Dari segi bahasa, mawaris merupakan bentuk jamak dari kata ميراثartinya harta
yang diwariskan. Dari segi istilah, mawaris adalah ilmu tentang pembagian
harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut
juga ilmu faraidh. Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari
yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran.
Dengan demikian dapat dirumuskan defini ilmu mawaris adalah ilmu yang
mempelajari tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pusaka bagi ahli
waris menurut hukum islam.
1. Waris adalah ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli waris yang
dekat hubungan kekerabatanya tetapi tidak menerima warisan. Dalam fiqih ahli
waris semacam ini disebut dzawil arham. Waris bisa timbul karena hubungan
darah, karena hubungan perkawinan dan karena akibat memerdekakan budak.
3. Al- Irs artinya harta warisan yang siap dibagi oleh ahli waris sesudah diambil
untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al janazah), pelunasan utang,
serta pelaksanaan wasiat.
4. Warasah yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Ini bedanya
dengan harta pusaka yang dibeberapa daerah tertentu tidak bisa dibagi, karena
menjadi milik kolektif semua ahli waris.
[SATRIYA FIRDA PUTRA | XII RPL 3] January 29, 2021
5. Tirkah yatiu semua harta peninggalan orang yang meninngal dunia sebelum
diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah, pembayaran utang,
pelaksanaan wasiat.
Rasulullah saw memerintahkan agar kita membagi harta warisan sesuai dengan
sabdanya :
“ bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.
4. Segala percobaan hidup manusia baik yang terkait dengan Allah ST dan yang
terkait dengan manusia lainnya adalah diatur didalam syariat islam.
“bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan. ”(QS. An- Nisa’ :7)
“Orang muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan orang kafir, dan
sebaliknya orang kafir tidak berhak mendapat warisan harta orang muslim”.
(HR. Jamaah).
“Pelajarilah oleh kalian Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan
pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah
orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja
dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan
seorang pun yang dapat memberikan fatwa kepada mereka” (Riwayat Ahmad,
An Nasai dan Al Daruqutni).
Oleh karena itu, dilihat dari satu sisi, mempelajari dan mengajarkan ilmu
mawaris dapat berubah statusnya menjadi wajib ‘ain, terutama bagi orang-orang
yang dipandang sebagai pimpinan, terutama pemimpin keagamaan.
Mempelajari ilmu mawaris adalah fardu kifayah. Kita umat islam wajib
mengetahui ketentuan-ketentuan yang ditetappkan Allah SWT dalam
pembagian harta warisan. Nabi saw bersabda :
“Bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.
Karena pentingnya ilmu faraidh dalam masyarakat sehingga Nabi saw
menyebutnya dengan separuh ilmu, sebagaimana sabda berikut :