Anda di halaman 1dari 3

[SATRIYA FIRDA PUTRA | XII RPL 3] January 29, 2021

HUKUM ISLAM TENTANG MAWARIS

A. PENGERTIAN ILMU MAWARIS

Dari segi bahasa, mawaris merupakan bentuk jamak dari kata ‫ ميراث‬artinya harta
yang diwariskan. Dari segi istilah, mawaris adalah ilmu tentang pembagian
harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut
juga ilmu faraidh. Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari
yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran.

Dengan demikian dapat dirumuskan defini ilmu mawaris adalah ilmu yang
mempelajari tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pusaka bagi ahli
waris menurut hukum islam.

Orang yang meninggal dunia (yang mewariskan) disebut Al-Muwaris bentuk


jamaknya sedangkan ahli warisnya (yang mewarisi) disebut Al-Waris bentuk
jamaknya dan harta peninggalannya atau harta pusakanya disebut Al-Mirats
atau Al- Irst.

Beberapa istilah dalam fiqih mawaris antara lain :

1. Waris adalah ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli waris yang
dekat hubungan kekerabatanya tetapi tidak menerima warisan. Dalam fiqih ahli
waris semacam ini disebut dzawil arham. Waris bisa timbul karena hubungan
darah, karena hubungan perkawinan dan karena akibat memerdekakan budak.

2. Muwaris artinya orang yang mewarisi harta peninggalannya, yaitu orang


yang meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki atau secara taqdiry
(perkiraan), atau melalui keputusan hakim. Seperti orang yang hilang
(almafqud) dan tidak diketahui kabar berita dan domisilinya. Setelah melalui
persaksian atau tenggang waktu tertentu hakim memutuskan bahwa ia
dinyatakan meninggal dunia.

3. Al- Irs artinya harta warisan yang siap dibagi oleh ahli waris sesudah diambil
untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al janazah), pelunasan utang,
serta pelaksanaan wasiat.

4. Warasah yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Ini bedanya
dengan harta pusaka yang dibeberapa daerah tertentu tidak bisa dibagi, karena
menjadi milik kolektif semua ahli waris.
[SATRIYA FIRDA PUTRA | XII RPL 3] January 29, 2021

5. Tirkah yatiu semua harta peninggalan orang yang meninngal dunia sebelum
diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah, pembayaran utang,
pelaksanaan wasiat.

B. HUKUM MEMBAGI WARISAN

Rasulullah saw memerintahkan agar kita membagi harta warisan sesuai dengan
sabdanya :

“ bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.

C. TUJUAN ILMU MAWARIS

Tujuan dari ilmu mawaris antara lain yaitu :

1. Agar kaum muslimin bertanggung jawab dalam melaksanakan syariat islam


bidang pembagian harta warisan.

2. Supaya dapat memberikan solusi terhadap pembagian harta warisan sesuai


dengan perintah Allah SWT dan Rasulnya.

3. Agar terhindar dari pembagian yang salah (menurut kepentingan pribadi)


bagi umat islam.

4. Segala percobaan hidup manusia baik yang terkait dengan Allah ST dan yang
terkait dengan manusia lainnya adalah diatur didalam syariat islam.

D. SUMBER HUKUM ILMU MAWARIS Sumber hukum ilmu mawaris adalah


Al-Qur’an dan Hadist. Adapun sumber hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an
diantaranya surah an-Nisa’ ayat 7 yang berbunyi :

“bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan. ”(QS. An- Nisa’ :7)

Sabda Nabi Muhammad Saw :

“Allah telah menurunkan hukum waris bagi saudara-saudaramu yang


perempuan itu dan Allah telah menerangkan bahwa mereka mendapat bagian
2/3 dari hartamu.”

“seseorang yang membunuh tidak mendapat bagian warisan (dari harta


terbunuh)”.
[SATRIYA FIRDA PUTRA | XII RPL 3] January 29, 2021

“Orang muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan orang kafir, dan
sebaliknya orang kafir tidak berhak mendapat warisan harta orang muslim”.
(HR. Jamaah).

E. HUKUM MEMPELAJARI ILMU MAWARIS

Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan fiqih mawaris


adalah wajib kifayah. Artinya kewajiban yang apabila telah ada sebagian orang
yang memenuhinya, dapat menggugurkan kewajiban semua orang. Tetapi
apabila tidak ada seorang pun yang menjalani kewajiban itu, amka semua orang
menanggung dosa. Ini sejalan dengan perintah Rasulullah saw agar umatnya
mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh sebagaimana mempelajari dan
mengajarkan Al-Qur’an :

“Pelajarilah oleh kalian Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan
pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah
orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja
dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan
seorang pun yang dapat memberikan fatwa kepada mereka” (Riwayat Ahmad,
An Nasai dan Al Daruqutni).

Oleh karena itu, dilihat dari satu sisi, mempelajari dan mengajarkan ilmu
mawaris dapat berubah statusnya menjadi wajib ‘ain, terutama bagi orang-orang
yang dipandang sebagai pimpinan, terutama pemimpin keagamaan.
Mempelajari ilmu mawaris adalah fardu kifayah. Kita umat islam wajib
mengetahui ketentuan-ketentuan yang ditetappkan Allah SWT dalam
pembagian harta warisan. Nabi saw bersabda :

“Bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.
Karena pentingnya ilmu faraidh dalam masyarakat sehingga Nabi saw
menyebutnya dengan separuh ilmu, sebagaimana sabda berikut :

“Belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada manusia maka sesungguhnya


(ilmu) faraidh adalah separuh ilmu agama dan ia akan dilupakan (oleh manusia)
dan merupakan ilmu yang pertama diambil dari umatku.” (HR. Ibnu Majah dan
Daruqutni).

Anda mungkin juga menyukai