Anda di halaman 1dari 14

Makalah

"Otonomi Daerah"
DALAM MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh
Rasyid Tahta Nugraha (0403201013)
Lidya Ningsih (0403201137)
Dosen Pengampu:
Wahyu Wiji Utomo, M.Pem.I

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah Alhamdulillahirobbil alamin washolatu wassalamu ala asrofil Ambiya


Iwal mursalin Sayyidina wa Maulana Muhammadin wa ala alihi wasohbihi wasalim ajma'in
Amma ba'du.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Dosen yang selalu memberikan ilmu
pengetahuan, dukungan serta bimbingannya sehingga tugas ini dapat dikerjakan dengan baik.
kami menyadari sepenuhnya bahwa membuat tugas ini tidaklah mudah, namun
demikian kami berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat mengerjakan tugas ini
sesempurna mungkin sehingga dapat diselesaikan. Kami juga menyadari bahwa MAKALAH
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tulisan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran maupun kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas ini.
Semoga tugas yang telah kami susun ini turut memperkaya ilmu serta menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca tentang "OTONOMI DAERAH"
AKHIIRUL KALAAM WA BILLAHIT TAUFIQ WAL HIDAAYAH,

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Medan, 11 Juli 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG 4
2. RUMUSAN MASALAH 5
3. TUJUAN PENELITIAN 5

BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH 6
2. TUJUAN DAM PRINSIP OTONOMI DAERAH 7
3. DASAR HUKUM OTONOMI DAERAH 9
4. ASAS DAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH 11

BAB III PENUTUP

1. kesimpulan...................................................................................................13
2. Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Di awal kemerdekaan pada masa kepemimpinan Soekarno Indonesia
mengalami perombakan atau pergantian Kabinet sebanyak 16 kali. Dari proses
pergantian kabinet tersebut yang program-program yang berhubungan dengan
"desentralisasi", "otonomi daerah" atau "memperbaiki hubungan Pusat-Daerah"
dipilih sebagai skala prioritas dalam Pemerintahan yang dilaksanakan oleh
Soekarno pada waktu itu. Meski pada akhirnya program-program tersebut
mengalami kegagalan, tetapi hal itu telah menunjukkan pentingnya pelaksanaan
desentralisasi dapat diwujudkan di Indonesia, dengan mencita-citakan adanya
pembagian yang seimbang dan proporsional antara Pemerintah Pusat dengan
Daerah. Komposisi kedua permasalahan inilah yang sampai saat ini masih
menjadi perdebatan di antara perbedaan Pembangunan yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dengan Daerah1.
Daerah yang kaya akan sumber daya alam, ditarik keuntungan
produksinya dan dibagi-bagi di antara elite Jakarta, alih-alih diinvestasikan
untuk pembangunan daerah. Akibatnya, pembangunan antara di daerah dengan
di Jakarta menjadi timpang.
Pada masa awal reformasi, selain adanya keinginan provinsi memisahkan
dari republik, juga bermunculan aspirasi dari berbagai daerah yang
menginginkan dilakukannya pemekaran provinsi atau kabupaten. Dalam upaya
pembentukan provinsi dan kabupaten baru ini, tarik-menarik antara kelompok
yang setuju dan tidak setuju terhadap pemekaran daerah sebagai akibat dari
otonomi daerah meningkatkan suhu politik lokal. Indikasi ini tercermin dari
munculnya ancaman dari masing-masing kelompok yang pro dan kontra
terhadap terbentuknya daerah baru, mobilisasi massa dengan sentimen
kesukuan, bahkan sampai ancaman pembunuhan2.

2. Rumusan masalah
1
Aji primanto, OTONOMI DAERAH DAN PERBEDAAN MASYARAKAT INDONESIA. (Malang. Intelegensia
Media, 2020) hlm : 2
2
Budi Agustono, OTONOMI DAERAH DAN DINAMIKA POLITIK LOKAL: STUDI KASUS DI KABUPATEN
DELI SERDANG, SUMATERA UTARA DALAM DESENTRALISASI GLOBALISASI DAN DEMOKRASI LOKAL, editor Jamil
Gunawan, (Jakarta. LP3ES, 2005) hlm : 163
Dari permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. pengertian otonomi daerah negara Indonesia
b. tujuan dan prinsip otonomi daerah negara indonesia
c. dasar hukum otonomi daerah negara indonesia
d. asas dan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia

3. Tujuan Makalah
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui jawaban secara komprehensif dari permasalahan


yang dirumuskan.
b. Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan dalam membacanya.
c. Merupakan wahana bagi penulis untuk belajar membuat karya tulis
Ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah pertama kali diberlakukan di Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Adapun pengertian
otonomi daerah penting untuk diketahui agar masyarakat tahu bahwa setiap
daerah mempunyai hak, kewenangan, dan kewajiban untuk mengatur serta
mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai UU yang berlaku3.
Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) memberikan definisi otonomi daerah
sebagai berikut : "Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan"4.
Secara etimologi, Istilah "otonomi" berasal dari bahasa Latin, autos yang
berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Berdasarkan etimologi tersebut,
otonomi diartikan sebagai mengatur atau memerintah sendiri. Jadi, otonomi
daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah5.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Otonomi Daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus
rumah tangga sendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku6.
sedangkan menurut seorang ahli bernama kansil, "otonomi daerah adalah
suatu bentuk hak dan wewenang berikut kewajiban dari sebuah daerah untuk
dapat mengatur serta mengurus urusan daerah sendiri berdasaran peraturan
perundang-undangan yang berlaku"7.

Dalam artian sempit, otonomi diartikan mandiri, dan dalam arti luas
diartikan berdaya. Maka, otonomi daerah bisa diartikan sebagai suatu

3
"Pengertian otonomi daerah" (https://www.suara.com/news/2020/12/07/145946/pengertian-
otonomi-daerah-tujuan-dan-asasnya-lengkap?page=all Diakses pada tanggal 13 Juli 2020. Pukul 13.00 WIB)
4
Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, No. 32 Tahun 2004, LN No. 125 tahun
2004, TLN No. 4437, ps. 1.
5
P.N.H. Simanjuntak, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. (Jakarta. Grasindo, 2002) hlm : 36
6
"Otonomi Daerah" (https://kbbi.web.id/otonomi/ Diakses pada tanggal 13 Juli 2020. Pukul 13.00
WIB
7
Joseph riwu kaho, PROSPEK OTONOMI DAERAH DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA. (Jakarta. Rajawali
pers, 1998) Hlm : 11.
kemandirian daerah untuk mengurus, berbuat, dan memberikan putusan untuk
kepentingan daerahnya sendiri. Namun, dalam melaksanakan otonomi, tiap
daerah tetap dikontrol oleh pemerintah pusat sesuai undang-undang. Untuk
mengenal lebih dalam mengenai otonimi daerah, kamu perlu memahami juga
tujuan, prinsip, asas, pelaksanaan, dan dasar hukumnya.

2. Tujuan dan prinsip otonomi daerah


Pelaksanaaan Otonomi Daerah harus didasarkan pada prinsip
akuntabilitas, efi siensi, eksternalitas, dan kepentingan strategis nasional8.
Prinsip akuntabilitas adalah penanggungjawab penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan
jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan.
Prinsip efisiensi adalah penyelenggara suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang
dapat diperoleh. Prinsip eksternalitas adalah penyelenggara suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak
yang timbul akibat penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Sedangkan
prinsip kepentingan strategis nasional adalah penyelenggara suatu urusan
pemerintahan ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga
keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan negara, implementasi
hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional dan pertimbangan
lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan9
Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang
lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah10.

Jadi, otonomi luas dimaksudkan bahwa kepada daerah diberikan tugas,


wewenang, hak dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintah yang tidak
ditangani oleh pemerintah sendiri, sehingga isi otonomi dapat dikatakan banyak
jumlah dan jenisnya. Di samping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk
8
Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang No, 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
9
Kemendikbud, HARMONISASI ANTARA PUSAT DENGAN DAERAH. (Jakarta. 2017) Hlm : 4
10
Ibid. P.N.H. SIMANJUNTAK. hlm : 38.
menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu dalam rangka mewujudkan
tujuan dibentuknya suatu daerah dan tujuan pemberian otonomi daerah itu
sendiri terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan potensi dan karakteristik masing masing daerah.
Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara
nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah.11
Jadi, otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang, dan kewajiban untuk
menangani urusan pemerintah yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup dan berkembang sesual dengan potensi dan karakter daerah.
Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lainnya.
Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa
perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus
dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia12.
Jadi, otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian
otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memberdayakan
daerah dalam bentuk meningkatkan pelayanan. perlindungan, kesejahteraan,
prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat, menumbuhkembangkan
demokrasi, pemerataan dan keadilan serta persatuan, kesatuan, dan kerukunan
nasional dengan mengingati asal-usul suatu daerah, kemajemukan dan
karakteristik, serta potensi daerah yang bermuara pada peningkatan
kesejahteraan rakyat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia13.

Tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah sebagai berikut:


1. Dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dapat
mengembangkan kehidupan yang berasaskan demokrasi.

11
Pemerintahan DKI Jakarta, ORGANISASI PERANGKAT PERATURAN DAERAH KHUSUS IBU KOTA
JAKARTA. (Indonesia. Peraturan DKI JAKARTA, 2008) hlm : 39
12
Ibid,. Pemerintahan DKI Jakarta. Hlm : 39
13
Ibid. P.N.H. SIMANJUNTAK. hlm : 38.
2. Dapat mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
3. Dapat mewujudkan pemerataan daerah.
4. Dapat memelihara hubungan yang serasi dan baik antara pusat dan
daerah serta antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
5. Dapat mendorong upaya pemberdayaan masyarakat.
6. Dapat menumbuhkan prakarsa sekaligus kreativitas, meningkatkan
peran masyarakat, serta mengembangkan peran dan fungsi dari pihak
DPRD.

3. Dasar hukum otonomi daerah


Beberapa Pelaksanaan otonomi daerah telah diatur dalam UUD 1945,
Jadi yang menjadi landasan hukum pelaksanaan otonomi daerah, yaitu
a. Pasal 18 UUD 1945 sebagai berikut14:
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota
yang mana tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintah daerah sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang,
2. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan;
3. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
memiliki DPRD yang anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum;
4. Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis;
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintah;
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan;
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang undang.

b. Pasal 18A15

14
UNDANG UNDANG DASAR NEGARA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945, BAB VI PEMERINTAH DAERAH.
1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara
provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undangundang
dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undangundang.

c. Pasal 18B16
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undangundang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan
masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undangundang.

d. MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi


Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangka NKRI.
e. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
f. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
g. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangang.
h. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang merevisi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah17.

4. Asas dan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia


Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah juga
mengatur, bahwa Otonomi Daerah dilaksanakan dengan mendasarkan pada
15
UNDANG UNDANG DASAR NEGARA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945, BAB VI PEMERINTAH DAERAH
16
UNDANG UNDANG DASAR NEGARA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945, BAB VI PEMERINTAH DAERAH
17
Zulfikar Putra, BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PANDUAN KULIAH
DI PERGURUAN TINGGI. (Malang. Ahlimedia Pres, 2021) Hlm : 257
Asas Otonomi, yaitu prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Otonomi Daerah. Asas-asas Otonomi Daerah terdiri atas asas
sedentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
Asas Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. Asas
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada Gubernur
dan Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada
Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi18.
Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga
pemerintah nonkementerian yang mengurus urusan pemerintahan yang tidak
diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka
dekonsentrasi. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat19.
Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis
globalisasi, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintaha" dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah.

Kebijakan desentralisasi yang diwujudkan dalam pembentukan daerah


otonom dan penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
18
Ibid,. Kemendikbud, Hlm : 3
19
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
daerah, dengan memerhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan
potensi keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan dibantu oleh Perangkat
Daerah. Urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah berasal dari kekuasaan
pemerintahan yang ada ditangan Presiden.
Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir
pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar pelaksanaan urusan pemerintahan
yang diserahkan ke daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka
Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pelaksanaaan Otonomi Daerah harus
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efi siensi, eksternalitas, dan kepentingan
strategis nasional20.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
20
Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang No, 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat diwujudkan
denganditentukan oleh kapasitas yang dimiliki oleh manusia pelaksananya.
Danberarti otonomi daerah hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya apabila
manusia pelaksananya baik, dalam arti mentalitas maupunkapasitasnya.
Pentingnya manusia pelaksana karena manusia merupakanunsur dinamis dalam
organisasi yang bertindak atau berfunsi sebagaisubyek penggerak roda
pemerintahan.
Oleh karena itu, kualifikasimentalitas dan kapasitas manusia yang kurang
memadai dengan sendirinyamelahirkan implikasi yang kurang menguntungkan
bagi penyelenggaraanotonomi daerah. Dalam pemerintah daerah terdapat
Pemerintah Daerahyang penyelenggaraann urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah danDewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kemudian
Alat-alatperlengkapan daerah, yaitu aparatur atau pegawai daerah dan
terakhirrakyat daerah, yatu sebagai komponen yang merupakan sumber
energiterpenting bagi daerah sebagai organisasi yang bersistem terbuka.

Saran :
Sebaiknya para aparatur pemerintah daerah dibekali dengan pendidikan
yang cukup yang dapat dimiliki oleh aparatur daerah dalam menjalankankan
tugas dan wewenangnya masing-masing. Dan dapat menjalankan tugas dan
wewenangnya dengan bijaksana dan adil.
Agar pembangunan daerah dapat berjalan dengan baik sehingga
kemiskinan dapat dikurangi, maka partisipasi masyarakat terhadap kegiatan-
kegiatan pembangunan di daerah ditumbuhkembangkan sehingga masyarakat
merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembangunan yang
sedang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB VI PEMERINTAH DAERAH, Undang Undang Dasar Negara


Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Budi. Agustono, Otonomi Daerah Dan Dinamika Politik Lokal: Studi
Kasus Di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Dalam Desentralisasi
Globalisasi Dan Demokrasi Lokal, Jakarta : LP3ES, 2005.

DKI Jakarta, Pemerintahan. Organisasi Perangkat Peraturan Daerah


Khusus Ibu Kota Jakarta. Indonesia : Peraturan DKI JAKARTA, 2008.

Kemendikbud, Harmonisasi Antara Pusat Dengan Daerah. Indonesia :


Jakarta. 2017.

Primanto, Aji. Otonomi Daerah Dan Perbedaan Masyarakat Indonesia,


Malang: Intelegensia Media, Tahun 2020.

Riwu Kaho. Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik


Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Keenam Maret 2002.

Simanjuntak. P.N.H. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Grasindo,


2002.

Anda mungkin juga menyukai