Anda di halaman 1dari 2

Mosi :

Dewan ini percaya bahwa sarana dan


pra sarana yang memadai menjadi
tolak ukur keberhasilan pendidikan
yang bermutu.

Opini Kontra :
1. Dalam upaya tolak ukur keberhasilan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan
adalah kualitas guru. Sukes tidaknya para peserta didik dalam belajar di sekolah, salah
satu nya tergantung pada pendidik. Mengingat keberadaan pendidik dalam proses
kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas pendidik
harus diperhatikan dan ditingkatkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan melalui
kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan persyaratan minimal yang ditentukan syarat-
syarat guru profesional.
2. Sarpras yg memadai tidak menjamin suatu keberhasilan pendidikan yg bermutu, semua
harus ada penyeimbangnya. selain sarpras yg memadai, faktor kesungguhan individu para
siswa juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan yg bermutu
3. Tolak ukur pendidikan yang juga semestinya di bentuk adalah kualitas pengajar dalam
membuat metode ajar yang unggul dan bersahabat sehingga penyerapan pendidikan
terhadap siswa dapat maksimal .
4. Sarana tidak menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan, dengan fakta lapangan bahwa
di Aceh dengan sarana dan pra sarana yg memadai tidak mampu membawa prestasi
akademik siswa menyamai kota kota lain yang juga secara sarana merata, melainkan
aspek kunci yang menjadi acuannya adalah pengasuhan orang tua. Secara psikologis pola
pengasuhan anak sangat mempengaruhi prilaku kognitif anak dan perkembangan sel otak
melalui kasih sayang dan komunikasi verbal yang tepat sehingga mampu
mengembangkan pola pikir anak dalam belajar dan memiliki daya juang guna mencapai
prestasi.
5. Pandemi covid -19 tidak memungkinkan operasional sarana dan prasarana secara
maksimal dan hanya akan membuat pemborosan anggaran yang semestinya bisa di
gunakan untuk pemulihan covid dan ekonomi pasca covid 19.
Untuk bisa menghasilkan mutu, menurut Slamet (1999) terdapat empat usaha mendasar yang
harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan yaitu:
1. Menciptakan situasi “menang-menang” (win–win solution) dan bukan situasi
“kalah–menang” di antara pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan
(stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus
terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa
yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
2. Perlunya ditumbuhkembangkan adanya motivasi intrinsik pada setiap orang yang terlibat
dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi
bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek,
tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang
ditetapkan, harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-
unsur pelaku prosesmencapai hasil mutu. Janganlah di antara mereka terjadi persaingan yang
mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut.

Point
1. Aspek sdm unggul dalam hal ini kualitas guru
2. kesungguhan individu para siswa juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan yg
bermutu
3. kualitas pengajar dalam membuat metode ajar yang unggul
4. aspek yang menjadi acuannya adalah pengasuhan orang tua.
5. Pandemi covid -19 tidak memungkinkan operasional sarana dan prasarana secara
maksimal

Anda mungkin juga menyukai