyatan
Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat penting
yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan
berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibanding mayoritas.
5. Nilai yang kelima adalah keadilan
Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu
perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak.
Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga
realistis dan aplikatif.
Makna dan Aktualisasi Sila-sila Pancasila dalam Pembangunan Bidang
Ekonomi

1. Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Mahas Esa dalam pembangunan bidang
ekonomi
Berlandaskan kepada keimanan dan ketaqwan kepada Tuhan Yang Maha Esa
menjadikan landasan spiritual, moral dan etika bagi penyelenggaraan pembangunan
ekonomi, dengan demikian ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral
dan etika sehingga pembangunan dapat meningkat akhlak warga Negara. Pancasila
yang sudah disepakati sebagai dasar Negara etika dalam kehidupan bernegara, tentu
sudah semestinya hasil pembangunan ekonomi sebagai hasil usaha bersama yang dapat
menciptakan terwujudnya nilai-nilai Ketuhanan YME.
2. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam pembangunan
bidang ekonomi
Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
dan harus kita terapkan, antara lain : Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam bidang
ekonomi, pemerataan ekonomi yang akan dicapai tidak hanya untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang humanistik, namun juga mengamalkan amanat yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa tujuan negara
Indonesia adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan bidang ekonomi
Dalam mengakualisasikan sila Persatuan Indonesia dalam bidang ekonomi dapat
dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain:
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Makna dan aktualisasi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dalam pembangunan bidang ekonomi.
Melalui sila keempat aparat negara yang membuat kebijakan negara diarahkan
oleh hikmat/kebijaksanaan, maka mereka akan ingat bahwa apapun pemikiran yang
dimiliki harus didasarkan pada kepentingan masyarakat Indonesia secara umum,
terlepas dari partai politik atau golongan si wakil rakyat.
5. Makna dan aktualisasi sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
pembangunan bidang ekonomi.
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan.Hal ini perlu
dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan
perekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah
dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakkan pemerataan
penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman modal dan lain-lain.
Langkah pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai