Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar


1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di
sebut Hierarki kebutuhan dasar manusia ada lima tngkat kebutuhan dasar,
yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam
hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi
kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun
macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki
maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi
urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas,
kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan ( Self Security Needs)


Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud
adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri
dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa
takut dan kecemasan, bebas dari perasaan terancam karena
pengalaman yang baru atau asing.

c. Kebutuhan Mencintai Dan Dicintai (Love and Belongingness Needs)


Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan
dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,

7
8

persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,


kelompok serta lingkungan sosial.

d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)


Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak
bergantung pada orang lain, kompeten, penghargaan terhadapn diri
sendiri dan orang lain

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)


Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan tertinggi
dalam piramida hierarki maslow yang meliputi dapat mengenal diri
sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar
memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak emosional, mempunyai
dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang
tinggi dan sebagainya.

Konsep hierarki Maslow ini menjelaskan setiap makhluk hidup


mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakekatya setiap
manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan dasar
tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan
hidup manusia. Siapapun orangnya pasti memerlukan pemenuhan
kebutuhan dasar. (Asmadi 2009)

1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan atau
keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas. Aktivitas
fisik atau mekanika tubuh merupakan suatu usaha mengkoordinasikan
sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf serta mempertahankan
keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari (Potter &
9

Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola tersendiri dalam
aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan
lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017)

2. Fisiologi pergerakan
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan
rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal dan
sistem persyarafan di dalam tubuh.
a. Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot dan
sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas
manusia. Rangka memiliki bebrapa fungsi, yaitu :
1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh
(postur tubuh),
2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati
dan medulla spinalis,
3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga
ligmen,
4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,
5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi
bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui
aktivitas kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017).

b. Sistem Persyarafan
Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim ragsangan dari luar
kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat,
2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian
tubuh satu kebagian tubuh lainnya,
10

3) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan


kemudian memberikan respon melalui saraf eferen,
4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian
meneruskannya ke otot rangka.

3. Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh merupakan cara menggunakan tubuh secara
efisien, terkoordinasi, dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang baik
dan memelihara keseimbangan selama beraktivitas. Mekanika tubuh yang
baik bukan hanya untuk plahragawan, tetapi juga penting untuk perawat
maupun klien (Sustanto & Fitriana, 2017).
Asmadi (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak menimbulkan
cedera, antara lain :
a) Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat
atau mendorong beban.
b) Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh bagian
panggul dan melindungi organ-organ di dalam perut sewaktu
membungkuk, meraih, mengangkat, atau menarik.
c) Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak diangkat
atau dipindahkan.
d) Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong
dengan cara berayun di atas kaki ataupun memiringkn tubuh ke
depan/belakang untuk mengurangi ketegangan pada otototot engan
dan tungkai.
e) Sebuah benda lebih baik digeser atau diglindingkan, ditarik atau
didororng daripada diangkat. Hal tersebuut ditujukan untuk
mengurangi tenaga yang diperlukan.
f) Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar
penompang yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang
11

lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh di dekat sebuah benda
yang hendak diangkat.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh


Menurut Sutanto dan Fitriana (2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh yaitu :
a) Status Kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap
keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu. Klien
yang mengalami perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
b) Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena
mempengaruhi poduksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
Fungsi nutrisi bagi tubuh antara lain untuk membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Jika nutrisi berkurang maka
akan mengakibatkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit.
c) Emosi
Kondisi psikologis seseorag dapat menurunkan kemampuan mekanika
tubuh dan ambulasi yang baik.
d) Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan klien akan mempengaruhi
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. Misalnya, klien sering
mengangkat benda-benda berat.
e) Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres yang
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas.
f) Untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan, maka seseorang perlu
mengetahui penggunaan mekanika tubuh yang baik. Sebaliknya, jika
12

pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika


tubuh, maka akan menyebabkan seseorang beresiko mengalami
gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeletal

5. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas
disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi seacara
teraupetik (potter dan perry 2006). Dalam hubungannya dengan perawatan
klien, maka mobilisasi adalah keadaan dimana klien berbaring lama
ditempat tidur. Mobilisasi paa klien tersebut dapat disebabkan oleh
penyakit yang dideritanya, trauma, atau menderita kecacatan.

6. Tujuan Mobilisasi
Tujuan dari mobilisasi ROM menurut Brunner dan Suddarth 2002
(dalam Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 2015) yaitu:
a) Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta
mengembalikan rentang gerak aktivitas tertentu sehingga penderita
dapat kembali normal atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
b) Mempercepat peredaran darah.
c) Membantu pernafasan menjadi lebih kuat.
d) Mempertahankan tonus otot, memelihara dan meningkatkan
pergerakan dari persendian.
e) Memperlancar eliminasi alvi dan urine.
f) Melatih atau ambulasi.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi


Hidayat dan Uliyah (2014) memyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi mobilisasi adalah:
a) Gaya Hidup
13

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi


seeorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
b) Proses Penyakit atau Cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi karena
dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
c) Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang aktivitas.
d) Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang
dapat melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang
cukup.
e) Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini karena kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia.

8. Dampak Mobilisasi Terhadap Sistem Muskuloskeletal


Mobilisasi menyebabkan perubahan metabolik pada sistem
muskuloskeletal sehinhha terjadi hiperlaksemia dan hiperkalsiuria, yang
kemudia menyebabkan teoporosis. Mobilisasi juga menyebabkan
penurunan massa otot (atrofi otot) sebagai akibat dari cepatan
metabolisme yang turun dan berkurangnya aktivitas, sehingga
mengakibatkan berkurangnya kekuatan otot sampai akhirnya
memperburuk koordinasi pergerakan. Selain terjadi atrofi otot, mobilisasi
juga dapat menyebabkan pemendekan serat otot. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya kontraktur sendi dimana persendian menjadi
14

kaku, tidak dapat digerakkan pada jangakauan gerak yang penuh dan
mungkin menjadi cacat yag tidak dapat disembuhkan. Klasifikasi ektropik
pada jaringan lemak sekitar persendian, dapat menyebabkan ankilosis
persendian yang permanen.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mngidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawtaan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi
yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respons individu ( Budiono & Sumirah dalam Konsep Dasar Keperawatan,
2016) .
Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) pengkajian keperawatan pada
pasien pemenuhan kebutuhan aktivitas meliputi :
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dam
imobilitasnya, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mkbilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit Dahulu


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas, misalnya adanya riwayat penyakit
sistem neuorologis (kecelakaan serebrovaskuler, trauma kepala,
peingkatan tekanan intrakanial, miastenia gravis, gullain barre, cedera
15

medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler


(infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit
sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan
lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan
sistem saraf pusat, laksansia, an lain-lain.

c. Kemampuan Fungsi Motorik


Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tabel kategori tingkat kemamapuan
Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tudak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

d. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan
pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Tabel 2.2 Tabel kemampuan rentang gerak
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu.
Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi sampig ke atas 180
kepala, telapak tangan menghadap ke posisi jauh.
Siku .
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju 150
bahu.
Pergelangan Tangan.
Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah. 80-90
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.
Hiperekstensi: tekuk jari-jar tangan ke arah belakang sejauh 80-90
16

mungkin.
Abduksi: tekuk pegelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak 70-90
tangan menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk perglangan tangan ke arah kelingking, telapak 0-20
tangan menghada ke atas.
30-50
Tangan dan Jari,
Fleksi: buat kepalan tangan. 90
Ekstensi: luruskan jari. 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. 30
Abduksi: kembangkan jari tangan.
Adduksi: rapatkan jari-jari dari posisi abduksi 20
20

e. Perubahan Intoleransi aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada sistem pernapasan, antara lain suara napas, analisis gas
darah, gerakan dinding toraks, adanya mukus, batuk yang produktif
diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas
terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan
darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivita atau perubahan posisi.

f. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Tabel 2.3 Tabel kekuatan otot dan
Skala Presentase Kekuatan Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi
atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan normal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh.
17

g. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan aktivitas/mobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

Menurut Umi Istianah (2017) pengkajian pada pasien fraktur antara lain :
a) Identitas Klien
Meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, no. registrasi.
b) Keluhan utama
Pasien tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada
area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana terjadinya dan
bagian tubuh mana yang terkena.
d) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat
mempengruhi kesehatan sekarang.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga pasien memiliki penyakit keturunan
yang mungkin akan mempengaruhi kondisi sekarang.

f) Riwayat Psikososial
Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena
itu kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
18

g) Aktivitas sehari-hari
Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang berkaitan
dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h) Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum
Pasien imobilisasi biasanya mengalami kelemahan, kurangnya
kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernafasan
Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada saat bernapas
auskultasi bunyi napas, dan nyeri pada daerah dada serta
frekuensi napas.

Menurut Mutaqqin dan Sari (2009) pemeriksaan fisik pada fraktur


femur yaitu:
a. Look, pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada
paha dengan deformitas yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan
jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada
fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapat adanya kerusakan
pada arteri yang berisiko meningkatkan respons syok hipovolemik.
Pada fase awal trauma sering didapatkan adanya serpihan didalam
luka, terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang
mengantarkan pada risiko tinggi infeksi. Pada pemeriksaan look akan
didapatkan adanya pemendekan ekstremitas. Pemendekan akan
tampak jelas derajatnya dengan cara mengukur kedua sisi tungkai dari
spina iliaka ke maleolus.
b. Feel, adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasi.
c. Move, daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakkan, karena akan
memberikan respons trauma pada jaringan lunak disekitar ujung
fragmen tulang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan
pergerakan pada sisi paha yang patah
19

i) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus fraktur
menurut Umi Istianah (2017) adalah :
1. Foto rontgen (X-ray)
unuk menentukan likasi dan luasnya fraktur
2. Scan tulang, tomogram, atau scan CT/MRI
untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan veskuler
4. Hitung darah lengkap
Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan, selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai
respons terhadap peradangan.
5. Kretinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera
organ hati.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah
mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap
masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman
pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah
kesehatan dan penyebab adanya masalah. Menurut SDKI (2016) masalah
keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas,
keletihan dan risiko intoleransi aktivitas. Diantara masalah keperawatan
20

tersebut kondisi klinis terkait dengan fraktur adalah intoleransi aktivitas


dan gangguan mobilitas fisik.
1. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi Intoleransi Aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehrai-hari.

b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

c. Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Mengeluh lelah
Objektif
1) Frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat

d. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lelah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menujukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
21

e. Kondisi Klinis Terkait


1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskeletal

2. Gangguan Mobilitas Fisik


a. Definisi Mobilitas Fisik
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas
secara mandiri.

b. Penyebab
1) Kerusakan integritas strukur tulang
2) Perubahan metaboliesme
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan masa otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekauan sendi
8) Kontraktur
9) Mainutrisi
10) Gangguan muskuloskeletal
11) Gangguan neuromuskular
12) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
13) Efek agen farmakologis
14) Program pembatasan gerak
15) Nyeri
22

16) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik


17) Kecemasan
18) Gangguan kognitif
19) Keengganan melakukan pergerakan
20) Gangguan sensoripersepsi

c. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1) Menegluh sulit menggerakkan ekstermitas
Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menururun

d. Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah

e. Kondisi kinis terkait


1) Stroke
2) Cedera medula spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia
23

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan kebutuhan aktivitas menurut Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (2018) adalah :
Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Kebutuhan Aktivitas
Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi 1. Dukungan ambulasi
Tujuan : a. Definisi 2. Dukungan kepatuhan
1. Kelemahan yang Mengidentifikasi dan program pengobatan
berkurang mengelola penggunaan 3. Dukungan meditasi
2. Berpatisipasi energi untuk mengatasi atau 4. Dukungan
dalam perawatan mencegah kelelahan dan pemeliharaan rumah
diri mengoptimalkan roses 5. Dukungan perawatan
3. Mempertahankan pemulihan diri
kemampuan 6. Dukungan spiritual
aktivitas sseoptima b. Tindakan 7. Dukungan tidur
mungkin. Observasi 8. Edukasi latihan fisik
1. Identifikasi gangguan 9. Edukasi teknik
fungsi tubuh yang ambulasi
mengakibatkan 10.Edukasi pengkuran
kelelahan nadi radialis
2. Monitor kelelahan fisik 11.Manajemen aritmia
dan emosional 12.Manajemen
3. Monitor pola jam tidur lingkungan
4. Monitor lokasi dan 13.Manajemen medikasi
ketidaknyamanan selama 14.Manajemen mood
melakukan aktivitas 15.Manajemen nutrisi
16.Manajemen nyeri
Terapeutik 17.Manajemen program
1. Sediakan lingkungan latihan
nyaman dan rendah 18.Pematauan tanda vital
stimulus (mis. Cahaya, 19.Pemberian obat
suara, kunjungan) 20.Pemberian obat
2. Lakukan latihan rentang inhalasi
gerak pasif dan aktif 21.Pemberian obat
3. Berikan aktivitas intravena
distraksi yang 22.Pemberian obat oral
menenangkan 23.Penentuan tujuan
4. Fasilitasi duduk di sisi bersama
tempat tidur, jika tidak 24.Promosi berat badan
dapat berpindah atau 25.Promosi dukungan
berjalan keluarga
26.Promosi latihan fisik
Edukasi 27.Rehabilitasi jantung
1. Anjurkan tirah baring 28.Terapi aktivitas
2. Anjurkan melakukan 29.Terapi bantuan hewan
aktivitas secara bertahap 30.Terapi musik
24

3. Anjurkan menghubungi 31.Terapi oksigen


perawat jika tanda dan 32.Terapi relaksasi otot
gejala kelelahan tidak progresif
berkurang
4. Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Terapi Aktivitas
a. Definisi
Menggunakan aktivitas
fisik, kognitif, sosial, dan
spiitual tertentu untuk
memulihkan keterlibatan
frekueni, atau durasi
aktivitas individu atau
kelompok

b. Tindakan
Observasi
1. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
2. Identifikasi
kemampuan
berpatisipasi dalam
aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber
daya untuk akivitas
yang diinginkan
4. Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
5. Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis,
bekerja) dan waktu
luang
6. Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
25

Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan
defisit yang dialami
2. Sepakat komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
4. Koordinasikan
pemilihan aktvitas
sesuai usia
5. Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transpotasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas
fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas
26

dengan komponen
memori impolisit dan
emosional (mis.
Kegiatan keragaman
khusus) untuk pasien
demensia, jika sesuai
14. Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak kompetitif,
struktural, dan aktif
15. Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
disverfikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis. Vocal
grup, bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang, tugas
sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
16. Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
17. Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
20. Berikan penguatan
posiif atas pasrtisipasi
dalam aktivitas

Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
27

3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan teribat dalam
aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk memberi
pengutan positif atau
partisipasi dalam
aktivitas

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
monitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
Gangguan Mobilitas Dukungan Ambulasi 1. Dukungan
Fisik a. Definisi kepatuhan program
Tujuan : Memfasilitasi pasien untuk pengobatan
1. Pasien dapat menigkatkan aktivitas 2. Dukungan perawatan
menunjukkan berpindah diri
peningkatan mobilitas 3. Dukungan perawatan
2. Pasien mengatakan b. Tindakan diri: BAB/BAK
terjadi peningkatan Observasi 4. Dukungan perawatan
aktivitas 1. Identifikasi adanya nyeri diri: berpakaian
atau keluhan fisik 5. Dukungan perawatan
lainnya diri: makan/minum
2. Identifikasi toleransi 6. Dukungan perawatan
fisik melakukan diri: mandi
ambulasi 7. Edukasi latihan fisik
3. Monitor frekuensi 8. Edukasi teknik
jantung dan tekanan ambulasi
darah sebelum memulai 9. Edukasi teknik
ambulasi transfer
4. Monitor kondisi umum 10. Konsultasi via
selama melakukan telepon
ambulasi 11. Latihan otogenik
12. Manajemen energi
Terapeutik 13. Manajamen
1. Fasilitasi aktivits lingkungan
ambulasi dengan alat 14. Manajamen mood
28

bantu (mis. Tongkat, 15. Manajamen nutrisi


kruk) 16. Manajamen nyeri
2. Fassilitasi melakukan 17. Manajamen medikasi
mobilisasi fisik, jika 18. Manajamen program
perlu latihan
3. Libatkan keluarga untuk 19. Manajamen sensasi
membantu pasien dalam perifer
meningkatkan ambulasi 20. Pemantauan
neurologis
Edukasi 21. Pemberian obat
1. Jelaskan tujuan dan 22. Pemberian obat
prosedur ambulasi intravena
2. Anjurkan melakukan 23. Pembidaian
ambulasi dini 24. Pecegahan jatuh
3. Ajarkan ambulasi 25. Pencegahan luka
sederhana yang harus tekan
dilakukan (mis. Berjalan 26. Pengaturan posisi
dari tempat tidur ke kursi 27. Pengekangan fisik
roda, berjalan dari 28. Perawatan kaki
tempat tidur ke kamar 29. Perawatan sirkulasi
mandi, berjalan sesuai 30. Perawatan tirah
toleransi) baring
31. Perawatan traksi
Dukungan Mobilisasi 32. Promosi berat badan
a. Definisi 33. Promosi kepatuhan
Memfasilitasi pasien untuk program latihan
meningkatkan aktvitas 34. Promosi latihan fisik
pergerakan fisik 35. Teknik latihan
penguatan otot
b. Tindakan 36. Teknik latihan
Observasi penguatan sendi
1. Identifikasi adanya nyeri 37. Terapi aktivitas
atau keluhan fisik 38. Terapi pemijatan
lainnya 39. Terapi relaksasi otot
2. Identifikasi toleransi progresif
fisik melakukan
pergerakan
3. Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
29

bantu (mis. Pagar tempat


tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)

4. Implementasi atau Pelaksanaan


Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pelaksanaa
adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dari kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Tahap
evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)
30

C. Tinjauan Konsep Penyakit


1. Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan
umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri,
serta jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Zairin Noor, 2016)
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang yang
disebabkan oleh kekerasan (E.Oerswari dalam asuhan keperawatan post
operasi, 2010)
Fraktur femur adalah terputusnya kontiuitas batang femur yang biasa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebuh banyak dialami oleh laki-laki dewasa.
Patah pada daerah ini dapat menimbulka perdarahan yang vukup banyak,,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI dalam asuhan
keperawatan post operasi, 2010).

2. Klasifikasi Fraktur
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) klasifikasi fraktur antara
lain :
1. Fraktur Tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (open/compouns), bila terdapat hubungan atara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit,
fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat:
a. Derajat I
1) Luka kurang dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringa lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
3) Fraktur sederhana, transversal, obliq atau kumulatif ringan.
4) Kontaminasi ringan
31

b. Derajat II
1) Laserasi lebih dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse.
3) Fraktur komuniti sedang.
c. Derajat II
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
3. Fraktur Complate
Patah pada seluruh garis tengan tulag dan biasanya mengalami
pergeseran (bergeser dari posisi normal)
4. Fraktur Incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
5. Jenis Khusus Farktur
a. Bentuk garis patah
1) Garis patah melintang
2) Garis patah obliq
3) Garis patah spiral
4) Fraktur kompresi
5) Fraktur avulsi
b. Jumlah garis patah
1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling
berhubungan
3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang
yang berlainan.
c. Bergeser tidak bergeser
Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen
tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-
fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen
32

Menurut Zairin Noor, 2016 fraktur femur dibagi dalam beberapa jenis,
diantaranya:

1) Fraktur Intertrokhanter Femur


Fraktur Intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat
ekstrakapsular dari femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi
osteoporosis. Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan
fraktur inrakapsular, di mana resiko nekrosis avaskular lebih rendah. Pada
riwayat umunya didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan
trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera
secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada interkhanter.

2) Fraktur Subtrokhanter Femur


Fraktur subtrokhanter femur ialah fraktur di mana garis patahnya
berada 5 cm distal dari trokhanter minor. Frakur jenis ini dibagi dalam
beberapa klasifikasi, tetapi yang lebih sederhana dan mudah ddipahami
adalah klasifikasi Fielding & Magliati, yaitu:
1) Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trokhanter minor
2) Tipe 2 : garis patah berada 1-2 imci di bawah dari batas atau trokhanter
minor
3) Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trokhanter
minor

3) Fraktur Batang Femur


Frakur batang femur biasanay terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur
batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan
daerah yang patah.
33

4) Fraktur Suprakondiler Femur


Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke
posterior. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan otot-otot
gastroknemius. Biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi seingga terjadi gaya aksial da stres
valgus atau varus, dan disertai gaya rotasi.

5) Fraktur Kondiler femur


Mekanisme traumanya biasanya merupakan kombinasi dari gaya
hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke
atas.

3. Etiologi fraktur
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) etiologi fraktur di bagi
menjadi dua yaitu :
a. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berartu pukulan langung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan. Misalnya jatuh dengan tangan berjurur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras mendadak dari otot yang
kuat.

b. Fraktur Patologik
Dalam ha ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut:
34

1) Tumor tulang (jinak atau ganas): perumbuhan jaringan baru yang


tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang
dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

4. Patofisiologi Fraktur
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksekusi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh.
Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini
terjadi pada pria mda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya, pasien ini mengalami
trauma multipel yang menyertainya.
Secara klinis fraktur femur terbuka sering di dapatkan adanya
kerusakan neurovaskular yang akan memberikan manifestasi peningkata
resiko syok. Baik syok hipovelemik karena kehilangan darah (pada setiap
patah satu tulang femur di prediksi akan hilangnya darah 500 cc dari sistm
kardiovaskular), maupun syok neurogenik desebabkn rasa nyeri yang
35

sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah
tulang femur.

5. Pathway Femur

Gambar 2.1 Pathway Fraktur

6. Manifestasi Klinis Fraktur


Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) manifestasi klinis pada
psien fraktur adalah :
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbanga dan contur terjadi seperti:
a) Rotasi pemendekan tulang
36

b) Penekanan tulang
b. Bengkak : edemamuncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous.
d. Spasme otot spasme invoulunters dekat fraktur.
e. Tenderness/keempukan
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan).
h. Pergerakan abnormal.
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
j. Krepitasi .

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pemeriksaan penunjang
pada pasien fraktur yaitu:
1) Foto Rontgen
Untuk mengtahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung,
mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan
sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodik.
2) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1: dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menuru (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan julah SDP adalah respon stres nprmal
seteah trauma.
5) Profil koagulsi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darag
transfusi multiple atu cedera hati.
37

8. Penatalaksanaan Fraktur
Menurut Zainir Noor (2016) pengelolaan fraktur secara umum mengikuti
prinip 4R yaitu :
a) Rekognisi
Pengenalan terhadap fraktur melalui penegakan berbagai diagnosis
yang mungkin utnutk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang fraktur, sehingga diharapkan dapat membantu dalam
penanganan fraktur.
b) Reduksi atau reposisi
Suatu tindakan mengembalikan posisi fragmen-fragmen tulang yang
mengalami fraktur seoptimal mungkin ke keadaan semula.
c) Retensi
Mempertahankan kondisi reduksi selama masa penyembuhan.
d) Rehabilitasi
Bertujuan untuk mengembalikan kondisi tulang yang patah ke
keadaan normal dan tanpa menganggu proses fiksasi

Penatalaksanaan berdasarkan empat tujuan utama, meliputi hal-hal


sebagai berikut.
a. Untuk mengilangkan rasa nyeri
Untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul dapat diberikan obat
penghilang rasa nyeri dan juga dengan teknik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
1) Pembidaian : benda kerasa yang ditempatkan didaerah
sekeliling tulang
2) Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan
disekitar tulang yang patah.
38

b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari


fraktur, bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam
waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih
mantap seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksternal, atau
fiksasi internal tergantng jenis farktur
1) Penarikan (traksi)
Mengguanakn beban untuk menahan sebuah anggota gerak
pada tempatnya.
2) Fiksasi internal atau eksternal
Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau
batang logam pada pecahan-pecahan tulang.

c. Agar jadi penyatuan tulang kembali, biasanya tulang yang patah


akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu
dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun, terkadang
terdapat gangguan dalam penyatuan tulang sehingga dibutuhkan
graft tulang.

d. Untuk mengembalikan fungsi seperti seula, imobilisasi yang lama


dapat mengakibatkan mengevilnya otot dan kakunya sendi. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya mobilisasi secepat mungkin.
Prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan fraktur (imobilisasi)
39

Penatalaksanaan Ortopedi disesuaikan dengan kondisi klinik dan


kemampuan yang ada untuk penangangan fraktur. Beberapa intervensi
yang dapat dilakuka adalah sebagai berikut.

1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi


Digunakan paa penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan
yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan
kecacatan dikemudian hari.

2. Imobilisasi dengan fiksasi


Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap
memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen.
3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi.
Tindakan ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang
berarti seperti pada fraktr radius distal.
4. Reposisi dengan traksi
Dilakukan secara terus-menerus selama masa tertentu, mialnya
beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.
Berikut adalah macam-macam traksi:
a) Traksi lurus atau langsung
b) Traksi suspensi seimbang
c) Traksi kulit
d) Traksi skelet
e) Traksi manual
5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar
Digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian
pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulit.
6. Reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam
pada tulang secara operatif
40

Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi, setelah


tereposisi dilakukan pemasangan pen ke dalam collum femur secara
operatif
7. Reposisi secara operatif diikuti denga fiksasi patahan tulang dengan
pemasangan fiksasi interna.
Fiksasi interna yang di pakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang
panjang, bisa juga berupa plat dengan sekrup dipermukaan tulang.
8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantikannya dengn prosthesis.
Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur di buang secara
operatif dan diganti dengan prostesis. Tindakan ini dilakukan pada
orang tua yang patahan pada collum femur tidak dapat menyambung
kembali.

Anda mungkin juga menyukai