Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENYAKIT TROPIS
C017182026
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
I. MATERI I
1. PENGANTAR DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TROPIS DI INDONESIA
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau
parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering juga disebut
penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang
ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat
makan atau minum, dan lain sebagainya (Vatimatunnimah, 2013)
Penyakit yang terjadi di daerah tropis dan subtropis yang umumnya berupa
infeksi sering disebut sebagai penyakit tropis (Purnama, 2012). Penyakit tropis terbagi menjadi
4 macam, yaitu: infeksi oleh bakteri seperti deman tifoid, infeksi yang disebabkan oleh virus
seperti DBD, infeksi yang disebabkan oleh parasite seperti malaria, dan sindrom penyakit
menular seperti ISPA (Sudiono, 2003).
Gejala dari masing – masing penyakit berbeda satu dan yang lainnya. Akan tetapi
terdapat beberapa macam penyakit yang memiliki gejala hampir sama, terutama gejala awal.
Banyak orang yang menganggap bahwa gejala yang dialami adalah gejala dari penyakit yang
ringan saja. Padahal ada kemungkinan merupakan salah satu gejala awal dari suatu penyakit yang
cukup berbahaya jika tidak segera ditangani oleh pihak ahli yaitu dokter spesialis. Pasien yang
menderita penyakit infeksi yang berbahaya jika terlambat ditangani akan menyebabkan kematian.
Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah masih belum meratanya penyebaran dokter
spesialis, sehingga perawatan dan pengobatan untuk pasien kurang optimal. Oleh karena itu perlu
dilakukan deteksi dini untuk mengurangi resiko kematian akibat penyakit infeksi tropis ini.
Diagnosis penyakit merupakan proses dimana akan diambil satu keputusan di antara
beberapa kemungkinan yang ada. Keputusan tersebut diambil berdasarkan beberapa
pertimbangan. Pengambilan keputusan ini merupakan kasus yang dapat diselesaikan
menggunakan prinsip decision support system atau sistem pendukung keputusan (SPK). Dalam
pengambilan keputusan diterapkan sistem pembobotan untuk setiap kriteria. Bobot yang
diberikan untuk masing - masing kriteria pastilah berbeda – beda. Pembobotan yang tepat dari
setiap kriteria akan sangat mempengaruhi hasil keputusan. Oleh karena dalam melakukan
diagnosis suatu penyakit sebaiknya mempertimbangkan berbagai kriteria maka tidak salah jika
diagnosis digolongkan dalam kasus decision making, termasuk di dalamnya diagnosis untuk
penyakit tropis.
II. MATERI 2
1. VEKTOR PEMBAWA PENYAKIT
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi
sumber penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan sebagai penular penyakit dikenal
sebagai arthropoda borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian (Permenkes R.I No. 374, 2010).
Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di masyarakat diantaranya
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kecoa yang umumnya berkembang pada
lingkungan dengan sanitasi yang buruk (Amalia, 2010). “Penyakit yang ditularkan melalui vektor
masih menjadii penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta
dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya
pengendalian atas penyebaran vektor” (Permenkes R.I No. 374, 2010). Upaya pemberantasan dan
pengendalian penyakit menular seringkali mengalami kesulitan karena banyak faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah tropis yang
lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi serangga yang berkembangbiak.
Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan vektor pembawa penyakit, keberadaan
serangga juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa aman bagi masyarakat (Soedarto,
2009).
Menurut Komairah, dkk (2010) sekitar 10 juta spesies serangga yang hidup di dunia dan
telah teridentifikasi sekitar 1 juta spesies. Satu juta spesies tersebut terdiri dari beberapa spesies
serangga yang juga merupakan vektor pembawa suatu penyakit. Salah satu dari vektor tersebut
adalah kecoa yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesehatan manusia. Sesuai yang
dikemukakan oleh Amalia dan Idham (2010:67) bahwa kecoa menyebarkan berbagai penyakit,
menimbulkan alergi, serta mengotori dinding, buku dan perkakas rumah tangga. Kecoa juga dapat
memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain, Streptococus, Salmonella dan lain-
lain, sehingga mereka berperan dalam penyakit tifus, disentri, diare, cholera, virus hepatitis a dan
polio pada anak-anak (Apriyani, 2017). Penularan penyakit oleh kecoa dapat terjadi melalui
organisme patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana
organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa. kemudian melalui
organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.
Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dikenal sangat efektif dan praktis dalam
pengendalian vektor. Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dalam jangka waktu yang lama juga
akan memberikan dampak negatif. Dampak negatif yang disebabkan oleh insektisida yaitu berupa
pencemaran lingkungan yang dikarenakan residu yang ditinggalkan sangat sulit terurai di alam
2. PLASMODIUM
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk.
Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil.
Gejala malaria akan muncul 10-15 hari setelah gigitan nyamuk. Namun pada beberapa
kasus, gejala baru timbul setelah beberapa bulan karena parasit penyebab malaria dapat bertahan
dalam keadaan tidak aktif di dalam tubuh. Gejala yang dirasakan penderita malaria antara lain:
Demam, Menggigil, Sakit kepala, Berkeringat banyak, Lemas, Pegal linu, Gejala anemia atau
kurang darah, Mual atau muntah, Nyeri perut, Diare dan BAB berdarah.
Serangan gejala malaria sering digambarkan melalui tiga tahap selama 6-12 jam, diawali
dengan menggigil, lalu berkembang menjadi demam dan sakit kepala, kemudian penderita akan
berkeringat banyak dan lemas hingga akhirnya suhu tubuh kembali normal. Serangan gejala
malaria tersebut dapat muncul dengan siklus tertentu, yaitu muncul 3 hari sekali (malaria tertiana)
atau 4 hari sekali (malaria kuartana).
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebarkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut, parasit masuk ke dalam tubuh dan menempati
organ hati, di mana parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Saat parasit tersebut tumbuh dan
menjadi dewasa, parasit pergi dari organ hati dan merusak sel darah merah. Kerusakan pada sel
darah merah inilah yang menimbulkan gejala anemia pada penderita.
Di samping melalui gigitan nyamuk, penyebaran parasit malaria juga dapat terjadi karena
terpapar darah penderita malaria. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang terpapar
malaria adalah: Janin yang terinfeksi dari ibunya, Menerima transfusi darah, Berbagi pemakaian
jarum suntik, Menerima donor organ.
Pencegahannya dengan Menghindari gigitan nyamuk adalah cara terbaik untuk
mencegah infeksi parasit malaria. Caranya antara lain dengan: Menutup kulit dengan celana
panjang dan baju berlengan panjang, Tidur dengan tempat tidur berkelambu, Memakai krim
pelindung dari gigitan nyamuk.
3. SURVEY ENTOMOLOGI
Survai entomologi adalah untuk menemukan suatu metoda yang dapat memutuskan atau
menghentikan penularan yang berlangsung. Jadi Survei yang dilakukan difokuskan untuk
mengumpulkan seluk beluk vektor stadium dewasa. Survei entomologi diharapkan dapat
menerangkan bahwa spesies yang menyebabkan timbulnya wabah, kejadian penularan yang
berlangsung waktu itu dan seluk beluk vektor yang berperan serta melakukan kegiatan dengan
cara survei perindukan. (Levine Norman, 1994).
Nyamuk Aedes berwarna belang hitam putih,tersebar di daerah tropis. Habitat pradewasa
terutama tempat-tempat air buatan manusia yang berisi air bersih di daerah urban dan suburban.
Aktivitas menggigit mencapai puncaknya saat intensitas cahaya berubah yaitu setelah matahari
terbit dan sebelum terbenam. Jarak terbangnya pendek yaitu 500-100 meter.
Nyamuk Culex sp tersebar di daerah tropis dan sub tropis,nyamuk ini menularkan
penyakit kaki gajah atau filariasis Wuchereria brancofti. Habitatnya adalah saluran air yang kotor.
Aktivitas menggigitnya pada malam hari dan puncaknya pada jam 22.00-02.00. Nyamuk ini yang
paling banyak mengganggu kita pada malam hari.
Nyamuk mansonia tersebar di daerah tropis dan sub tropis namun nyamuk ini jarang
ditemui, ukuranya lebih besar dibandingkan dengan nyamuk yang lainya. Yang khas nyamuk ini
berwarna hitam,bagian perutnya terdapat bercak-bercak putih,mempunyai probosis yang panjang
dan melengkung ke bawah dan gigitanya sangat menyakitkan
Nyamuk Anopheles sp dengan berbagai spesies yang antara lain An. maculatus, An.
sundiacus, An. aconitus, An. balabacencis. Habitatnya bervariasi tergantung spesies mulai dari
lingkungan pegunungan sampai pantai. Aktivitas menggigitnya malam hari (nokturnal). Jarak
terbangnya juga bervariasi tergantung spesies,nyamuk ini menularkan penyakit malaria.
III. MATERI 3
1. PENYAKIT KECACINGAN
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Cacing
umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan walaupun
sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan.
Secara umum, gejala cacingan adalah berupa sakit perut, diare, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, hingga penurunan berat badan. Apabila tidak diobati dengan benar, penyakit cacingan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih berat, seperti anemia.
Penyebab Cacingan di Tubuh, Kebersihan yang tidak terjaga atau lingkungan yang kotor
masih menjadi salah satu faktor utama penyebab cacingan, terutama di daerah dengan sanitasi
yang buruk. Kendati demikian, penyebab cacingan bisa berbeda-beda pada tiap orang, tergantung
dari jenis cacing apa yang masuk ke dalam tubuh.
Berikut adalah beberapa jenis cacing yang paling umum menyebabkan penyakit cacingan
pada manusia:
1) Cacing pita
Cacing pita atau Cestoda dapat dikenali dari bentuknya yang tampak seperti pita, yaitu
pipih dengan ruas-ruas pada seluruh tubuhnya. Panjang cacing pita dewasa dapat mencapai
25 meter dan dapat bertahan hidup selama 30 tahun.
Cacing pita memasuki tubuh manusia ketika tangan bersentuhan dengan tinja atau tanah
yang mengandung telur cacing, yang kemudian terbawa ke dalam mulut ketika sedang
makan. Selain itu, cacing pita juga dapat masuk melalui konsumsi makanan atau minuman
yang sudah terkontaminasi telur cacing. Konsumsi daging babi, sapi, atau ikan yang mentah
atau dimasak kurang matang juga dapat menyebabkan masuknya cacing pita ke dalam tubuh
manusia.
2) Cacing tambang
Cacing tambang dewasa dengan panjang sekitar 5–13 milimeter dan larva cacing
tambang (cacing tambang yang baru menetas) dapat menembus kulit, misalnya melalui
telapak kaki yang tidak menggunakan alas, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan ikut
terbawa ke dalam paru-paru dan tenggorokan.
Sementara itu, jika tertelan, cacing tambang akan memasuki saluran pencernaan dan
hidup di dalam usus halus. Cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh melalui kontak fisik,
yakni ketika seseorang menyentuh atau menginjak tanah yang mengandung larva dan cacing
tambang dewasa. Selain itu, infeksi cacing tambang juga bisa terjadi melalui makanan atau
minuman yang sudah tercemar telur dan larva cacing ini.
Infeksi cacing tambang masih sering terjadi di daerah iklim tropis dan lembap dengan
sanitasi lingkungan yang buruk, termasuk Indonesia. Tidak hanya manusia, infeksi cacing
tambang juga dapat dialami oleh hewan, seperti anjing dan kucing.
3) Cacing kremi
Cacing kremi berwarna putih dan halus, dengan panjang sekitar 5–13 milimeter. Infeksi
cacing kremi paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah.
Infeksi cacing kremi umumnya terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi parasit tersebut. Selain itu, cacing kremi juga bisa masuk
melalui tangan yang kotor dan jarang dicuci.
Telur cacing kremi kemudian masuk ke usus dan berkembang menjadi cacing dewasa
dalam beberapa minggu. Jika telur mencapai anus dan digaruk, telur tersebut dapat berpindah
ke jari, yang tanpa disadari menyentuh permukaan benda atau orang lain.
4) Cacing gelang
Cacing gelang berukuran cukup besar, dengan panjang sekitar 10–35 cm. Cacing gelang
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah yang telah terkontaminasi telur cacing
ini.
Ketika masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas di usus, kemudian menyebar melalui
pembuluh darah atau saluran getah bening ke organ tubuh lain, seperti paru-paru atau
empedu.
Untuk mengatasi infeksi cacingan, dokter kemungkinan akan memberikan obat cacing
tidak hanya untuk penderita, tetapi juga pada seluruh anggota keluarga guna mencegah
infeksi berulang. Obat yang biasa diresepkan bisa berupa mebendazole, albendazole,
ivermectin, atau praziquantel.
Jika pasien mengalami anemia, dokter juga mungkin akan meresepkan suplemen zat besi.
Untuk mengatasi infeksi cacing yang berukuran cukup besar, seperti cacing gelang, atau
cacing yang menyumbat saluran empedu atau usus buntu, dokter mungkin perlu melakukan
tindakan operasi.
Tips Mencegah Penyakit Cacingan. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk
mencegah infeksi penyakit cacingan, antara lain:
Cuci tangan secara teratur, terutama setelah buang air, mengganti popok bayi, sebelum
memasak, dan sebelum makan.
Simpan daging mentah dan ikan dengan baik, kemudian masak hingga matang
Cuci buah dan sayur dengan benar sebelum dikonsumsi
Berikan obat cacing untuk binatang peliharaan, seperti kucing dan anjing, secara berkala.
Hindari berjalan tanpa alas kaki dan menyentuh tanah atau pasir tanpa sarung tangan.
Gunting kuku secara teratur dan hindari menggigit
Sementara itu, bila Anda terkena infeksi cacing, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan
untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari penyebaran telur cacing, antara lain:
Basuh bagian anus pada pagi hari untuk mengurangi jumlah telur cacing, karena cacing
biasa bertelur pada malam hari.
Ganti pakaian dalam dan seprai setiap hari selama terinfeksi.
Cuci pakaian tidur, seprai, pakaian dalam, dan handuk dengan air panas untuk membasmi
telur cacing.
Hindari menggaruk daerah di sekitar anus yang gatal.
Penyakit cacingan sebaiknya tidak dianggap remeh. Jika Anda atau anggota keluarga
mengalami gejala penyakit cacingan, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui cara
penanganan yang tepat.
2. FILARIA
Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria dan dapat
menyerang hewan maupun manusia. Ada banyak jenis parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi
hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Pengelompokan filariasis
umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu
filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh. Yang akan dibahas lebih detail filariasis limfatik atau
lebih dikenal dengan istilah kaki gajah atau elephantiasis
Gejala Filariasis, Berdasarkan gejala filariasis limfatik terbagi dalam tiga kategori yang
meliputi kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
1) Tanpa Gejala
Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Meski
demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus
memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
2) Filariasis Limfatik Akut
Kondisi ini terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu:
Adenolimfangitis akut (ADL). Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan limfa
atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa
sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun.
Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin
sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Limfangitis filaria akut (AFL). AFL disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat
akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai
demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya
benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul
(misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).
3) Filariasis Limfatik Kronis
Kondisi ini akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan
pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi
akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan
lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan juga bisa
berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita
wanita
Penyebab Filariasis, Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang
menderita filariasis limfatik dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah. Parasit
filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing
tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus
berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Pencegahan Filariasis, Langkah utama dalam untuk mencegah tertular filariasis adalah
dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di
negara-negara tropis, seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap
gigitan nyamuk, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi:
Mengenakan baju atau celana panjang.
Mengoleskan losion antinyamuk.
Tidur di dalam kelambu.
Membersihkan genangan air di sekitar lingkungan.
Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada
sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan
menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.
IV. MATERI 4
1. COVID-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit akibat infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi
paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus ini dapat menyerang siapa saja, mulai dari lansia
(golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak dan bayi, sampai ibu hamil dan ibu menyusui.
Gejala Virus Corona (COVID-19)
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang
dan sembuh atau malah memberat.
Penderita COVID-19 dengan gejala berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak
bahkan berdarah, sesak napas, atau nyeri dada. Keluhan tersebut muncul ketika tubuh bereaksi
melawan virus Corona. Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
Batuk kering
Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang,
yaitu:
Diare
Sakit kepala
Konjungtivitis
Hilangnya kemampuan mengecap rasa
Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
Ruam di kulit
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.
Penyebab Virus Corona (COVID-19) Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh
Coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan.
Pada sebagian besar kasus, Coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan
sampai sedang, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti pneumonia, MERS (Middle-East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome). Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu
Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19
batuk atau bersin
Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah menyentuh benda
yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
Melakukan kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
2. SARS
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah infeksi saluran pernapasan berat
disertai dengan gejala saluran pencernaan yang disebabkan oleh coronavirus.
Gejala SARS diketahui berupa malaise, mialgia, demam, dan diikuti gejala pernapasan
berupa batuk disertai kesulitan bernapas. Gejalanya juga dapat disertai dengan diare. Gejala-
gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari setelah onset.
Penyebabnya adalah coronavirus. SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada
waktu merawat pengidap, tinggal satu rumah dengan atau kontak langsung dengan sekret/cairan
tubuh dari pengidap suspect atau probable. Diduga cara penyebaran utamanya adalah melalui
percikan (droplets) dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
Diagnosis SARS. Selain dari gejala, diagnosis ditegakkan melalui beberapa metode
pemeriksaan laboratorium telah digunakan seperti PCR, ELISA, IFA. Untuk menyatakan suatu
tes PCR positif untuk SARS diperlukan paling sedikit 2 spesimen yang berbeda (yaitu spesimen
yang diambil dari nasofaring dan tinja).
Pencegahan SARS, Vaksin untuk penyakit SARS belum ditemukan, oleh karena itu
hindari berkunjung ke negara yang sedang terjangkit SARS, gunakan masker saat bepergian atau
menjenguk pasien di RS, hal ini dapat membantu mengurangi penyebaran melalui udara, melalui
percikan dan kontak langsung.
Penanganan SARS. Oseltamivir secara oral bersama dengan antibiotika berspektrum luas
dan ribavirin intravena dalam dosis yang direkomendasikan, juga memberikan hasil yang kurang
meyakinkan. Pada saat ini, penanganan pengidap SARS yang dianggap paling penting adalah
terapi suportif, yaitu mengupayakan agar pengidap tidak mengalami dehidrasi dan infeksi ikutan.
3. FLU BURUNG
Flu burung adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang
ditularkan oleh unggas ke manusia. Ada banyak jenis virus flu burung, tetapi hanya beberapa
yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Penyebab Flu Burung, Flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A yang
berasal dari burung. Sebagian besar jenis virus flu burung hanya dapat menyerang dan menular
pada unggas, baik unggas liar maupun unggas peternakan, seperti ayam, bebek, angsa, dan
burung. Namun, ada beberapa jenis virus flu burung yang bisa menginfeksi manusia, yaitu H5N1,
H5N6, H5N8, dan H7N9.
Di tahun 2021, pemerintah China juga melaporkan bahwa terdapat penularan virus flu
burung jenis baru, yaitu jenis H10N3. Virus flu burung dapat menginfeksi manusia jika terjadi
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus ini. Beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko terinfeksi virus flu burung adalah:
Menyentuh unggas yang terinfeksi, baik yang masih hidup atau sudah mati
Menyentuh kotoran, air liur, dan lendir, dari unggas yang terinfeksi
Menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet) yang mengandung virus
Mengonsumsi daging atau telur unggas terinfeksi yang mentah dan tidak matang
Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi belum jelas mekanisme dan cara
penularannya. Seseorang lebih berisiko terinfeksi virus flu burung jika memiliki faktor-faktor
berikut ini:
V. MATERI 5
1. ASKEP COVID-19
2. PENGGUNAAN APD
Alat Pelindung Diri atau bisa disebut APD merupakan kebutuhan utama bagi tenaga
kesehatan di Puskesmas saat menangani pasien yang terduga terinfeksi virus corona. Penggunaan
APD sangat penting demi mencegah dari terpapar covid-19 karena virus corona bisa menular
melalui percikan atau droplet pasien saat batuk atau bersin. Memakai alat pendung diri (APD)
saat bekerja bisa mengurangi risiko apabila terjadi kecelakaan kerja, sedangkan jenis APD yang
digunakan juga berbeda-beda, tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Perlengkapan APD juga tidak bisa digunakan berkali-kali, kecuali sepatu dan kacamata.
Namun, dua alat tersebut harus dibersihkan sesuai prosedur setelah pemakaian. Sementara untuk
jubah/baju hazmat, sarung tangan, masker dan penutup kepala harus dibuang dan diganti yang
baru setelah menangani pasien. Sedangkan untuk masker misalnya dianjurkan untuk segera
mengganti masker jika sudah basah atau setelah dipakai selama 3-6 jam.
Langkah-langkah memakai Alat Pelindung Diri yang benar
1) Pakai terlebih dahulu baju dan sepatu kerja khusus
2) Cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer
3) Pakai topi bedah sekali pakai
4) Pakai masker pelindung medis (N95)
5) Pakai sarung tangan dalam
6) Pakai kacamata pelindung
7) Pakai sarung tangan karet sekali pakai
8) Pemakaian selesai
Langkah- langkah melepas Alat Pelindung Diri yang benar
1. Ganti sarung tangan
2. Lepaskan pakaian pelindung
3. Lepaskan kacamara pelindung
4. Lepaskan masker
5. Lepaskan topi
6. Lepaskan sarung tangan
7. Pelepasan selesai
VI. MATERI 6
1. MALARIA
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk.
Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil. Walaupun mudah menular
melalui gigitan nyamuk, malaria bisa sembuh secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika
tidak ditangani, penyakit ini bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal ginjal,
hingga kematian.
Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk. Munculnya gejala
melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil, demam dan sakit kepala, lalu mengeluarkan
banyak keringat dan lemas sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat
timbul mengikuti siklus tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali (kuartana).
Penyebab Malaria, Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat
parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan parasit masuk ke
dalam tubuh manusia. Parasit ini akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah
merah. Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-macam, dan akan
berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.
Pencegahan Malaria, Meski belum ada vaksinasi untuk mencegah malaria, dokter dapat
meresepkan obat antimalaria sebagai pencegahan jika seseorang berencana bepergian atau tinggal
di area yang banyak kasus malarianya. Selain itu, pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari
gigitan nyamuk dengan memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian lengan
panjang dan celana panjang, serta menggunakan krim atau semprotan antinyamuk. Langkah
pencegahan gigitan nyamuk juga penting untuk selalu dilakukan pada anak-anak.
2. DHF/DBD
Demam berdarah adalah penyakit akibat gigitan nyamuk pembawa virus Dengue.
Penyakit ini menyebabkan gejala demam tinggi dan flu. Jika tidak ditangani dengan tepat, demam
berdarah berisiko mengancam nyawa.
Demam berdarah terbagi menjadi 2 jenis, yakni demam dengue (Dengue Fever) dan
demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever). Perbedaan antara kedua jenis demam
berdarah tersebut adalah adanya kebocoran pembuluh darah pada demam berdarah dengue,
sedangkan pada demam dengue tidak. Demam berdarah umumnya menyerang anak-anak berusia
kurang dari 15 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada orang dewasa.
Gejala demam berdarah yang paling umum dijumpai adalah demam yang disertai dengan
sakit kepala, hilang nafsu makan, mual dan muntah. Kondisi ini juga dapat ditandai dengan ruam
kemerahan, nyeri di bagian belakang mata, nyeri otot, dan pembengkakan pada kelenjar getah
bening. Penderita demam berdarah umumnya sembuh sekitar 1 minggu kemudian. Namun, pada
beberapa kasus, kondisi penderita dapat memburuk dan bisa berakhir dengan syok.
VII. MATERI 7
1. ASKEP MALARIA
2. ASKEP DHF
A. PENGKAJIAN
a) Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-
7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
d) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
f) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari
g) Riwayat gizi Status gizi
anak menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
h) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi.
Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahat kurang.
5) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak teraba
(grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg atau
kurang), suhu tinggi
(diatas 37,5oC)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.
4) Mata Konjungtiva anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen, tidak
ada gangguan pendengaran.
7) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan
nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
9) Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
10) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
11) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet. Turgor
kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket
dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya
diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang
pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya
petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
Ig. D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
Urium dan pH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai
dengan berat badan menurun
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang
informasi
4. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan trombosit) ditandai
dengan trombositopenia
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan mengeluh lelah
C. INTERVENSI
VIII. MATERI 8
1. TB
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang
berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus,
atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika
berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan
tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
Gejala Tuberkulosis, Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama,
penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:
Demam
Lemas
Berat badan turun
Tidak nafsu makan
Nyeri dada
Berkeringat di malam hari
Pencegahan Tuberkulosis/TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin BCG yang disarankan
dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan
cara :
2. LEPRA
Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit,
saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen
atau Morbus Hansen. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai
dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi
bakteri yang dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau
bersin.
Penyebab Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini
dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan
(droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.
Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara
terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak
dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama
untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.
Perlu dicatat, seseorang dapat tertular kusta jika mengalami kontak dengan penderita
dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk
bersama, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu
ke janin yang dikandungnya. Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa
meningkatkan risiko seseorang terkena kusta, di antaranya:
Bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo atau simpanse
Menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta
Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh
Gejala Kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta
baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20–30
tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah:
Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau
rasa sakit
Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
Kulit tidak berkeringat (anhidrosis)
Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
Kehilangan alis dan bulu mata
Mata menjadi kering dan jarang mengedip
Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung
IX. MATERI 9
1. ASKEP TB
A. PENGKAJIAN
Anamnesis :
1. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
2. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada
tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b) Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa aris atau bercak-
bercak darah
c) Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3. Keluhan Sistematis
a) Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam
hari mirip dengan influenza
b) Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
dan malaise
Riwayat Kesehatan
Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi pada saat
dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan.
Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru
dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai
pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
1) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis,
menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru
dengan gangguan fungsi hati.
2) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
3) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan
4) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul antara
lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
5) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1.Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak
2.Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
3. Wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
4. Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. INTERVENSI
2. ASKEP LEPRA
X. MATERI 10
1. TETANUS
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh akibat infeksi kuman. Kaku dan
tegang seluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kematian. Gejala tetanus
akan muncul dalam 4-21 hari setelah terinfeksi.
Kuman atau bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, dan akan
mengeluarkan racun untuk menyerang saraf. Bakteri ini bernama Clostridium tetani, yang banyak
ditemukan pada tanah, debu, atau kotoran hewan.
Gejala Tetanus, Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul
dalam 4-21 hari setelah terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka
dan tidak mendapat antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:
Demam
Pusing
Berkeringat berlebihan
Jantung berdebar
Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:
Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)
Otot leher atau otot perut terasa kaku
Sulit menelan
Sulit bernapas
Pengobatan Tetanus, Belum ada pengobatan spesifik untuk tetanus. Tetapi gejalanya
dapat diredakan dengan suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin tetanus. Selain untuk
meredakan gejala, vaksin tetanus juga diberikan sebagai pencegahan. Imunisasi tetanus termasuk
wajib di Indonesia, dan harus dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan
2. RABIES
Rabies adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Umumnya, virus penyebab rabies
menular ke manusia melalui gigitan hewan. Rabies tergolong penyakit berbahaya karena berisiko
menyebabkan kematian jika tidak cepat ditangani.
Penyebab Rabies
Rabies disebabkan oleh virus yang umumnya ditularkan dari anjing melalui gigitan,
cakaran, atau air liur. Selain anjing, hewan yang juga dapat membawa virus rabies dan
menularkannya ke manusia antara lain kera, kucing, musang, dan kelinci. Pada kasus yang jarang
terjadi, penularan virus rabies juga dapat terjadi dari manusia ke manusia, melalui transplantasi
organ.
Gejala Rabies biasanya muncul sekitar 30–90 hari setelah penderita tergigit hewan yang
terinfeksi. Hal ini dapat membuat diagnosis rabies sedikit susah, karena penderita bisa saja lupa
telah tergigit atau tercakar hewan rabies. Gejala awal yang dapat muncul meliputi:
Demam
Kesemutan pada luka gigitan
Sakit kepala
Selain keluhan di atas, ada beberapa gejala lanjutan yang dapat dialami oleh penderita
rabies, seperti kram otot, sesak napas, dan halusinasi. Gejala lanjutan tersebut menjadi tanda
bahwa kondisi pasien makin memburuk.
XI. MATERI 11
1. ASKEP TETANUS
2. ASKEP RABIES
XII. MATERI 12
1. HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya
tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV.
Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah,
sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara,
air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam
tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV,
tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita.
Gejala HIV dan AIDS, Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu
setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2
minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun
meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke
stadium lanjut menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah
memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya
daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, atau
toksoplasmosis otak.
Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS, Penyakit HIV disebabkan oleh human
immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat
makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum
suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama
masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:
Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman
Menggunakan jarum suntik bersama-sama
Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa
menggunakan alat pengaman diri yang cukup
Pencegahan HIV dan AIDS, Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menghindari dan meminimalkan penularan HIV:
2. GENORO
Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Pada pria, gonore
akan menimbulkan gejala berupa keluarnya nanah dari penis. Selain itu, penderita gonore akan
merasakan perih saat buang air kecil.
Berbeda dengan gonore pada pria, jika terjadi pada wanita gonore bisa tidak menimbulkan
gejala. Penyakit gonore dapat sembuh dalam beberapa hari, jika diberikan pengobatan yang tepat
dan segera.
Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling sering
menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal. Seseorang lebih mudah
terkena gonore apabila sering bergonta-ganti pasangan seks atau bekerja sebagai pekerja seks.
Gejala Gonore, dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada
pria dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa keluarnya nanah
dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gonore sering kali tidak
menimbulkan gejala. Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari
ibunya selama proses persalinan. Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan pada mata.
Pencegahan Gonore Penyakit ini menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral atau
anal. Oleh karena itu, cara pencegahan penyakit ini adalah melakukan hubungan intim yang
aman, yaitu dengan menggunakan kondom, baik kondom pria maupun wanita, atau tidak
bergonta-ganti pasangan.
3. SIFILIS
Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau
dubur. Luka pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak terlihat dan
tidak terasa sakit, sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Meski demikian, pada tahap ini,
infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain.
Gejala Sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis
sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya:
2) Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
3) Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
4) Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
5) Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung.
Penyebab Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan
seksual dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar
melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita. Melihat penularannya, sifilis
rentan tertular pada seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.
Pencegahan Sifilis, Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu
setia pada 1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau skrining
terhadap penyakit sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang
memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.
XIII. MATERI 13
1. ASKEP HIV/AIDS
2. ASKEP GENORO
3. ASKEP SIFILIS
XIV. MATERI 14
1. HEPATITIS
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi
virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh infeksi
virus, hepatitis bisa menular.
Penyebab Hepatitis
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Namun, penyebab yang paling
sering adalah infeksi virus. Berikut adalah beberapa jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi
virus:
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang mengandung
virus hepatitis A.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan
melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat
menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga ditularkan
melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual tanpa kondom atau
menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C,
bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan jenis
hepatitis yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa
berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah menular pada
lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya pada
sumber air.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi
berikut:
Konsumsi alkohol secara berlebihan
Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati (hepatitis) dan
menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga fungsi hati akan terganggu.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat menyebabkan
peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara keliru
menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.
Faktor Risiko Hepatitis
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hepatitis adalah:
Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas di luar
ruangan dan sebelum makan.
Lakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan.
Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk, termasuk
juga peralatan makan.
Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur,
dan beristirahat yang cukup.
Jangan mengonsumsi alkohol dan NAPZA.
Hindari mengonsumsi makanan yang belum dimasak hingga matang dan air minum yang
tidak terjamin kebersihannya atau belum direbus hingga mendidih.
Lakukan vaksinasi hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter.
2. TYPHOID
Tifus atau tipes atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella typhii. Tifus dapat menular dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau
minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
Penyebab Tifus
Sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih, diyakini merupakan penyebab
utama berkembangnya penyakit tipes. Selain itu, anak-anak lebih sering terserang tifus karena
belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang akan
meninggal karena tifus. Selain itu, tifus juga berisiko menimbulkan komplikasi.
Gejala Tifus, Secara umum, berikut ini adalah gejala-gejala penyakit tipes:
Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai 39°C–40°C dan biasanya
akan lebih tinggi pada malam hari
Nyeri otot
Sakit kepala
Merasa tidak enak badan
Sakit perut
Berat badan menurun
XV. MATERI 15
1. ASKEP HEPATITIS
2. ASKEP TYPHOID